SAYURAN BEKU
Oleh :
DEWI ROSMAYANTI
J3L4 12211
MARDA MAULANA
J3L112119
J3L112125
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul STABILITAS VITAMIN C DALAM BAHAN BUAH DAN
SAYURAN BEKU ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kromatografi semester genap program keahlian
Analisis Kimia, Program Diploma Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengalami hambatan namun kami
mencoba mengatasinya berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Atep Dian Supardan S, Si M,Si sebagai dosen mata kuliah
Kromatografi yang tidak hanya memberikan ilmu pelajaran kuliah namun
juga tersirat ilmu pelajaran kehidupan.
2. Kakak Listiani Nurul S,Si sebagai asisten mata kuliah Kromatografi yang
selalu memberikan ilmu pelajaran mata kuliah namun juga memberikan
pengetahuan baru.
3. Teman teman Analisis Kimia 49 Kelas B Praktikum 2
4. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan motivasi dan bantuan baik moril maupun materil
sehingga kami masih bertahan dan berjuang demi menuntut ilmu yang
diridhoi.
Semua pihak yang telah membantu kami, semoga bantuan yang telah
diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Bogor, 12 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Vitamin C.................................................................................................................3
2.2 Kromatografi kinerja tingkat Tinggi (KCKT)...........................................................4
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12
LAMPIRAN...........................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
United State Departement of Agriculture National Nutrient Database for
Standard Reference, merupkan lembaga di Amerika Serikat yang menjadi sumber
utama bagi data komposisi nutrisi bahan makanan. Salah satu program lembaga
ini adalah NFNAP ( National food and Nutrient Analysis Program), NFNAP
merupakan program untuk memperbaharui dan mengembangkan data komposisi
nutrisi dalam Standar Reference (SR) produk pangan. Data yang benar tentang
komposisi nutrisi dalam Standar Reference produk pangan akan diperoleh apabila
proses pembuatan Standar Reference, analisis kandungan Standar Reference
dilakukan dengan benar. Proses analisis meliputi penanganan contoh, persiapan
contoh, dan proses pengujian.
Merupakan
suatu
keharusan
untuk
menstandarisasi,
dan
C dalam sayur dan buah sebagai bahan baku Standar Reference perlu diketahui
mengingat mudahnya vitamin tersebut rusak. Faktor-faktor yang mempecepat
kerusakan vitamin C dalam sampel perlu dihindari. Kandungan vitamin C dapat
terdegradasi selama proses homogenisasi bahan baku SR, penyimpanan, dan
penanganan sampel yang keliru. Program
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vitamin C
Vitamin C merupakan salah satu vitamin
Vitamin C atau yang secara kimia disebut asam askorbat merupakan vitamin
esensial yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh, dan merupakn vitamin yang
mudah larut dalam air. Secara kimia vitamin C atau asam askorbat memiliki
struktur kimia
antioksidan yang dapat menghambat aktivitas radikal bebas saat makanan diubah
menjadi energi. Vitamin C juga merupakan salah satu kofaktor penting dalam
sejumlah reaksi kimia tubuh. Selain tak dapat diproduksi tubuh, tubuh manusia
juga tidak dapat menyimpan vitamin C, sehingga mengkonsumsi vitamin C
dalam jumlah yang cukup merupakan hal yang penting (Grindberg dan Williams
2010)
Berdasarkan pada
yang
ascorbicoxysidase.
berperan
dalam
proses
tersebut
adalah
enzim
Standar reference
Bagian KCKT
Preparasi sampel KCKT
Ini juga dicari lagi jurnalnya.
Preparasi sampel KCKT buah dan sayuran beku menurut DJ Favell(1998)
ialah sample sebanyak 24 pak(500g-1kg) disimpan dalam suhu -20oC. Delapan
pack sampel dianalaisis pada hari pertama, di gabung dalam 4x2 sampel sebelum
analisis, kemudian sample yang sama dianalisis setelah penyimpanan 3, 6, dan 12
bulan. Namun menurut Philips KM(2005) ialah sampel buah dan sayuran di
potong ~1,25 cm bagian, bekukan secara cepat dalam nitrogen cair dan
dihomogenkan dengan 6L Blixer food processor (Robot Coupe, Ridgeland, MS,
USA). Homogenisasi bahan dijaga beku dalam nitrogen cair dan dibagi menjadi
48 dalam botol fial 60ml dengan tutup botol terbuat dari teflon, dibungkus
aluminum foil, dan disimpan dalam suhu -60oC 5oC.
