INTISARI
Iodometri adalah analisa volumetrik untuk menentukan kadar
oksidator secara tidak langsung, yaitu dengan menambah KI dahulu baru
dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3. Iodimetri adalah analisa volumetrik
untuk menentukan kadar reduktor dengan titrasi langsung dengan larutan
Na2S2O3. Tujuan percobaan ini untuk mengetahui kadar Cu dalam sampel.
Reduksi adalah peristiwa pengikatan elektron untuk mencapai
tingkatan yang lebih rendah. Oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektro
untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Amilum merupakan indikator
kuat terhadap iodin. Alasan dipakai amilum sebagai indikator adalah
harganya murah, mudah didapat, perubahan TAT jelas, reaksi spontan, dapat
dipakai sekaligus dalam iodo-iodimetri. Kelemahan indikator ini adalah tidak
stabil, mudah rusak dan sukar larut dalam air.
Percobaan yang kami lakukan pertama adalah standarisasi Na2S2O3
dengan K2Cr2O7 0,01 N, 10 ml K2Cr2O7 encerkan sampai 40 ml, 2,4 ml HCl(p),
12 ml KI 0,1 N. Titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang,
tambah 3-4 tetes amilum sampai biru, lanjutkan titrasi samapi wanra biru
hilang. Catat volume Na2S2O3. Kedua adalah menentukan kadar Cu2+ dalam
sampel. Ambil 10 ml sampel, atur pH 3-5, tambah 12 ml KI 0,1 N, titrasi
dengan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang, tambah 3-4 tetes
indikator amilum sampai warna biru, lanjutkan titrasi sampai warna biru
hampir hilang. Catat kebutuhan Na2S2O3.
Hasil percobaan yang kami dapat, sampel I 919,07 ppm; kadar asli
836,6 ppm; % error 9 %, sampel II kadar 2328 ppm; kadar asli 958,41 ppm; %
error 142 %, sampel III kadar 1247,2 ppm; kadar asli 1078,26 ppm; % error 15
%. Pada percobaan, kadar Cu2+ lebih besar dari kadar asli. Hal ini karena
penambahan amilum terlambat yaitu setelah TAT, kecepatan reaksi I2 + 2
S2O3- 2 I- + S4O6- cukup cepat, pembentukan kompleks AI3- cukup banyak.
Amilum yang digunakan lapisan tengah karena molekul iodin tertahan di
permukaan lapisan
Iodo-iodimetri Permanganometri
Iodo-iodimetri Permanganometri
BAB I
PENDAHULUAN
kimia
yang
melibatkan
oksidasi
reduksi
dapat
hadir
dalam
kondisi
oksidasi
yang
berbeda-beda,
menghasilkan kemungkinan banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksireaksi ini memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam analisis titrimetrik
dan penerapan-penerapannya cukup banyak.
Iodo-iodimetri Permanganometri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Materi Penunjang
Pengertian Reduksi Oksidasi
Proses reduksi oksidasi ( redoks ) adalah suatu proses yang
menyangkut perpindahan elektron dari suatu pereaksi ke pereaksi yang lain.
Reduksi
Sedang reduksi adalah penangkapan satu atau lebih elektron oleh
suatu atom, ion atau molekul.
Oksidasi
Oksidasi adalah pelepasan satu atau lebih elektron dari suatu atom,
ion atau molekul.
Tidak ada elektron bebas dalam sistem kimia, dan pelepasan elektron
oleh suatu zat kimia selalu disertai dengan penangkapan elektron oleh bagian
yang lain, dengan kata lain reaksi oksidasi selalu diikuti reaksi reduksi.
Dalam reaksi oksidasi reduksi (redoks) terjadi perubahan valensi dari
zat-zat yang mengadakan reaksi. Disini terjadi transfer elektron dari pasangan
pereduksi ke pasangan pengoksidasi.
Kedua reaksi paro dari suatu reaksi redoks umumnya dapat ditulis
sebagai berikut:
red oks + n
dimana red menunjukkan bentuk tereduksi (disebut juga reduktan atau
zat pereduksi), oks adalah bentuk teroksidasi (oksidan atau zat pengoksidasi),
n adalah jumlah elektron yang ditransfer dan adalah elektron.
