PENDAHULUAN
A. Judul
Molase Jerami Padi
B. Latar Belakang
Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah
limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri dalam pemanfaatannya
sebagai pakan. Pengolahan pakan bertujuan untuk meningkatkan kualitas,
utamanya efektifitas cerna, utamanya untuk ternak ruminansia serta
peningkatan kandungan protein bahan. Pengolahan dapat dilakukan secara
fisik, kimia, dan biologis.
Jerami padi berpotensi sebagai pakan ternak, namun sebagian tidak
tercerna, dikarenakan padi mempunyai serat yang tinggi dan protein yang
rendah. Maka dari itu dalam praktikum ini dilakukan proses amoniasi jerami
padi supaya dapat menjadi pakan dan dapat dicerna oleh ternak ruminansia.
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat pakan ternak dari limbah tanaman padi.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi mikrobia yang berperan aktif dalam
pembuatan pakan ternak ini.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi morfologi koloni bakteri dalam
pembuatan pakan ternak ini.
Warna
Tekstur
Bau
Minggu I
Kuning
Keras
Jerami
Minggu III
Kuning Kecoklatan
Lunak
Amoniak
Setelah 48 jam
Coklat
Amoniak
(Penambahan molase)
(+)
Keterangan : + = menyengat/lunak
++ = lebih menyengat/lunak
+++ = sangat menyengat/sangat lunak
Tabel 2. Karakteristik Morfologi Mikrobia Molase Jerami Padi Pada Medium
NA dan PDA
Gambar
Karakteristik
lapisan olah tanah sawah akan mendorong kegiatan bakteri pengikat N yang
heterotropik dan fototropik (Sutanto, 2002).
Amoniasi adalah salah satu bentuk perlakuan kimiawi (menggunakan
urea) yang telah banyak dilakukan untuk meningkatkan nilai gizi dan
kecernaan limbah berserat tinggi. Amoniasi merupakan salah satu perlakuan
kimia yang bersifat alkalis dan dapat melarutkan hemiselulosa, lignin, silika,
saponifikasi asam uronat dan ester asam asetat menetralisasi asam nitrat bebas
serta dapat mengurangi kandungan lignin dinding sel. Turunnya kristalinitas
selulosa akan memudahkan penetrasi enzim selulosa mikrobia rumen (Cheeke
dan Peter, 1999). Proses amoniasi harus berlangsung tanpa kehadiran udara,
sehingga pembungkusan harus dilakukan secara hati-hati. Untuk mencegah
kebocoran, jerami yang telah ditaburi urea dapat dibungkus dengan lembaran
plastik sebanyak dua lapis atau lebih (Shiddieqy, 2005).
Amonia yang dihasilkan pada proses amoniasi menyebabkan perubahan
komposisi dan struktur dinding sel yang berperan untuk membebaskan ikatan
antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa. Reaksi kimia yang terjadi
(dengan memotong jembatan hidrogen) rnenyebabkan mengembangnya
jaringan dan meningkatkan fleksibilitas dinding sel hingga memudahkan
penetrasi
(penerobosan)
oleh
enzim
selulase
yang
dihasilkan
oleh
amoniak
adalah
berat
nitrogen
yang
dipergunakan
2. Suhu
Semakin tinggi suhu maka akan semakin singkat proses amoniasi
nya. Yang paling baik adalah antara 20 sampai 100oC. Pada suhu
yang rendah di bawah 0oC proses amoniasi berjalan sangat lambat.
3. Tekanan
Tekanan tidak dapat berdiri sendiri, biasanya kornbinasi dengan suhu.
Tekanan dan suhu tinggi misalnya 16,2 kg/cm2 dengan suhu 213oC
akan mencapai kandungan protein kasar dan daya cerna tertinggi
dalarn waktu hanya 4 menit.
