Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH BIOKIMIA

RESPIRASI DAN ENERGI


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Biokimia

Mujizat Alam

230210130065

Fahmi Ghiffari

230210130022

Elsi Sri Mulyani

230210130052

Nurul Fadliani

230210130053

Joana Viviani K

230210130054

Khairul Umami

230210130055

M. Taufik Hidayah

230210130056

Taufik Candra

230210130057

Luthfi Fauzan Akuan

230210130058

M. Albar Ghiffar

230210130060

Lukman Bima P

230210130075

Justine Ardelia

230210130077

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014

KATA PENGANTAR
Pertama kami panjatkan puji serta syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa. Dengan rahmat dan ridho-Nya lah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
ini. Semoga di setiap derap langkah dan lantunan nafas kita senantiasa berada pada
lindungan-Nya.
Ilmu pengetahuan mengenai segala proses reaksi biologis dan kimiawi
makhluk hidup sudah sangat berkembang pesat. Ditambah dengan kemajuan
teknologi dan informasi sehingga memudahkan setiap orang untuk mendapatkan
akses kajian. Dalam menjadikan sumber daya manusia yang handal, perlu adanya
suatu kajian mendalam mengenai materi yang dibahas sehingga pembelajar bisa
mencapai predikat mahir dan mampu mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari.
Pembuatan makalah ini merupakan upaya untuk memenuhi tugas mata kuliah
biokimia di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Hal ini dilakukan agar diperoleh
pemahaman dan analisis mendalam mengenai materi yang disampaikan pada
perkuliahan.
Terimakasih kami ucapkan pula kepada seluruh pihak terkait dalam
pembuatan makalah ini. Terimakasih secara khusus diberikan kepada seluruh anggota
kelompok 2 yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini hingga selesai.
Akhir kata, kami mohon maaf jika terdapat kekurangan pada makalah yang
kami buat ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya dan menjadi pustaka
rujukan pada mata kuliah Biokimia.
Jatinangor, 4 November 2014

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap organisme memiliki cara masing-masing dalam bertahan hidup
begitupun memperoleh energi. Respirasi adalah suatu jalan dimana sel yang
merupakan satuan unit struktural penyusun organisme mendapatkan energi guna
mendukung aktifitas kehidupannya.
Kemampuan untuk memanfaatkan energi dan menyalurkannya menjadi kerja
biologis seperti ini merupakan sifat-sifat dasar dari semua makhluk hidup. Semua
organisme termasuk tumbuhan memerlukan energi dalam setiap kegiatan
(aktifitas) kehidupan. Berdasarkan hukum I termodinamika, energi di alam
semesta bersifat konstan, tidak dapat dimusnahkan maupun diciptakan.
Tumbuhan sebagai makhluk fotoautotrof dapat mengkonversi energi matahari
menjadi energi kimiawi dalam bentuk glukosa serta dapat mengkonversi glukosa
menjadi energi metabolisme yaitu ATP (adenosine triphosphate) yang merupakan
kompleks molekul berenergi tinggi.
Tumbuhan memiliki organel-organel spesifik yang berfungsi menjalankan
berbagai proses biokimia. Organel-organel yang terlibat dalam proses konversi
energi, berupa mitokondria dan kloroplas. Mitokondria merupakan organel dalam
sel tumbuhan yang berperan sebagai tempat respirasi seluler, yaitu proses
katabolik yang dapat menghasilkan ATP saat tersedianya oksigen. Sedangkan
kloroplas merupakan organel yang berperan sebagai tempat berlangsungnya
proses fotosintesis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu respirasi?
2. Bagaimana proses pembentukan energi?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
proses respirasi sel dalam membentuk energi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pembentukkan energi tersebut dan juga agar para pembaca makalah ini dapat
mengetahui informasi yang terjadi pada sel dengan segala proses biologis dan reaksi
kimia yang terjadi di dalam sel.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Respirasi
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawasenyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada
hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan
O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut
substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi,
atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak
jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit
respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan
tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting lainnya diantaranya adalah
beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa; pati; asam organik; dan
protein

(digunakan

pada

keadaan

&

spesies

tertentu).

Persamaan umum respirasi seluler :


C6H12O6+ 6 O2

6 CO2 + 6 H2O + Energi*

Energi = ATP (Adenosine TriPhosphate) + Panas

Menurut Campbell et al. (2002), aktivitas hidup yang memerlukan energi


antara lain, kerja mekanis (kontraktil dan motilitas), transpor aktif (mengangkut
molekul zat atau ion yang melawan gradien konsentrasi zat), produksi panas (bagi
tubuh burung dan hewan menyusui). Namun, selain ketiga tujuan tersebut, energi
dibutuhkan oleh tubuh untuk transfer materi genetik dan metabolisme sendiri.

