Definisi
Demensia adalah suatu sindroma penurunan progresif kemampuan intelektual
yang menyebabkan kemunduran kognisi dan fungsional, sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi sosial pekerjaan, dan aktivitas harian.Demensia
vaskuler merupakan suatu kelompok kondisi heterogen yang meliputi semua
sindroma demensia akibat iskemik, perdarahan, anoksia atau hipoksia otak
dengan penurunan kognisi mulai dari yang ringan sampai paling berat dan
meliputi semua domain, tidak harus dengan gangguan memori yang menonjol
Epidemiologi
Demensia vaskular merupakan penyebab kedua terbanyak demensia di Amerika
Serikat dan Eropa, namun merupakan penyebab terbanyak di beberapa daerah
Asia. Prevalensi demensia vaskular sebesar 1,5% di negara barat, dan sekitar
2,2% di Jepang. Di Jepang, 50% dari demensia yang mengenai pasien berusia
lebih dari 65 tahun merupakan demensia vaskular. Sedangkan, di Eropa, kasus
demensia vaskular dan demensia campuran sebanyak 20%-40%. Angka
prevalensi demensia 9 kali lebih tinggi pada pasien dengan stroke dari pasien
kontrol. Satu tahun setelah stroke, 25% pasien mengalami onset baru demensia.
Empat tahun berikutnya setelah stroke, risiko relatif demensia menjadi sebesar
5,5%. Insiden demensia vaskular lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
perempuan dan meningkat sesuai peningkatan usia.
Klasifikasi
Secara garis besar demensia vaskular terdiri dari tiga subtipe yaitu:
1. Demensia vaskular paska stroke yang mencakup demensia infark
strategis, demensia multi-infark, dan stroke perdarahan. Biasanya
mempunyai korelasi waktu yang jelas antara stroke dengan terjadinya
demensia.
2. Demensia subkortikal, yang meliputi infark lakuner dan penyakit
Binswanger dengan kejadian TIA atau stroke yang sering tidak terdeteksi
namun memiliki faktor resiko vaskuler.
3. Demensia tipe campuran, yaitu demensia dengan patologi vaskuler dalam
kombinasi dengan demensia Alzheimer (AD)
Sedangkan pembagian demensia vaskular secara klinis adalah sebagai berikut :
1. Demensia vaskular pasca stroke
Demensia infark strategis : lesi di girus angularis, thalamus, basal
forebrain, teritori arteri serebri posterior, dan arteri serebri anterior.
Multiple Infark Dementia (MID) dan perdarahan intraserebral
Patofisiologi
Gambaran Klinis
Riwayat
Gangguan kognitif, akut dan subakut, setelah kejadian neurologis yang progresif
merupakan riwayat yang khas untuk demensia vaskular. Akan tetapi, riwayat
klasik biasanya terlihat pada demensia multi-infarct dan tidak terlihat pada
keadaan lakunar.
Penyakit Binswanger
Onset rata-rata penyakit ini antara dekade ke empat sampai ketujuh
kehidupan, dan 80% pasien memiliki riwayat hipertensi. Pasien biasanya
mengalami perubahan perilaku, kognitif, mood, dan motorik yang progresif
selama 5-10 tahun. Perubahan mood dan perilaku biasanya dideteksi
terlebih dahulu. Pada beberapa pasien, hal ini bisa merupakan gejala awal
dari penyakit. Pasien dapat terlihat apatis atau abulik. Pengurangan
kecerdasan juga dideteksi pada awal penyakit, dan pasien sering
digambarkan seperti disorientasi, memiliki gangguan memori, tidak
perhatian, dan tidak jelas. Pasien dengan demensia Binswanger biasanya
memiliki onset inkontinensia urin dan gangguan berjalan yang dini.
keseimbangan, gangguan berjalan, dan inkontinensia urin, dan lesi fokal hampir
tidak terlihat.
Pasien dengan demensia vaskular memiliki defisit neuropsikologi yang samarsamar. Pasien demensia vaskular memiliki ingatan bebas yang lebih baik dan
gangguan ingatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan pasien penyakit
Alzheimer. Apatis pada awal penyakit cenderung merupakan demensia vaskular
karena pada penyakit Alzheimer, hal ini baru timbul pada tahap akhir.
Pasien dengan demensia vaskular memiliki kefasihan verbal yang lebih buruk
dan perilaku berulang dibandingkan dengan pasien Alzheimer. Pasien ini juga
mungkin memiliki gejala disfungsi lain seperti perlambatan kognitif, kesulitan
mengganti tujuan, dan masalah dengan sesuatu yang abstrak. Beberapa pola
kognitif dapat membantu membedakan demensia vaskular secara klinis dari
penyakit Alzheimer. Pasien demensia vaskular memberikan gejala defisit yang
lebih luas pada fungsi eksekutif frontal dibandingkan pasien dengan penyakit
Alzheimer, dimana pasien dengan Alzheimer menunjukkan defisit memori jangka
panjang yang lebih besar dibandingkan demensia vaskular.
