KEWAJIBAN
1. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
serta kebutuhan medis.
2. Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang
mempunyai kemampuan lebih baik.
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien
itu meninggal dunia.
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang mampu melakukannya.
5. Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.
UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 52 dan 53, Hak dan
Kewajiban Pasien:
HAK
1. Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan
dilakukan dokter.
2. Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).
3. Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.
4. Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan.
5. Bisa mendapat informasi rekam medis.
KEWAJIBAN
1. Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah
kesehatannya.
30
3. Memberikan konsen (
informed consent
) atas tindakan medik yang
akan dilakukan oleh dokter
4. Memutuskan hubungan kontraktual setiap saat ( sesuai azas
kepatutan dan kebiasaan )
5. memperoleh rahasia kedokteran
6. Memperoleh surat keterangan dokter bagi kepentingan pasien yang
bersifat non yustisial; seperti misalnya surat keterangan sakit, surat
keterangan untuk kepentingan asuransi, surat kematian dan
sebagainya
7. Hak atas
second opinion
D. Kewajiban pasien
Selain pasien memiliki hak
dalam hubungan terapetik
maka di salah satu
sisi pasien memiliki kewajiban yang harus
dipenuhi dan memiliki keterkaitan erat
dalam hubungan terapetik tersebut . Adapun kewajiban pasien adalah sebagai
berikut :
1. Kewajiban memberikan informasi
2. Kewajiban melaksanakan nasehat dokter atau tenaga kesehatan
3. kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam
hubungannya dengan dokter atau tenaga kesehatan
4. kewajiban memberikan imbalan jasa
5. kewajiban memberikan ganti rugi apabila tindakannya merugikan dokter
atau tenaga kesehatan.
31
E. Hak Dokter
Selain pasien yang memiliki hak
dan kewajiban dalam hubungan
terapeutik, dokter juga
memiliki hak dan kewajiba
n sebagai pengemban profesi
yang harus dilaksanakan. Johan Nasution
9
19
C. Pertanyaan penelitian
Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah disebutkan diatas
maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah : Faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kejelasan informasi medis yang diterima oleh pasien
pra operasi katarak di rumah sakit umum William Booth Semarang ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini meliputi :
1.Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor faktor kejelasan informasi medis yang diterima
oleh pasien pra operasi katarak di Rumah Sakit Umum William Booth Semarang .
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran persepsi pasien tentang kejelasan informasi
medis yang diterimanya .
b. Menganalisis hubungan antara persepsi responden tentang tingkat
kegawatan penyakit katarak dengan kejelasan informasi medis yang
diterimanya
c. Menganalisis hubungan antara komunikasi empati yang dilakukan oleh
komunikator tentang penyakit katarak dengan kejelasan informasi
medis yang diterima pasien
d. Menganalisis hubungan antara penyampaian pesan komunikator yang
mudah dipahami dengan kejelasan informasi medis yang diterima oleh
pasien.
e. Menganalisis hubungan antara umpan balik yang dilakukan oleh
komunikator tentang penyakit katarak dengan kejelasan informasi
medis yang diterima oleh pasien.
20
f. Menganalisis pengaruh bersama-sama faktor-faktor yang
mempengaruhi kejelasan informasi medis yang meliputi : persepsi
responden tentang tingkat kegawatan penyakit katarak, komunikasi
empati yang dilakukan oleh komunikator, penyampaian pesan oleh
komunikator yang mudah dipahami, umpan balik komunikator tentang
penyakit katarak.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi manajemen Rumah Sakit
a. Memperoleh informasi tentang kejelasan informasi medis yang diterima
pasien pra operasi katarak
b. Mengembangkan strategi hubungan pasien dokter yang berkaitan dengan
kejelasan informasi medis
2. Bagi MIKM
Sebagai bahan pengembangan keilmuan di bidang hukum
perumahsakitan secara khusus pelaksanaan
informed consent
3. Bagi peneliti lain
Sebagai referensi untuk pengembangan keilmuan dan penelitian di bidang
hukum perumahsakitan khususnya dalam kelengkapan informasi medis
F. Keaslian Penelitian
1. Hapsari ( 2000) Meneliti tentang hubungan karakteristik pasien dengan
kelengkapan informasi medis yang diterima penderita kanker di bangsal
bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang Bulan Februari April 2000. dari
penelitian ini ditemukan bahwa karakteristik pasien yang berpengaruh
terhadap kelengkapan informasi medis adalah hanya pendidikan pasien.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik. Perbedaan penelitian
21
yang penulis akan teliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari adalah
kejelasan informasi medis yang diterima oleh pasien akan ditinjau bukan saja
dari faktor subyektif pasien tetapi juga dari faktor komunikator
6
sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti menitikberatkan pada ketrampilan
komunikator dalam penyampaian informasi medis.
G. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup sasaran
Penelitian ini ditujukan pada pasien pasca operasi katarak di rumah Sakit
umum William Booth Semarang
2. Ruang lingkup masalah
Masalah dibatasi pada faktor-faktor kelengkapan informasi medis yang
diterima pasien pasca operasi katarak di rumah sakit umum William Booth
Semarang
22
3.Ruang lingkup keilmuan
Lingkup keilmuan dalam penelitian ini meliputi Hukum perumahsakitan
secara khusus
informed consent
4. Ruang lingkup metode
Metode yang digunakan adalah observasional dengan survey pendekatan
cross sectional study
atau study belah lintang dimana dalam waktu
bersamaan variabel bebas dan variabel terikat pada obyek penelitian yang
diambil datanya.
5. Ruang lingkup lokasi
Lokasi penelitian adalah di rumah sakit umum William Booth Semarang
6. Ruang lingkup waktu
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2006 juni 2006
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Katarak
Penyakit katarak adalah penyakit mata yang dapat menyerang semua
tingkatan umur manusia, namun pada umumnya terjadi pada usia di atas 40
tahun.
Menurut Sidarta Ilyas penyakit katarak merupakan keadaan dimana terjadi
kekeruhan pada serabut atau lensa didalam
kapsul lensa. Katarak adalah suatu
keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa
atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akaibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
Berdasarkan pengelompokan usia, maka penyakit katarak dapat
digolongkan menjadi
1. Katarak kogenital.
Yaitu penyakit katarak yang dapat terjadi /terlihat pada usia dibawah 1
tahun dan hal ini disebabkan oleh kekeruhan lensa yang didapatkan sejak
lahir, terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin
2. Katarak juvenil
Adalah katarak yang terlihat pada usia diatas 1 tahun dan dibawah 40
tahun. Katarak juvenil dapat terjadi karena lanjutan katarak kengenital
yang makin nyata, penyulit penyakit lain dan katarak komplikata
3. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun
4. Katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40
tahunKedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama
ataupun berbeda. Katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara
24
perlahan-lahan. Tajam penglihatan akan menurun secara berangsurangsur hingga tinggal proyeksi sinar saja. Katarak senil merupakan
katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa karena
proses penuaan.
