Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Makalah
Bandung Dentistry 5
2008
Abstrak
Keberhasilan perawatan ortodonti menggunakan alat lepasan aktif sangat bergantung
pada kemampuan dokter gigi dan sikap kooperatif pasien, oleh karena itu manajemennya
harus dilakukan sebaik mungkin. Karena kemampuannya yang terbatas, maka alat lepasan
diindikasikan hanya untuk merawat maloklusi tertentu. Salah satu penyebab kegagalan
perawatan ortodonti menggunakan alat lepasan yang sering terjadi adalah anchorage loss.
Upaya untuk menghindari anchorage loss adalah dengan menerapkan konsep-konsep desain
alat dan rencana perawatan secara cermat, salah satunya adalah penjangkaran. Nilai
penjangkaran untuk setiap kasus bergantung pada banyak hal. Penjangkaran dapat diperoleh
secara intra oral, yaitu intra maksila dan inter maksila, ekstra oral, atau keduanya. Selama
perawatan, anchorage loss harus dapat dideteksi sedini mungkin, kemudian dicari
penyebabnya, dan harus segera diatasi untuk meminimalisir kegagalan perawatan.
Kata kunci: Alat ortodonti lepasan, penjangkaran, anchorage loss.
Pendahuluan
Alat Ortodonti lepasan didefinisikan sebagai alat yang bisa dipasang dan dilepas sendiri
oleh pasien1. Alat ini mulai rutin digunakan sejak abad ke-19, namun akrilik dan stainless
steel baru digunakan pada awal abad ke-20. Sekitar tahun 1950, Adam1 mengembangkan
suatu cangkolan sehingga ruang lingkup penggunaan dan efisiensi alat lepasan meningkat.
Sebelum alat cekat berkembang, alat lepasan digunakan untuk merawat hampir semua kasus
maloklusi. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi dalam bidang ortodonti, maka
pemakaian alat lepasan tergeser oleh alat cekat, namun alat ini masih menjadi pilihan untuk
menangani kasus-kasus tertentu2,3. Kerr3 melaporkan bahwa 85% dari populasi yang dirawat
1
menggunakan alat lepasan dengan kasus yang benar-benar terseleksi menunjukkan hasil yang
memuaskan.
Alat lepasan terdiri dari berbagai macam. Alat lepasan bisa digunakan sebagai alat
pergerakan gigi aktif misalnya untuk kasus interseptif pada pasien gigi campuran, space
maintainers, alat fungsional untuk perawatan modifikasi pertumbuhan, alat retensi pasca
perawatan menggunakan alat cekat, dan clear aligner.1,2 Akhir-akhir ini pemakaian alat
lepasan lebih luas karena bisa dikombinasikan dengan band, hook, dan alat ekstra oral.
Walaupun demikian, harus ditekankan bahwa alat lepasan bukan merupakan pilihan untuk
menangani maloklusi yang kompleks.2
Dokter gigi umum akan mampu merawat kasus ortodonti menggunakan alat lepasan
jika memiliki keterampilan dan keahlian yang memadai, merencanakan dengan matang,
memilih kasus yang sesuai, dan melakukan pengawasan perawatan secara cermat. Salah satu
masalah yang masih sulit diatasi pada pemakaian alat lepasan adalah bagaimana mengontrol
penjangkaran untuk menghindari anchorage loss. Tujuan dari tulisan ini adalah membahas
bagaimana mengelola masalah penjangkaran pada perawatan ortodonti menggunakan alat
lepasan, khususnya alat lepasan aktif agar hasil perawatan mencapai hasil yang memuaskan.
bisa dihasilkan hanya tipping, sulit menghasilkan penjangkaran intermaksiler, tidak efektif
untuk pergerakkan sejumlah gigi secara bersamaan, dan karena alat dibuat di laboratorium,
maka memerlukan keterampilan dan keahlian yang memadai. Dengan pertimbangan bahwa
kemampuan alat lepasan sangat terbatas, maka kasus yang bisa dirawat menggunakan alat
jenis ini harus dibatasi. 4,5
Menurut Proffit2, penggunaan alat lepasan ditujukan untuk kasus yang bisa diatasi
dengan mengekspansi lengkung gigi, yaitu dengan cara menggerakkan gigi gigi sehingga
menempati lengkung yang lebih lebar atau mereposisi gigi secara individual untuk masuk ke
dalam lengkung.
