Anda di halaman 1dari 8

Ektraksi Alumina (Al2O3) Dari Lumpur

Senin, 03 November 2014


Abdul Karim
1113016200009
Abstrak
Limbah Padat Lumpur (LPL) terbentuk dari proses pengendapan partikel padat
dalam air yang telah diberi koagulan seperti tawas dan PAC (Poly Alumunium
Chloride). LPL memiliki kandungan alumina (Al2O3) yang cukup tinggi, sehingga
memungkinkan untuk dilakukannya proses pengambilan kembali (recovery) alumina.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pengambilan kembali alumina dari
LPL dan mengetahui kondisi proses untuk memperoleh alumina secara optimum. Proses
pengambilan kembali alumina dari suatu bahan terbagi menjadi tiga proses utama.
Pertama LPL dikalsinasi untuk memutus ikatan kompleks aluminosilikat yang sebelum
ditambahkan senyawa untuk mengikat alum. Proses kedua merupakan ekstraksi padatcair (leaching) yang berfungsi memisahkan silika dan alumina. Silika akan mengendap
dan alumina akan larut. Proses yang ketiga merupakan dekomposisi hidrolisis, senyawa
Al akan dipanaskan dengan penambahan air sehingga terhidrasi membentuk alumina.
Percobaan dilakukan melalui dua metode. Hasil percobaan metode 1 menunjukkan
alumina yang terkandung dalam sampel lumpur sebanyak 0.25 gram. Dan metoda 2
sebanyak 0.15 gram.
Kata kunci: Limbah lumpur, alumina, kalsinasi.

1. Pendahuluan
Ekstraksi merupakan proses pemisahan dua zat atau lebih dengan menggunakan
pelarut yang tidak saling campur. Berdasarkan fase yang terlibat, terdapat dua jenis
ekstraksi, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair. Pemindahan komponen
dari padatan ke pelarut pada ekstraksi padat-cair melalui tiga tahapan, yaitu difusi
pelarut ke pori-pori padatan atau ke dinding sel, di dalam dinding sel terjadi pelarutan
padatan oleh pelarut, dan tahapan terakhir adalah pemindahan larutan dari pori-pori
menjadi larutan ekstrak. Ekstraksi padat-cair dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, suhu
yang digunakan, pengadukan, dan banyaknya pelarut yang digunakan (Harborne,
1987). Tingkat ekstraksi bahan ditentukan oleh ukuran partikel bahan tersebut. Bahan

Ekstraksi Alumina (Al2O3) dari Lumpur | 1

yang diekstrak sebaiknya berukuran seragam untuk mempermudah kontak antara


bahan dan pelarut sehingga ekstraksi berlangsung dengan baik (Sudarmadji & Suhardi,
1984).
Pemisahan secara umum dilakukan pada waktu proses eskploitasi dalam
pertambangan dimulai. Campuran alami mineral di dalam tanah dan batuan mempumyai
kesetabilan karena alam akan mengenalikan komponennya dengan cara alami. Langkahlangkah pemisahan mineral membutuhkan pengetahuan mengenai kation-kation
anorganik dan kelarutannya serta reaksi-reaksi kimia yang diperlukan untuk ekstraksi
mineral secara kimia. Pemisahan mineral secara umum bukanlah prosese sederhana
batuan alami akan mengandung campuran mineral dalam bentuk senyawa-senyawa
campuran yang sangat stabil (Surjani Rahardjo, 2013: 214 & 216).
Aluminium suatu konduktor listrik yang baik, sudah jelas logam dari sifat
fisisnya. Namun, Al2O3 bertindak sebagai oksidasi asam atau oksidasi basa. Oksiadsi
dengan kemempuan seprti ini disebut amfoterik (amphoteric dari kata yunani amphos,
berarti kedua-duanya). Al2O3 tidak larut dalam air tetapi memperlihatkan sifat
amfoteriknya mellaui reaksinya baik dengan larutan asam maupun basa.
Al2O3(s) + 6 HCl(aq)
Basa

2 AlCl3(aq) + 3 H2O(l)

asam

AlCl3(s) + 2 NaOH(aq)+ 3 H2O(l)

