Anda di halaman 1dari 3

Diagnosis

Teknik dan prosedur diagnosis yang digunakan untuk identifikasi Ekinokokus


tergantung pada jenis infeksinya (secara alami) dan tergantung pada inang (Induk Semang
Definitif dan Induk Semang Antara) yang akan diperiksa. Diagnosis diperlukan untuk
menentukan stadium larva hidatid dalam tubuh manusia (Woods 1986).

Diagnosis Ekinokokosis pada Induk Semang Antara


Induk Semang Antara Ekinokokus antara lain sapi, domba, kambing dan babi. Bardonnet
et al. (2003) mengatakan bahwa, analisis DNA dengan PCR dapat dilakukan untuk
mengetahui peranan sapi yang menjadi transmisi (reservoar) ke manusia. Diagnosis pada
Induk Semang Antara dapat dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH). Kista hidatid dari
Ekinokokus pada berbagai organ (domba dan sapi) dapat diobservasi secara palpasi dan
insisi. Pemeriksaan kista Ekinokokus pada babi dan kambing terkadang sulit dilakukan,
karena dapat dikelirukan dengan infeksi cacing pita yang lain (Taenia hydatigena) apabila
kedua parasit tersebut menginfeksi organ hati yang sama. Pemeriksaan histopatologi
menggunakan pewarnaan Periodic-acid Schiff (PAS) dari potongan organ, dapat
membedakan kedua jenis cacing tersebut.
Pemeriksaan sputum penderita akibat kista paru-paru yang ruptur dapat dilakukan secara
klinik dan parasitologi (Muller, 1975). Prinsip pemeriksaannya adalah setetes cairan kista
yang sudah disentrifuge diteteskan pada objek gelas, dengan objek gelas lainnya dibuat
apusan kemudian dilakukan pewarnaan dan diamati secara mikroskopis. Pada saat pembuatan
apusan terjadi goresan antara kait-kait dengan objek gelas sehingga terdengar seperti suara
goresan kaca di atas pasir. Suara goresan kaca tersebut membuktikan adanya protoscolex
dengan brood capsule atau hydatid sand yang merupakan ciri khas Ekinokokus (OIE,
2000).

Diagnosis Ekinokokosis pada Induk Semang Definitif


Salah satu Induk Semang Definitif Ekinokokus adalah anjing. Identifikasi telur
Ekinokokus dari feses anjing secara mikroskopis sulit dilakukan. Hal ini terjadi, karena tidak
mudah untuk membedakan antara telur Ekinokokus dan telur Taenia sp. (Eckert dan
Deplazes, 2004). Namun dengan nekropsi, dapat dilakukan identifikasi cacing dewasanya
dengan bantuan mikroskup stereo, biasanya Ekinokokus dapat dijumpai pada sepertiga
bagian usus kecil anjing (OIE, 2000). Menurut Hoffmann et al. (2001), ada tiga cara lain
yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa ekinokokosis yaitu, pertama Purgasi dengan

arecoline bromida untuk verifikasi adanya parasit pada feses, kedua Uji ELISA untuk
mendeteksi coproantigen dan ketiga dengan indirect immunosorbent antibody test untuk
mendeteksi adanya antibody terhadap Ekinokokus.

Diagnosis Ekinokokosis pada Induk Semang Insidental


Diagnosis larva Ekinokokus pada manusia didasarkan pada pemeriksaan sinar X-ray,
ultrasonography dan deteksi antibody terhadap antigen echinococcus. Hasil dari pemeriksaan
sinar X-ray dapat ditemukan adanya kista. Kista ini memiliki batas yang jelas dan terkadang
terlihat batas cairannya (fluid level). Sinar X juga dapat menunjukkan lesi desak ruang (space
occupying lesion) terutama di dalam hati. Apabila kistanya besar dan lokasinya di abdomen
dapat dideteksi gelombangnya.
Diagnosis serologis dapat dilakukan secara imunodiagnostik yakni, mendeteksi serum
antibody spesifik dengan metode ELISA (Enzyme Linked immunosorbent Assay) dengan
Crude Antigen EgCF (Eckert dan Deplazes 2004). Sementara itu, Dogayan et al. (2003)
menyatakan bahwa, diagnosis kejadian awal hidatidosis yang dilakukan dengan metoda
Indirect Flourescent Antibody Technique (IFAT) dapat memberikan tingkat spesifisitas 80%
dan sensitivitas 90% pada manusia.

Daftar Pustaka
Bardonet.K., M.C.B. Elfegoun, J.M. Bart,S.Harraga, N. Hannache, S.Haddad,H.Dumon,
D.A.Vuitton And R.Piarroux. 2003. Cystic echinococcosis in Algeria: Cattle act as
reservoirs of sheep strain and may contribute to human contamination. Vet. parasitol.
116 (1): 35-44.
Doganay, A., A. Burgu, O. Sarimeh Metogulu,M. Tanyuksel, B. Gonene, E. Kosam And A.
Yildirim. 2003. Diagnosis of Hidatidosis in Human and Sheep by Indirect Flourecent
Antibody Technique. Indian Veterinary Journal. 80 (12): 1230-1233.
Eckert. J And P. Deplazes, 2004. Biological, Epidemiological and Clinical Aspects of
Echinococcosis, a Zoonosis of Increasing Concern. Clinical Microbiology Reviews. Jan
2004: 107-135.
Hoffmann.A.N., R. Malgor, M. Rue And L. Dela. 2001. Prevalence of Echinococcus
granulosus in Urban straydogs from Dom Pedrito in the state of Rio Grande do Sue
Brazile: abstract Vet. Bull. 72 (6) : 4449.
Office International Des Epizooties. 2000. Echinococcus/Hydatidosis Manual of Standard for
Diagnostic Test and Vaccines. Pp: 258-254.

Muller. R. 1975. Worms and Disease. A Manual of Medical Helminthology. William


Heinemann Medicals Books Limited. London.
Woods. G.T. 1986. Practices in Veterinary Public Health and Preventive Medicine in The
United States. Iowa State University Press, Ames, Iowa.

Anda mungkin juga menyukai