Jadi respirasi seluler adalah proses perombakan molekul organik kompleks


yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah
(proses katabolik) pada tingkat seluler. Pada respirasi sel, oksigen terlibat sebagai
reaktan bersama dengan bahan bakar organik dan akan menghasilkan air, karbon
dioksida, serta produk energi utamanya ATP. ATP (adenosin trifosfat) memiliki
energi untuk aktivitas sel seperti melakukan sintesis biomolekul dari molekul pemula
yang lebih kecil, menjalankan kerja mekanik seperti pada kontraksi otot, dan
mengangkut biomolekul atau ion melalui membran menuju daerah berkonsentrasi
lebih tinggi.
Respirasi merupakan rangkaian dari banyak reaksi komponen, yang masingmasingnya

dikatalisis

oleh

enzim

yang

berbeda.

Respirasi dapat digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan ketersediaan O2 di udara,


yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob merupakan proses
respirasi yang membutuhkan O2, sebaliknya respirasi anaerob merupakan proses
repirasi yang berlangsung tanpa membutuhkan O2. Respirasi anaerob sering disebut
juga dengan nama fermentasi. Perbedaan antara keduanya akan terlihat pada proses
tahapan reaksi dalam respirasi.
2.2 Sintesis Energi (ATP) pada Tumbuhan
Siklus energi sel melibatkan ATP sebagai tenaga pendorong jalannya reaksi
biokimia. Tumbuhan memperoleh energi melalui proses katabolisme nutrien menjadi
senyawa kimia untuk mendapatkan ATP serta melalui melalui mekanisme reduksi
dan oksidasi. Aliran elektron yang berasal dari reaksi redoks ini diawali dengan
eksitasi elektron akibat adanya komponen sel yang mengabsorbsi cahaya. Proses ini
dikenal dengan fotosintesis.

(Sumber: http://www.wonderfullygift.blogspot.com)

Gambar 1. Aliran energi dalam ekosistem. Energi berasal dari matahari


yang dikonversi menjadi energi kimia di dalam kloroplas.
Energi

kemudian

digunakan

dalam

respirasi

sel

di

mitokondria, melepaskan energi potensial dan energi panas


(Campbel, 2009).
Sintesis ATP dikatalisis oleh kompleks protein membran yang disebut ATP
sintase. Berdasarkan mekanisme pembentukan ATP, energi untuk metabolisme sel
tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu fosforilasi tingkat substrat, fosforilasi
oksidatif, dan fotofosforilasi. Fosforilasi tingkat substrat terjadi selama proses
glikolisis dan siklus Krabs menghasilkan ATP dan molekul tenaga pereduksi
NADH/NADPH dan FADH yang kemudian akan digunakan untuk pembentukan
ATP pada fosforilasi oksidatif. Fotofosforilasi dikenal dengan proses fotosintesis.

(Sumber: http://www.wonderfullygift.blogspot.com)

Gambar 2. Proses respirasi sel. Proses respirasi terdiri atas glikolisis, pembentukan
asam sitrat, siklus Krabs, dan transfer elektron. Baik proses glikolisis,
maupun siklus Krabs, terjadi pembentukan ATP

melalui fosforilasi

tingkat substrat. NADH dan FADH2 akan mentransfer elektron ke dalam


proses rangkaian transfer elektron melepaskan energi kimia membentuk
ATP dengan bantuan ATP sintesis. Pembentukan ATP pada transfer
elektron merupakan fosforilasi oksidatif.
1.

Fosforilasi Tingkat Substrat


Fosforilasi tingkat substrat membentuk ATP menggunakan energi dari

substrat kaya-energi untuk memindahkan gugus fosfat ke ADP. Proses ini terjadi di
dalam sitoplasma. Substrat dalam proses fosforilasi ini dihasilkan melalui proses
katabolisme glukosa pada tahap glikolisis dan siklus Krebs. Selama proses
pemecahan glikolisis menjadi piruvat, terjadi perpindahan elektron yang kaya-energi.
Pemindahan elektron tersebut terjadi melalui reaksi reduksi-oksidasi (redoks) dengan
bantuan coenzim NAD+ sebagai molekul pembawa elektron. NAD+ yang menangkap
elektron akan memjadi NADH.