Sementara untuk stadium katarak senil dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
1. Stadium insipien.
Pasien akan mengeluh ganguan penglihatan seperti melihat ganda
dengan satu matanya. Pada stadium ini proses degenerasi belum
menyerap cairan mata ke dalam lensa s
ehingga akan terlihat bilik mata
depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai
dengan kekeruhan ringan pada lensa. Pada stadium ini tajam penglihatan
pasien belum terganggu.
2. Stadium imatur
Pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke
dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini terjadi
pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. Pada
katarak imatur penglihatan mulai berangsur-angsur berkurang dan hal ini
disebabkan media penglihatan tertutup oleh kekeruhan lensa yang
menebal .
3. Stadium matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini terjadi
kekeruhan seluruh lensa. Pada stadium ini tajam penglihatan sangat
menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.
4. Stadium hipermatur
25
Pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa
dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa.
B. Hubungan pasien dokter
Hubungan pasien dan dokter
sebenarnya memiliki
keterkaitan dengan
masalah pelayanan kesehatan. Masalah pelayanan kesehatan ini sesungguhnya
merupakan pelayanan yang melalui proses yang dinamik, berkaitan dengan
permasalahan dibidang ekonomi, sosial, dan budaya masayarakat yang sangat
kompleks. Sebelum abad ke 20 perkemba
ngan pengertian prof
esi hanya dimiliki
oleh divinitas, medik dan hukum, tetapi pengertian profesi pada abad ke 20 sudah
mulai berkembang dan bukan hanya dimiliki
oleh golongan tertentu atau orang
perorangan.
Profesi kedokteran yang merupakan bahagian dari apa yang disebutkan
tersebut juga mengalami perubahan-perubahan dalam pola hubungannya dengan
penerima jasa pelayanan kesehatan yaitu pasien. Pada dasarnya perubahan pola
hubungan antara pemberi pelayanan Kesehatan dengan penerima pelayanan
kesehatan disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Meningkatnya jumlah permintaan atas pelayanan kesehatan.
2. Berubahnya pola penyakit
3. Teknologi medik.
Hubungan antara pemberi pelayanan kesehatan dan penerima jasa
pelayanan kesehatan berawal dari pola hubungan vertikal yang paternalistik.
26
Yankes mengetahui tentang segala sesuatu yang berkait dengan penyakit,
sedang penerima jasa Yankes tidak tahu apa-apa tentang penyakit, apalagi
tentang bagaimana penyembuhannya. Oleh karena itu dalam hubungan yang
paternalistic si sakit menyerahkan nasibnya kepada sang pengobat
8
. Dalam pola
hubungan ini terjadi ketidakseimbangan dan ketidak seimbangan ini disebabkan
dokter mempunyai kedudukan yang lebih kuat karena
9
:
a. Mempunyai ilmu pengetahuan tentang ilmu kedokteran
b. Seorang dokter tidak bergantung kepada pasien itu
c. Seorang dokter secara umum berada dalam keadaan sehat
d. Seorang dokter tidak berada dibawah tekanan mental
e. Seorang dokter berada dalam kedudukan yang bebas
Pasien mempunyai kedudukan yang lebih lemah, karena :
a. Secara umum tidak berpengetahuan ilmu medis
b. Tidak berdaya, sangat tergantung kepada dokternya
c. Pasien berada dalam keadaan sakit
d. Pasien berada dalam keadaan tekanan psikis, cemas dan ketakutan,
e. Pasien berada dalam keadaan tidak bebas karena penyakitnya
Pola hubungan ini sebe
narnya memiliki dampak posit
ip dan negatif. Pola
hubungan vertikal paternalistik ini terjadi karena kepercayaan penerima jasa
Yankes yang diberikan kepada pemberi jasa Yankes.
Pola hubungan pemberi pelayanan Yankes kepada penerima jasa Yankes
mengalami perkembangan dari pola hubungan vertikal paternalistik ke pola
hubungan Horisontal Kontraktual. Sebe
narnya kedua pola h
ubungan ini memiliki
persamaan yaitu keduanya merupakan pola perilaku hubungan antara pemberi
jasa Yankes dengan penerima /pengguna Yankes. Perbedaanya adalah dalam
27
pola hubungan vertikal paternalistik posisi keduanya tidak sederajat ( pemberi
dan penerima ) sementara dalam hubungan horizontal kontraktual antara pemberi
dan penerima Yankes mem
iliki kedudukan yang sama.
Kedudukan yang sederajat dalam hubungan horizontal ini merupakan
pangkal tolak dari hubungan kontraktual, yaitu suatu hubungan dalam mana para
pihak bersama-sama sepakat untuk mengadakan hubungan saling memberikan
prestasi
Menurut Sofwan Dahlan
10
dan dokter tidak dimulai dari saat pasien memasuki tempat praktek dokter
sebagaimana yang diduga banyak orang, tetapi justru sejak dokter menyatakan
kesediannya yang dinyatakan secara lisan
( oral statement)
atau secara tersirat
( implied statement
) dengan menunjukan sikap atau tindakan yang menyimpulkan
kesediaan, seperti misalnya menerima pendaftaran, memberikan nomor urut,
menyediakan serta mencatat rekam mediknya dan sebagainya. Dengan kata lain,
hubungan terapetik juga memerlukan kesediaan dokter. Hal ini sesuai azaz
konsensual berkontrak.
Bila hubungan kontraktual dimulai saat pasien mendaftarkan diri pada
bahagian registasi atau saat dokter menyatakan kesediaanya baik secara lisan
maupun
implied statement
lalu kapan hubungan horizontal kontraktual ini akan
berakhir ? hubungan kontraktual antara dokter atau rumah sakit dengan pihak
pasien akan berakhir bila pasien mengalami kesembuhan atas penyakit yang
diderita dan tidak lagi memerlukan penanganan dokter, atau saat pasien
meninggal dunia, dan dokter telah melaksanakan kewajibannya
28
Ada hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pola hubungan horizontal
kontraktual ini. Bila dokter dan pasien telah menyepakati hubungan horizontal
kontraktual ini, maka perlu diperhatikan bahwa ketika hubungan ini telah
disepakati, maka tidak ada satu pihakpun yang boleh memutuskan hubungan
secara sepihak di tengah jalan tanpa persetujuan pihak lainnya. Salah satu faktor
yang dapat menyebabkan hubungan horizontal kontraktual ini dapat diputuskan
adalah bila hilangnya faktor kepercayaan pasien terhadap dokter. Bila pasien
telah kehilangan kepercayaaan terhadap dokter, maka pasien dapat menjadi tidak
kooperatif dalam hal ini sudah sepatutnya pemutusan kontrak secara sepihak
dapat dilakukan. Dokter tidak perlu merasa kecewa bila menghadapi masalah
yang demikian sebab masalah kepercayaan merupakan masalah yang tidak
dapat dipaksa-paksakan.