Muir4 mengindikasikan alat lepasan untuk kasus-kasus:
(1) Maloklusi skeletal berkisar pada kelas I. Pengurangan atau penambahan overjet hanya
sebatas yang bisa dikoreksi dengan mengubah inklinasi gigi insisif,
(2) Perawatan bisa dilakukan hanya pada salah satu rahang, misalnya rahang atas
menggunakan alat lepasan sementara rahang bawah hanya dicabut atau tidak dirawat,
(3) Malposisi individual gigi dimana posisi apikalnya bisa diperbaiki dengan tipping,
(4) Perawatan dengan pencabutan yang membutuhkan hanya gerakan tipping untuk
menutup ruang pencabutannya,
(5) Maloklusi dalam arah buko-lingual yang diikuti dengan pergeseran mandibula,
contohnya crossbite unilateral gigi posterior,
(6) Penutupan ruang pencabutan yang menyisakan ruangan sehingga gigi segmen bukal
harus dimajukan.
Kontra indikasi pemakaian alat lepasan adalah: 4
(1) Maloklusi skeletal yang nyata, misalnya kelas I protrusif bimaksiler, kelas II dan kelas
III skeletal, openbite atau deepbite skeletal,
(2) Perawatan yang memerlukan perbaikan relasi gigi antara rahang atas dan bawah,
3
(3) Kelainan posisi apikal gigi dan rotasi yang parah, serta melibatkan banyak akar,
(4) Membutuhkan pergerakan secara bodily,
(5) Kelainan dalam arah vertikal seperti deepbite, openbite, dan kelainan ketinggian gigi,
(6) Masalah kekurangan atau kelebihan ruangan yang besar.
Kasus-kasus yang diindikasikan untuk alat lepasan juga harus mempertimbangkan
faktor usia. Alat lepasan lebih sesuai untuk pasien usia 6 hingga 16 tahun, dimana waktu
perawatan lebih banyak memanfaatkan periode akhir gigi campuran dan awal periode gigi
tetap.1
Gambar 1. Penjangkaran berhubungan dengan jumlah gigi yang digerakkan. A) Menggerakkan sebuah gigi
menghasilkan penjangkaran yang memuaskan. B) Jika 13 dan 23 diretraksi mengakibatkan gigi penjangkar
bergerak ke depan. C) Jika 14,13,23,24 diretraksi bersama-sama, jumlah gigi yang digerakkan lebih besar
dibandingkan gigi penjangkarnya, maka penjangkaran tidak akan kuat, kemungkinan terjadi anchorage loss.1
alat cekat yang dipasang pada rahang atas (Gambar 2). Pada kasus maloklusi kelas III, alat
lepasan pada rahang atas bisa digunakan untuk menghasilkan traksi kelas III, dan bisa juga
digunakan alat ekspansi untuk proklinasi segmen insisif. 1
Gambar 2. Penjangkaran intermaksiler. Elastik digunakan alat cekat atas, dan alat lepasan bawah sebagai
penjangkar. Retensi cangkolan alat lepasan harus baik dan cangkolan Adam dimodifikasi dengan hook untuk
sangkutan elastik. 1
Pemakaian headgear
Headgear yang digunakan adalah jenis headcap atau high pull headgear. Pada saat
memasang headcap, tinggi kaitan elastik bisa diatur sehingga menghasilkan arah gaya yang
diinginkan. Arah tarikan harus horisontal (penjangkaran occipital) atau bisa juga dibuat
sedikit lebih tinggi untuk menambah retensi. Komponen gaya ke arah bawah harus dihindari
karena menyebabkan alat lepasan cenderung lepas. 1
Penghubung antara headgear dengan alat lepasan dapat menggunakan face bow atau J
hook dengan alat traksi ekstra oral. Facebow dipasang ke dalam tube yang disolder pada
bagian atas jembatan cangkolan di gigi premolar atau molar. Walaupun facebow dijual di
pasaran dengan ukuran yang bervariasi, pada saat pemasangan tetap harus disesuaikan lagi
sehingga mudah dimasukkan ke dalam tube. Bisa juga digunakan band untuk memasang tube
facebow sekaligus cangkolan dari alat lepasan, namun cangkolan yang digunakan bukan
Adam tetapi cangkolan flyover. Inner bow harus sesuai dengan bentuk dan panjang lengkung
gigi. Inner bow diletakkan beberapa milimeter dari gigi insisif dan setinggi garis bibir aktif.
