PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cahaya merupakan gelombang transversal yang arah getarnya tegak lurus
dengan arah rambatnya. Setiap gelombang yang bergetar pada bidang tertentu
dapat dipisahkan kedalam komponen-komponen vertikal dan horizontal.
Pengetahuan dasar mengenai cahaya dan interaksinya sudah menjadi suatu yang
tidak asing dan sering dialami dikehidupan sehari-hari. Salah satunya mengenai
interaksi cahaya dengan medium.
Jenis-jenis medium yang kita kenal diantaranya adalah opaque (benda
padat yang tidak tembus cahaya), transparent (tembus cahaya) dan translucent
(tembus cahaya tetapi tidak tempus pandang). Cahaya akan memiliki sifat yang
berbeda-beda bila mengenai masing-masing jenis medium tersebut. Pembiasan
dan pemantulan adalah sifat dasar dari cahaya apabila mengenai sebuah medium.
Kolam terlihat dangkal merupakan salah satu contoh peristiwa pembiasan cahaya.
Konsep dasar mengenai pembiasan dan pemantulan yang berdasarkan
pada hukum snellius saat ini telah banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang,
salah satunya adalah pada perusahaan minuman. Perusahaan minuman
menggunakan prinsip indeks bias untuk membuat minuman yang baik dengan
mengatahui kadar konsentrasi dari zat yang dilarutkan pada minuman. Begitu pula
dalam industri obat-obatan terutama obat berbentuk cair.
Oleh karena itu nilai indeks bias dalam penetuan konsentrasi larutan
sangat penting diketahui untuk pembuatan produk yang baik. Sehingga dapat
diduga bahwa konsentrasi larutan mempengaruhi nilai indeks bias pada suatu
larutan. Untuk itu akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh konsentrasi
terhadap nilai indeks bias pada larutan. Sebagai media pembanding digunakan air,
larutan gula dan larutan garam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembiasan
Pembiasan adalah perambatan cahaya melalui permukaan (atau bidang
batas) yang memisahkan dua media. Ketika seberkas sinar cahaya yang merambat
melalui suatu medium transparan menemui suatu batas dari medium transparan
lainnya, seperti yang ditunjukkan pada gambar 1, sebagian energinya dipantulkan
dan sebagian lagi memasuki medium kedua. Sinar yang memasuki medium kedua
dibelokkan di daerah perbatasan kemudian dibiaskan. Sinar datang, sinar pantul
dan sinar yang dibiaskan semuanya terletak pada bidang yang sama. Sudut bias
pada gambar 1a bergantung pada sifat-sifat dari kedua medium dan pada sudut
datang. Persamaannya adalah:
=
= konstan ......................................................(1)
Gambar 1. (a) Seberkas sinar datang secara miring pada suatu bidang batas
udara-kaca. Sinar yang dibiaskan dibelokkan menuju normal karena v2<v1. Semua
sinar dan garis normalnya terletak pada bidang yang sama. (b) Cahaya yang
datang pada balok Lucite mengalami pembelokkan, baik saat memasuki balok
maupun saat meninggalkan balok (serway dan jewett, 2010).
Gambar 2. (a) Saat sinar cahaya berpindah dari udara ke kaca, cahayanya
melambat saat memasuki kaca dan lintasannya dibelokkan menuju normal. (b)
Saat sinarnya berpindah dari kaca ke udara, cahayanya bertambah cepat saat
memasuki udara dan lintasannya dibelokkan dari normal (serway dan jewett,
2010).
Dari persamaan 1 kita dapat menyimpulkan bahwa ketika cahaya
bergerak dari suatu bahan yang didalamnya kelajuannya tinggi ke suatu bahan
yang di dalamnya kelajuannya lebih rendah, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2a, sudut bias 2 lebih kecil daripada sudut datang 1 dan sinarnya
dibelokkan mendekati normal. Jika sinarnya bergerak dari suatu bahan dimana
cahaya melaju dengan lambat ke suatu bahan dimana ia melaju dengan lebih
cepat. Seperti yang diilustrasikan pada gambar, maka 2 lebih besar daripada 1
dan sinarnya dibelokkan menjauhi garis normal (serway dan jewett, 2010).
Saat cahaya jatuh pada permukaan balok-balok plastik, berkas yang
redup dari cahaya tersebut dipantulkan dari permukaan, tetapi berkas yang
terang masuk ke dalam balok plastik. Berkas cahaya yang masuk tersebut tidak
sebagai garis lurus, namun berkas tersebut dibelokkan pada permukaan, atau
pembelokkan gelombang, pada batas antara dua medium disebut pembiasan.
