Bab Ii, Iii, Iv
Bab Ii, Iii, Iv
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Persendian
didasarkan
pada
bentuk
permukaan
berartikulasi
1. Sendi sferoidal
2. Sendi engsel
3. Sendi kisat
4. Persendian kondiloid
5. Sendi pelana
6. Sendi peluru
2.2 Osteoartritis
2.2.1 Definisi Osteoartritis
Gambar 2. Osteoartritis
(Moskowitz, 2007)
Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya
penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi
ringan. Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik,
berjalan progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya menyebabkan
inflamasi ringan, dan ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi
serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi (Carter, 2006).
neuropati,
hemophilia,
perubahan
metabolik
pada
kartilago
2.
Usia
b.
c.
Predisposisi genetic
d.
Obesitas
e.
f.
Trauma sendi
g.
h.
i.
kolagenase
dan
stromyelin,
pemecahan
proteoglikan
sehingga
atau
kista
subchondral
divisualisasikan
dengan
baik.
Untuk
perkembangan OA, radiografi digunakan untuk menilai JSW (joint space width),
yang memberikan nilai integritas kedua hialin dan serabut kartilago. Berikutnya
Keparahan OA sering diklasifikasikan oleh JSN (joint space narrowing) dan
penampilan simultan kelainan tulang subchondral seperti sebagai kista atau
sclerosis. Baru-baru ini, protokol pencitraan alternatif telah mengusulkan
pencitraan lutut fleksi untuk mengatasi kekurangan dari radiografi. Protokol ini
memanfaatkan derajat yang berbeda fleksi lutut, beamangles X-ray, dan strategi
positioning, semua membuat jarak antara tibia dan posterior aspek kondilus
femoralis untuk meningkatkan visualisasi dari ruang sendi. Fungsi utama
radiografi dalam diagnosis OA adalah untuk evaluasi dari JSW. JSW dan
selanjutnya JSN awalnya dinilai menggunakan teknik manual yang diperlukan
peralatan tambahan minimal atau pengolahan software . Namun, metode ini
memakan waktu dan subjektif, sebagian besar ditinggalkan demi penilaian
otomatis, yang menyediakan pengukuran cepat dan tepat dari JSW. Selain
meningkatkan reproduktifitas semikuantitatif scoring atau pengukuran manual,
penilaian otomatis juga telah memicu karakterisasi tambahan ruang sendi,
termasuk minimum JSW, berarti JSW, daerah ruang sendi, dan lokasi tertentu
JSW .
Sebuah studi tahun 2005 oleh Amin et al. mengungkapkan bahwa
sejumlah besar pasien menunjukkan gejala hilangnya tulang rawan pada MRI
bahkan ketika JSN atau penyakit perkembangan tidak divisualisasikan
menggunakan radiografi . Dalam studi ini, perkembangan radiografi adalah 91%
tetapi hanya 23% sensitif untuk kehilangan tulang rawan . Akibatnya, MRI
dianggap sebagai penting modalitas untuk pencitraan tulang karena dapat
10
2. MRI
Perubahan komposisi tulang subchondral penting untuk dicatat di
perkembangan OA dan divisualisasikan menggunakan MRI. Secara khusus,
bone marrow edema-like lesions (BMLs), subchondral lesi kista, dan gesekan
tulang subchondral adalah fitur utama yang menunjukkan perkembangan
penyakit.
BMLs adalah lesi degeneratif yang terdiri dari edema, sumsum tulang
nekrosis, fibrosis, dan kelainan trabecular. Sering terdeteksi dalam
hubungannya dengan kerusakan tulang rawan dan beberapa studi terbaru telah
menunjukkan korelasi antara BMLs dan kerusakan tulang rawan progresif
(Gbr. 2).Terbaik divisualisasikan pada MRI menggunakan PD-tertimbang,
intermediateweighted, pendek pemulihan inversi T2-weighted, atau muncul
daerah sebagai hypointense pada T1-tertimbang gambar SE. Studi terbaru
menunjukkan bahwa subchondral lesi kista seperti muncul di daerah-daerah
tanpa cacat tulang rawan, ketebalan penuh sekitar 50% dari waktu dan terkait
11
dengan BMLs di sub regional yang sama, Temuan ini juga mendukung teori
memar tulang. Subchondral lesi kista sebagai daerah ofwell, didefinisikan
intensitas sinyal seperti cairan meningkatkan pencitraan urutan.
Gesekan tulang subchondral sering diamati pada pasien dengan OA juga
pada pasien dengan OA ringan yang tidak menunjukkan JSN pada radiografi
standar. Ini mungkin disebabkan oleh diubahnya beban mekanis sehingga
menyebabkan remodelling subchondral dan berhubungan dengan BMLs .
Pada MRI,gesekan tulang subchondral muncul sebagai depresi atau dari
permukaan subchondral. Perubahan tulang subchondral terlihat pada MRI jauh
sebelum Perubahan terlihat pada radiografi.
Gambar 4: Bone marrow edema and bone marrow lesions depicted on the medial femur on a T2weighted fat suppressed MRI(A) and medial tibial plateau on an intermediate-weighted fat
suppressed MRI (B).