Selama perawatan, loop U mungkin perlu disesuaikan lagi untuk mengatur panjang inner
bow. Outer bow terletak sedekat mungkin dengan bibir dan pipi namun tidak bersentuhan,
letak hook untuk sangkutan elastik adalah setinggi permukaan mesial molar pertama, sekitar
4 cm di depan hook dari headcap. Apabila headgear dipakai bersama-sama dengan alat cekat,
tinggi dan panjang outer bow menentukan vektor gaya yang diaplikasikan pada gigi-gigi dan
mempengaruhi gerakan yang dihasilkan, namun pemasangan pada alat lepasan semata-mata
agar arah tarikan tidak mengakibatkan alat mudah lepas (Gambar 3). 1,6
Gambar 3. Penjangkaran ekstra oral. A) Pada pemakaian headgear, tinggi elastik bisa diatur. B) Facebow
menghubungkan headcap dengan alat lepasan di dalam mulut. 1
J hook merupakan alternatif penghubung antara alat traksi ekstra oral dengan alat
lepasan. Alat ini disolder pada cangkolan yang terletak pada gigi insisif atau kaninus atas.
Pada perawatan menggunakan alat cekat, J hook digunakan untuk intrusi segmen labial atas,
namun pada perawatan dengan alat lepasan hasilnya belum diketahui (Gambar 4). 1,6
Gambar 4. Penjangkaran ekstra oral menggunakan J hook dan alat traksi ekstra oral. A) J hook dipatri pada
cangkolan anterior. B) Alat lepasan pada rahang atas digabungkan dengan alat traksi ekstra oral untuk retraksi
segmen bukal. 1
Tegangan elastik diperlukan untuk menyeimbangkan gaya yang timbul saat gaya dari
komponen aktif diaplikasikan. Besar gaya yang digunakan tiap sisi untuk penguat
penjangkaran mulai dari 150 gram hingga 200 gram dan untuk distalisasi segmen bukal mulai
400 gram hingga 500 gr. Gaya bisa diukur menggunakan tension gauge atau correx spring
gauge (Gambar 5). Jika periode awal perawatan dengan alat ekstra oral sebagai penguat
penjangkaran telah selesai, penggunaannya dapat dikurangi menjadi malam hari saja, yaitu
pada saat tidur.
Target waktu pemakaian headgear sebaiknya dicapai secara bertahap. Selama dua
minggu pertama, biasanya pasien diminta untuk memakai headgear di sore hari. Apabila
pasien dapat melaluinya dengan baik, maka dianjurkan untuk menambah waktu pemakaian,
yaitu pada saat tidur. Headgear harus diperiksa pada setiap kunjungan dan pasien harus
ditanya apakah selama tidur alatnya pernah lepas. Penyebab lepasnya alat harus segera dicari
dan diatasi, jika tidak maka pasien tidak akan mau memakai alatnya pada saat tidur.