Pola hubungan pasien dokter yang lain yang dapat dianut adalah pola
hubungan
fiduciary
atau
Friendship approach
yaitu suatu pendekatan yang
dilakukan dengan persahabatan. Pola hubungan ini lebih ditekankan pada
membangun kepercayaan, saling ketergantungan dengan saling memberikan
respon. Lebih lanjut pola hubungan
friendship
dikatakan demikian
It is the one
to which we and most physicians subscribe. It is a private personal professional
relationship, one that involves mutual trust and mutual dependence with mutual
respect, consideration and courtesy of the parties for each other.
11
Pola hubungan
fiduciary
ini dapat terwujud apabila dokter dapat
29
Supartondo dan Djauzi disingkat dengan jembatan keledai
CARE
yaitu:
comfort,
Acceptance, responsiveness
dan empati dimana melalui keempat ketrampilan ini
dapat menolong para dokter mengatasi dimensi afektif pasien.
12
Comfort
berarti
dokter nyaman dan tidak enggan berkomunikasi yang melibatkan emosi seperti
kematian, seksualitas.
Acceptance
adalah kesediaan dokter menerima pasien.
Responsiveness
berarti dokter bereaksi terhadap pesan yang tidak langsung atau
tidak lengkap. Empati adalah kemampuan d
okter mengerti perasaan pikiran dan
keinginan orang lain.
C. Hak pasien
Konsekwensi hukum yang timbul dari pola hubungan kontraktual atau
terapetik, maka kedua belah pihak masing-masing memiliki hak dan kewajiban.
Bagi pasien dia tidak hanya menuntut dokter
untuk dapat memberikan terapi yang
benar atas penyakit yang ia derita. Tetapi dibalik tuntutan tersebut maka pasien
memiliki kewajiban atas apa yang akan dilakukan oleh dokter. Pada bahagian ini
akan dibahas mengenai hak dan kewajiban dari keduanya. Sofyan Dahlan
10
30
3. Memberikan konsen (
informed consent
) atas tindakan medik yang
akan dilakukan oleh dokter
4. Memutuskan hubungan kontraktual setiap saat ( sesuai azas
kepatutan dan kebiasaan )
5. memperoleh rahasia kedokteran
6. Memperoleh surat keterangan dokter bagi kepentingan pasien yang
31
E. Hak Dokter
Selain pasien yang memiliki hak
dan kewajiban dalam hubungan
terapeutik, dokter juga
memiliki hak dan kewajiba
n sebagai pengemban profesi
yang harus dilaksanakan. Johan Nasution
9
32
2. Kewajiban yang berhubungan dengan hak pasien
Yaitu dokter wajib menghormati hak yang dimiliki oleh pasien serta
memberi kesempatan kepada pasien untuk melaksanakan haknya
3. Kewajiban yang berhubungan dengan standar profesi kedokteran.
yaitu dokter melaksanakan tugas profesi sesuai dengan standar profesi
kedokteran. Penyimpangan dari standar profesi ini akan menjerumuskan
dokter ke malpraktek medis
4. Kewajiban yang timbul dari standar profesi kedokteran. Yang termasuk
kewajiban ini, adalah :
a. Terus menerus menambah pengetahuan medis, mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran pada umumnya dan ilmu kategori
spesialis sendiri pada khususnya
b. Selalu membuat rekam medis yang baik secara berkesinambungan
atau kontinu, berkaitan dengan keadaan pasien : diagnosa, terapi,
riwayat medis pasien, hal-hal lain yang berhubungan dengan penyakit
dan perawatan pasien.
Kewajiban dokter yang disebutkan diatas selayaknya dapat
dilaksankan oleh dokter namun kewajiban tersebut secara khusus kewajiban
memberikan informasi medis sangat berkaitan erat dengan karakter pasien.
Informasi yang diberikan oleh dokter ke pasien dapat diterima dan dipahami
oleh pasien dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor subyektif pasien. Kerbala
14
33
1. Tingkat pendidikan pasien
Bagi pasien yang berpendidikan tinggi dan berwawasan luas akan
manayakan perihal penyakitnya sampai kepada hal-hal yang terkecil
sedangkan pasien yang berpendidikan rendah dan kurang dapat
memahami penjelasan dan informasi medis dokter akan selalu menerima
dan menyetujui tindakan apapun yang akan dilakukan dokter
2. Persepsi pasien terhadap dokter dan alat-alat kedokteran
Menghadapi pasien yang mempunyai persepsi negatif terhadap
dokter dan alat-alat kedokteran dimana dokter digambarkan sebagai
sosok yang menakutkan dan selalu memegang jarum suntik, maka
selengkap apapun informasi dari tindakan invasif dan operatif yang akan
diambil oleh dokter maka pasien tidak akan pernah menyetujuinya.
3. Persepsi pasien terhadap penyakitnya
Bagi pasien yang mempunyai persepsi/anggapan bahwa penyakit
yang dideritanya ini cepat atau lambat akan membawa kepada kematian,
cenderung akan menyetujui tindakan-tindakan
invasive
dan
operati
f yang
mempunyai resiko besar sekalipun seperti pembedahan. Informasi dari
dokter kepada pasien ini akan penyakit dan terapi ringan yang dapat
dilaksanakan, tidak akan banyak mempengaruhi sikap pasien untuk
memutuskan tindakan operatif yang radikal tersebut.
Sementara bagi pasien yang selalu memandang penyakitnya itu dengan
sebelah mata dan meremehkan padahal menurut penilaian medis dokter,
penyakit itu sudah pada stadium parah, tidak akan pernah menyetujui
tindakan operatif maupun tindakan invasive lainnya seperti pembedahan.
34
G. Informed Consent
Tonggak lahirnya konsep informed consent diambil dari ucapan hakim B.
Cordozo J. dalam menangani kasus Schoendorff vs Society of the New York
Hospital. Lengkapnya ucapan tersebut adalah :
every human being of adult
years and sound mind has a right to determine what shall be done with his own
body: and a surgeon who perfoms an operation without his patients
consenttcommits and assault for which he is liable in damages
14
35
pemberian informasi terlebih dahulu maka informed consent yang diberikan oleh
pasien dianggap tidak syah demi hukum, kecuali sang pasien menderita
dont
tell me, doctor, syndrome
yang dengan tegas menolak menerima informasi.