2 Na[Al(OH)4](aq)

Asam basa natrium aluminat


Sifat amfoterik ini menandakan titik terjadinya pertukaran dari oksiadsi basa ke
oksidasi asam pada unsur-unsur periode ketiga (Oxtoby, 2003: 352)
Alumina merupakan satu-satunya oksida dari aluminium yang banyak terdapat
di kerak bumi. Umumnya ditemukan bergabung dengan silikon dan oksigen seperti
dalam alumininosilikat, logam aluminium bersifat amfoter dapat larut dalam asam dan
basa (Sukri,1999).
2Al(s) + 2OH-(aq) + 2H2O 2AlO2-(aq) + 3H2(g) Alumina dapat diperoleh
dari pemanasan hidroksidanya. Pemanasan hidroksida ini di atas 850 0C menghasilkan
oksida yang tak larut dalam asam maupun basa, tetapi pada pemanasan di bawah 6000C

Ekstraksi Alumina (Al2O3) dari Lumpur | 2

diperoleh oksida yang larut dalam asam maupun basa atau bersifat amfoterik (Kristian,
2010).
Reaksi dengan air
Alumina tidak dapat bereaksi secara sederhana dengan air dan tidak larut dalam
air. Walaupun alumina masih mengandung ion oksida, tapi kisi padatannya terlalu kuat
untuk bereaksi dengan air.Reaksi dengan asamAlumina mengandung ion oksida,
sehingga dapat bereaksi dengan asam.
Sebagai contoh, alumina akan beraksi dengan asam klorida encer yang panas
menghasilkan larutan aluminium klorida.
Al2O3(s) + 6HCl(l) 2AlCl3(l)+ 3H2O(l) Dalam hal ini (dan sama dalam
reaksi dengan asam yang lain), alumina menunjukkan sisi basa dari sifat amfoternya.
Reaksi dengan basa Alumina juga dapat menunjukkan sifat asamnya, dapat dilihat
dalam reaksi dengan basa seperti larutan natrium hidroksida. Larutan natrium
hidroksida pekat yang panas dapat mereaksikan aluminium oksida menghasilkan larutan
natrium 10 tetrahidroksoaluminat yang tidak berwarna. Al2O3(s)+ 2NaOH(aq)+
3H2O(l) 2NaAl(OH)4(aq)(Jim Clark, 2007).
Terdapat dua bentuk anhidrat Al2O3 yaitu -Al2O3 dan -Al2O3. -Al2O3
stabil pada suhu tinggi dan juga metastabil tidak terhingga pada suhu rendah. Ia terdapat
di alam sebagai mineral korundum dan dapat dibuat dengan pemanasan Al2O3 atau
oksida anhidrat apapun di atas 1000 0C. -Al2O3 diperoleh dengan dehidrasi oksida
terhidrat pada suhu rendah ( 450 0C). -Al2O3 keras dan tahan terhadap hidrasi dan
penyerangan asam. -Al2O3 mudah menyerap air dan larut dalam asam; alumina yang
digunakan untuk kromatografi dan diatur kondisinya untuk berbagai kereaktivan adalah
-Al2O3 (Cotton,1989)

2. Metodologi Penelitian
Praktikum ekstraksi alumina dari lumpur dilaksanakan di laboratorium kimia I
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 03 November 2014 pukul 07.30-18.00 WIB.
Alat dan Bahan