Keterangan mengenai penyesuaian dan pemeriksaan headgear pada setiap kunjungan harus
dicatat dalam rekaman medik pasien. 1
Penjangkaran akan lebih baik jika dipersiapkan sejak awal dibandingkan apabila sudah
terjadi anchorage loss. Jika penjangkaran ekstra oral digunakan sejak awal perawatan,
sebaiknya dinilai apakah pasien sanggup untuk mematuhi waktu pemakaian, sebelum tahap
rencana perawatan berikutnya dilanjutkan. Jika ragu terhadap nilai penjangkaran yang
dihasilkan, maka nilai penjangkaran harus dievalusi pada setiap kunjungan. Operator harus
selalu memperhatikan pergerakan gigi yang terjadi dan membandingkannya dengan keadaan
sebelum perawatan. 7
Pada prakteknya, sangat sulit untuk menentukan nilai penjangkar secara akurat. Hal-hal
mendasar yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan nilai penjangkaran adalah
besar gaya yang digunakan, tekanan yang disalurkan pada membran periodontal, morfologi
akar, ruangan yang tersedia, dan struktur jaringan di sekitar gigi. 7
Nilai penjangkaran sebuah gigi identik dengan luas permukaan akarnya.2 Namun untuk
menentukan luas permukaan akar setiap gigi secara pasti sangat sulit.
Tabel 1 dapat
digunakan sebagai acuan untuk memperkirakan berapa luas permukaan akar rata-rata dari
setiap gigi, namun tentu saja nilai ini berbeda untuk beberapa keadaan, misalnya jika terjadi
resorpsi tulang alveolar dan pemendekan akar maka luas permukaan akarnya berkurang. 2,7
Luas permukaan akar dalam mm2.
Apabila diberikan gaya yang melebihi gaya optimal, maka akan terjadi undermining
resorption, secara klinis pergerakan gigi tidak teratur dan melambat. Pada keadaan seperti ini
sangat tidak bijaksana jika gaya ditambah karena dapat mengakibatkan kerusakan struktur
pendukung gigi yang lebih parah dan menimbulkan rasa nyeri. 2,7
Group A
Retraksi
Anterior
Group B
Group C
1/4
Posterior (permukaan
mesial Premolar ke-2)
1/2
Retraksi
Posterior
3/4
Anterior
(permukaan distal
Kaninus)
Gambar 6. Klasifikasi penjangkaran berdasarkan tersedianya ruang pencabutan. Group A atau penjangkaran
maksimum jika 100% ruangan untuk retraksi anterior (tidak boleh terjadi anchorage loss di posterior) hingga
retraksi anterior 75% (25% penutupan oleh segmen posterior). Group B atau penjangkaran moderat dimana
penutupan ruangan oleh segmen anterior dan posterior sama banyak. Group C atau penjangkaran minimum
dimana 75% hingga 100% penutupan ruangan adalah oleh segmen posterior.9
12
Manajemen penjangkaran
Manajemen penjangkaran pada dasarnya adalah menambah penjangkaran hingga
nilainya cukup untuk menahan pergerakan gigi yang tidak diharapkan. Dalam kasus yang
berbeda, dan pada tahap perawatan yang berbeda, penjangkaran yang dibutuhkan bisa
bervariasi.
sehingga pada akhir perawatan kedudukan gigi yang diharapkan dapat tercapai. Upaya untuk
mengelola penjangkaran adalah: 2
13
14
Traksi Intermaksiler jarang sekali diterapkan pada pemakaian alat lepasan. Mungkin
bisa digunakan pada rahang atas untuk mendukung alat cekat di rahang bawah, tetapi tetap
lebih baik jika digunakan pada perawatan dengan alat cekat di kedua rahangnya.