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetrik dari zatzat anorganik maupun organik. Untuk menetapkan titik akhir pada titrasi
redoks dapat dilakukan secara potensiometrik atau dengan bantuan indikator.
Iodo-iodimetri Permanganometri
Iodometri
adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang
bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan
mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang
terbentuk akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku tiosulfat.
Oksidator + KI I2 + 2e
I2 + Na2S2O3 NaI + Na2S4O6
Iodimetri
adalah merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan
untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin
atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi
kembali dengan larutan tiosulfat.
Reduktor + I2 2INa2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6
Iodo-iodimetri Permanganometri
Harganya murah
Mudah didapat
reaksi
adalah
tahapan-tahapan
reaksi
yang
Iodo-iodimetri Permanganometri
Fisis:
BM : 158.09774 gr/mol
TL : 48.3 C
TD : terdekomposisi
Chemist
o Anion Tiosulfat bereaksi secara khas dengan asam (H+)
menghasilkan sulfur, sulfur dioksida, dan air
S2O32-(aq) + 2H+(aq) S(s) + SO2(g) + H2O(l)
o Anion Tiosulfat bereaksi secara stiokiometri dengan iodine dan
terjadi reaksi redoks
2 S2O3 (aq) + I2 (aq) S4O6 (aq) + 2 I- (aq)
2. HCl
-
Fisis
BM = 36,47 gr/mol
BJ = 1,268 gr/cc
Iodo-iodimetri Permanganometri
TD = 85C
TL = -110
Kelarutan dalam 100 bagian air 0oC= 82,3
Kelarutan dalam 100 bagian air 100oC = 56,3
-
Chemist
o Bereaksi dengan Hg2+ membentuk endapan putih Hg2Cl2 yang
tidak larut dalam air panas dan asam encer tapi larut dalam
amoniak encer, larutan KCN serta thoisulfat.
2 HCl + Hg2+ 2 H++ Hg2Cl2
Hg2Cl2 + 2 NH3 Hg(NH4)Cl + Hg + NH4Cl
o Bereaksi dengan Pb2+ membentuk endapan putih PbCl2
2 HCl + Pb2+ PbCl2 + 2 H+
o Mudah menguap apalagi bila dipanaskan
o Konsentrasi tidak mudah berubah karena udara/cahaya
o Merupakan asam kuat karena derajat disiosiasinya tinggi
3. KI (Potasium Iodida)
-
Fisis :
BM : 166,0 gr/mol TL : 681oC
BJ : 3,13 gr/cm3, solid TD : 1330oC
Kelarutan dalam air pada suhu 6oC : 128gr/100ml
Chemist
o Ion iodida merupakan reducing agent, sehingga mudah teroksidasi
menjadi I2 oleh oxidising agent kuat seperti Cl2
2 KI(aq) + Cl2(aq) 2 KCl + I2(aq)
o KI membentuk I3 ketika direaksikan dengan iodin
KI(aq) + I2(s) KI3(aq)
Iodo-iodimetri Permanganometri
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Iodo-iodimetri Permanganometri
C. Gambar Alat
(2)
(3)
(1)
(5)
(4)
(6)
Keterangan Gambar :
1. Buret, Statif, Klem
2. Erlenmeyer
3. Gelas ukur
4. Beaker glass
5. Pipet
6. Indikator pH
10
Iodo-iodimetri Permanganometri
D. Cara Kerja
1. Standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 0,01 N
-
Tambahkan 12 ml KI 0,1 N.
Ambil 10 ml sampel.
Test sampel, jika terlalu asam tambah NH4OH sampai pH 3-5 dan
jika terlalu basa tambah H2SO4 sampai pH 3-5.
Masukkan 12 ml KI 0,1 N.
Atau
11
Iodo-iodimetri Permanganometri
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
= 5,5 . 10-3 N
Kadar asli
(ppm)
(ppm)
838,65
919,07
9%
II
958,41
2328
142 %
III
1.078,265
1247,2
Sampel
% error
15
12
Iodo-iodimetri Permanganometri
13
Iodo-iodimetri Permanganometri
2. Indikator amylum
Amylum (kanji) dapat digunakan sebagai indikator dalam titrasi
iodometri karena dapat membentuk kompleks yang dalam air
berwarna biru.
