b. Disfungsi endotel
Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel (Kartha, 2000).
Keadaan ini disebut disfungsi endotel, yang akan menyebabkan
terjadinya :
1) Gangguan metabolisme prostaglandin, yaitu menurunnya produksi
prostasiklin (PGE2), yang merupakan suatu vasodilator kuat.
2) Agregrasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2),
yaitu suatu vasokonstriktor kuat. Dalam keadaan normal, kadar
prostasiklin lebih banyak dari pada tromboksan. Sedangkan pada
preeklampsia kadar tromboksan lebih banyak dari prostasiklin,
sehingga menyebabkan vasokonstriksi yang akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
3) Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus (glomerular
endotheliosis).
4) Peningkatan permeabilitas kapiler
5) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin.
Kadar NO menurun, sedangkan endotelin meningkat (Farid et al.
2001).
6) Peningkatan faktor koagulasi.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada perempuan normal, respon imun tidak menolak adanya hasil
konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte
antigen protein G (HLA-G), yang dapat melindungi trofoblas janin dari
lisi oleh sel natural killer (NK) ibu. HLA-G juga akan mempermudah
invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu (Angsar, 2010).
Pada plasenta ibu yang mengalami PE, terjadi penurunan ekspresi
HLA-G, yang akan mengakibatkan terhambatnya invasi trofoblas ke
dalam
desidua.
Kemungkinan
(Angsar, 2010)
B. Penatalaksanaan
Penanganan penderita PE/E yang definitif adalah segera melahirkan bayi
dan seluruh hasil konsepsi, tetapi dalam penatalaksanaannya kita harus
mempertimbangkan keadaan ibu dan janinnya, antara lain umur kehamilan, proses
perjalanan
penyakit,
dan
seberapa
jauh
keterlibatan
organ.
Tujuan
Melahirkan bayi yang cukup bulan dan dapat hidup di luar, di samping itu
mencegah komplikasi yang dapat terjadi pada ibu.
2.
3.
A. PREEKLAMPSIA RINGAN
1) Penatalaksanaan rawat jalan (Saifuddin et al. 2002, Prawirohardjo, 2010)
a. Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan kondisi
janin.
b. Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya
preeklampsia dan eklampsia.
c. Lebih banyak istirahat, tidur miring agar menghilangkan tekanan
pada vena cava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan
menambah curah jantung.
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, garam secukupnya.
e. Tidak perlu diberi obat-obatan.
f. Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
g. Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine
lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
2) Penatalaksanaan rawat inap berdasarkan kriteria (Prawirohardjo, 2010):
a. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya
perbaikan dari gejala-gejala pre eklampsia.
b. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu).
c. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia
berat
d. Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre
eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.
e. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1
minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat
selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan
dengan perawatan rawat jalan.
3)
Perawatan
obstetrik
yaitu
sikap
terhadap
kehamilannya
(Prawirohardjo, 2010) :
a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
i. Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan,
persalinan ditunggu sampai aterm.
ii. Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif
selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada
umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
Persalinan
ditunggu
sampai
terjadi
onset
persalinan
atau
dapat
dilakukan
secara
spontan.
Bila
perlu
memperpendek kala
B. PREEKLAMPSIA BERAT
a. Perawatan Aktif
Sambil memberi pengobatan, kehamilan diakhiri. Sedapat mungkin
sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan
fetal assesment (NST & USG) (Prawirohardjo, 2010; Fields, 1990;
Abadi, 1994) :
a. Indikasi (salah satu atau lebih)
1) Ibu
a) Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
DAFTAR PUSTAKA
Roeshadi, RH. 2007. Upaya menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu
pada penderita preeklampsia dan eklampsia. Indonesian Journal of
Obstetrics and Gynecology. 31 (3) : 123-133.
Saifuddin, AB, Wiknjosastro, GH, Affandi, B & Waspodo, D. 2002. Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta :
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.