Traksi ekstra oral
penjangkaran pada alat lepasan. Pemakaian alat traksi ekstra oral dapat diterima oleh pasien
dan dapat memperluas ruang lingkup kasus alat lepasan. 1,4,6
Anchorage loss
Pada saat menggerakkan gigi secara ortodonti, walaupun penjangkaran telah diperkuat,
kadang-kadang pergeseran gigi lain yang tidak diharapkan tidak dapat dihindari, inilah yang
disebut dengan anchorage loss. Namun pada beberapa kasus pencabutan untuk retraksi gigi
anterior, ada sisa ruangan di belakang gigi kaninus yang justru diharapkan akan tertutup oleh
pergeseran segmen bukal ke anterior.
seperti ini, maka alat lepasan harus dapat menfasilitasi penutupan ruangan tersebut. 2,8
15
terbuat dari kawat berdiameter besar dan pendek akan menghasilkan gaya yang besar,
misalnya retraktor kaninus dari kawat berdiameter 0,7 mm, jika menginginkan gaya di bawah
40 gram maka aktivasinya tidak boleh lebih dari sepertiga lebar kaninus. Dengan aktivasi
yang sama, jika kawat yang digunakan berdiameter lebih kecil, maka gaya yang dihasilkan
lebih ringan. Namun besar gaya akan lebih baik jika diukur menggunakan alat ukur yang
valid, yaitu tension gauge atau correx spring gauge. 1,2
Jika jumlah gigi yang digerakkan pada saat yang bersamaan terlalu banyak maka harus
ditinjau kembali apakah nilai penjangkar seluruh gigi tersebut sudah sesuai dengan nilai
penjangkaran dari komponen penjangkar. Jika tidak, maka penarikan gigi sebaiknya
dilakukan satu per satu.
17
Ruangan sisa pencabutan yang masih tersedia harus diperhitungkan. Apabila masih
mencukupi untuk memperbaiki keadaan berjejal atau overjet, maka kehilangan sedikit
penjangkaran masih bisa diterima. Namun bila ruangan yang tersedia hanya tersisa sedikit
maka harus diupayakan penguatan penjangkaran. Jika penjangkaran intra oral tidak mungkin
untuk ditambah, maka cara yang paling efektif adalah dengan menambah penjangkaran ekstra
oral, biasanya menggunakan headgear.1
Kesimpulan
Alat lepasan aktif bisa digunakan secara efektif untuk merawat kasus-kasus maloklusi
tertentu.
Salah
satu
yang
harus
diperh
atikan
pada
saat
merencanakan perawatan
18
Rujukan
1. Isaacson K G, Muir J D, Reed R T. Removable orthodontic appliances. Singapore:
Elsevier. 2002: 1-2, 39-46, 93-7.
2. Proffit W, Fielsd H W Jr, Sarver Drg. M. Contemporary orthodontics. 4th ed. St. Louis:
Mosby Inc. 2007: 340, 395-407.
3. Kerr W J, Buchanan I B, McColl J H. Use of the PAR index in assesing the effectiveness
of removable orthodontic appliances. Br J Orthodontics. 1983, 10: 73-7.
4. Muir J D, Reed R T. Tooth movement with removable appliances. England: Pitman
Publishing. 1979: 1-10, 71-81.
5. Littlewood S J, Tait A G, Mandall N A, Lewis D H. The role of removable appliance in
contemporary orthodontics. Br Den Jl. 2001, 191 (6): 304-310.
6. Adams C.P., Kerr W.J. The design, construction and use of removable orthodontic
appliances. 6th ed. Jordan Hill: Butterworth-Heinemann Ltd. 1996: 10-11, 82, 89, 149.
7. Williams J K. Cook P A, Isaacson K G, Thom A R. Fixed orthodontic appliance. Jordan
Hill: Butterworth-Heinemann Ltd. 1996: 7-14.
8. Geron S, Shpack N, Kandos S, Davidovitch M, Vardimon A D. Anchorage loss-A
multifactorial response. Angle Orthodontist. 2003, 73(6): 730-737.
9. Nanda R. Biomechanics in clinical orthodontic. Philadelphia : W. B. Saunders Company.
1997: 156-187.
10. Feldmann I, Bondemark L. Orthodontic anchorage: A systematic review. Angle
Orthodontist. 2006, 76(3): 493-501.
11. Nanda R. Biomechanics and esthetic strategies in clinical orthodontics. Philadelphia:
Elsevier Saunders. 2005: 1-37, 194-210.
19