(Braun HJ, Gold GE, Diagnosis of osteoarthritis: Imaging, Bone (2011),
doi:10.1016/j.bone.2011.11.019)
3. OCT
Sementara MRI konvensional sangat berguna dalam mengidentifikasi
penuh perubahan parsial-ketebalan tulang rawan artikular di OA, tetapi tidak
mampu membedakan antara tulang rawan sehat dan tulang rawan yang sakit
dengan permukaan utuh . Evaluasi arthroscopic saat ini adalah standar klinis
untuk mengevaluasi chondrosis, atau pra OA-lesi chondral yang tidak
melibatkan tulang dan tidak terlihat pada radiografi , tetapi metode penelitian
12
Gambar 5: Correlation of arthroscopic images (top row), optical coherence tomography (middle
row), and T2 mapping (bottom row). Images courtesy of Chu CR et al. Arthritis and Rheumatism
2010;62:14121420
(Chu CR et al. Arthritis andRheumatism 2010;62:14121420)
13
4. US
Hasil Tindakan Rheumatoid Arthritis Clinical Trials Ultrasonografi
Taskforce mendefinisikan hipertrofi sinovial sebagai "hypoechoic normal
(relatif terhadap lemak subdermal, tapi kadang-kadang isoechoic atau
hyperechoic) jaringan intra-artikular yang nondisplaceable dan buruk
kompresibel dan yang mungkin menunjukkan Doppler. Meskipun definisi ini
mengacu pada usaha rheumatoid arthritis sinovial patologi, disarankan bahwa
mungkin juga dapat diterapkan OA karena perbedaan peradangan sinovial
antara dua penyakit sebagian besar kuantitatif . Pada lutut, yang paling umum
dicitrakan adalah hipertrofi kantong sinovial suprapatellar medial dan lateral
yang relung . Teknologi US Current memperoleh gambar dengan bidang
pandang lebar dengan resolusi tinggi probe yang beroperasi pada frekuensi
hingga 20 MHz . ini memiliki memungkinkan deteksi patologi sinovial
termasuk hipertrofi, vaskularisasi, dan adanya cairan sinovial dan deteksi
sinovitis di sendi yang muncul dinyatakan klinis diam (Gbr. 10). Teknik
Doppler memungkinkan evaluasi inflamasi melalui penilaian vaskularisasi
tidak langsung. US detected sinovitis lutut telah berhubungan dengan
radiografi
canggih
14
15
memiliki
komponen
inflamasi,
(inhibitor
COX-2),
sehingga
dapat
injeksi steroid lebih dari 3 sampai 4 kali per tahun dapat berhubungan
dengan penurunan perbaikan kartilago
5) Derivat tetrasiklin oral ditemukan bersifat kondroprotektif dan sedang
diteliti secara ekstensif.
6) Lain-lain
(1) Pembedahan :
a. Atroskopi : Menggunakan alat kecil yang dimasukkan ke dalam
rongga sendi untuk membersihkan tulang rawan yang rusak.
b. Sinovektomi : untuk mengatasi jaringan sendi yang mengalami
peradangan
c. Osteotomi : Operasi yang dilakukan terhadap salah satu bagian
tulang sehingga posisi dan letaknya menjadi lebih baik dan
mengurangi rasa nyeri pasien.
d. Penggantian sendi (Total Knee Replacement dan Total Hip
Replacement)
Operasi menggantikan sendi yang rusak dengan sendi baru yang
terbuat dari bahan metal.
Indikasi utama adalah untuk mengurangi rasa sakit yang
disebabkan oleh arthritis. Tujuan sekunder untuk memperbaiki
cacat, dan untuk mengembalikan fungsi. Lebih khusus, untuk
penggantian sendi pasa perubahan degeneratif sendi lutut yang
telah parah.
Tujuan total knee replacement yaitu :
1. Untuk membebaskan sendi dari rasa nyeri
2. Untuk menggembalikkan rentang gerak (ROM)
3. Untuk menggembalikkan fungsi normal bagi seorang pasien
4. Untuk membangun kembali akrivitas sehari-hari (ADL),
dengan modifikasi yang tetap menjaga ROM pasien
(http://medshisof.tumblr.com).
Tabel 1. Indikasi Pembedahan THR/TKR (British Journal of Nursing,
2004)
17
18
1. Duduk dengan posisi kedua tungkai lurus pada lantai, tempat tidur atau tempat
duduk yang panjang. Gerakkan telapak kaki mendekat ke arah tubuh dan tekan
lutut hingga mengenai lantai, untuk menguatkan otot-otot di sekitar lutut.
Tahan dalam lima hitungan, lalu istirahatkan.
2. Seperti posisi diatas, lalu angkat tungkai hingga membentuk sudut 30 derajat
dengan lantai, usahakan lutut tetap lurus dan angkat 2 sampai 3 inci. Tahan
dalam 5 hitungan.
3. Seperti posisi di atas, letakkan gulungan kain / selimut / bola tenis. Tekan lutut
keatas benda tersebut, tahan dalam 5 hitungan. Latihan ini sebaiknya dilakukan
20 kali untuk masing-masing lutut, 2-5 kali sehari. Sewaktu tidur tidak
diperkenankan menggunakan bantalan untuk mengganjal bagian bawah sendi
lutut, karena akan menyebabkan lutut bengkok menetap dan cacat.