Gambar 3. Proses Fosforilisasi


Glikolisis merupakan proses pemecahan atau penyederhanaan molekul gula
yang terdiri atas 6 gugus atom C menjadi 3 gugus atom C (piruvat/asam piruvat).
Glikolisis terdiri atas9-10 reaksi. Fosforilasi tingkat substrat pada glikolisis terjadi
sebanyak dua kali. Pertama, pada saat molekul 1,3 bifosfogliserat mentransfer
langsung gugus fosfatnya secara enzimatik ke ADP. Kedua, pada saat fosfoenol
piruvat mentransfer langsung gugus fosfatnya secara enzimatik ke ADP di akhir tahap
glikolisis. Pembentukan ATP pada kedua fase tersebut disebut fosforilasi tingkat
substrat. Fosforilasi tingkat substrat terjadi ketika enzim mentransfer fosfat dari
substrat ke ADP.

(Sumber: http://www.wonderfullygift.blogspot.com)

Gambar 3. Garis besar proses glikolisis pada respirasi sel. Empat reaksi terlebih
dahulu memecah glukosa ke dalam 2 molekul dengan 3 gugus karbon.
Reaksi selanjutnya menghasilkan 2 molekul piruvat dengan melepas 2
NADH dan 4 ATP.

Gambar 4. Perubahan Asam Piruvat menjadi Asetil Ko A

Pada fosforilasi tingkat substrat, dihasilkan 2 ATP dari proses glikolisis dan 2
ATP dari siklus Krebs. Pemecahan glukosa hanya melepas seperempat energi yang
terkandung dalam glukosa, energi sebagian besar masih tersimpan dalam molekul
piruvat. Pelepasan energi pada piruvat terlebih dahulu dilakukan dengan
mengkonversi piruvat menjadi asetil CoA yang kemudian akan dibawa ke dalam
mitokondria melalui transfer aktif dengan bantuan transport protein. Piruvat akan
kehilangan satu atom C, dan kemudian mengalami oksidasi dan membentuk asetil
CoA yang bersifat sangat reaktif serta mereduksi NAD+ menjadi NADH. Siklus
Krebs akan melepaskan energi yang tersimpan di dalam asetil CoA secara bertahap.

(Sumber: http://www.wonderfullygift.blogspot.com)

Gambar 5. Siklus Krebs

Umumnya terdapat beberapa tahapan reaksi kimia di dalam siklus Krebs yaitu
dekarboksilasi dan reaksi redoks. Asetil CoA akan mengalami penambahan gugus 4
C dari oksaloasetat menjadi gugus 6 C (isocitric acid). Isocitric acid kemudian
mengalami pelepasan atom C (dekarboksilasi) menjadi -ketoglutaric acid
melepaskan CO2 dan mereduksi NAD+ menjadi NADH. -ketoglutaric acid kemudian
akan terdekarboksilasi kembali melepasan CO2, mereduksi NAD+, membentuk
succinyl acid CoA yang memiliki 4 atom C. ATP kemudian terbentuk melalui jalur
fosforilasi tingkat substrat pada pelepasan enzim CoA dari

succinyl acid CoA

menjadi succinic acid. Succinic acid akan dioksidasi membentuk fumaric acid dan
mereduksi coenzim FAD menjadi FADH2. NADH dibentuk kembali pada saat malic
acid dioksidasi menjadi oksaloacetad. Selama siklus Krebs dikasilkan 4 molekul CO2,
6 NADH, 2 FADH2 dan 2 ATP untuk setiap molekul glukosa. NADH dan FADH2
merupakan molekul kaya energi yang membawa elektron. ATP sebagian besar
dihasilkan dari NADH dan FADH2 yang masuk ke dalam proses rantai transfer
elektron. Rantai transport elektron terjadi di inner membrane mitokondria.
2. Fosforilasi Oksidatif
Fosforilasi oksidatif merupakan pembentukan ATP menggunakan energi yang
dihasilkan pada reaksi reduksi-oksidasi transfer elektron. Fosforilasi oksidatif pada
mitokondria juga disebut sebagai rantai transfer elektron karena oksidasi molekul
pembawa energi, dalam bentuk NADH dan FADH2 berlangsung melalui reaksi
berantai. Reaksi ini terjadi di membran dalam dan ruang antar membran mitokondria.
Elektron berpindah dari satu kompleks aseptor dengan tingkat elektronegatifan
terendah menuju aseptor dengan tingkat elektronegatifitas yang lebih tinggi.
Kompleks rantai respirasi ini secara berturut-turut adalah kompleks NADH
dehidrogenase oleh flavaprotein (kompleks I), (kompleks II) kompleks sitokrom-b/c1
(kompleks III), dan sitokrom oksidase (kompleks III). Aseptor elektron terakhir
adalah O2.
NADH yang berada di dalam membran dalam mitokondria akan ditransfer
melalui kompleks I menuju kompleks III melalui Q (ubiquinon) yang ada diantara