4. Lama pengolahan
Lama pengolahan adalah waktu yang diperlukan untuk proses
amoniasi berlangsung. Waktu bervariasi sejalan dengan suhu,
berkisar 1 sampai 8 minggu. Tergantung metode yang digunakan.
Yang tersingkat adalah jika menggunakan kontainer kedap udara
dengan pemanasan sampai 100oC.
5. Kelembaban jerami
Kelembaban ideal untuk mencapai kandungan protein kasar dan daya
cerna optimal adalah antara 30 sampai 50 %. Kurang dari 30 % dan
lebih dari 50 % proses amoniasi kurang sempurna.
6. Jenis dan kualitas jerami
Tiap jenis jerami rnisalnya jerami padi, jerami gandum sorghum,
jagung, dan lain-lain mempunyai sifat fiksasi berbeda-beda jika
diolah dengan amoniak. Untuk meningkatkan kandungan protein
kasar misalnya untuk alfalfa jenis-jenis legume yang sudah tinggi
kadar protein kasarnya tidak dianjurkan untuk diolah dengan
amoniak, karena pengaruhnya kecil. Untuk jenis hijauan kering
berkadar protein tinggi dianjurkan menggunakan dosis rendah (1 - 2
%) hanya untuk pengawet saja.
Jerami padi digunakan untuk pembuatan pakan ternak dikarenakan
merupakan limbah pertanian yang paling banyak tersedia dan dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak saat persediaan rumput kurang. Namun
kualitasnya rendah maka dari itu harus diolah terlebih dahulu melalui proses
amoniasi. Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk melemahkan ikatan
lignin, selulosa, dan silika yang menjadi faktor penyebab rendahnya daya cerna
jerami padi. Nitrogen yang berasal dari urea yang meresap dalam jerami
mampu meningkatkan kadar amonia di dalam rumen sehingga tersedia substrat
untuk memperbaiki tingkat dan efisiensi sintesis protein oleh mikroba serta
sebagai sumber energi bagi mikrobia (Trisnadewi dkk., 2011).
Penggunaan urea pada jerami padi akan meningkatkan pH jerami
amoniasi dan peningkatan tidak hanya menyebabkan Nitrogen (N) lepas ke
lingkungan tetapi juga menyebabkan ketidakseimbangan antara ketersediaan N
dan energi pada rumen sekitar 60 70 persen NH3 yang berasal dari amoniasi
menuju ke atmosfer yang nantinya akan menyebabkan penipisan lapisan ozon.
Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut bisa dilakukan dengan
penambahan asam organik, namun demikian tidak menguntungkan karena
asam organik mahal (Bata, 2008).
Alternatif lain adalah menggunakan bahan pakan sumber karbohidrat
fermentable, bahan pakan tersebut diharapkan sebagai media atau sumber
energi bagi mikroba asam laktat. Mikroba memanfaatkan NH3 dan juga
memproduksi asam laktat yang dapat bereaksi dengan NH3. Penggunaan NH3
yang optimal dapat meningkatkan kandungan protein kasar selain itu dengan
kondisi asam juga mudah melonggarkan ikatan lignoselulosa yang pada
akhirnya berdampak positif pada aktifitas mikroba rumen (Bata, 2008).
Salah satu jenis bahan karbohidrat fermentable tinggi dan mudah
diperoleh yaitu molase. Molase merupakan hasil samping dari pembuatan gula
tebu yang mempunyai kandungan BETN dari bahan kering tinggi. Molase
digunakan sebagai sumber karbohidrat yang mudah terfermentasi pada ransum
yang kandungan seratnya tinggi dan yang diberi urea (Bata, 2008).
Menurut Sumarsih dan Tampoebolon (2003), keberhasilan proses
amoniasi dapat dilihat berdasarkan :
1. Bau
Ciri khas proses amoniasi yang baik adalah timbulnya bau amonia
yang kuat pada saat tempat pemeraman dibuka. Bau amonia yang kuat
menunjukkan bahwa urea telah terhidrolisis secara maksimal menjadi
amonia. Amonia hasil hidrolisis urea terikat/terserap oleh jerami padi dan
bertindak sebagai penyebab meningkatnya kualitas jerami padi. Bau
amonia yang kurang kuat/lemah menunjukkan bahwa proses amoniasi
tidak berlangsung dengan baik, tidak efisien atau bahkan gagal.