19
4. Duduk dengan posisi kedua lutut tepat pada tepi kursi. Lalu angkat salah satu
kaki dengan kekuatan penuh sampai posisi kaki lurus, tahan dalam 5 hitungan.
Lakukan bergantian. Bila memungkinkan, tambahkan beban pada kaki. Dapat
dilakukan dengan mengikatkan kaus kaki dengan benda kecil pada kedua
pergelangan kaki. Penambahan beban harus dilakukan secara bertahap.
Olah raga yang disarankan pada penderita OA adalah berenang dan aerobik,
merupakan jenis olah raga yang baik untuk melatih sendi-sendi tubuh kita.
Olahraga ini tidak menggunakan beban berat tubuh sehingga mengurangi nyeri
sendi. Jika tidak memungkinkan untuk kedua olahraga tersebut maka jalan kaki di
tempat yang datar dan rata dapat dilakukan dan disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing penderita.
Modifikasi gaya hidup dapat secara dini dilakukan untuk pencegahan pada
penderita yang diduga akan menderita OA yang berat, yaitu :
1. Penderita dengan berat badan berlebih (overweight). Mengurangi berat
badan, dengan membatasi dan mengatur pola makan serta melakukan
latihan rutin sangat penting.
2. Diet yang seimbang
Mitos yang beredar di masyarakat mengatakan bahwa makan sayursayuran hijau atau kacang-kacangan dapat menyebabkan nyeri sendi
tidaklah tepat. Tidak ada makanan tertentu yang menyebabkan nyeri pada
OA, termasuk sayur-sayuran dan kacang-kacangan. Namun makan yang
berlebihan sehingga berat badan meningkatlah yang akan menambah
nyeri. Omega-3 terbukti sangat baik untuk sendi yang sehat. Asam lemak
Omega-3 dapat membentuk senyawa prostaglandin yang diketahui
memiliki sifat anti-peradangan sehingga risiko nyeri sendi dapat dikurangi.
Selain itu omega-3 juga diketahui dapat mempercepat penyembuhan
20
Prognosis Osteoartritis
Sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konserfatif. Hanya
kasus yang berat yang harus dilakukan penatalaksanaan pembedahan.
21
22
Kelainan yang terjadi pada daerah artikule dibagi menjadi dalam 3 stadium, yaitu:
1. Stadium Sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan diri pada jaringan sinovium (jaringan
sendi tipis yang berada di sendi). Sinovitis aktif mempunyai tanda-tanda
hangat, pembengkakan di sekitar sendi yang radang, nyeri saat istirahat
maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan. Sendi-sendi yang terkena
biasanya sendi-sendi superficial dimana kapsul sendi mudah dilihat
seperti, lutut, pergelangan tangan dan jari-jari.
2. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
juga padajaringan sekitar, ditandai adanya kontraksi tendon. Destruksi
sendi yang progresif atausub luksasio (dislokasi parsial) terjadi ketika satu
tulang bergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi. Selain
tanda dan gejala tesebut terjadi pula perubahanbentuk pada tangan yaitu
bentuk jari Swan-Neck.
3. Stadium Deformitas
Pada stadium ini, terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi
diawali sinovitis berlanjut pada pembentukan pannus, ankilisis fibrosa dan
terakhir ankilosis tilang. Deformitas disebabkan oleh ketidaksejajaran
1.3.4
b.
c.
24
2.
3.
4.
5.
6.
25
7.
Manistasi ekstra-artikular: artritis rheumatoid juga dapat menyerang organorgan lain di luar sendi. Jantung (pericarditis), paru-paru (pleuritic), mata,
dan pembuluh darah dapat rusak.
Jantung
Paru-paru
Mata
Sistem saraf
Kriteria
Nodul subkutan
Vasculitis,
menyebabkan
bercak-
bercak coklat
Lesi-lesi ekimotik
Pericarditis
Tamponade pericardium (jarang)
Lesi peradangan pada miokardium dan
katup jantung
Pleuritic dengan atau tenpa efusi
Lesi peradangan paru-paru
Skleritis
Neuropati perifer
Sindrom kompresi perifer, termasuk
sindrom carpal tunnel, neuropati saraf
ulnaris,
Sistemik
paralisis
peronealis,
dan
Definisi
Kekakuan
stiffness)
persendian
di
dan
pagi
di
hari
pada
sekitarnya,
perbaikan maksimal
Pembengkakan jaringan lunak atau
persendian atau lebih efusi (bukan
pertumbuhan
tulang),
sekurang-
kriteria
ini
terdapat
14
dan kanan.
Sekurang-kurangnya
terjadi
pembengkakan
satu persendian tangan
Keterlibatan sendi yang sama (seperti
yang
tertera pada kriteria 2 pada kedua
belah sisi,
keterlibatan PIP , MCP , atau MTP
bilateral
dapat diterima walaupun tidak mutlak
bersifat
simetris.