kompleks I dan III. Proses trasfer pada kompleks I melibatkan NADH yang kemudian
melepas atom hidrogen dan dua elektron. Elektron akan mereduksi FMN menjadi
FMNH2, dan mengoksidasi NADH menjadi NAD+. FMNH2 kemudian melepas 2H+
menuju membran antar ruang mitokondria melewati matriks yang secara bersamaan
mentransfer elektron menuju Q.
Suksinat dehidrogenase (kompleks II) merupakan satu-satunya enzim terikat
membran di dalam siklus asam sitrat. Enzim ini tersusun atas Flavin Adenine
nucleotide (FAD) sebagai akseptor elektron, beberapa protein pusat Fe-S, dan satu
sitokrom b. Transpor elektron dari suksinat dehidrogenase menuju ubikuinon
berlangsung dengan tanpa penurunan potensial redoks, sehingga tidak ada energi
yang diperoleh melalui transfer elektron dari suksinat menuju ubikuinon seperti
halnya reaksi yang dikatalisis oleh kompleks I. Kompleks II mereduksi FADH2
menjadi FAD+ dan mentransfer elektron menuju ubiquinon.
Ubikuinon tereduksi yang berasal dari kompleks I dan II dioksidasi oleh
kompleks III, sitokrom bc1. Kompleks III mengatalisis transfer elektron dari
ubikuinol (QH2) menuju sitokrom c dan diikuti dengan pemindahan proton dari
matriks mitokondria ke ruang antar membran. Sitokrom c merupakan protein yang
terdapat di ruang antar membran, terletak antara kompleks III dan IV, dan memiliki
gugus heme. Setelah gugus heme sitokrom c menerima elektron dari kompleks III,
sitokrom c bergerak ke kompleks IV.

(Sumber: http://www.wonderfullygift.blogspot.com)

Gambar 5. Proses perpindahan elektron pada transport elektron. Tingkat energi


bebas yang dihasilkan dalam proses rantai transfer elektron. Elektron
dari NADH dan FADH2 akan berpindah secara urut.

Gambar 6. Rantai Transpor Elektron

Kompleks IV atau sitokrom oksidase merupakan kompleks terakhir dalam


rantai respirasi. Kompleks ini berfungsi memindahkan elektron dari sitokrom c ke
oksigen (O2), membentuk molekul air (H2O). Kompleks ini dapat memasukkan 4
elektron dari ruang antar membran ke matriks mitokondria, bersama-sama dengan 4
proton yang terdapat di matriks, enzim ini dapat mereduksi O2 sehingga menjadi
2H2O. Kompleks ini juga mengeluarkan 1 proton dari matriks ke ruang antar
membran untuk setiap 1 elektron yang melalui sitokrom.
Elektron yang melintas dari satu enzim terikat-membran ke lainnya, kehilangan
sejumlah energi setiap kali berpindah (sebagaimana hukum II termodinamika). Energi
yang hilang memungkinkan pemompaan ion hidrogen bergerak menentang gradien
konsentrasi (konsentrasi ion H+ di dalam matriks lebih rendah dibandingkan di dalam
ruang antar membran.).

(Sumber: http://www.wonderfullygift.blogspot.com)

Gambar 7. ATP sintase. Ion H+ melintas melalui ATP sintase dari ruang antar
membran menuju ke membran dalam mitokondria.

Ion H+ tidak dapat bergerak kembali melalui membran. Ion H+ hanya dapat
kembali melalui enzim ATP sintase yang terdapat di dalam membran. Pada saat ion
H+ melintas melalui enzim ATP sintase, energi dari enzim digunakan untuk mengikat
fosfat ke ADP, membentuk ATP. Mekanisme tersebut dikenal dengan kemiosmosis.
Sintesis ATP dapat terjadi baik di kloroplas ataupun di mitokondria sel tumbuhan.
Mekanisme sintesisnya pun memiliki kemiripan. Meskipun demikian, ATP yang
dihasilkan di mitokondria lebih banyak dihasilkan untuk dikirim ke sitosol,
sedangkan ATP yang dihasilkan di kloroplas hanya digunakan oleh organel itu
sendiri.
Melalui proses fosforilasi, dihasilkan 36 ATP secara keseluruhan untuk satu
molekul glukosa. Fosforilasi tingkat substrat hanya menghasilkan sejumlah kecil ATP
(4 ATP). Sisanya dihasilkan selama proses fosforilasi oksidatif. Dengan demikian
fosforilasi tingkat substrat hanya bertanggung jawab atas sebagian kecil penghasilan
energi, sedangkan fosforilasi oksidatif bertanggung jawab atas 90% energi yang
dihasilkan oleh respirasi sel tumbuhan.
A.3. Fotofosforilasi
Fotofosforilasi merupakan proses penambahan Pi pada ADP membentuk ATP
dengan bantuan sinar matahari. Secara singkat, energi dari matahari digunakan untuk
menghasilkan molekul organik (glukosa) dan O2 dari CO2 dan air. Proses ini dikenal
juga sebagai proses fotosintesis. Proses fotosintesis berlangsung pada organel khusus
yang sensitif cahaya, yaitu kloroplas (Gambar 7) yang banyak terdapat di jaringan
mesofil daun. Proses fotosintesis juga melibatkan reaksi redoks.