Pada saat berkas cahaya datang dari udara ke kaca dengan sudut tertentu,
4
kerapatan
optik
lebih
besar. Kelajuan cahaya lebih kecil jika di dalam benda-benda yang kerapatan
optiknya lebih besar (Supriyono, 2004).
Gambar 4. Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal pada saat melewati medium
yang kurang rapat. Bandingkan pembelokkan serangkaian roda pada saat
melewati perbatasan jalan lumpur-aspal. Roda pertama yang meninggalkan
lumpur dipercepat dan arah roda berubah menjauhi garis tegak lurus (Supriyono,
2004) (Supriyono, 2004).
Gambar 5. Pada saat cahaya lewat dari medium satu ke Medium lain, sudut bias
bergantung pada sudut datang. Hal ini ditunjukkan sangat jelas oleh sinar cahaya
yang meninggalkan prisma (Supriyono, 2004).
Gambar 6. Indeks bias kaca lebih besar dibandingkan indeks bias air. Hasil
pembelokkan akan lebih besar pada saat cahaya masuk atau keluar kaca
(Supriyono, 2004).
Dalam hal ini ni adalah indeks bias medium tempat sinar datang, dan nr
indeks bias medium tempat sinar dibiaskan. Gambar 6 menunjukkan sinar
cahaya yang masuk dan meninggalkan kaca dan air dari udara. Perhatikan
bagaimana i selalu digunakan untuk sudut datang sinar dengan permukaan,
tanpa menghiraukan medium. Dari sudut-sudut bias, bagaimana anda akan
menentukan indeks bias air dibandingkan dengan indeks bias kaca?
Indeks bias suatu bahan sering dapat diukur di laboratorium. Untuk
melakukan hal ini, diarahkan sinar cahaya ke permukaan bahan tersebut. Diukur
sudut datang dan sudut bias lalu dengan hukum Snellius ditemukan indeks bias.
Perhatikan bahwa indeks bias udara hanya sedikit lebih besar daripada ruang
hampa. Untuk pengukuran yang paling tepat, dapat menggunakan indeks bias
= ........................(3)
Dari definisi ini, kita lihat bahwa indeks bias adalah suatu nilai tak berdimensi
yang lebih besar dari satu, karena v selalu lebih kecil daripada c. Kemudian n=1
untuk ruang hampa udara. Indeks biasa untuk beberapa zat ditampilkan pada tabel
1 (serway dan jewett,2010).
Tabel 1. Beberapa Indeks Biasa
Medium
Indeks
Medium
Indeks
Ruang Hampa
Tepat 1
1,52
Udara (STP)b
1,00029
Natrium Klorida
1,54
Air
1,33
Polistirena
1,55
Aseton
1,36
Karbon disulfide
1,63
Etil Alkohol
1,36
1,65
1,38
Safir
1,77
Kuarsa Lumer
1,46
1,49
Kaca
Flinta
Berserat
Intan
1,89
2,42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Studi Literatur
Eksperimen dan
Pengambilan Data
Harga Indeks Bias dari Data
Acuan (Teoritis)
Komparasi
Selesai
10
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nama Fluida
i = 45o
i = 60o
1.
Air
32o
40o
2.
33o
41o
3.
31o
38o
4.
30o
37o
5.
29o
36o
Nama Fluida
n pada i=60o
1.
Air
1.34
1.36
2.
1.31
1.32
3.
1.39
1.40
4.
1.42
1.45
5.
1.48
1.47
11
Setelah dilakukan penelitian dengan mengukur indeks bias air sebagai penguji
kelayakan, didapat hasil indeks bias sebesar 1,34 pada tembakan laser di sudut
datang 45o dan sebesar 1,36 pada tembakan laser dengan sudut datang 60o. Hasil
yang diperoleh dengan error sebesar 0,75 % dan 2,25% cukup dapat dijadikan
acuan untuk tetap menggunakan metode pengambilan data.
12
Indeks
Bias
i= 45
i= 60
100 gram/liter
200 gram/liter
Larutan Gula
Gambar 8. Grafik Harga Indeks Bias Terhadap Konsentrasi pada Larutan
Gula
Indeks Bias
i= 45
i= 60
100 gram/liter
200 gram/liter
Larutan Garam
Gambar 9. Grafik Harga Indeks Bias Terhadap Konsentrasi pada Larutan
Garam
Pada grafik harga indeks bias terhadap konsentrasi larutan gula dapat
terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan maka harga indeks bias semakin
tinggi pula. Keadaan ini juga berlaku pada larutan garam. Pada larutan gula
dengan konsentrasi 100 gram/liter, ketika ditembakkan sinar laser dengan sudut
datang 45o, dihasilkan sudut bias sebesar 32o dan ketika ditembakkan sinar laser
dengan sudut datang 60o dihasilkan sudut bias sebesar 40o. Sedangkan pada
konsentrasi 200 gram/liter, ketika ditembakkan sinar laser dengan sudut datang
45o dihasilkan sudut bias sebesar 31o dan ketika ditembakkan sinar laser dengan
sudut datang sebesar 60o, dihasilkan sudut bias sebesar 38o.