* PIP : Proximal Interphalangeal,
MCP : Metacarpophalangeal,
Nodul rheumathoid
MTP: Metatarsophalangeal
Nodul subkutan pada
penonjolan
tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah
juksta artrikular yang diobservasi oleh
Faktor rheumatoid serum
seorang dokter.
Terdapatnya titer abnormal faktor
reumatoid
serum yang diperiksa dengan cara
yang memberikan hasil positif kurang
dari 5% kelompok kontrol yang
27
diperiksa.
Perubahan gambaran
khas
bagi
reumotoid
posteroanterior
pergelangan
menunjukkan
tangan
yang
adanya
erosi
atau
harus
atau
sendi
atau
daerah
yang
osteoartritis
saja
tidak
memenuhi persyaratan).
1.3.5 Pemeriksaan diagnostik Artritis Reumatoid
2. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi
anemia dan leukositosis, Reumatoid faktor terjadi 50-90% penderita
3. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan
pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
4. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
5. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
6. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
7. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
8. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle
Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi
yang normal.
28
pegal
maka
harus
beristirahat
sendi
yang
terserang
penyakit
Rheumatoid
Arhtritis
mengurangi
kekauan,
meningkatkan
kelenturan
otot,
netral,
ataupun
memberikan
massase
yang
lembut
33
dengan
menggunakan
obat-obatan
dari
herbal
setelah
titik
tersebut
seimbang
dilanjutkan
dengan
selama 4 minggu lebih efektif dibandingkan dengan plasebo dan sama efektifnya
dengan ibuprofen dalam meredakan nyeri pada osteoartritis (Leach, & Kumar,
2008).
Respon maladaptif yang dialami penderita osteoartritis berupa nyeri,
kekakuan sendi dan gangguan fungsi, timbul akibat dari kegagalan mekanisme
koping
regulator.
Kegagalan
mekanisme
koping
regulator
pada
Spektrum beratnya artritis reumatoid berkisar mulai dari bentuk ringan atau
subklinis sampai bentuk agresif yang destruktif. (Patrick, 2006)
36
OA
Degeneratif
Wanita
RA
Autoimun
Wanita
- Jenis
Segala usia
kelamin
- Usia
Proses
penyakit
Gejala
1. Nyeri lutut
4. Nyeri tekan
sendi
5. Pembesaran tulang
6. Tidak
panas
perabaan
tangan
4. Artritis yang simetris
5. Nodul reumatoid
6. Faktor reumatoid dalam
serum
7. Perubahan-perubahan
radiologik (erosi atau
Gejala
sistemik
dekalsifikasi tulang)
Sering kelelahan, demam,
anoreksia
37
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
OSTEOATRITIS dan ARTRITIS REUMATOID
3.1 Asuhan Keperawatan Osteoartritis
3.1.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Data Biografi
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, dll.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus osteoatritisadalah rasa
nyeri. Nyeri pada osteoatritis makin meningkat pada suhu dingin.
(Suratun, 2008).
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
c) Region : radiation, relief: Nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat. Nyeri tidak menjalar atau menyebar.
d) Severity (Scale) of Pain:Secara subjektif klien merasakan nyeri
dengan skala 2-4 dengan rentang 0-4.
e) Time:berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian yang di dapat adalah adanya riwayat cedera traumatic.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab osteoatritis
penyakit-penyakit apa saja yang menyebabkan osteoatritis dan penyakit
apa saja yang menghambat proses penyembuhan osteoatritis.
38
40
untuk
melakukan aktivitas.
Tanda peradangan pada persendian ( nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna
kemerahan ) mungkin dijumpai pada OA karena adanya
sinovisit.
3. Move (Pergerakan terutama lingkup gerak)
Hambatan gerakan persendian. Gangguan biasanya
semakin bertambah berat sejalan dengan bertambahnya nyeri.
Gerakan akan terbatas meskipun sering tidak terasa
nyeri dalam rentang yang terbatas; rotasi internal, abduksi
dan ekstensi biasanya terkena lebih dahulu.
Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan
gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah
gerakan aktif dan pasif. Pemeriksan yang didapat adalah
adanya gangguan/ keterbatasan gerak persendian. (Arif
Muttaqin, 2013)
C. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pencitraan
Ronsen pada sendi yang terkena dapat menunjukkan penyempitan ruang
atau margin sendi, deposit tulang yang menyerupai kista ada ruang dan
margin sendi, sclerosis pada ruang subkondral, deformitas sendi atau
kerusakan articular, pertumbuhan tulang pada bagian yang menahan
beban, dan kemungkinan terdapat fusi sendi
41
Tidak
Jarang
Kadang-
Sering
Konsisten
dilakukan
dilakukan
kadang
dilakukan dilakukan
dilakukan
3
Mengenali
factor penyebab
nyeri
Mengenali
onset nyeri
Melakukan
42
pencegahan
nyeri
Menggunakan
terapi
non
analgesic
Menggunakan
analgesic
yangsesuai
Melaporkan
gejala nyeri
Level nyeri
Level nyeri
Severe
Substansial
Moderate
Slight
None
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Melaporkan
nyeri
Frekuensi
nyeri
Ekspresi
wajah
Posisi
pertahanan
tubuh
terhadap
nyeri
Perubahan
RR
Perubahan
HR
Perubahan
TD
Perubahan
pupil
Hilang nafsu
makan
INTERVENSI
RASIONAL
43
Mandiri:
1. Kaji lokasi nyeri, karakteristik
nyeri,durasi
nyeri,frekuensi
nyeri,kualitas
nyeri,intensitas
nyeri
mengetahui
klien
memberikan
arakteristik
perawat
intervensi
dapat
sesuai
respon klien.
