1. Pendahuluan
Ekstraksi merupakan proses pemisahan dua zat atau lebih dengan menggunakan
pelarut yang tidak saling campur. Berdasarkan fase yang terlibat, terdapat dua jenis
ekstraksi, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair. Pemindahan komponen
dari padatan ke pelarut pada ekstraksi padat-cair melalui tiga tahapan, yaitu difusi
pelarut ke pori-pori padatan atau ke dinding sel, di dalam dinding sel terjadi pelarutan
padatan oleh pelarut, dan tahapan terakhir adalah pemindahan larutan dari pori-pori
menjadi larutan ekstrak. Ekstraksi padat-cair dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, suhu
yang digunakan, pengadukan, dan banyaknya pelarut yang digunakan (Harborne,
1987). Tingkat ekstraksi bahan ditentukan oleh ukuran partikel bahan tersebut. Bahan
2 AlCl3(aq) + 3 H2O(l)
asam
2 Na[Al(OH)4](aq)
diperoleh oksida yang larut dalam asam maupun basa atau bersifat amfoterik (Kristian,
2010).
Reaksi dengan air
Alumina tidak dapat bereaksi secara sederhana dengan air dan tidak larut dalam
air. Walaupun alumina masih mengandung ion oksida, tapi kisi padatannya terlalu kuat
untuk bereaksi dengan air.Reaksi dengan asamAlumina mengandung ion oksida,
sehingga dapat bereaksi dengan asam.
Sebagai contoh, alumina akan beraksi dengan asam klorida encer yang panas
menghasilkan larutan aluminium klorida.
Al2O3(s) + 6HCl(l) 2AlCl3(l)+ 3H2O(l) Dalam hal ini (dan sama dalam
reaksi dengan asam yang lain), alumina menunjukkan sisi basa dari sifat amfoternya.
Reaksi dengan basa Alumina juga dapat menunjukkan sifat asamnya, dapat dilihat
dalam reaksi dengan basa seperti larutan natrium hidroksida. Larutan natrium
hidroksida pekat yang panas dapat mereaksikan aluminium oksida menghasilkan larutan
natrium 10 tetrahidroksoaluminat yang tidak berwarna. Al2O3(s)+ 2NaOH(aq)+
3H2O(l) 2NaAl(OH)4(aq)(Jim Clark, 2007).
Terdapat dua bentuk anhidrat Al2O3 yaitu -Al2O3 dan -Al2O3. -Al2O3
stabil pada suhu tinggi dan juga metastabil tidak terhingga pada suhu rendah. Ia terdapat
di alam sebagai mineral korundum dan dapat dibuat dengan pemanasan Al2O3 atau
oksida anhidrat apapun di atas 1000 0C. -Al2O3 diperoleh dengan dehidrasi oksida
terhidrat pada suhu rendah ( 450 0C). -Al2O3 keras dan tahan terhadap hidrasi dan
penyerangan asam. -Al2O3 mudah menyerap air dan larut dalam asam; alumina yang
digunakan untuk kromatografi dan diatur kondisinya untuk berbagai kereaktivan adalah
-Al2O3 (Cotton,1989)
2. Metodologi Penelitian
Praktikum ekstraksi alumina dari lumpur dilaksanakan di laboratorium kimia I
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 03 November 2014 pukul 07.30-18.00 WIB.
Alat dan Bahan
Pada praktikum ektraksi alumina dari lumpur, diperlukan beberapa alat yang
akan digunakan. Diantaranya : oven, cawan porselen, desikator, penjepit besi,
spatula, mortar, alu, corong kaca, ring, statif, gelas beaker, gelas ukur, neraca
ohaus, kaca arloji, botol semprot, hot plate and stirer, dan indikator pH universal.
Sedangkan bahan yang digunakan ialah lumpur, larutan NaOH 2 M, larutan HCl
2 M, dan aquadest.
Langkah Kerja
Metoda 1
Ambil dengan teliti 2,5 g lumpur kering yangsudah dikalsinasi dan tempatkanpada
gelas kimia 50mL, kemudian tambahkan15mL larutan NaOH 2M, adukdengan
pengaduk magnet selama 30 menit.Pisahkan endapan dengan kertas saring,
lalupindahkan filtrat ke gelas kimia 50 mL. Tambahkan HCl 2M hingga pH 8,
gunakankertas pH indikator universal. Panaskan larutan (70C) tersebut hingga
terbentuk endapan, kemudian dinginkan larutan hingga suhu kamar dan pisahkan
endapan yang terbentuk. Cuci endapan dengan akuades hingga pH air hasil
pencucian netral, kemudian endapan dipanaskan dalam oven pada 110C hingga
berat konstan.Catat massa endapan konstan akhir yang diperoleh.