Proses penyampaian informasi hendaknya dilakukan dengan sedemikian
rupa sehingga pasien dan keluargannya dengan accuan informasi yang
diterimanya dapat mengambil suatu keputusan apakah setuju atau menolak
tindakan yang akan dilakukan. Dalam penyampaian informasi tersebut hal hal
yang perlu diperhatikan untuk disampaikan kepada pasien atau keluarganya
adalah :
a. Alasan perlunya dilakukan tindakan medik
b. Sifat tindakan medik tersebut, apakah eksperimen atau bukan
c. Tujuan tindakan medik tersebut yaitu : diagnostic, terapetik,
rehabilitatif, promotif
d. Resikonya
e. Akibat ikutan yang tak menyenangkan
f. Masih ada tindakan medik alternatif atau tidak
g. Kerugian yang akan atau mungkin dialami jika menolak tindakan medik
tersebut
Informasi yang disebutkan diatas hendaknya disampaikan secara
lisan dengan memperhatikan karakteristik pasien atau keluarga yang mewakili.
Tentunya diperlukan seni atau teknik tersendiri dalam penyampaian informasi
tersebut agar pasien atau keluarga yang mewakili dapat memahami informasi
yang diberikan. Dalam penyampaian informasi ini hendaknya memperhatikan
beberapa hal sehingga persetujuan yang diberikan tidak akan menjadi cacat
hukum. Persetujuan tindakan medis akan menjadi cacat hukum bila dalam
STANDAR PELAYANAN
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS OMBEN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR : 188/45/434.101.05/2009
TENTANG
STANDART PELAYANAN PUBLIK PUSKESMAS OMBEN
PERTAMA
: Standart Pelayanan Publik pada Puskesmas Omben sebagai pedoman
dalam memberikan pelayanan kepada publik;
KEDUA
: Standart pelayanan publik pada Puskesmas Omben Kab. Sampang disusun
dengan sistematika sebagai berikut :
1. Pendahuluan
1. Visi
2. Misi
3. Tupoksi
4. Jenis Pelayanan
2. Standart Pelayanan
1. Jenis Pelayanan
2. Persyaratan Pelayanan
3. Biaya / Tarif Pelayanan
4. Waktu Penyelesaian Pelayanan
5. Produk Pelayanan
6. Prosedur Pelayanan
7. Kompetensi Petugas
8. Sarana dan Prasarana
: OMBEN
Pada tanggal
: Juli 2009
: 188/45/434.101.05/2009
TANGGAL
: JULI 2009
Dalam menjalankan fungsinya Tugas pokok yang harus dijalankan Puskesmas sebagai ujung
tombak pembangunan kesehatan adalah menjalankan program pokok:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Promosi Kesehatan
Upaya Penyehatan Lingkungan
Upaya Perbaikan Gizi
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
Keluarga Berencana
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Pengobatan
Fungsi Puskesmas
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai
dengan bidang tugasnya.
1. Jenis Jenis Pelayanan
Jenis-jenis pelayanan yang menjadi kewenangan dan Tupoksi Puskesmas Omben meliputi
Pelayanan Administrasi dan Pelayanan Kesehatan terdiri dari :
1)
Rawat Jalan : Poli umum, Poli KIA/KB, Poli Gigi, Poli Kusta, Poli TB
2)
Rawat Inap
3)
PONED
4)
UGD
5)
Persalinan Normal
6)
Pelayanan Administratif
7)
Laboratorium
8)
B. STANDAR PELAYANAN
1. PELAYANAN RAWAT JALAN
a. Jenis Pelayanan
: Pelayanan jasa berupa pemeriksaan kesehatan, pengobatan,
konsultasi kesehatan
b. Jam Kerja
v
Jumat
Sabtu
: Senin Kamis
Rawat Jalan
Jumat
Sabtu
c. Persyaratan Pelayanan :
v Membawa kartu berobat untuk pasien umum bagi yang sudah pernah berobat di
Puskesmas Omben
v
Loket
: 3 menit
2)
Poli Umum
: 10 menit
3)
Poli KIA
: 15 menit
4)
Poli Gigi
: 30 menit
: 5 menit
5)
: 15 menit
: 30 menit
: 3 menit
Laboratorium
: 10-120 menit
1. Kompetensi Petugas
Pasien / Klien ditangani oleh Petugas sesuai bidangnya. Loket ditangani oleh tenaga
administrasi. Poli KIA ditangani oleh bidan. Poli Umum ditangani oleh Perawat. Poli Gigi
ditangani oleh Perawat Gigi. Apotik dilayani oleh tenaga administrasi. Masing-masing Poli
dalam melaksanakan tugasnya berkolaborasi dengan dokter dan dokter gigi.
1. Sarana dan Prasarana
v
Meja
Kursi
Komputer
Alat medis
Bed pasien
Mesin laminating
1. Petugas Yang Menangani Fungsi :
Petugas yang menangani pelayanan informasi Publik dilaksanakan oleh satu orang staf
Puskesmas Omben.
2). Penanganan Pengaduan
Penanganan pengaduan ditangani oleh satu orang staf Puskesmas Omben
1. Pemberian Kompensasi kepada Penerima Pelayanan Publik
1. PELAYANAN RAWAT INAP
a. Jenis Pelayanan :Pelayanan jasa kesehatan berupa Pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan
perawatan dengan menyediakan tempat tinggal untuk menginap.
b. Jam Pelayanan
24 jam.
c. Persyaratan Pelayanan
1). Untuk Pasien Umum tidak ada persyaratan untuk mendapatkan pelayanan rawat inap
2). Untuk Pasien Jamkesmas, untuk mendapatkan pelayanan rawat inap harus menyerahkan
foto copy Kartu Jamkesmas dan KSK, bila tidak mempunyai Kartu Jamkesmas cukup dengan
Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Kepala Desa dan KSK
d. Biaya / Tarif Pelayanan
1)
Perawatan / hari
: Rp.27.000,-
2)
Tindakan Ringan I
: Rp. 7.500,-
3)
Tindakan Ringan II
: Rp.12.500,-
4)
Tindakan Sedang
: Rp.40.000,-
5)
Px.Laboratorium
: Menyesuaikan
6)
Ambulan ke Sampang
: Rp. 120.000,-
7)
Ambulan ke Pamekasan
: Rp.160.000,-
8)
: Menyesuaikan
: sesuai kasus
1. Kompetensi Petugas
Pelayanan di Rawat Inap dilaksanakan oleh Perawat dan Dokter
1. Sarana dan Prasarana
1)
2)
Bed Pasien
3)
Alat medis
4)
5)
: 24 jam
c. Persyaratan Pelayanan
1). Untuk Pasien Umum tidak ada persyaratan untuk mendapatkan pelayanan Poned
2). Untuk Pasien Jamkesmas, untuk mendapatkan pelayanan Poned harus menyerahkan foto
copy Kartu Jamkesmas dan KSK, bila tidak mempunyai Kartu Jamkesmas cukup dengan
Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Kepala Desa dan KSK
d. Biaya / Tarif Pelayanan
1). Persalinan Normal
: Rp. 350.000,-
: Rp. 650.000,-
: Menyesuaikan kasus
1. Kompetensi Petugas
Petugas yang melayani Poned adalah Bidan, Dokter dan Perawat
1. Sarana dan Prasarana
1)
2)
Bed Obgin
3)
Alat medis
4)
5)
Ruang VK
6)
Status Penderita
7)
Komputer
1. Petugas Yang Menangani Fungsi :
Tindakan Ringan I
: Rp. 7.500,-
2)
Tindakan Ringan II
: Rp.12.500,-
3)
Tindakan Sedang
: Rp.40.000,-
: Sesuai kasus
1. Kompetensi Petugas
Petugas yang melayani UGD adalah Dokter, dan Perawat
j.
1)
2)
Bed Pasien
3)
Alat medis
4)
5)
Ruang UGD
6)
Status Penderita
7)
Komputer
b. Jam Pelayanan
: 24 jam
c. Persyaratan Pelayanan
1). Untuk Pasien Umum tidak ada persyaratan untuk mendapatkan pelayanan Persalinan
2). Untuk Pasien Jamkesmas, untuk mendapatkan pelayanan Persalinan harus menyerahkan
foto copy Kartu Jamkesmas dan KSK, bila tidak mempunyai Kartu Jamkesmas cukup dengan
Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Kepala Desa dan KSK
d. Biaya / Tarif Pelayanan
Persalinan Normal
e. Waktu Penyelesaian Pelayanan
1)
2)
Bed Pasien
3)
Alat medis
4)
5)
Ruang UGD
6)
Status Penderita
7)
Komputer
b. Jam Pelayanan
: 24 jam
c. Persyaratan Pelayanan
1). Untuk Pasien Umum tidak ada persyaratan untuk mendapatkan pelayanan Persalinan
2). Untuk Pasien Jamkesmas, untuk mendapatkan pelayanan Persalinan harus menyerahkan
foto copy Kartu Jamkesmas dan KSK, bila tidak mempunyai Kartu Jamkesmas cukup dengan
Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Kepala Desa dan KSK
d. Biaya / Tarif Pelayanan
Persalinan Normal
e. Waktu Penyelesaian Pelayanan
Pasien ibu mau melahirkan datang langsung masuk bagian Poned untuk dilakukan
pemeriksaan secara cermat dan tepat oleh bidan, kemudian identitas Pasien didata dan
dimasukkan ke Blangko Rekam Medik. Kemudian dilakukan pemasangan infus dan
menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam membantu persalinan. Berbeda dengan
Poned, pada pelayanan persalinan normal jarang ditemukan penyulit di bidang kebidanan.
ALUR PELAYANAN PERSALINAN NORMAL
1. Kompetensi Petugas
Petugas yang melayani Persalinan normal adalah Bidan
1. Sarana dan Prasarana
1)
2)
Bed Obgin
3)
Alat medis
4)
5)
Ruang VK
6)
Status Penderita
7)
Komputer
Jumat
Sabtu
c. Persyaratan Pelayanan
Untuk Permohonan Surat keterangan sehat : membawa pas foto 34 sebanyak 1 (satu)
lembar
d. Biaya / Tarif Pelayanan
1). Surat Keterangan sehat
: Rp. 5.000,-
: Rp. 5.000,-
3). Legalisir
: gratis
: 5 menit
f. Produk Pelayanan : berupa Surat Keterangan sehat dan Surat Keterangan Sakit serta
legalisirnya
g. Prosedur Pengajuan Pelayanan
1) Untuk Permohonan Surat Keterangan Sehat dan Surat Keterangan Sakit: Pemohon datang
ke Puskesmas Omben untuk mendaftarkan identitasnya dan dilakukan pemeriksaan kesehatan
di poli umum. Hasil pemeriksaan akan ditulis di blangko Surat Keterangan kemudian
ditandatangani oleh dokter.
2) Untuk Permohonan Legalisir : Pemohon datang ke Puskesmas Omben dengan membawa
Surat Keterangan Sehat / Sakit yang asli beserta foto copy langsung menuju ruang tata usaha
untuk mendapat legalisir yang ditandatangani oleh kepala atau staff tata usaha.
LEGALISIR
i. Kompetensi Petugas
v Petugas yang melayani Permohonan Surat Keterangan Sehat / Sakit : Petugas
administrasi Loket, Perawat dan Dokter
v
Petugas yang melayani Permohonan Legalisir adalah Petugas urusan Tata Usaha
Komputer
2)
Meja
3)
Kursi
4)
5)
Stempel
1. Petugas Yang Menangani Fungsi :
7. PELAYANAN LABORATORIUM
a. Jenis Pelayanan
spesimen.
b. Jam pelayanan
Jumat
Sabtu
c. Persyaratan Pelayanan :
v
Membawa kartu berobat untuk pasien umum bagi yang sudah pernah berobat di
Puskesmas Omben
v
Pemeriksaan Darah
Hb
: Rp. 8.000,-
Hit.Leucosit
: Rp. 5.000,-
: Rp. 3.000,-
Golongan Darah
: Rp. 8.000,-
Hit.Trombosit
: Rp. 7.000,-
Darah Lengkap
: Rp. 20.000,-
: Rp. 10.000,-
Asam Urat
: Rp. 10.000,-
Kolesterol
: Rp. 15.000,-
Trigliserida
: Rp. 14.000,-
BUN / Kreatinin
: Rp. 16.000,-
SGOT / SGPT
: Rp. 22.000,-
Urine
Urine Lengkap
: Rp. 8.000,-
: Rp. 12.000,-
: Rp. 6.000,-
BTA
Serologi
Widal
: Gratis
: Rp.15.000,-
: 10 Menit
2)
Urine Lengkap
: 15 Menit
3)
: 30 Menit
4)
DL / Widal
: 90 Menit
5)
BTA
: 90 Menit
6)
Kimia klinik
: 120 Menit
1. Kompetensi Petugas
Laboratorium Puskesmas Omben ditangani oleh tenaga yang berkompeten yaitu Analis
Kesehatan
1. Sarana dan Prasarana
v
Meja
Kursi
Alat laboratorium
Reagan
ATK
Ruangan
1. Petugas Yang Menangani Fungsi :
Petugas yang menangani pelayanan informasi Publik dilaksanakan oleh satu orang staf
Puskesmas Omben.