(Sumber: http://www.wonderfullygift.blogspot.com)

Gambar 7. Lokasi fotosintesis pada tanaman. Daun merupakan organ tumbuhan


utama yang melakukan fotosintesis. Kloroplas terdapat di dalam sel
mesofil daun. Kloroplas terdiri atas outer dan inner membrane, tilakoid
pada granum dan stroma.
Proses fotosintesis juga mengalami reaksi redoks seperti yang terjadi pada
proses respirasi. Pada proses respirasi, energi dihasilkan melalui pemecahan molekul
glukosa yang kemudia melepaskan elektron dan atom hidrogen yang ditansfer menuju
oksigen. Peristiwa tersebut menghasilkan produk samping berupa air. Elektron akan
kehilangan energi potensial selama berpindah melalui aseptor-aseptor pada teransfer
elektron di mitokondria. Energi bebas tersebut mengaktifkan ATP sintase yang akan
mengikat Pi dengan ADP membentuk ATP. Pada proses fotosintesis juga terjadi
perpindahan elektron yang berasal dari pemecahan molekul air. Elektron akan
dimanfaatkan oleh CO2 untuk membentuk glukosa. Perpindahan elektron dari air ke
CO2 membutuhkan energi potensial yang berasal dari cahaya.
Fotosintesis berlangsung dalam dua tahap, yaitu pembentukan ATP dan
NADPH (reaksi terang), dan proses pemecahan CO2 untuk pembentukan glukosa
(reaksi gelap).

(Sumber: http://www.wonderfullygift.blogspot.com)

Gambar 8. Proses fotosintesis. Fotosintesis terdiri atas reaksi pembentukan ATP


dan NADPH (reaksi terang) yang digunakan dalam siklus Calvin (reaksi
gelap)
1.

Reaksi Terang
Reaksi terang merupakan proses pembentukan NADP+ menjadi NADPH yang

sekaligus membentuk ATP (fotofosforilasi) melalui proses kemiosmosis dengan


bantuan energi potensial dari cahaya. Proses fotosintesis pada tanaman menghasilkan
ATP dan NADPH melalui proses fotofosforilasi nonsiklik. Proses fotofosforilasi
nonsiklik terjadi pada fotosistem I dan II. Fotosistem terdiri atas beberapa pigmen
cahaya berupa klorofil a, klorofil b dan karotenoid. Pigmen cahaya akan berperan
sebagai antena yang menangkap dan mentransfer energi cahaya menuju pusat
fotosistem. Energi cahaya matahari ditransfer dari klorofil a dalam bentuk elektron,
yang diterima oleh pigmen aseptor elektron dalam pusat fotosistem.
Fotosistem mengkonversi energi cahaya ke dalam energi kimia. Kompleks
fotosistem menangkap cahaya dan menggunakannya untuk memecah elektron dari

molekul air kemudian membawanya menuju rantai transpor afinitas molekulnya lebih
rendah. Kekosongan elektron kemudian diisi kembali dengan pemecahan molekul air
oleh energi cahaya. Pada reaksi ini juga dihasilkan donor elektron kuat pada kuinon
(kompleks pembawa elektron). Kuinon akan melepaskan elektronnya menuju ke
pompa H+ yang disebut dengan kompleks sitokrom b6-f, yang menyerupai kompleks
sitokrom b-ct dalam reaksi respirasi mitokondria. Sitokrom b6-f akan memompa H+
ke dalam tilakoid melewati membran tilakoid yang menyebabkan terjadinya gradien
elektrokimia sehingga terbentuk ATP oleh ATP sintase

(Sumber: http://www.wonderfullygift.blogspot.com)

Gambar 9. Fosforilasi nonsiklik. Aliran elektron pada fosforilasi siklik yang


melibatkan fotosistem II dan fotosistem I.
Reaksi fotosintesis dimulai dari penangkapan cahaya oleh fotosistem II yang
sensitif terhadap cahaya dengan panjang gelombang tertentu (P680). Proton dari caha
matahari akan meningkatkan afinitas elektron menjadi dan menaikkan energi yang
terkandung dalam elektron. Elektron yang dengan afinitas yang tinggi kemudian
tereksitasi menuju molekul pigmen yang afinitasnya lebih rendah. Elektron berenergi

tinggi kemudian berpindah dari satu pigmen cahaya menuju pigmen yang lain hingga
mencapai sepasang pigmen P680 di pusat fotosistem. Perpindahan tersebut
meningkatkan energi pada elektron. Kekosongan elektron diperoleh kembali dari
reduksi molekul air oleh enzim menjadi 2 elektron, 2 atom H+ dan satu atom O.
Kuinon pada pusat fotosistem II akan melepaskan elektronnya menuju ke pompa H+
yang disebut dengan kompleks sitokrom b6-f, yang menyerupai kompleks sitokrom
b-ct dalam reaksi respirasi mitokondria. Sitokrom b6-f akan memompa H+ ke dalam
tilakoid melewati membran tilakoid yang menyebabkan terjadinya gradien
elektrokimia sehingga terbentuk ATP oleh ATP sintase.
Aseptor terakhir dalam reaksi terang adalah fotosistem I. Elektron dari aseptor
primer pada fotosistem II diteruskan ke fotosistem I melalui molekul pembawa
elektron, yaitu plastoquinone (Pq), complex sitokrom, dan protein plastocyanin (Pc).
Transfer elektron tersebut juga melepaskan energi yang digunakan untuk membentuk
ATP. Elektron dari Pc diterima oleh aseptor dalam pusat fotosistem I, yaitu sepasang
pigmen P700 yang kemudian ditransfer menuju aseptor primer. Dari fotosistem I,
elektron kembali ditransfer menuju protein ferredoxin (Fd). Transfer elektron tersebut
dikalatilis oleh enzim NADP+ reduktase, menghasilkan NADPH. Molekul NADPH
merupakan molekul kaya energi yang siap masik ke dalam proses reaksi selanjutnya,
yaitu siklus Calvin.
Kloroplas dan mitokondria menghasilkan ATP melalui mekanisme dasar yang
sama yaitu kemiosmosis. Ada perbedaan mencolok antara fosforilasi oksidatif pada
mitokondria dan fosforilasi pada kloroplas. Pada mitokondria, elektron berenergitinggi yang jatuh menuruni rantai transpor diekstraksi dari molekul organik (yang
kemudian menjadi teroksidasi), sedangkan pada kloroplas, sumber elektronnya adalah
air. Kloroplas tidak membutuhkan molekul dari makanan untuk membuat ATP,
fotosistem kloroplas menangkap energi cahaya dan menggunakannya untuk
menggerakkan elektron dari air ke puncak rantai transpor.
Untuk dapat memproduksi ekstra ATP, maka kloroplas mampu mengubah
reaksi dalam fotosistem I menjadi reaksi siklik yang mampu memproduksi ATP.

Reaksi ini disebut dengan fotofosforilasi siklik karena elektron berenergi tinggi dari
fotosistem I akan kembali ke fotosistem I dengan tingkat energy yang rendah.
Elektron energi tinggi dalam fotosistem I akan ditransfer dari kompleks ferredoxin
menuju ke dalam kompleks sitokrom. Elektron dari komplek sitokrom akan kembali
lagi ke dalam kompleks fotosistem I. Di dalam kompleks sitokrom juga berlangsung
pemompaan H+ melalui membran tilakoid menuju tilakoid, yang akan meningkatkan
gradien proton elektrokimia yang kemudian memacu ATP sintase membentuk ATP.
Fofosforilasi siklik hanya melibatkan fotosistem I dan mampu memproduksi ATP
tanpa membentuk NADPH maupun O2.

(Sumber: http://www.wonderfullygift.blogspot.com)

Gambar 10. Fosforilasi siklik. Elektron dari fotosistem I tidak ditransfer menuju
feredoksin sehingga tidak membentuk NADPH
2.