BAB III
BAHAN DAN METODE
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan adalah bahan sawi hijau
(Brassica oleracea var. viridis), jeruk clementina (Citrus clementina) dan kentang
coklat muda (Solanum tuberosum), nitrogen cair, standar asam askorbat 99%, asam
metaphosphoric (MPA), ethylenediaminetetraacetate disodium
(EDTA), asam
formik, tris carbocymethil phosphine (TCEP), methanol HPLC grade, dan akuades
Metode penelitian dirancang dengan cara membuat sampel dalam eliquot setelah
dihomogenkan. Sampel disimpan dalam suhu -60oC dalam keadaan gelap. Kandungan
vitamin C diuji segera setelah dihomogenkan dan diuji setelah penyimpanan dalam 7
waktu yang berbeda yaitu (0,5, 1, 2, 3, 4, 6, 12 bulan). Sehingga perubahan kandungan
vitamin C dapat diketahui dari waktu ke waktu.
Metode percobaan dilakukan terhadap bahan yang terdiri dari sawi hijau(1,3 kg),
jeruk clementine (2,3 kg), kentang coklat muda (2 kg), pemilihan bahan ini didasarkan
perbedaan matrik sampel yang berbeda antara satu bahan dengan yang lainnya.
Daun sawi hijau dipisahkan dari tangkainya dan dari daun yang busuk. Sawi
dicuci dengan menggunakan akuades selama 2 menit lalu dikeringan. Sawi lalu
dipotong dengan ukuran 1,25cm dengan pisau stainless steel lalu segera
dibekukan dengan nitrogen cair dalam wadah gelas bertutup. Kentang dicuci
dengan menggunakan akuades selama 2 menit. Kentang dikeringkan dalam
saringan plastik. Kentang dikupas dan dipotong dengan ukuran 1,25 cm berbentuk
dadu dengan pisau stainless steel. Kentang lalu dibekukan dengan nitrogen cair
dalam wadah gelas bertutup. Jeruk clementine dipilih secara acak sebanyak 10
buah, kulit dan bagian lain yang tidak diperlukan dibuang. Jeruk tanpa kulit
tersebut langsug dibekukan menggunakan nitrogen cair dalam wadah gelas
bertutup.
Masing-masing bahan yang telah membeku dalam nitrogen cair
dipindahkan ke dalam food proscessor kapasitas 6L. Bahan lalu dihancurkan
hingga halus selama 10 detik dengan 1500 rpm, dan ditambah kecepatannya
hingga 3500rpm selama 30 detik hingga bahan menjadi homogen. Nitrogen cair
ditambahkan untuk membuat bahan tetap beku. Setelah homogen masing-masing
bahan dipindahkan ke dalam wadah stailess steel dan tetap dalam keadaan beku
dengan menambahkan nitrogen cair. Bahan material dipindahkan dalam tabung
gelas bertutup teflon (dalam beberapa eliquot), lapisan nitrogen cair dibuang
sebanyak 24-60 ml. Tabung gelas bertutup dibungkus dengan alumuniumfoil dan
disimpan dalam suhu -60 oC dalam keadaan gelap.
Kandungan vitamin C dalam sampel ditentukan dengan menggunakan
metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Sampel dipersiapkan dalam
ruangan yang memiliki saringan sinar UV. Sebanyak 2 gram sampel ditimbang ke
dalam tabung centrifuse 50 ml lalu ditambahkan sebanyak 10 ml larutan buffer
pengekstrak yang terdiri dari (5%MPA, 1 mM EDTA, 5 mM TCEP, pH 1.55).
Campuran lalu dihomogenkan dan diekstrak selama 1 jam. Selama proses
homogenisasi tabung centrifuse berada dalam dalam es, dan dialirkan gas argon
diatasnya. Sampel lalu disentifuse pada suhu 10 oC, 5000rpm. Supernatan disaring
dengan saringan membrane lalu ditutup dibawah gas argon dan tetap disimpan
dalam es. Pellet dilarutkan kembali dengan 5 ml larutan buffer pengekstrak dan
dicentrifuse kembali. Supernatan kedua digabungkan dengan yang pertama setelah
disaring dengan membrane filter 0,45 mm. Ekstak secara kuantitatif dipindahkan
dalam labu 25 ml dan ditera dengan larutan pengekstrak. Sampel lalu diencerkan
kembali dengan larutan buffer tergantung estimasi kandungan asam askorbatnya.
Sebanyak 1 ml ekstrak dipindahkan dalam vial lalu diukur kandngan vitamin
Cnya dengan KCKT.
Kondisi pengukuran KCKT yang digunakan adalah dengan fase terbalik.
Kolom yang digunakan adalah kolom C18 [with polar end-capping SynergiTM
4m Hydro-RP (250 mm _ 4.6 mm,4 mm particle size); Phenomonex, Torrance,
CA]. Fase gerak adalah 0,05% aqueos formic acid. Detektor yang digunakan
adalah diode array detector [(model 235C)operated with TurbochromTM 4
program
(PerkinElmer,
Waltham,
Massachusetts)
255nm].