2). Penanganan Pengaduan
Penanganan pengaduan ditanngani oleh satu orang staf Puskesmas Omben
8. PELAYANAN POJOK GIZI
a. Jenis Pelayanan
b. Jam pelayanan
Jumat
Sabtu
c. Persyaratan Pelayanan :
v
Membawa kartu berobat untuk pasien umum bagi yang sudah pernah berobat di
Puskesmas Omben
v
1. Kompetensi Petugas
Unit Pelayanan Pojok Gizi Puskesmas Omben ditangani oleh tenaga yang berkompeten yaitu
Nutrisionis
1. Sarana dan Prasarana
v
Meja
Komputer
ATK
Kursi
Timbangan
Ruangan
keluhan ke Tim
Managemen
Komplain Puskesmas.
unit
f.
g. Kompetensi Petugas
Tim Managemen Komplain yang menangani keluhan pelanggan :
Ketua
Anggota
: DWI RUSMANTO
HAFSATUN
M. JASULI ADI KARYA
drg. YUNITA PURNAWATI
NURUL KOMARIYAH P.
h. Sarana dan Prasarana
v
Pelanggan mendapatkan kompensasi akibat ketidak sesuaian Pelayanan yang diterima dengan
Standard Pelayanan yang telah ditentukan.
1. C. PENUTUP
Demikian SK Kepala Puskesmas Omben NOMOR : 188/45/434.101.05/2006 tentang
STANDART PELAYANAN PUBLIK PUSKESMAS OMBEN ini dibuat untuk memenuhi
tuntutan aspek legalitas sesuai Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik, dan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, sehingga Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Omben dapat berjalan sesuai harapan dan kebutuhan masyarakat
luas.
Jenis Pelayanan
: LOKET
3.
4.
5.
6.
Produk
pelayanan
7.
Sarana,
prasarana,
dan / atau
Lemari arsip
fasilitas
Meja pendaftaran
Nomer antrian
Buku regester
Kipas angin
Kartu pasien
Status pasien
Family folder
Luas 2 x 5 m
Ruang tunggu
TV hiburan
VCD Penyuluhan
8.
9.
Pengawasan
Internal
o 2 tahun
Seluruh Jenis pelayanan baik dalam gedung maupun
luar gedung dilakukan oleh:
Kepala Puskesmas dengan Kala Karya yang
dilakukan tiap bulan
Koordinator QA dengan checklist QA yang
dilakukan tiap bulan
10.
11.
12.
13.
Jumlah
pelaksana
Jaminan
pelayanan
Jaminan
keamanan
dan
keselamatan
pelayanan
drg.
Hj.
primawati,MAP
08123330322212
Wahyu
:
o Puskesmas Kertosari
(0333) 410676
o Puskesmas Kertosari
082258205439
1 orang
Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian
layanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan,
kode etik dan janji layanan.
Puskesmas Kertosari saat ini sudah mempunyai SOP di
masing masing ruangan sesuai dengan jenis layanan.(
dokumen pendukung)
Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam
bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas
dari bahaya dan resiko keragu-raguan
Seluruh pemberi layanan yang ada di Puskesmas
Kertosari sudah sesuai dengan kompetensinya
Dengan MAKLUMAT PELAYANAN
MAKLUMAT PELAYANAN
DENGAN INI, KAMI MENYATAKAN SANGGUP MENYELENGGARAKAN
PELAYANAN SESUAI STANDART PELAYANAN YANG TELAH
DITETAPKAN DAN APABILA TIDAK MENEPATI JANJI LAYANAN
(MEMBERIKAN PELAYANAN SECARA PROFESIONAL DAN SEPENUH
HATI) TEGURLAH DAN LAPORKAN KE UNIT PENGADUAN.
14.
Evaluasi
kinerja
pelaksana
3.
4.
5.
6.
Produk
pelayanan
7.
Sarana,
prasarana,
dan / atau
fasilitas
Snellen card
Stirisator
Poster
Luas ruangan 5 x 5 m2
Tempat tidur lengkap
Meja kursi
Lemari instrumen
Ruang tunggu
TV hiburan
VCD Penyuluhan
8.
Sarjana Keperawatan
Perawat SPK
Pengalaman
9.
Pengawasan
Internal
> 5 tahun
Seluruh Jenis pelayanan baik dalam gedung maupun
luar gedung dilakukan oleh:
Kepala Puskesmas dengan Kala Karya yang dilakukan
tiap bulan
Koordinator QA dengan checklist QA yang dilakukan
tiap bulan
10.
masukan
dengan cara:
11.
Jumlah
pelaksana
Dokter Umum
drg.
Hj.
primawati,MAP
08123330322212
Wahyu
:
o Puskesmas Kertosari
(0333) 410676
o Puskesmas Kertosari
082258205439
: 1 orang
12.
13.
Jaminan
pelayanan
Jaminan
keamanan
dan
Perawat SPK
: 1 orang
Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian
layanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan,
kode etik dan janji layanan.
Puskesmas Kertosari saat ini sudah mempunyai SOP di
masing masing ruangan sesuai dengan jenis layanan.(
dokumen pendukung)
Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam
bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas
keselamatan
pelayanan
14.
Evaluasi
kinerja
pelaksana
III.
Jenis Pelayanan
:KIA dan KB
3.
4.
5.
6.
Produk
pelayanan
Keadaan
dan
masalah
kehamilan/persalinan/meneteki,
kesehatan ibu bayi dan anak
Tindakan
dilakukan
Medis
Penyuluhan personal
7.
Sarana,
Sarana
prasarana,
dan / atau
Tensimeter
fasilitas
Stetoskope
Funandoskope / dopler
Metlin
Timbangan injak dan pengukur tinggi badan
Pita lila
Prasarana
Luas ruangan 5 x 5 m2
Meja kursi
Almari instrumen
fasilitas
Ruang tunggu
8.
Leaflet
Kompetensi Pengetahuan
Pelaksanan
Bidan D4
Bidan D3
yang
akan
Pernah
mengikuti
sosialisasi
pemeriksaan ibu hamil dg 7T
Pengalaman
9.
Pengawasan
Internal
>5 tahun
Seluruh Jenis pelayanan baik dalam gedung maupun
luar gedung dilakukan oleh:
Kepala Puskesmas dengan Kala Karya yang dilakukan
tiap bulan
Koordinator QA dengan checklist QA yang dilakukan
tiap bulan
10.
drg.
Hj.
primawati,MAP
Wahyu
:
08123330322212
11.
12.
13.