Metoda 2
Ambil dengan teliti 2,5 g lumpur kering yangsudah dikalsinasi dan tempatkanpada
gelas kimia 50mL, kemudian tambahkan15mL larutan HCl 2M. Tutup gelas kimia
dengan gelas arloji, adukdan panaskan larutan dengan pengaduk magnet selama 30
menit di lemariasam.Pisahkan endapan dengan kertas saring, lalupindahkan filtrat
ke gelas kimia 50mL. .Tambahkan NaOH 2M hingga pH 3, gunakankertas pH
indikator universal. Pisahkan endapan yang terbentuk kemudian filtrat ditambahkan
NaOH 2 M hingga pH 8.Pisahkan endapan yang terbentuk dan cuci endapan
dengan akuades hingga pH air hasil pencucian netral, kemudian endapan
dipanaskan dalam oven pada 110C hingga berat konstan. Catat massa konstan
endapan akhir yang diperoleh.
yang
tidak
larutdipisahkan
dengan
penyaringan
(sepertiFeO3).
Al2O3 + H2O2.
Asam klorida (HCl) memliki tingkat kereaktifan yang paling tinggi dibanding
asam lainnya dalam penelitian dikarenakan alumina dalam lumpur ini akan mudah
larut dalam HCl baik dalam konsentrasi tinggi (pekat) maupun konsentrasi rendah
(encer). Reaksi yang terjadi ialah:
Al2O3(s)+ 6HCl(l) 2AlCl3(aq)+ 3H2O(l)Reaksi yang terjadi antara oksida
aluminium (alumina) ini dengan HCl akan menghasilkan garam AlCl3 yang
cenderung bersifat asam. Dalam reaksi ini, alumina yang sifatnya amfoter
menunjukkan sifat basanya karena bereaksi dengan asam kuat, yakni HCl.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa:
Daftar Pustaka
Clark, Jim. Sifat Asam-Basa dari Oksida-Oksida Periode 3. http://www.chemistry.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/unsur-unsur_periode_3/
sifat_asam_basa_dari_oksida_oksida_periode_3/. [6 November 2014]. 2007.
Cotton dan Wilkinson. Kimia Anorganik Dasar. Terjemahan Sahati Sunarto dari Basic
Inorganic Chemistry (1976). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. 1989.
Harborne, J.B. Metode Fitokimia. Edisi Kedua. Bandung: ITB. 1987.
Oxtoby, D.W. Kimia Modern Edisi Keempat Jilid Dua. Jakarta: Erlangga. 2003.
Petrucci, Ralph H. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Erlangga. 1987.
Sari, Retno Fitriana, dan Winda A.P. Studi Pengambilan Kembali Alumina dari
Limbah Padat Lumpur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Intan Banjar.
[Proposal Penelitian]. Banjarbaru : Fakultas Teknik, Universitas Lambung
Mangkurat. 2010.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty. 1984.
Sugiarto, Kristian H& Retno D. S. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2010
Wonorahardjo, Surjani. Metode-Metode Pemisahan Kimia Sebuah Pengantar. Jakarta:
akademia Permata. 2013.
Lampiran
Tabel pengamatan
No.
1.
2.
Reaksi
Hasil Pengamaan
2,5 g lumpur
2,5 g lumpur + 15 mL NaOH 2 M
Filtrat + HCl 2 M
Penimbangan ke-
Massa
1.
2,2 g
2.
1,6 g
Turun
3.
0,25 g
Naik
4.
0,25 g
Konstan
No. Reaksi
1.
Keterangan
Hasil Pengamatan
2,5 g lumpur
2,5 g lumpur + 15 mL HCl 2 M
endapan
campuran
coklat
terbentuk
endapan
2.
Filtrat + NaOH 2 M
Filtrat + NaOH 2 M (panaskan)
muda
Penimbangan ke-
Massa
Keterangan
1.
0,15 g
2.
0,15 g
Konstan
3.
0,15 g
Konstan