Penemuan neuropsikologikal beragam sesuai dengan letak dan keparahan dari
penyakit serebrovaskular. Pada pasien dengan satu infark atau infark multipel
yang besar, defisit berkolerasi dengan letak dan luas dari infark tersebut. Pada
pasien dengan lesi substansia alba yang luas dan dalam, gangguan mungkin
ditemukan pada tes kecepatan psikomotor, dekteritas, fungsi eksekutif, dan
aspek motorik dari berbicara (seperti disatria, berkurangnya output verbal).
Pasien dengan demensia vaskular subkortikal menunjukkan pengurangan
kemampuan untuk menentukan dan meraih tujuan dengan perlambatan mental
dan disfungsi eksekutif secara bertahap.
Gangguan perilaku merupakan hal yang umum pada demensia dan berhubungan
dengan outcome yang kurang baik, peningkatan disabilitas, stres bagi yang
merawat, dan rawat inap yang lebih dini. Pasien harus dinilai untuk gangguangangguan, seperti agitasi (pasien kurang istirahat, agitasi fisik atau verbal atau
agresi seksual, pasien sulit untuk ditangani), halusinasi (pasien melihat dan
mendengar sesuatu yang tidak ada), delusi/paranoia (pasien percaya akan kesan
yang salah, curiga anggota keluarga mencuri uang atau barang, atau curiga
tetangga berkomplot untuk melukai pasien), sundowning (perilaku abnormal,
yang biasanya muncul pada siang hari hingga sore hari sesuai ritme sirkardian.
Pasien dapat timbul mood swing, menjadi marah, disorientasi, atau wandering.
Diagnosis Banding
- Demensia akibat trauma kepala
- Demensia akibat penyakit HIV
- Depresi
Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain dari
demensia. Tes ini harus dilakukan secara rutin, termasuk hitung jumlah sel, laju
endap darah, kadar glukosa, tes fungsi ginjal dan hepar, tes serologis untuk
sifilis, kadar vitamin B-12 dan asam folat, dan tes fungsi tiroid.
Pada pasien tertentu, tes lain yang dapat dilakukan termasuk tes serologi HIV,
tes lupus antikoaglan, tes antifosfolipid antibodi, tes antinuklear antibodi, dan tes
antibodi antineutrophil sitoplasma.
Pemeriksaan penunjang lainnya, yakni CT scan otak dan MRI otak. Tidak adanya
lesi serebrovaskular pada CT scan atau MRI merupakan bukti tidak adanya
etiologi vaskular. CT scan atau MRI yang mendukung demensia vaskular, yakni
infark multipel bilateral yang berlokasi pada hemisfer dominan dan struktur
limbik, stroke lakunar multipel, atau lesi substansia alba periventrikular yang
meluas dan dalam. Pasien dengan gangguan kognitif ringan (MCI) vaskular, yang
berada pada fase prodormal dari demensia vaskular subkortikal, gambaran MRInya berbeda dari pasien dengan MCI amnesia yang merupakan fase prodormal
dari Alzheimer. MCI vaskular terlihat infark substansia alba lakunar yang lebih
luas dan leukoaraiosis dan atrofi hipokampus dan kortikal yang minimal, yang
sangat berlawanan dengan MCI amnesia.
Tatalaksana
A. Terapi farmakologik
Penderita dengan faktor resiko penyakit serebrovaskuler misalnya hipertensi,
diabetes melitus, penyakit jantung, arterosklerosis, arteriosklerosis, dislipidemia
dan merokok, harus mengontrol penyakitnya dengan baik dan memperbaiki gaya
hidup. Kontrol teratur terhadap penyakit primer dapat memperbaiki fungsi
kognisinya.
Terapi simptomatik
Pada vaskuler demensia terjadi penurunan neurotransmiter kolinergik sehingga
kolinesterase inhibitor dapat diberikan. Penelitian-penelitian terakhir
menunjukkan obat golongan ini dapat menstabilkan fiungsi kognisi dan
memperbaiki aktivitas harian pada penderita demensia vaskuler ringan dan
sedang. Efek samping kolinergik yang perlu diperhatikan adalah mual, muntah,
diare, bradikardi dan gangguan konduksi supraventrikuler
B. Terapi non-farmakologis
3.
Komplikasi
Prognosis