Jumlah
pelaksana
Jaminan
pelayanan
Jaminan
keamanan
dan
keselamatan
pelayanan
Bidan D4
o Puskesmas Kertosari
(0333) 410676
o Puskesmas Kertosari
082258205439
: 5 orang
Bidan D3
: 3 orang
Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian
layanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
Puskesmas Kertosari saat ini sudah mempunyai SOP di
masing masing ruangan sesuai dengan jenis layanan.(
dokumen pendukung)
Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam
bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas
dari bahaya dan resiko keragu-raguan
Seluruh pemberi layanan yang ada di Puskesmas
Kertosari sudah sesuai dengan kompetensinya
Dengan MAKLUMAT PELAYANAN
MAKLUMAT PELAYANAN
DENGAN INI, KAMI MENYATAKAN SANGGUP MENYELENGGARAKAN
PELAYANAN SESUAI STANDART PELAYANAN YANG TELAH
DITETAPKAN DAN APABILA TIDAK MENEPATI JANJI LAYANAN
(MEMBERIKAN PELAYANAN SECARA PROFESIONAL DAN SEPENUH
HATI) TEGURLAH DAN LAPORKAN KE UNIT PENGADUAN.
14.
Evaluasi
kinerja
pelaksana
Jenis Pelayanan
:Poli Gigi
Perawatan gigi secara teratur, kunjungan pelayanan gigi setiap 6 bulan sekali
akan mengurangi resiko gangguan pada gigi dan mulut. Poli gigi melayani
pemeriksaan, pencabutan, tambal gigi sementara dan tetap, pembersihan
karang gigi serta konseling kesehatan gigi.
Pelayanan yang ada di Poli Gigi :
Penambalan Gigi
NO KOMPONEN
URAIAN
1.
Dasar Hukum Kepmenkes nomor 128 tahun 2009 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas
2.
Persyaratan Membawa Kartu Pemeriksaan dari loket
Pelayanan
Bagi pasien ASKES membawa Kartu ASKES
3.
4.
5.
6.
Produk
pelayanan
7.
Sarana,
prasarana,
dan / atau
Obat tambal gigi
fasilitas
Bahan habis pakai
8.
D3Keperawatan Gigi
SMA
Pengalaman
9.
Pengawasan
Internal
>5 tahun
Seluruh Jenis pelayanan baik dalam gedung maupun
luar gedung dilakukan oleh:
Kepala Puskesmas dengan Kala Karya yang dilakukan
tiap bulan
Koordinator QA dengan checklist QA yang dilakukan
tiap bulan
10.
11.
Jumlah
pelaksana
Dokter Gigi
drg.
Hj.
primawati,MAP
08123330322212
Wahyu
:
o Puskesmas Kertosari
(0333) 410676
o Puskesmas Kertosari
082258205439
: 1 orang
12.
13.
Jaminan
pelayanan
Jaminan
keamanan
dan
keselamatan
pelayanan
Administrasi
: 1 orang
Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian
layanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
Puskesmas Kertosari saat ini sudah mempunyai SOP di
masing masing ruangan sesuai dengan jenis layanan.(
dokumen pendukung)
Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam
bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas
dari bahaya dan resiko keragu-raguan
Seluruh pemberi layanan yang ada di Puskesmas
Kertosari sudah sesuai dengan kompetensinya
Dengan MAKLUMAT PELAYANAN
MAKLUMAT PELAYANAN
DENGAN INI, KAMI MENYATAKAN SANGGUP MENYELENGGARAKAN
PELAYANAN SESUAI STANDART PELAYANAN YANG TELAH
DITETAPKAN DAN APABILA TIDAK MENEPATI JANJI LAYANAN
(MEMBERIKAN PELAYANAN SECARA PROFESIONAL DAN SEPENUH
HATI) TEGURLAH DAN LAPORKAN KE UNIT PENGADUAN.
14.
Evaluasi
kinerja
pelaksana
NO. REVISI
HALAMAN
MENGETAHUI
DIBUAT OLEH
KEPALA PUSKESMAS
EMI WIDIASTUTI
PENGERTIAN
TUJUAN
KHUSUS
PELAKSANA
PROSEDUR
PetugasLOKET
a. Persiapanalat
b. Pelaksanaan
PEMERIKSAAN FISIK
PROSEDUR TETAP
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
TANGGAL TERBIT : 4 Maret 2013
HALAMAN
MENGETAHUI
DIBUAT OLEH
KEPALA PUSKESMAS
dr. PURWANTO
Dokter / Perawat
PROSEDUR
a. Persiapan alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jam tangan
Tensimeter
Stetoskop
Alat tulis
Termometer
Larutan disinfektan
7. Tissue
PELAKSANAAN
Peralatan didekatkan
Menjelaskan maksud dan tujuan ke pasien
Pemeriksa cuci tangan
Pemeriksaan tekanan darah
a. Bebaskan lengan yang akan ditensi
b. Letakkan manset pada lengan atas,
periksa agar manset tidak terlalu
longgar
c. Cari arteri brachialis dan letakkan
stetoskop diatasnya
d. Kunci pompa balon dan pompa
sampai terdengar sistole
e. Buka kunci balon perlahan lahan
sampai terdengar diastole
f. Catat hasil dan peralatan di rapikan
5. Pemeriksaan nadi
a. Letakkan 3 ujung jari ke arteri yang
mau kita periksa (arteri radialis,
arteri brakialis, arteri karotis, arteri
poplitea, arteri dorsalis pedis)
b. Hitung selama 1 menit
c. Catat hasil
6. Pemeriksaan respirasi
a. Lihat, dengarkan dan rasakan
pernafasan pasien
b. Pada pasien yang sadar
menghitung respirasi tanpa diketahui
pasien
c. Hitung selama 1 menit
d. Catat hasil
7. Pemeriksaan suhu
a. Termometer diturunkan sampai
batas yang ditentukan
b. Letakkan termometer pada tengah
axilla, tunggu 3-5 menit
c. Baca hasil dan dokumentasikan
d. Termometer ditaruh dilarutan
disinfektan dan di lap dengan tissue
1.
2.
3.
4.
PROSEDUR
TETAP
NO.
NO. REVISI
HALAMAN
DOKUMEN
TANGGAL TERBIT :
MENGETAHUI
DIBUAT OLEH
KEPALA PUSKESMAS
PELAKSANA
PROSEDUR
II.
Persiapanpasie
n
b. PersiapanPetugas :
*Perlindungandiri (Jas lab, masker dan sarung tangan)
a.PemeriksaanPasien :
*Anamnesa. (Keluhan utama dan Riwayat
Kesehatan)
*Pemeriksaanekstra oral (pipi,bibir dan kelenjar
limphe)
*Pemeriksaanintra oral (gigi, lidah,mukosa pipi,
dasar mulut)
b.Klasifikasi Diagnosa
c.PersiapanTindakan :
*Menjelaskantentangtindakan yang akandilakukan
*Mengaturposisipasien yang nyaman
III.