Penyebab hal tersebut antara lain : 1) jumlah urea yang digunakan
terlalu sedikit, 2) silo tidak tertutup rapat sehingga sebagian besar amonia
yang terbentuk menguap dan tidak terikat oleh jerami padi, 3) urea belum
atau tidak terhidrolisis secara sempurna, 4) kurangnya jumlah air yang
digunakan atau kelembaban dalam silo, 5) kurangnya bakteri ureolitik
atau sumber urease dalam jerami padi yang digunakan. Bau amonia yang
kurang kuat/lemah biasanya diikuti dengan bau tidak enak (busuk) dan
tumbuhnya jamur.
2. Warna
Warna jerami padi yang diamoniasi dengan baik akan berubah dari
coklat mudah kekuningan (tanpa diamoniasi) menjadi coklat tua dan
merata (setelah diamoniasi). Warna coklat yang kurang kuat pada jerami
padi amoniasi menunjukkan bahwa proses amoniasi tidak berlangsung
dengan baik.
Gambar 1. Perbedaan warna jerami pada tanpa amoniasi (kiri) dan jerami padi
amoniasi (kanan) (Sumarsih dan Tampoebolon, 2003).
3. Tekstur
Tekstur jerami padi yang tidak diamoniasi keras dan kaku, sedangkan
jerami padi yang telah diamoniasi lebih lembut dan lunak meskipun
jerami tersebut sudah dikeringkan. Semakin lama pemeraman maka
tekstur jerami padi amoniasi akan semakin lembut dan lunak.
4. Tidak berjamur
Amonia dalam proses amoniasi dapat mencegah tumbuhnya jamur,
sehingga tidak terdapat jamur pada jerami padi amoniasi walaupun
diperam dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sangat berbeda jika
jerami disimpan tanpa proses amoniasi maka akan timbul jamur atau bau
busuk adanya jamur. Secara kimia keberhasilan proses amoniasi jerami
padi dapat dilihat berdasarkan meningkatnya kandungan nitrogen atau
protein pada jerami padi amoniasi.
Hal ini dapat diketahui melalui analisis di laboratorium salah satunya
dengan metode kjeldahl. Secara biologis keberhasilan proses urea
amoniasi jerami padi dapat dilihat berdasarkan meningkatnya daya cerna
dan konsumsi oleh ternak termasuk peningkatan produktifitas ternak.
NA (Nutrient Agar) adalah medium umum untuk uji air dan produk
dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme
yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini
merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan bakto
agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur
bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa
stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi
organisme dalam kultur murni. NA memiliki pH 7,40,2 pada suhu 25C
(Fardiaz, 1992).
Untuk PDA biasanya digunakan untuk jenis mikroorganisme jamur
(kapang) dan khamir seperti Candida albicans, Saccharomyces cerevisiase,
dan Aspergillus niger. PDA dibuat dari potongan kentang kasar dan dekstrosa
(gula jagung) dan ditambah dengan agar sebagai pemadat. Kentang dan
dekstrosa mengandung berbagai nutrien yang berguna bagi pertumbuhan
1992).
Menurut
Dwidjoseputro
(1998),
faktor-faktor
yang
yaitu
mikroba
yang
o
mempunyai
kisaran
suhu
b. mesofil,
yaitu
mikroba
yang
mempunyai
kisaran
suhu
pertumbuhan 20- 45 C.
c. termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil,
yaitu tumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri
patogen umumnya mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar
37o C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena itu suhu
tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan
beberapa bakteri pathogen. Mikroba perusak dan patogen umumnya
dapat tumbuh pada kisaran suhu 466oC.