Tiap
sampel
0.45 mm
asam askorbat terelusi sekitar 5.2-5.5 menit. Kurva standar vitamin C dibuat
dengan kisaran 0.5-50 mg/ml
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kromatogram untuk sampel jeruk clementin, sawi hijau, dan kentang
memperlihatkan sebuah pemisahan yang baik. Puncak yang dihasilkan hampir
sama atau mendekati puncak yang dihasilkan oleh standar vitamin C. adapun
kromatogramnya ialah sebagai berikut.
mg/
100 g
0
0.8
1.5
3.0
4.4
5.7
8.2
15.4
Persen
0
1.3
2.5
4.9
7.3
9.5
13.8
26.0
satu sedang-ukuran kentang, 2-1/400 sampai 3-1/400 (5.78.3 cm) diameter, 173 g
(USDA, 2008).
b
Satu gelas (250 mL), chopped, 36 g (USDA, 2008).
Meneliti kestabilan adalah hal yang penting dari suatu produk berkaitan
dengan penanganan dan penyimpanannya sebelum dianalisis. Data dari litelatur
10
kandungan tentang vitamin C dalam sayuran dan buah merupakan hal yang
penting untuk memverifikasi penanganan sampel sebelum di analisis yang akan
menjaga kestabilan sampel. Apabila laboratorium uji mencairkan sampel atau
tidak menghomogenkan sampel dengan nitrogen cair kemungkinana penurunan
dari kadar vitamin C sampel lebih tinggi. Terdapat penelitian tentang kandungan
vitamn C Dalam makanan di Hawai (Franke et al., 2004), sampel dibekukan
dengan freeze drying dan ketika tindakan pencegahan penurunan kandungan
vitamin C yang sesuai dilakukan, yakni pengeringan, hal terebut merupakan
langkah praktis yang dapat dan hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
penurunan kadar vitamin C selama proses dan dibandingkan dengan makanan
yang akan dikonsumsi. Hal ini tergantung pada suhu pembekuan sebelum. Selain
itu faktor bahan juga mempengaruhi ditemukan dalam sebuah penelitian bahwa
penyimpanan lada hijau menghaslkan peningkatan kandungan vitamin C serupa
dengan kandungan dalam lada merah yang matang. Sebaliknya penyimpana
terhadap lada merah menyebabkan penurunan kandungan vitamin C (Martnez et
al 2005). Proses Freeze drying tidak mengubah konsentrasi vitamin C, diduga
proses pematangan lada berperan dalam labilitas vitamin C dalam produk yang
berbeda kondisi pnyimpanananya.
11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian, ditemukan kandungan vitamin C dalam bahan
baku sampel yang telah dihomogenkan dan di dibekukan cukup stabil untuk
periode tertentu dengan metode pembuatan dan penyimpanan yang telah
digunakan oleh NFNP. Tidak terdapat perubahan kandungan vitamin C yang
signifikan dalam bahan baku jeruk clemetin selama 1 tahun. Sedangkan untuk
sawi hijau dan kentang penurunan terlihat setalah 1 bulan meski disimpan dalam
suhu -60oC dalam atmosfir innert, dan terlindung dari cahaya.
5.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Favell DJ. 1998. A comparison of the vitamin C content of fresh and frozen
vegetables. Food Chemistry Vol. 62(1) 59-64
Franke, A.A., Custer, L.J., Arakaki, C., Murphy, S.P., 2004. Vitamin C and
flavonoidlevels of fruits and vegetables consumed in Hawaii. Journal of
Food Compositionand Analysis 17, 135.
Grindberg T, Williams K. 2010. Vitamin C quantification using reversed-phase
ion-pairing HPLC. Concordia College Journal of Analytical Chemistry 1
(19) 19-23
Martnez, S., Lo pez, M., Gonza lez-Raurich, M., Bernardo Alvarez, A., 2005.
The effects of ripening stage and processing systems on vitamin C content
in sweet peppers (Capsicum annuum L.). International Journal of Food
Sciences and Nutrition 56,4551.
Novojan S, Khalilian F, Kiaie FM, Rahimi A, Arabannian A, Chalavi S, 2008.
Extraction and quantitative determination of ascorbic acid during different
maturity stages of Rosa canina L. Fruit. Journal of Food Composition
and
Analysis 21 (2008) 300305
Philips KM, Terrago-Trani MT, Gebhardt SE, Exler J, Patterson KY, Haytowitz
DB, Phrsson PR, Holden JM. 2010. Stability of vitamin C in frozen raw
fruit and vegetable homogenates. Journal of Food Composition and
Analysis 23, 253259
Phillips KM, Kelli MW, Joanne MH, Jacob E, Susan EG, David BH, Gary RB,
dan Robert FD. 2005. Stability of 5-methyltetrahydrofolate in frozen fresh
fruits and vegetables. Food Chemistry 92, 587595
13
LAMPIRAN
14