Reaksi Gelap (Siklus Calvin)


Siklus Calvin merupakan reaksi anabolisme yang membentuk karbohidrat dari

molekul sederhana dengan menggunakan energi dari ATP. Reaksi ini dikatakan
reaksi gelap dikarenakan, dalam membentuk glukosa dari ATP tidak diperlukan
cahaya matahari. Pada reaksi gelap, digunakan ATP dan NADPH yang sudah
dihasilkan pada reaksi terang. ATP akan digunakan sebagai sumber energi sedangkan
NADPH digunakan sebagai sumber elektron berenergi tinggi. Dari siklus Celvin,

dibutuhkan 6 molekul CO2 untuk tiap glukosa/fruktosa dan diperlukan 2 kali putaran
untuk menghasilkan 1 molekul glukosa. Siklus Calvin tidak membentuk glukosa
secara langsung, melainkan molekul gula gliseraldehyde 3-phosphate (G3P).
Gliseraldehid yang terbentuk akan dikeluarkan dari kloroplas melalui triosafosfat
translokator, protein utama pada membran luar kloroplas, dan akan dimetabolisme
lebih lanjut di dalam sitosol.
Siklus Calvin melibatkan beberapa metabolit intermediet dan terdiri atas
beberapa reaksi enzimatis yang terjadi di dalam kloroplas. Siklus Calvin dibagi
menjadi tiga fase, yaitu fiksasi karbon, reduksi 3-fosfogliserat, dan regenerasi RuBP.
Siklus ini memerlukan energi dalam bentuk ATP dan NADPH yang diperoleh dari
hasil reaksi terang.

(Sumber: http://www.wonderfullygift.blogspot.com)

Gambar 11. Siklus Calvin. Terdiri atas tiga tahap; fiksasi karbon, reduksi molekul
3-fosfogliserat, dan regenerasi Ribulosa Bifosfat.

a.

Fiksasi karbon
Pada fase ini, tiga molekul CO2 dan tiga molekul gula berkarbon 5 (1,5-

bifosfogliserat) akan dirubah menjadi 6 molekul 3-fosfogliserat. Reaksi ini dikatalisis


oleh enzim yang dinamakan ribulosa bifosfat karboksilase/oksigenase (RuBisco).
b.

Reduksi molekul 3-fosfogliserat


Masing-masing molekul 3-fosfogliserat mengalami penambahan gugus fosfat

menjadi 1,3 bisfosfogliserat. Gugus fosfat diperoleh dari pemecahan ATP menjadi
ADP. Molekul 1,3 bisfosfogliserat kemudian direduksi oleh elektron dari NADPH
membentuk gliseraldehid-3-fosfat (G3P). Untuk 3 molekul CO2 dihasilkan 6 molekul
G3P. Namun hanya satu yang akan diteruskan dalam biosintesis glukosa, sementara
kelima sisanya digunakan dalam regenerasi RuBP. Secara keseluruhan, reaksi ini
membutuhkan 6 ATP dan 6 NADPH.
c.

Regenerasi Ribulosa Bifosfat


Pada tahap ini terdapat 3 macam enzim yang terlibat, yaitu aldolase, bifosfatase,

dan transketolase. Untuk menjalankan fase ini dibutuhkan 3 ATP, sehingga untuk
setiap sintesis satu molekul gliseraldehid-3-fosfat pada siklus calvin dibutuhkan 9
molekul ATP dan 6 molekul NADPH. Gliseraldehid yang terbentuk akan dikeluarkan
dari kloroplas melalui triosafosfat translokator, protein utama pada membran luar
kloroplas, dan akan dimetabolisme lebih lanjut di dalam sitosol.
2.3 Macam-Macam Respirasi
Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen respirasi dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Respirasi aerob
Respirasi aerob adalah proses penguraian makanan dengan menggunakan oksigen.
Ia berlaku di mitokondria sel. Pada proses respirasi aerob dibagi dalam tiga tahapan, yaitu
glikolisis, siklus krebs, dan transfor elektron. Jadi, dari keseluruhan proses katabolisme 1

glukosa melalui respirasi aerobik, dihasilkan 38 ATP, dengan perincian sebagai


berikut:
Glikolisis

: 2 NADH + 2 ATP

= 8 ATP

Oksidasi dari piruvat : 2 NADH (atau 6 ATP)

= 6 ATP

Siklus Krebs

= 24 ATP

: 6 NADH + 2 FADH + 2 ATP

38 ATP
Respirasi aerob :
C6H12O6 ---- 6 CO2 + 6 H2O + 675 kal + 38 ATP
2. Respirasi anaerob
Respirasi anerob adalah proses penguraian glukosa untuk menghasilkan tenaga
tanpa menggunakan oksigen. Beberapa organisme seperti bakteria, hewan dan
tumbuhan menjalankan proses ini. Respirasi anaerob dapat pula disebut fermentasi
atau respirasi intramolekul. Tujuan fermentasi sama dengan respirasi aerob, yaitu
mendapatkan energi. Hanya saja energi yang dihasilkan jauh lebih sedikit dari
respirasi aerob.
Respirasi anaerob:
C6H12O6 ------> 2 C2H5OH + 2CO2 + 21 kal + 2 ATP
Pernapasan anaerob dapat berlangsung didalam udara bebas, tetapi proses ini tidak
menggunakan O2 yang disediakan di udara. Fermentasi sering pula disebut sebagai
peragian alcohol atau alkoholisasi.
Pada respirasi aerob maupun anaerob, asam piruvat hasil proses glikolisis merupakan
substrat.