Ekstraksi Alumina (Al2O3) dari Lumpur | 3

Pada praktikum ektraksi alumina dari lumpur, diperlukan beberapa alat yang
akan digunakan. Diantaranya : oven, cawan porselen, desikator, penjepit besi,
spatula, mortar, alu, corong kaca, ring, statif, gelas beaker, gelas ukur, neraca
ohaus, kaca arloji, botol semprot, hot plate and stirer, dan indikator pH universal.
Sedangkan bahan yang digunakan ialah lumpur, larutan NaOH 2 M, larutan HCl
2 M, dan aquadest.
Langkah Kerja
Metoda 1
Ambil dengan teliti 2,5 g lumpur kering yangsudah dikalsinasi dan tempatkanpada
gelas kimia 50mL, kemudian tambahkan15mL larutan NaOH 2M, adukdengan
pengaduk magnet selama 30 menit.Pisahkan endapan dengan kertas saring,
lalupindahkan filtrat ke gelas kimia 50 mL. Tambahkan HCl 2M hingga pH 8,
gunakankertas pH indikator universal. Panaskan larutan (70C) tersebut hingga
terbentuk endapan, kemudian dinginkan larutan hingga suhu kamar dan pisahkan
endapan yang terbentuk. Cuci endapan dengan akuades hingga pH air hasil
pencucian netral, kemudian endapan dipanaskan dalam oven pada 110C hingga
berat konstan.Catat massa endapan konstan akhir yang diperoleh.
Metoda 2
Ambil dengan teliti 2,5 g lumpur kering yangsudah dikalsinasi dan tempatkanpada
gelas kimia 50mL, kemudian tambahkan15mL larutan HCl 2M. Tutup gelas kimia
dengan gelas arloji, adukdan panaskan larutan dengan pengaduk magnet selama 30
menit di lemariasam.Pisahkan endapan dengan kertas saring, lalupindahkan filtrat
ke gelas kimia 50mL. .Tambahkan NaOH 2M hingga pH 3, gunakankertas pH
indikator universal. Pisahkan endapan yang terbentuk kemudian filtrat ditambahkan
NaOH 2 M hingga pH 8.Pisahkan endapan yang terbentuk dan cuci endapan
dengan akuades hingga pH air hasil pencucian netral, kemudian endapan
dipanaskan dalam oven pada 110C hingga berat konstan. Catat massa konstan
endapan akhir yang diperoleh.

3. Hasil Dan Pembahasan

Ekstraksi Alumina (Al2O3) dari Lumpur | 4

Dalam percobaan ini, praktikan melakukan ektraksi alumina dari lumpur.


Sebelum melakukan proses ekstraksi, sampel lumpur yang berasal dari danau ini
diberi perlakuan khusus terlebih dahulu, yakni dioven, diayak, dan dikalsinasi.
Sampel dioven hingga memiliki berat yang konstan. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengurangi kadar air abu terbang batubara tersebut. Kadar air dalam
sampel tersebut diminimalkan atau bahkan dihilangkan untuk melepas ikatan kimia
dari air dalam kristal. Adanya panas saat dioven akan mengakibatkan ikatan kimia
menjadi renggang dan pada temperatur tertentu atom atom yang berikatan akan
bergerak sangat bebas menyebabkan terputusnya ikatan kimia yang nantinya terjadi
pada saat proses kalsinasi. Proses dilanjutkan dengan pengayakan sampel abu
terbang batubara yang telah dioven. Proses ini dilakukan dengan menumbuk sampel
terlebih dahulu yang selanjutnya mengayak sampel untuk memperkecil ukuran abu
terbang di mana semakin kecil ukuran partikel dari abu terbang maka reaksi yang
terjadi antara alumina dalam abu terbang dengan asam menjadi semakin cepat pula.
Kalsinasidilakukan setelah proses pengayakan dengan suhu 7000C. Proses kalsinasi
ini dilakukan untuk menghilangkan kandungan selain mineral-mineral dalam
lumpur, serta pengotor-pengotor organik yang terkandung di dalamnya. Proses ini
juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas termal dari abu terbang itu sendiri dan
untuk memperbesar pori-pori permukaannya (Retno dan Winda, 2010).
Pada proses ini bahan baku yang digunakanadalah Bauksit.
1. Tahap pertama adalah pemurnian bijih (pemekatan). Bijih yang kotor (umumnya
bercampur besi dan silikon). Bahan-bahan pengotor ini dipisahkan agar tidak
mempengaruhi produksi. NaOH ditambahkan ke dalam bijih, Al yang amfoter larut
membentuk Aluminat, SiO2 juga larut membentuk ion-ion silikat.Al2O3 + 2NaOH
+ 3H2O2Na+[Al(OH)4]-SiO2 + 2NaOH 2Na+ + SiO32- + H2OMateri-meteri
pengotor

yang

tidak

larutdipisahkan

dengan

penyaringan

(sepertiFeO3).