2. Untuk mengetahui ketidaknyamanan
1. Dengan
ketidaknyamanan
akibat
nonverbal
nyeri
disampaikan
yang
tidak
bisa
klien
3. Agar perawat dapat meningkatkan
Kolaborasi
1. pemberian analgesic
Monitoring
dirasakan klien
1. Monitoring TTV
intervensi selanjutnya
2.
nyeri
dan
efektifitas
terapi
yang
diberikan.
Health education
1. Ajarkan prisip menagemen nyeri
2.Ajarkan
menggunakan
teknik
tambahan
untuk
44
Tidak
dapat Membutuhkan
mobilitas
dilakukan
secara
lain
mandiri
bantu
&
Membutuhkan
alat lain
3
Mandiri
bantuan alat
4
Keseimbangan
gerak
Posisi
gerak
tubuh
Gerakan otot
Gerakan sendi
Perpindahan
gerak
Ambulasi
jalan
Ambulasi
bantuan kursi
INTERVENSI
MANDIRI
RASIONAL
1. Mengurangi
nyeri
minimal
4. Lindungi pasien dari trauma selama
dari Osteoarthritis
4. Menjaga pasien
latihan
5. Anjurkan
selama latihan
5. Latihan
sederhana
pasien
untuk
duduk
yang
tetap
aman
untuk
45
otot
Adekuat
5
Mengeliminasi benda
berbahaya di sekitar
lingkungan
Menempatkan karpet
di lantai
Menggunakan
alas
alat
RASIONAL
bagaimana
cara
dan
bagaimana
Tidak
mengerti
1
Mengenal
Terbatas
Kurang
mengerti
3
Mengerti Sangat
4
mengerti
5
nama
penyakitnya
Menjelaskan proses
penyakit
Menjelaskan
penyebab penyakit
Menjelaskan faktor
resiko
Menjelaskan
efek
penyakit
Menjelaskan
tanda
dan gejala
Menjelaskan
cara
meminimalkan
perkembangan
penyakit
Menjelaskan
komplikasi
Menjelaskan
tanda
47
dan
gejala
komplikasi
Menjelaskan
pencagahan
komplikasi
INTERVENSI
1. Mengkaji
pengetahuan
RASIONAL
klien
1. Mengetahui tingkat pengetahuan
mengenai penyakitnya
2. Menjelaskan pada pasien tentang
proses penyakitnya, tanda dan
gejala
yang
muncul
penyakitnya.
3. Mengidentifikasi
pada
kemungkinan
yang
dapat
klien
2. Memberikan pengetahuan pada
pasien
dan
penyakit
keluarga
dan
tentang
meningkatkan
pemahaman.
3. Memberikan informasi mengenai
pencegahan keparahan penyakit.
mencegah
timbulnya komplikasi
5. Menjelaskan informasi kepada
penyakit
5. Membantu dan mendukung proses
kesembuhan klien.
Pemeriksaan
Setempat
( Lokalis )
1. Look
Kaji adanya ketidakmampuan menggerakan sendi dan
penurunan dalam melakukan pergerakan.
Pada kondisi dengan rheumatoid artritis didapatkan
adanya nyeri pada persendian dan kekakuan. Secara khas
nyeri dirasakan setelah melakukan aktivitas. Kekakuan pada
mulanya diketahui setelah istirahat, semakin lama semakin
progresif hingga sulit untuk melakukan aktivitas
2. Feel
Terdapat tanda-tanda inflamasi di bagian sendi yang
terjadi peradangan. Nyeri akan dirasakan klien
49
sendi.
Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan akibat inflamasi
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
Resiko cidera berhubungan degan keterbatasan gerak
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai
dengan klien tidak dapat menjelaskan tentang penyakitnya dan cemas
berlebihan
50
3.2.3 Intervensi
No
1.
Diagnosa
Nyeri
berhubungan
dengan
NIC
NOC:
Aktivitas:
Pain manajemen:
pain control
Pain manajemen
1. Mengukur
distensi
jaringan
kepuasan
akibat
pasien terhadap
inflamasi
Rasional
menejemen
Indicator:
Kriteria
Menyatakan
lokasi nyeri
Menggunakan
upaya
preventif
Upaya non
analgesic
Upaya
5 4 3 2 1
tingkat
1. Monitor
kenyamanan
pasien terhadap
terapi
2. Mencegah
nyeri
2. Tingkatkan
istirahat dan
tidur yang
pasien merasa
kelelahan dan
menjaga energy
3. Memberikan
adekuat
3. Kolaborasi
pemberian
analgetik
4. Jelaskan pada
pengetahuan
dan mengurangi
kecemasan
4. Membantu
mengurangi
pasien
penyebab nyeri
5. Lakukan teknik
farmako
analgesic
nonfarmakologi
Analgesic
secara tepat
s seperti:
administration
Laporan
relaksasi,
perubahan
distraksi
pada gejala
Analgesic
nyeri
administration
1. Kaji lokasi,
1.