Gambar 12. Respirasi aerob dan anaerob


(Sumber : http:// http://garnisah.blogspot.com/2011_11_01_archive.html)
Asam piruvat dalam respirasi anaerob

Gambar 13. Asam piruvat dalam respirasi anaerob


(Sumber : http:// http://garnisah.blogspot.com/2011_11_01_archive.html)
Asam piruvat dalam respirasi aerob
Pembongkaran sempurna terjadi pada oksidasi asam piruvat dalam respirasi aerob.
Dari proses ini dihasilkan CO2 dan H2O serta energy yang lebih banyak , yaitu 38
ATP.

Di bawah ini adalah tabel perbedaan respirasi aerob dan anaerob :

Gambar 14. Tabel perbedaan respirasi aerob dan anaerob.


(Sumber : http:// wonderfullygift.blogspot.com)
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respirasi
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Ketersediaan substrat
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan
respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan
respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang
tersedia

cukup

banyak

maka

laju

respirasi

akan

meningkat.

2. Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak
banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan
tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.

3. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan
faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.

4. Tipe dan umur tumbuhan


Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan
demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing
spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding
tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa
pertumbuhan.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Respirasi merupakan bentuk katabolisme yaitu reaksi penguraian senyawa

yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim.
Penguraian suatu senyawa dapat menghasilkan energi. Energi itu berasal dari
terlepasnya ikatan-ikatan kimia yang menyusun suatu persenyawaan. Semakin
kompleks perseyawaan kimia itu, semakin banyak ikatan kimia yang menyusunnya
dan akan semakin besar energi yang dilepaskannya. Akan tetapi, energi itu tidak
dapat digunakan secara langsung oleh sel. Energi itu diubah terlebih dahulu menjadi
persenyawaan adenosin trifosfat (ATP) yang dapat digunakan oleh sel sebagai
sumber energi terpakai.
Respirasi dapat terjadi secara aerob maupun anaerob. Faktor-faktor yang
mempengaruhi respirasi, beberapa diantaranya

yaitu: ketersediaan substrat,

ketersediaan oksigen, suhu, dan umur dan tipe tumbuhan tersebut.


3.2 Saran
Kajian ilmu mengenai proses respirasi dan hubungannya dengan sintesis
energi makhluk hidup masih sangat luas dan cukup dalam untuk dapat dikaji lagi.
Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dari berbagai media lainnya guna
mendukung diskusi tentang respirasi dan energi ini agar dapat membuat mahasiswa
semakin memahami reaksi kimia dan proses biologis yang terjadi di sekitarnya.

Daftar Pustaka
Mahmuddin.(2009).

Respirasi

Seluler

atau

Respirasi

Aerob.

http://mahmuddin.wordpress.com.Diakses tanggal 21 Desember 2012.


Campbell, Neil A,dkk.(2002).Biologi.Jakarta:Erlangga.
Parera, Herens Andreano.(2010).Siklus Krebs.www.scbrid.com.

22

Desember 2012.
Lestari,Iis.(2012). Respirasi Sel.http://www.kamusq.com. 30 Desember 2012.
Charisma,

Nanik.(2012).

Fotosintesis

dan

Respirasi

Seluler.

http://csbioinformatika.blogspot.com. 30 Desember 2012.


Dejavu, Lan.(2010). Katabolisme Respirasi Seluler. http://landejavu.wordpress.com.
30 Desember 2012.
Alberts, B., A. Johnson, J.Lewis, M. Raff, K. Roberts, dan P.Walter. 2008. Molecular
Biology of The Cell, 5th Edition. Garland science, Taylor & Francis Group,
USA.
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.A.Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky,
dan R.B. Jackson. 2008. Biology, 8th Edition. Benjamin Cummings, San
Fransisco.
Stern, K.R. 2000. Introductory Plant Biology, eight edition, Mc Graw-Hill
Companies, Inc. United State of America.

Anda mungkin juga menyukai