3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai
nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur
dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur,
fosfor, zat besi, dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau
kekurangan
sumber-sumber
nutrisi
ini
dapat
mempengaruhi
meminimalisir
sumber
nutrisi
bagi
mikroba
agar
pertumbuhannya terkendali.
4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba
dibedakan atas 4 kelompok sebagai berikut:
a. aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya.
b. anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan
oksigen.
aerob,
yaitu
membutuhkan
oksigen
untuk
5. Komponen penghambat
Beberapa komponen bersifat mikostatik yaitu menghambat pertumbuhan
jamur atau fungisidal yaitu membunuh jamur. Pertumbuhan jamur
biasanya berjalan lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri
dan khamir.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa diperoleh 3 koloni dari cairan jerami
padi hasil proses amoniasi. Koloni pertama berbentuk circulair, tepian entire,
dan elevasi low convex. Koloni kedua berbentuk ameboid, tepian erose, dan
elevasi convex papilate. Koloni ketiga berbentuk myceloid, tepian lobate, dan
elevasi convex regose. Semua koloni berwarna putih kekuningan. Terlihat dari
bentuk, tepian, dan elevasi keanekaragaman bakteri pada cairan jerami padi
termasuk tinggi.
Kandungan serat kasar jerami amoniasi semakin menurun sejalan dengan
bertambahnya tingkat molase. Hal ini disebabkan perlakuan urea dan
penambahan
molases
pada
proses
amoniasi
jerami
padi
mampu
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai molase jerami pada,
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembuatan pakan ternak yaitu melalui proses amoniasi.
Amoniasi
merupakan salah satu perlakuan kimia yang bersifat alkalis dan dapat
melarutkan hemiselulosa, lignin, silika, serta dapat mengurangi kandungan
lignin dinding sel.
2. Terdapat dua jenis mikrobia yang berperan aktif dalam pembuatan pakan
ternak. Pada medium NA terdapat bakteri dengan pertumbuhan sedang dan
pada medium PDA terdapat jamur dengan pertumbuhan sedikit.
3. Terdapat 3 koloni bakteri. Koloni pertama berbentuk circulair, tepian
entire, dan elevasi low convex. Koloni kedua berbentuk ameboid, tepian
erose, dan elevasi convex papilate. Koloni ketiga berbentuk myceloid,
tepian lobate, dan elevasi convex regose. Semua koloni berwarna putih
kekuningan.
DAFTAR PUSTAKA
Bata, M. 2008. Pengaruh Molase Pada Amoniasi Jerami Padi Menggunakan Urea
Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik In Vitro. Jurnal
Agripet. 8(2):15-20.
Bibiana, W. dan Hastowo, S. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Pers, Jakarta.
Cheeke dan Peter, R. 1999. Applied Animal Nutrition: Feed and Feeding Third
Edition. Prentice-Hall Inc, New Jersey.
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Howard, H. D. 1983. Pathogenic Fungi in Humans and Animals Second Edition.
Marcel Dekker Inc, USA.
Shiddieqy, M. I. 2005. Pakan Ternak Jerami Olahan. Mahasiswa Departemen
Produksi Ternak, Jatinangor.
Sumarsih, S. dan Tampoebolon, B. I. M. 2003. Pengaruh Aras Urea dan Lama
Pemeraman yang Berbeda Tehadap Sifat Fisik Eceng Gondok Teramoniasi.
Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 4:298-301.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.
Trisnadewi, A., Sumardani, B. R., Putri, T., Cakra dan Aryani. 2011. Peningkatan
Kualitas Jerami Padi Melalui Penerapan Teknologi Amoniasi Urea Sebagai
Pakan Sapi Berkualitas Di Desa Bebalang Kabupaten Bangli. Jurnal
Udayana Mengabdi. 10(2):72-74.
LAMPIRAN