13
Dari data dapat terlihat bahwa sudut bias yang dihasilkan selalu lebih kecil
dibandingkan dengan sudut datang. Hal ini berarti sinar bias mendekati garis
normal dan secara teoritis hal ini dapat diterima karena dinyatakan bahwa ketika
suatu sinar datang dari medium yang renggang ke medium yang lebih rapat maka
sinar akan dibiaskan mendekati garis normal begitu pula sebaliknya. Fluida yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan medium yang lebih rapat dibandingkan
dengan medium awal ditembakkannya sinar laser yaitu udara. Maka dari itu
terlihat bahwa seluruh sudut bias akan mendekat kearah garis normal.
Terlihat pula pada sudut bias yang dibentuk oleh larutan garam 100
gram/liter dan 200 gram/liter. Pada larutan garam 100 gram/liter, ketika
ditembakkan sinar laser dengan sudut datang 45o, dihasilkan sudut bias sebesar
30o, dan ketika ditembakkan sinar laser dengan sudut datang 60o dihasilkan sudut
bias sebesar 37o. Untuk larutan garam dengan konsentrasi sebesar 200 gram/liter,
ketika ditembakkan sinar laser dengan sudut datang 45o, dihasilkan sudut bias
sebesar 29o dan ketika ditembakkan sinar laser dengan sudut datang sebesar 60o
dihasilkan sudut bias sebesar 36o.
Pada hasil dari perhitungan indeks bias dengan membagi nilai sinus dari
sudut datang terhadap nilai dari sinus sudut bias, didapatkan nilai indeks bias
larutan gula yang berbeda pada tiap konsentrasi yang telah dibuat. Begitu pula
pada larutan garam. Sehingga hipotesis peneliti terhadap pengaruh konsentrasi
terhadap nilai indeks bias larutan dapat terjawab dengan hasil data penelitian.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa indeks bias
akan semakin bertambah seiring dengan penambahan konsentrasi zat terlarut
dalam suatu larutan. Pada larutan gula dengan konsentrasi 100 gram/liter
didapatkan harga indeks bias sebesar 1,31 dan 1,32 dan pada larutan gula dengan
konsentrasi 200 gram/liter didapatkan harga indeks bias sebesar 1,39 dan 1,40.
Sedangkan pada larutan garam dengan konsentrasi 100 gram/liter, didapatkan
harga indeks bias sebesar 1,42 dan 1,45 dan pada larutan garam dengan
konsentrasi 200 gram/liter didapatkan harga indeks bias sebesar 1,47 dan 1,48.
5.2 Saran
Agar data yang dihasilkan lebih akurat maka sebaiknya digunakan sinar
laser yang memiliki diameter lebih kecil agar lebih baik menjadi sinar
monokromatik dalam pengambilan data dan sebaiknya diambil pula data dengan
menggunakan refraktometer supaya dapat menjadi pembanding dan diketahui
keakuratan data penelitian.
15
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, Resnick, dan Walker, 2010, Dasar-Dasar Fisika Versi Diperluas, jilid
2, alih bahasa: Syarifudin,S.T, Mike Damayanti,S.si, Yayan
Wulandari,S.Si, Binarupa Aksara, Jakarta.
Raymond A. Serway, John W.Jewett, Jr.,2010,Fisika untuk sains dan
teknik,buku 3, edisi 6, Salemba Teknika, Jakarta.
Supriyono, 2004, Aplikasi Optik, editor: Dr Budi Jatmiko,M.Pd, Drs. Munasir,
M.Si, Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional.
16
Lampiran 1
Perhitungan harga indeks bias larutan
n1 sin i = n2 sin r
1 sin i = n2 sin r
n2 =
a. Air
i = 45o dan r = 32o
n2 =
n2 =
n2 =
n2 =
n2 =
= 1,34
n2 =
= 1,36
n2 =
n2 =
n2 =
n2 =
n2 =
= 1,31
n2 =
= 1,32
n2 =
n2 =
n2 =
n2 =
n2 =
= 1,39
n2 =
= 1,40
n2 =
n2 =
n2 =
n2 =
n2 =
= 1,42
n2 =
= 1,45
17
n2 =
n2 =
n2 =
n2 =
n2 =
= 1,48
n2 =
= 1,47
18
Lampiran 2
19