Merencanak
an perawatan
sebelumnya
secara tepat
Mencegah
2.
kesaahan pada
karakter,
qualitas dan
saat pemberian
Mencegah
3.
berat nyari
terjadi
sebelum
komplikasi
pengobatan
karena efek
51
2. Periksa
instruksi
sebelum
pemberian obat
3. Kaji riwayat
samping obat
Mengukur
4.
tigkat
keefektifitas
terapi
alergi obat
4. Evaluasi
keadaan pasien
secara berkala
sebelum dan
setelah
pemberian
analgesik
2.
Hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
deformitas
NOC:
mobility level
1. Tentukan
keterbatasan
dari pergerakan
passive
dan efeknya
terhadap fungsi
pemenuhan
ADL
2. Kolaborasi
dengan terapis
Indicator
untuk latihan
Kriteria
keseimbangan
koordinasi
Pergerakan
otot
ADL
5 4 3 2 1
pengembangan
dan jadwalkan
latihan fisik
3. Jelaskan pada
klien tujuan
dari
diadakannya
1. Setelah
mengetahui
manifestasi
yang muncul
pada pasien
diharapkan
perawat
mampu
menyusun
terapi yang
sesuai
2. Ahli terapi
akan mampu
memberikan
pelatihan pada
pasien secara
maksimal
3. Informasi yang
jelas akan
52
latihan fisik
4. Berikan
Kepatuhan
jadwal latihan
dukungan untuk
menambah
kepatuhan
melakukan
pasien
4. Dukungan
latihan fisik
positif
secara teratur
diperlukan agar
pasien adapat
menjalankan
terapi sampai
3.
Resiko cidera
berhubungan
degan
keterbatasan
gerak
NOC:
Fall prevention
1. Identifikasi
Risk control
kemampuan fisik
pasien
2. Kaji riwayat jatuh
Safety behavior
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
klien tidak mengalami injury
Indicator
Kriteria
5 4 3 2 1
tuntas
Fall prevention
1. Mengetahui
tingkat resiko
yang mungkin
dialami
2. Setelah
mengetahui
cara menggunakan
riwayat perawat
sesuai
4. Bantu pasien
Perlindungan
beradaptasi
untuk
dengan keadaan
pasien cedera
3. Alat bantu yang
mencegah
tubuhnya setelah
sesuai dapat
jatuh
sakit
membantu
Menggunakan
Manajemen
mobilitas pasien
alat bantu
lingkungan
dan penggunaan
mobilitas
Pencahayaan
yang tepat
Lantai yang
tidak licin
1. Sediakan
lingkungan yang
aman
2. Identifikasi
kebutuhan
keamanan pasien
3. Menganjurkan
mengetahui
keluarga untuk
tingkat fisiknya
menemani pasien
4. Memindahkan
sendiri pasien
akan mampu
barang-barang
menjaga dirinya
yang dapat
1
Hipertermia
berhubungan
dengan proses
penyakit
NOC:
demam
Thermoregulasi
Hipertermia
suhu
2. Kaji warna
antipiretik
suhu kulit
lingkungan
Dehidrasi
RR
Berkeringat
saat panas
perubahan suhu
yang signifikan
Lingkungan
2.
bisa
mempengaruhi
termoregulasi
pemberian
Managemen
warna kulit
adanya
kulit
3. Kaji WBC
4. Kolaborasi
Penurunan
Perubahan
Mengetahui
perubahan
1.
1. Kaji
Kriteria
dari cidera
membahayakan
Penatalaksanaan
5. Kaji suhu
lingkungan
sekitar pasien
6. Berikan suhu
tubuh pasien
Peningkatan
3.
suhu tubuh
dapat
menyebabkan
keluarnya
cairan dan ion
tubuh sehingga
yang sesuai
menyebabkan
dengan
dehidrasi.
kondisi pasien
Managemen cairan
7. Monitoring
status hidrasi
pasien
8. kolaborasi
pemberian
54
cairan via IV
line
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi; prognosis penyakit
Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam, klien dan keluarga memahami proses penyakit serta pencegahannya
Kriteria hasil:
Indikator
Tidak
Terbatas
Kurang
Mengerti
Sangat
mengerti
1
mengerti
3
mengerti
5
pencagahan
komplikasi
INTERVENSI
RASIONAL
6. Mengkaji pengetahuan klien mengenai
6. Mengetahui tingkat pengetahuan klien
penyakitnya
7. Menjelaskan pada pasien tentang proses
penyakitnya,
tanda
dan
gejala
yang
dapat
komplikasi
10. Menjelaskan
mencegah
timbulnya
informasi
kepada
Membantu
dan
mendukung
kesembuhan klien.
55
proses
Pergerakan tidak aktif dan memiliki kesulitan berjalan untuk jarak jauh. Pasien
dirawat di Ruang Kenanga RS. X dengan osteoarthritis (OA) di kedua lutut,
dan direncanakan operasi penggantian lutut kanan total (TKR). Dia
mendapatkan suntikan kortison sejak 2 minggu yang lalu, dan sejak 6 bulan
yang lalu pasien telah mendapatkan prednisone untuk nyeri lutut yang dialami.