Selanjutnya Alumina diendapkandari larutan Alumunium Hidroksida yang sangat


Alkalis (Basa). Pengendapan ini dilakukan dengan cara :
dengan pengelembungan dalam CO2 (suatu Oksida Asam dengan PH rendah
Asam Lemak)

Ekstraksi Alumina (Al2O3) dari Lumpur | 5

dengan penambahan larutan denganAl2O3Ion-ion silikat dipindahkan dari larutan


2Na + [Al(OH)4]- + CO2

2Al(OH)3(s) + 2Na +CO32-

Endapan AL(OH)3 dipanaskan sehingga diperoleh Al2O3 murni


Al(OH)3

Al2O3 + H2O2.

Asam klorida (HCl) memliki tingkat kereaktifan yang paling tinggi dibanding
asam lainnya dalam penelitian dikarenakan alumina dalam lumpur ini akan mudah
larut dalam HCl baik dalam konsentrasi tinggi (pekat) maupun konsentrasi rendah
(encer). Reaksi yang terjadi ialah:
Al2O3(s)+ 6HCl(l) 2AlCl3(aq)+ 3H2O(l)Reaksi yang terjadi antara oksida
aluminium (alumina) ini dengan HCl akan menghasilkan garam AlCl3 yang
cenderung bersifat asam. Dalam reaksi ini, alumina yang sifatnya amfoter
menunjukkan sifat basanya karena bereaksi dengan asam kuat, yakni HCl.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa:

Daftar Pustaka
Clark, Jim. Sifat Asam-Basa dari Oksida-Oksida Periode 3. http://www.chemistry.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/unsur-unsur_periode_3/
sifat_asam_basa_dari_oksida_oksida_periode_3/. [6 November 2014]. 2007.
Cotton dan Wilkinson. Kimia Anorganik Dasar. Terjemahan Sahati Sunarto dari Basic
Inorganic Chemistry (1976). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. 1989.
Harborne, J.B. Metode Fitokimia. Edisi Kedua. Bandung: ITB. 1987.
Oxtoby, D.W. Kimia Modern Edisi Keempat Jilid Dua. Jakarta: Erlangga. 2003.
Petrucci, Ralph H. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Erlangga. 1987.
Sari, Retno Fitriana, dan Winda A.P. Studi Pengambilan Kembali Alumina dari
Limbah Padat Lumpur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Intan Banjar.
[Proposal Penelitian]. Banjarbaru : Fakultas Teknik, Universitas Lambung
Mangkurat. 2010.

Ekstraksi Alumina (Al2O3) dari Lumpur | 6

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty. 1984.
Sugiarto, Kristian H& Retno D. S. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2010
Wonorahardjo, Surjani. Metode-Metode Pemisahan Kimia Sebuah Pengantar. Jakarta:
akademia Permata. 2013.
Lampiran
Tabel pengamatan
No.
1.

2.

Reaksi

Hasil Pengamaan

2,5 g lumpur
2,5 g lumpur + 15 mL NaOH 2 M

tidak ada perubahan

2,5 g lumpur + 15 mL NaOH 2 M (aduk)

mendidih, terbentuk endapan

Filtrat + HCl 2 M

kuning seperti minyak goreng

Filtrat + HCl 2 M (panaskan)

asli, terbentuk endapan hitam


kuning menempel pada kertas
saring

Penimbangan ke-

Massa

1.

2,2 g

2.

1,6 g

Turun

3.

0,25 g

Naik

4.

0,25 g

Konstan

No. Reaksi
1.

Keterangan

Hasil Pengamatan

2,5 g lumpur
2,5 g lumpur + 15 mL HCl 2 M

campuran coklat, terbentuk

Ekstraksi Alumina (Al2O3) dari Lumpur | 7

2,5 g lumpur + 15 mL HCl 2 M (aduk)

endapan
campuran

coklat

terbentuk

endapan
2.

filtrat coklat, endapan coklat

Filtrat + NaOH 2 M
Filtrat + NaOH 2 M (panaskan)

muda

Penimbangan ke-

Massa

Keterangan

1.

0,15 g

2.

0,15 g

Konstan

3.

0,15 g

Konstan

Ekstraksi Alumina (Al2O3) dari Lumpur | 8

Anda mungkin juga menyukai