PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis dari berbagai keadaan psikopatologis
yang sangat mengganggu yang melibatkan proses pikir, emosi, persepsi dan tingkah laku.
Argumentasi
yang
dipelopori
Emil
Kraepelin
menyatakan
bahwa
skizofrenia
dikarakteristikkan dengan onset dini yang diikuti dengan perjalanan penyakit dan kemunduran
yang kronik. Bleuler menyatakan bahwa perjalanan penyakit dan kemunduran yang kronik
tersebut sering terjadi tetapi bukanlah merupakan pegangan bahwa hal tersebut akan selalu
menjadi demikian sebagai suatu hasil akhir. Meskipun skizofrenia selalu dianggap sebagai
suatu penyakit yang serius, sudah jelas sekarang bahwa klien skizofrenia kemungkinan
mengalami perjalanan penyakit dengan keadaan relatif ringan.
Skizofrenia merupakan suatu ganguan psikis yang sangat sering terjadi. Menurut
WHO gangguan ini diderita oleh 7 diantara 1000 orang dewasa, paling sering mengenai usia
15-35 tahun. Di dunia sekitar 24 juta orang menderita skizofrenia. Menurut hasil riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 terdapat 0,46 persen penduduk atau 1.093.150 orang
Indonesia mengidap skizofrenia. Dari jumlah itu hanya 3,5 persen saja atau 38.260 orang yang
terlayani di Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Umum maupun Pusat Kesehatan Masyarakat.
Suatu kesimpulan dari riset klinis yang didasarkan pada studi follow-up menyatakan
bahwa beberapa faktor berikut berkontribusi dalam membentuk episode psikotik yang baru
(mengakibatkan terjadinya kekambuhan): ketidakpatuhan terhadap pengobatan, faktor-faktor
farmakologik (dosis obat), faktor-faktor psikososial dan penyalahgunaan alkohol dan obat.
bulan
setelah
penghentian
pengobatan.
Sehingga
secara
internasional
direkomendasikan pengobatan episode pertama dimulai secepatnya dan dilanjutkan sekurangkurangnya selama 2 tahun. Apabila terjadi kekambuhan, sebaiknya pengobatan dilanjutkan
selama 5 tahun atau lebih. Terapi dengan menggunakan obat merupakan pertahanan paling
penting dalam mencegah kekambuhan.
Prevalensi skizofrenia yang menjalani pengobatan dibutuhkan penanganan
yang
BAB II
TINJAUAN TEORI
Definisi
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang
belum diketahui) dan
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya. Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis dari berbagai keadaan psikopatologis
yang sangat mengganggu yang melibatkan proses berpikir, emosi, persepsi dan tingkah laku.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun hilang
timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya. Skizofrenia adalah suatu
gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir,
perasaan, dan perbuatan. Menurut dr. Bambang Eko Suryananto, Sp.KJ skizofrenia merupakan
salah satu diagnosis gangguan jiwa yang ditandai antara lain dengan terganggunya
kemampuan menilai realitadan penurunan fungsi peran. Penulis menyimpulkan bahwa
skizofrennia merupakan sindroma klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang bisa
hilang timbul melibatkan proses berpikir, emosi, persepsi, dan tingkah laku, serta dipengaruhi
oleh faktor genetik, fisik, sosial budaya, tidak selalu bersifat kronik
Skizofrenia paranoid adalah salah satu tipe dari skizofrenia yang paling sering terjadi.
Skizofrenia Paranoid, ditandai dengan halusinasi penglihatan dan pendengaran, cenderung
agresif, sering merasa ketakutan, berburuk sangka terhadap orang lain. Tipikal pasien
skizofrenia paranoid adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat
hipotesis
yang
menyebutkan
bahwa
adanya
gangguan
pada
Kriteria Diagnostik
Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid adalah memenuhi kriteria umum diagnosis
skizofrenia yaitu harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih, bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
1) -
Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya.
Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal), dan
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya.
2) -
3) Halusinasi auditorik :
-
atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara berbagai
suara yang berbicara), atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulanbulan terus menerus.
6) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
7) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
8) Simtom-simtom negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika.
Adanya gejala geala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu 1 bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodomal
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu kesehatan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai
suatu hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Sebagai tambahan gejala skizofrenia paranoid,
-
b. Halusinasi perbauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol.
c. Waham dapat berubah hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delusion of passifity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.
-
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata / tidak menonjol.
Diagnosis Banding:
-
Paranoid (F22.0)
Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit skizofrenia dapat diklasifikan sebagai penyakit berlngsung terus
menerus, episodik dengan atau tanpa gejala residual di antara episode, atau episode tunggal
dengan remisi sempurna atau parsial. Gejala-gejala cenderung tumpang tindih, dan diagnosis
dapat berpindah dari satu subtipe ke subtipe lain sesuai dengan perjalanan waktu (baik dalam
satu episode atau dalam episode berikutnya). Akhirnya setelah beberapa tahun, gejala-gejala
klinik pada pasien cenderung berubah menjadi gambaran umum seperti penarikan diri dari
hubungan sosial, afek datar, pikiran idiosinkrasi, dan adanya impermen fungsi sosial dan
personal (pada waktu yang sama, perjalanan penyakit menjadi lebih stabil, dengan gejala
gejala akut lebih sedikit dan episode kekambuhan lebih jarang).
Penatalaksanaan
Terapi biologik
Skizofrenia diobati oleh antipsikotika (AP). Obat ini dibagi 2 kelompok, berdasarkan
dopamine receptor antagonist (DRA) atau anti psikotika generasi I (APG-I) dan serotoninedopamine antagonist (SDA) atau antipsikotika generasi II (APG-II) .
Obat APG-I berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif tetapi tidak berfungsi
mengotrol gejala-gejala negatif. Sedangkan APG-II berfungsi mengontol keduanya tetapi
harganya mahal.
Jenis-jenis obat APG-I
-
Fenotiazine
Obat ini cenderung menyebabkan sedasi, hipotensi, dan efek antikolinergik pada
dosis terapeutiknya.
Tioxantine
Obat ini cenderung menyebabkan sedasi, hipotensi, dan efek antikolinergik pada
dosis terapeutiknya.
Butirofenon
Haloperidol termasuk obat golongan ini. Haloperidol dan butiferon lain
mempunyai efek terhadap sistem otonom dan efek kolinergikna sangat minimal.
Haloperidol adalah obat yang paling sering digunakan.
Dibenzoxazapine
Dihidronidol
Difenilbutil piperidine
10
Pengguanaan APG-I pada usia lanjut membutuhkan dosis yang lebih rendah karena beberapa
alasan, yaitu
-
Clozapine
Quetiapine
Risperidone
Ziprasidone
Olanzapine
12