Hasil anamnesis, pasien mengatakan nyeri pada sendi lutut, jari tangan dan
punggung. Pasien juga mengatakan mengalami kesulitan dalam berjalan jauh
karena badannya yang gemuk. Secara psikologis, pasien juga menunjukkan
tanda-tanda kecemasan yang berat terkait keberhasilan tindakan yang akan
dilakukan.
Riwayat penyakit dahulu: DM+HT disangkal namun hasil pemeriksaan
saat ini menunjukkan bahwa HT (+), Nyeri sendi dirasakan sejak 1 tahun
terakhir dan telah menjalani arthroscopy pada lutut kanan di tahun 2013,
namun tidak banyak membantu untuk memulihkan dari rasa nyeri. Operasi
TKR klien dijadwalkan pada 21 September 2014.
Riwayat penyakit keluarga:
- Ayah memiliki infark miokard (MI) dan demam rematik.
- Ibu memiliki hipertensi (HTN), kanker, arthritis dan asma.
3.3.1.2 Pengkajian
1.
Identitas pasien
a) Nama
: Ny. L
b) Umur
: 51 tahun
c) BB
: 112 kg
d) TB
: 174 cm
e) Jenis kelamin
: Perempuan
f) Suku bangsa
: Indonesia
g) Agama
: Islam
h) Pendidikan
: SMA
i) Alamat
: Surabaya
j) Diagnosa
: Osteoarthritis
3.2.3.2 Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri sendi lutut, jari tangan dan punggung.
56
tanda-tanda
kecemasan
yang
berat
terkait
5) B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah keperawatan
6) B5 ( Bowel)
Tidak ditemukan masalah keperawatan
7) B6 (Bone)
a.
Look
Osteoarthritis (OA) di kedua lutut. Tanda peradangan pada
persendian (rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
Radang di sekitar lutut.
b.
Feel
Pasien mengatakan nyeri pada sendi lutut, jari tangan dan
punggung. Terasa nyeri kronis dan kekakuan, keletihan
c.
2.
seperti lutut
Peningkatan
tulang
3.
densitas
subkondral
(sklerosis)
Osteofit pada
pinggir
sendi
3.3.1.3 Analisa Data
No.
1.
Data
Etiologi
DS:
Osteoarthritis
Pasien mengatakan nyeri,
Selalu mengungkapkan Perubahan metabolisme
Masalah
Keperawatan
Nyeri Kronis
mengatakan
skala nyeri 8
Hipertropi
T: Pasien mengatakan
Distensi cairan
nyeri
pada
saat
pergerakan
ketika
tidak
59
melakukan pergerakan
2.
Tanda-tanda Vital:
Suhu : 37C
Nadi : 120 x/menit
TD
: 140/100 mmHg
RR
: 28 x/menit
DS:
Osteoarthritis
Pasien
mengatakan
Perubahan fungsi sendi
mengalami
kesulitan
dalam berjalan jauh,
Pelunakan
Hambatan
Mobilitas Fisik
dan
ireguleritas sendi
DO:
- Gangguan
Kekakuan sendi
muskoloskeletal
(osteoarthritis kedua
Pergerakan terbatas
Hambatan
lutut)
Uji kekuatan
score 2
Pergerakan tidak aktif
Keterbatasan rentang
otot
mobilitas
fisik
dan otot
DS:
Osteoarthritis
Ansietas
Pasien
mengatakan
Nyeri sendi yang tidak
cemas
menghilang
DO:
Pasien tampak takut dan Perubahan fungsi sendi
cemas
Nadi=
120
x/menit,
Takikardi
Rencana
operasi
Akral= Dingin, Basah,
penggantian
lutut
Pucat
kanan total (TKR)
Kurang Pengetahuan
Ansietas
60
Tidak
Jarang
Kadang-
Sering
Konsisten
dilakukan
dilakukan
kadang
dilakukan dilakukan
dilakukan
3
Mengenali
factor penyebab
nyeri
Mengenali
onset nyeri
Melakukan
pencegahan
nyeri
Menggunakan
terapi
non
analgesic
Menggunakan
61
analgesic
yangsesuai
Melaporkan
gejala nyeri
Level nyeri
Level nyeri
Severe
Substansial
Moderate
Slight
None
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Melaporkan
nyeri
Frekuensi
nyeri
Ekspresi
wajah
Posisi
pertahanan
tubuh
terhadap
nyeri
Perubahan
RR
Perubahan
HR
Perubahan
TD
Perubahan
pupil
Hilang nafsu
makan
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri:
1. Kaji lokasi nyeri, karakteristik
nyeri,durasi
nyeri,frekuensi
nyeri,kualitas
nyeri,intensitas
1. Dengan
nyeri
mengetahui
klien
memberikan
arakteristik
perawat
intervensi
dapat
sesuai
respon klien.
2. Untuk mengetahui ketidaknyamanan
ketidaknyamanan
62
nonverbal
akibat
nyeri
yang
tidak
bisa
1. pemberian analgesic
Monitoring
dirasakan klien
1. Monitoring TTV
intervensi selanjutnya
2.
nyeri
dan
efektifitas
terapi
yang
diberikan.