Amylum + I3- AI3- biru
Larutan dari kanji lebih umum dipergunakan karena warna biru gelap
larutan dari kompleks iodin kanji bertindak sebagai suatu tes yang
amat sensitif untuk iodin. Mekanisme pembentukan kompleks yang
berwarna ini tidak diketahui, namun ada pemikiran bahwa molekulmolekul iodin tertahan di permukaan
14
Iodo-iodimetri Permanganometri
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
a. Kadar Cu2+ pada sampel I, II, III lebih besar dari kadar asli karena
penambahan amilum terlambat, kecepatan reaksi cukup cepat,
pembentukan kompleks AI3- cukup banyak.
b. Kanji/amilum yang digunakan adalah -amilosa.
c. pH diatur 3-5 agar tidak terjadi hidrolisis parsial dan reaksi dengan ion
iodida tidak berjalan lambat.
V.2 Saran
a. Penambahan indikator sebaiknya sesaat sebelum TAT.
b. Titrasi sebaiknya dilakukan dalam keadaan dingin, dalam erlenmeyer,
tanpa katalis, agar mengurangi oksidasi I- oleh udara menjadi I2.
c. Mencuci peralatan praktikum dengan bersih.
d. Teliti saat melakukan titrasi, agar pada saat TAT tercapai, volume
titran yang dibutuhkan tepat.
15
Iodo-iodimetri Permanganometri
DAFTAR PUSTAKA
Fritz, J.S. Schenk, G.H.1987.Quantitative Analytical Chemistry, 5th ed.
Prentice Hall : New Jersey
R.A.Day, Jr; A.L. Underwood,1986, Analisis Kimia Kuantitatif, edisi 5,
Erlangga: Jakarta
Vogel, A.I., 1989, The Textbook of Quantitative Chemical Analysis, 5th Ed,
Longman
16
Iodo-iodimetri Permanganometri
INTISARI
Analisa permanganometri digunakan untuk menentukan kadar Fe
dalam sampel. Analisa permanganometri berbeda dengan analisa kuantitatif
lainnya sebab tidak memakai indikator.
Permanganometri adalah salah satu analisa volumetrik berdasarkan
reaksi redoks dengan larutan standar KMnO4 yang harus distandarisasi dulu
sebelum digunakan, mudah tereduksi oleh cahaya.
Percobaan diawali dengan standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4,
dilakukan dengan menambahkan 6 ml H2SO4 dalam erlenmeyer, panaskan
70-80oC, titrasi dalam keadaan panas, menggunakan KMnO4 dan hentikan
titrasi jika muncul warna merah jambu, kemudian mencatat volume KMnO4.
Selanjutnya menentukan kadar Fe dalam sampel dengan cara mengambil
sampel dan menambahkan 20 ml H2SO4 encer, titrasi dengan KMnO4 0,1 N
hingga timbul warna merah jambu yang tidak hilang dengan pengocokan.
Kadar Fe dari percobaan kami temukan adalah 0,026 %, lebih kecil
dari kadar aslinya 0,0385 %, dengan % error 32 %. Kadar Fe yang kami
temukan lebih kecil dari kadar asli karena reaksi berjalan lambat sehingga
suhu berangsur-angsur turun dan volume KMnO4 yang dibutuhkan semakin
besar. H2SO4 encer digunakan untuk melarutkan serbuk untuk membuat
suasana menjadi asam agar MnO4- dapat dioksidasi menjadi Mn2+ dan
dititrasi oleh KMnO4. Standarisasi harus dipanaskan sampai 70-80oC agar
kecepatannya meningkat saat ion mangan (II) terbentuk.
Dari percobaan kami, dapat diperoleh kesimpulan kadar Fe yang
ditemukan lebih kecil dari kadar asli, H2SO4 encer digunakan untuk
melarutkan serbuk, standarisasi harus dipanaskan sampai 70-80oC. Oleh
karena itu kami sarankan agar suhu optimum diperhatikan dan titrasi
dilakukan secermat mungkin.
17
Iodo-iodimetri Permanganometri
BAB I
PENDAHULUAN
18
Iodo-iodimetri Permanganometri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Permanganometri
Permanganometri adalah salah satu analisa kuantitatif volumetrik
yang didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat.