Pelaksanaan
a. MelakukanTindakan :
*Konservasi (Penambalan sementara/tetap).
*Pencabutan (Gigi tetap/Sulung)
*Pembersihan karang gigi/Scalling
*Pengobatan gigi
c.Pencatatandanpelaporan :
*Karturawatjalan.(Catattindakan :Premedikasi,
Medikasi dan Post medikasi).
*Register rawatjalan.
*Sensusharianpenyakit (Laporan GILUT)
PEMERIKSAAN KEHAMILAN
PROSEDUR TETAP
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
TANGGAL TERBIT : 4 Maret 2013
HALAMAN
MENGETAHUI
DIBUAT OLEH
KEPALA PUSKESMAS
YULI ROCHMATIN
PELAKSANA
PROSEDUR
Bidan
a. Persiapanalat
2.
3.
4.
5.
6.
Meja Kursi
Tempat tidur
Timbangan BB dan pengukur TB
Tensimeter dan stetoskop
Selimut
Meteran pengukur LILA
Metline
Funanduscope
Alat cuci tangan (air, desinfektan, sabun, handuk)
Jangka panggul
Pasien di persilahkan untuk tidur di atas tempat tidur
Selimuti pasien
Mempersilahkan pasien untuk membuka bagian tubuh
yang akan di periksa
Mengatur posisi ibu
- Anamnesa:
-
Riwayatperkawinan.
Riwayatpenyakitibudankeluarga.
Status riwayatHaid, HPHT.
RiwayatimunisasiIbusaatini
Kebiasaanibu.
Riwayatpersalinanterdahulu
Pemeriksaan
-
PemeriksaanUmum.
KeadaanumumBumil
Ukur TB, BB, Lila.
Tanda vital : tensi, Nadi, RR, HR
Pemeriksaan fisik menyeluruh ( dari kepala sampai
ekstremitas).
Mata : conjungtiva, ikterus ; Gigi,
Kaki :Oedema kaki , dst.
Pemeriksaankhusus.
UMUR KEHAMILAN <20 mgg :
a). Inspeksi.
1.Tinggi fundus
2. Hyperpigmentasi (pada areola mammae, Linea
nigra).
-
3. Striae.
b) Palpasi.
1.Tinggi fundus uteri
2. Keadaanperut
c) Auskultasi.
UMUR KEHAMILAN > 20 mgg :
a). Inspeksi.
1. Tinggi fundus uteri
2. Hypergigmentasidanstriae
3. Keadaandindingperut
b). Palpasi.
Lakukan pemeriksaan Leopold dan intruksi kerjanya
sbb :
Pemeriksan berada disisi kanan bumil, menghadap
bagian lateral kanan.
a. Leopold 1.
1. Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak
fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus.
Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong
uterus kebawah (jika diperlukan, fiksasi uterus
basah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan
kiri, setinggi tepi atas simfisis)
2. Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang
memfiksasi uterus bawah) kemudian atur posisi
pemeriksa sehingga menghadap kebagian kepala
ibu.
3. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan
pada fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang
ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan
secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri
dan kanan secara bergantian
b. Leopold 2.
1. Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut
lateral kanan dan telapak tangan kanan pada
dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan pada
ketinggian yang sama.
2. Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian
atau bersamaan telapak tangan kiri dan kanan
kemudian geser kearah bawah dan rasakan
adanya bagian yang rata dan memenjang
(punggung) atau bagaian yang kecil (ekstremitas).
c. Leopold 3.
1. Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan
menghadap kebagian kaki ibu.
2. Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding
lateral kiri bawah, telapak tangan kanan pada
dinding lateral kanan bawah perut ibu, tekan
secara lembut bersamaan atau bergantian untuk
menentukan bagian bawah bayi (bagian keras,
PELAYANAN RESEP
NO. DOKUMEN
PROSEDUR TETAP
NO. REVISI
HALAMAN
MENGETAHUI
DIBUAT OLEH
KEPALA PUSKESMAS
RA. ROHANIAH
PELAKSANA
PROSEDUR
UMUM
KHUSUS
Asisten Apoteker
a. Persiapan alat
Resep
Klip obat
Spidol
Obat
Buku melidi/ simpus
b. Persiapanklien
c. Pelaksanaan
klien
Penyerahan obat kepada klien
Setiap akhir pelayanan, resep dicatat di buku
melidi obat bila nama obat tidak ada dalam
simpus
Share this:
Twitter
Facebook
Berikan Balasan
Photos
PEMERINTAH
KABUPATEN
WONOSOBODIN
AS
KESEHATANUP
TD PUSKESMAS
GARUNG
KEC.GARUNG
Jl. Dieng KM 09
Telp. ( 0286 )
3325805
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD
PUSKESMAS
GARUNGTENTAN
GMEDIA
KOMUNIKASI
YANG
DIGUNAKAN
UNTUK
MENANGKAP
KELUHANMASYA
RAKAT ATAU
SASARAN
PROGRAM
NOMOR: / /
2013M e n i m b a n
g : a .Bahwa umpan
program agar
sesuai
dengankebutuhan
dan harapan
masyarakat atau
sasaran
program.b.Bahwa
keluhan
masyarakat atau
sasaran program
dapatdiperoleh
ataupun secara
aktif dilakukan oleh
puskesmas.Menging
at:a. Undang
Undang Nomer 25
tahun 2009 tentang
Pelayananpublikb.
Undang undang
Nomer 36 tahun
2009 tentang
Kesehatan.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:PERT
AMA:Menentuka
n tata cara untuk
memperoleh
keluhan
masyarakatatau
sasaran Program
dapat dilakukan
dengan
menyediakanmedia
komunikasi untuk
menerima keluhan
melalui sms,
kotaksaran,
pertemuan dengan
tokoh masyarakat
maupun
Forumkomunikasi
dengan
masyarakatKEDUA
:Tindak lanjut
keluhan yang
disampaikan
masyarakat
dilakukansecara
rasional Sesuai
dengan kemampuan
PuskesmasKETIG
A:Keput usan ini
berlaku sejak
tanggal 2013
Ditetapkan di :
Garung P a d a
t a n g g a l : 2013
Kepala UPTD
Puskesmas Garung
dr. Lilis Handayani
Ujiati
NIP: 19690310
200212 2 003
TEMBUSAN
: Keputusan ini
disampaikan kepada
Yth:1.Penanggung
Jawab
Yanmed2.Penanggu
ng Jawab Program