Health education
1. Ajarkan prisip menagemen nyeri
2.Ajarkan
menggunakan
teknik
tambahan
untuk
Hambatan mobilitas fisik b.d keterbatasan gerak akibat osteoartitis dan kegemukan
ditandai dengan uji kekuatan otot score 2, pergerakan tidak aktif dan tidak mampu
berjalan jarak jauh.
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai
63
dengan kemampuannya.
Kriteria Hasil :
Skala
Tidak
Membutuhkan
mobilitas
dapat
dilakukan
lain
secara
bantu
mandiri
&
Membutuhkan
alat lain
3
Mandiri
Mandiri
5
bantuan
alat
4
1
Keseimbangan
gerak
Posisi
gerak
tubuh
Gerakan otot
Gerakan sendi
Perpindahan
gerak
Ambulasi
jalan
Ambulasi
bantuan kursi
INTERVENSI
MANDIRI
RASIONAL
1. Mengurangi
nyeri
yang
ditimbulkan
komplikasi
berlanjut
dari
Osteoarthritis
4. Menjaga pasien tetap aman selama latihan
5. Latihan sederhana untuk mencegah
kontraktur dan atrofi otot
pasien
untuk
duduk
Severe
Subtantial
Moderate
Mild
None
istrahat
Ketegangan
otot
Ketegangan
wajah
Peningkatan
TD
Perubahan
pola makan
Cemas
secara verbal
INTERVENSI
Mandiri
1. Gunakan
RASIONAL
1. Interaksi yang membuat pasien tenang
pendekatan
yang
menyenangkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dan
nyaman
sehingga
dapat
mengurangi kecemasan
2. Meningkatkan ketenangan serta dapat
pemberian
menurunkan kecemasan
1. Mengurangi
menggunakan
ansietas
dengan
intervensi
melalui
65
mendengarkan
musik,
informasi
faktual
tenang
66
67
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat
kronik, berjalan progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya
menyebabkan inflamasi ringan, dan ditandai dengan adanya deteriorasi
dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan
sendi. Prevalensi osteoartritis di Indonesia mencapai 5% pada usia<40
tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk
osteoartritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan
12,7% pada wanita. Terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh faktor-faktor
resiko yaitu umur (proses penuaan), genetik, kegemukan, cedera sendi,
pekerjaan, olah raga, anomali anatomi, penyakit metabolik, dan penyakit
inflamasi sendi.
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang
bersifat sistemik, progresif, cenderung kronis yang menyerang berbagai
sistem organ. Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Beberapa teori
yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid adalah infeksi
streptokokus hemolitikus dan streptokokus nonhemolitikus, endokrin,
autoimun, metabolik, faktor genetik, atau faktor lingkungan. Saat ini,
artritis reumatoid diduga karena faktor autoimun dan infeksi.
1.2 Saran
Melalui
makalah
ini
diharapkan
mahasiswa
keperawatan
dapat
68
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Mark. 2004. Nursing Management issues in hip and knee replacement
surgery. British Journal of Nursing Vol.13 No.13
Anita, Ripi. 2011. Hubungan Senam Lansia dengan Rasa Nyeri Penderita
Reumatoid (Rematik) di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota
Bengkulu. UMB : FIKES.
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku dari
Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC
Brashers, Valentina. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan dan
Manajemen Ed.2. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volum 3. Jakarta : EGC
Cantika, Intan. 2011. OA. Disitasi dari http://www.scribd.com/doc/54942926/OA,
pada Selasa, 9 September 2014 pukul 13.10
Carter, M. A. 2006. Osteoartritis. In S. A. Price, & L. A. Wilson, Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2008. Handbook of Pathophysiology. (diterjemahkan oleh:
Nike Budi Subhekti). Jakarta: EGC
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges Marilynn E., Moorhouse Mary F. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman untuk Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Eliopoulus, Charlotte. 2005. Gerontological Nursing Sixth Edition. Philadelphia :
Lippincott Williams&Wilkins.
Helmi, Zairin Noor. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :
Salembe Medika
Hochberg, Marc C et al. American College of Rheumatology 2012
Recommendations for the Use of Nonpharmacologic and Pharmacologic
Therapies in Osteoarthritis of the Hand, Hip, and Knee.Arthritis Care &
Research Vol. 64, No. 4, April 2012, pp 465474DOI 10.1002/acr.21596
2012, American College of Rheumatology.
J. Braun, Hillary. Diagnosis of osteoarthritis: Imaging.Elsevier. 2011:4C:11:
69
Leveno, Kenneth J. et al. 2004. Obstetri Williams: Panduan Ringkas Edisi 21.
Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, 2000.,Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius Jakarta:
FKUI
Moskowitz, Rowand. dkk. 2007. Osteoartrhitis Fourth Edition. Philadelphia:
Lippincot
Muttaqin,
Arif.
2008.
Asuhan
Keperawatan
Klien
Gangguan
Sistem
70
Underwood JCE. Patologi umum dan sistemik. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2000. p.
829-31
Wachjudi RG; Nyoman A. 2006.
71