Larutan standar yang digunakan adalah KMnO4. Sebelum digunakan untuk
titrasi, larutan KMnO4 harus distandarisasi terlebih dahulu karena bukan
merupakan larutan standar primer. Selain itu KMnO4 mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1. Tidak dapat diperoleh secara murni
2. Mengandung oksida MnO dan Mn2O3
3. Larutannya tidak stabil ( jika ada zat organik )
Reaksi :
4 MnO4- + 2 H2O 4 MnO2 + 3 O2 + 4 OH4. Tidak boleh disaring dengan kertas saring (zat organik) dengan
glass wool
5. Sebaiknya disimpan di dalam botol coklat
6. Distandarisasi dengan larutan standar primer.
Zat standar primer yang biasa digunakan antara lain :
As2O3, Na2C2O4, H2C2O4, Fe(NH4)2(SO4)2, K4Fe(CN)6, logam Fe,
KHC2O4H2C2O4.2H2O
Oksidasi ion permanganat dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan
alkalis.
1. Dalam suasana asam, pH 1
Reaksi : MnO4- + 8 H+ + 5e Mn2+ + 4 H2O
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya
titrasi dilakukan dalam suasan asam karena akan lebih mudah
mengamati titik akhir titrasinya.
19
Iodo-iodimetri Permanganometri
Kelebihan
1. Larutan standarnya, yaitu KMnO4 mudah diperoleh dan harganya
murah.
2. Tidak memerlukan indikator untuk TAT. Hal itu disebabkan
karena KMnO4 dapat bertindak sebagai indikator.
3. Reaksinya cepat dengan banyak pereaksi.
Kekurangan
1. Harus ada standarisasi awal terlebih dahulu.
2. Dapat berlangsung lebih baik jika dilakukan dalam suasana asam.
3. Waktu yang diperlukan untuk analisa cukup lama.
20
Iodo-iodimetri Permanganometri
2. H2SO4
Berat molekul : 98.08
Warna, bentuk kristalinnya dan refractive index : col., viscous lq
Berat jenis : 1.834418
Titik lebur (C ) : 10.49
Titik didih ( C ) : d. 340
Kelarutan dalam 100 bagian :
Air dingin :
Air panas :
21
Iodo-iodimetri Permanganometri
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
(1)
(2)
(3)
22
Iodo-iodimetri Permanganometri
(4)
(7)
(5)
(8)
(6)
(9)
Keterangan Gambar :
1. Erlenmeyer
2. Beaker glass
3. Gelas ukur
4. Kompor listrik
5. Bunsen
6. Buret, Statif, Klem
7. Kertas saring
8. Corong
9. Pipet
23
Iodo-iodimetri Permanganometri
Panaskan 70-80C
Hentikan titrasi jika muncul warna merah jambu yang tidak hilang
dengan pengocokan
24
Iodo-iodimetri Permanganometri
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
% error
0,0385 %
0,026 %
32 %
25
Iodo-iodimetri Permanganometri
26
Iodo-iodimetri Permanganometri
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
a. Kadar Fe yang kami temukan (0,026 %) lebih kecil dari kadar asli
(0,0385 %) dengan % error 32 %. Hal ini karena reaksi berjalan lambat
sehingga suhu berangsur-angsur turun dan volume KMnO4 yang
dibutuhkan semakin besar.
b. H2SO4 encer digunakan untuk melarutkan serbuk agar suasana
menjadi asam sehingga MnO4- dapat dioksidasi menjadi Mn2+.
c. Standarisasi harus dipanaskan sampai 70-80oC agar kecepatannya
meningkat saat ion mangan (II) terbentuk.
V.2 Saran
a. Perhatikan suhu optimum ketika pemanasan.
b. Lakukan titrasi secermat mungkin.
27
Iodo-iodimetri Permanganometri
DAFTAR PUSTAKA
Christian, Gary D.1994.Analytical Chemistry.5th Ed.John Wiley and Sons.
Inc:New York
Perry, Robert H, 1973, Chemical Engineers Handbook, 5th Ed, McGraw-Hill
R.A.Day, Jr; A.L. Underwood,1986, Analisis Kimia Kuantitatif, edisi 5,
Erlangga: Jakarta
Vogel, A.I., 1989, The Textbook !of Quantitative Chemical Analysis, 5th Ed,
Longman
www.ratnatox.com
28