ANEMIA MAKROSITIK
Tutor :
DR. dr. M.Mukhlis Rudi P, M.Kes, M.Si.Med, Sp.An
Disusun oleh :
Elena Wandantyas
G1A011100
Fitria Nurlaely
G1A011101
M. Danantyo Himawan
G1A011102
Lembar Pengesahan
disusun oleh :
Elena Wandantyas
G1A011100
Fitria Nurlaely
G1A011101
M. Danantyo Himawan
G1A011102
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia megaloblastik adalah kelainan darah ditandai dengan pembesaran
sel darah merah, bentuk oval (Makroovalosit) dan nuclei hipersegmentasi pada
leukosit Polimorphonulear merupakan hasil dari defisiensi vitamin B12 dan
asam folat. Estimasi jumlah penderita anemia megaloblastik di Amerika
sekitar 3,4 juta jika dan prevalensinya lebih besar terjadi pada wanita daripada
pria (Theberge, 2003).
Anemia megaloblastik dilaporkan 3%-75% terjadi pada wanita yang tidak
menerima asupan asam folat. Di Afrika Selatan 90% wanita melahirkan dan
wanita menyusui menderita defisiensi asam folat. Di Indonesia belum ada data
yang pasti. Anemia defisiensi vitamin B12 relatif jarang dijumpai di
Indonesia, tetapi anemia defisiensi asam folat cukup sering dijumpai, terutama
pada wanita hamil. Anemia defisiensi asam folat merupakan penyebab kedua
anemia pada wanita hamil setelah defisiensi besi (Tangkilisan, 2002).
Deskripsi klinis pertama anemia pernisiosa yang merupakan salah satu
penyebab anemia megaloblastik, dikenalkan oleh Thomas Addison pada tahun
1849. Anemia megaloblastik hasil dari maturasi abnormal sel haematopoietik
menyebabkan kegagalan sintesis DNA. Terdapat 2 jenis vitamin yaitu vitamin
B12 (cobalamin) dan asam folat yang penting untuk biosintesisi DNA.
Defisiensi dari salah satu vitamin menghasilkan tidak sesuai dalam maturasi
nukleus dan sitoplasma pada regenerasi sel yang cepat. Pada sistem
Haematopoietik ketidak sesuaian menghasilkan maturasi nukleus abnormal
dengan maturasi sitoplasma normal, apoptosis, eritropoiesis tidak efektif,
haemolisis intrameduler, pansitopenia dan abnormalitas morfologi tipikal pada
darah dan sel sumsum tulang (Khanduri, 2007).deretan penyebab utama
kematian di Indonesia (Kalim H, 2009)
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Anemia adalah kondisi akibat konsentrasi hemoglobin atau hematokrit
yang lebih rendah dibanding batas normal (Hardiansyah et al., 2013). Anemia
adalah kondisi kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari nilai
normal. Anemia dikatakan bila Hb <14 g/dl dan Ht <41% pada pria atau Hb
<12 g/dl dan Ht <37% pada wanita (Wijianingsih, 2011).
Anemia makrositik adalah kondisi dimana ditemukan pada morfologi
apusan darah tepi berupa sel-sel darah merah yang membesar. Anemia
megaloblastik atau anemia makrositik adalah anemia yang ditandai oleh
adanya sel megaloblast dalam sum-sum tulang. Sel megaloblast adalah sel
prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar disertai adanya kesenjangan
pematangan sitoplasma dan inti, dimana sitoplasma maturasinya normal tetapi
inti besar dengan susunan kromosom yang longgar (Oehadian, 2012).
C. Epidemiologi
Prevalensi anemia cukup tinggi di dunia, terutama di negara berkembang
seperti Indonesia. Laporan dari WHO (2008) menunjukkan bahwa kejadian
anemia di dunia mencapai angka 24,8% dari tahun 1993 sampai 2005.
Prevalensi di Indonesia kejadian anemia pada semua kelompok usia yakni
sebesar 17,2-80,2% dan menurut RISKESDAS prevalensi di Indonesia tahun
2007 sebesar 11,9% (Hardiansyah et al., 2013).
E. Penegakan Diagnosis
Anemia makrositik umumnya disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan
asam folat. Secara hematologik keduanya memberi gambaran klinis yang
sama, namun defisiensi vitamin B12 disertai kelainan neurologik (Bakta,
2006). Pada defisiensi asam folat sering disertai dengan keadaan kwashiorkor
dan marasmus
1. Anamnesa (Oehadin, 2012):
a. Sesak nafas saat aktivitas
b. Sesak saat istirahat
c. Fatigue
d. Denyut nadi kuat
e. Jantung berdebar
f. Rasa mendenging pada telinga
g. Letargi
h. Kram otot
i. Penurunan kesadaran (sinkop)
j. Adanya riwayat atau kondisi medis yang menyebabkan anemia seperti
melena, ulkus peptikum, artritis reumatoid, gagal ginjal)
3. Pemeriksaan Penunjang
Anemia Megaloblastik diklasifikasikan berdasarkan hitung retikulosit:
Gambar 4. (A). Gambaran darah tepi pada anemia megaloblastik berat. (B).
Gambaran sumsum tulang pada anemia megaloblastik berat (Hoffbrand,
2012).
4. Gold Standart Diagnosis
Untuk membedakan penyebab anemia defisiensi asam folat atau vitamin
B12 maka dapat dilakukan pemeriksaan khusus, antara lain (Bakta, 2006) :
a. Kadar vitamin B12 serum
b. Kadar asam folat serum
c. Schilling test untuk menilai absorpsi vitamin B12
d. Ekskresi methymalonic acid urine meningkat pada defisiensi vitamin
B12
Nilai Normal
Indikator
MCV
>
100
fL.
Hipersegmentasi
granulosit,
abnormal
trombosit, makrositosis
Hiperplasia erythroid
15-30
(Peningkatan sedang)
>100
umol/mL
umol/mL
(peningkatan berat)
Laktat
Peningkatan level
(LDH)
Vitamin B12 serum
118-148 pmol/L
200 ng/L)
Metilmalonik Acid serum
Terjadi peningkatan
Folat serum
11-82 nmol/L
Terjadi penurunan
225-600 ng/mL
Terjadi penurunan
F. Penatalaksanaan
I.
CONTOH RESEP
Iter 2x!
Pro :
Usia :
Alamat :
III.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA