HIPERTIROID
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Endokrin I
oleh:
Nanda Andriana
Anisa Nevia Apriyani
Sinta Wijayanti
Erita Yunistisia
Vinda Dwi Oktoviyanda
Gina Mandasari
Khoirunnisa Ahmad
Elly R K
Hinin Wasilah
Sandra Putri
Tiktik Tasyrikah
Yolanda Viora S
220110090014
220110090023
220110090024
220110090039
220110090064
220110090071
220110090075
220110090078
220110090081
220110090090
220110090097
220110090109
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011
A. KASUS 2
Ny. UJ umur 33 tahun dating ke Poli Endokrin tanggal 15 Nov 2009. Pasien kontrol rutin Poli
Endokrin sejak satu tahun yang lalu (dirujuk dari Poli Penyakit Dalam). Keluhan saat awal
terdapat pembesaran leher sejak 2 bulan terakhir, keluhan lain: keringat banyak (+), gemetar
(+), berdebar-debar (+). Selama kontrol di poli endokrin mendapat terapi PTU 3x200
kemudian diturunkan sampai terakhir 2x50 mg, saat ini kadang masih ada gemetar/keringat
banyak (+).
TB: 161 cm, BB:60 kg, Kes CM, TD: 110/80 mmHg, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, suhu
afebris
Kepala dan leher:
Normocephal, mata: eksoftalmus +/+
Konj. Pucat (-), sklera ikterik (-)
Kulit dbn, kelenjar tiroid: teraba diffuse, lingkar leher: 33,5 cm
USG Tiroid
daerah orbital.
8. Penyakit autoimun yang berikatan dengan TSH, proses autoantibodi, yang seharusnya
TSH menjadi TSH imunoglobin G yang menghambat kerja TSH, paling sering
menyebabkan hipertiroid, graves disease = penyakit gondok.
9. Suatu gambaran pada USG yang berwarna putih.
10. Pemeriksaan seperti kultur di kelenjar tiroid untuk melihat kelainan pertumbuhan
jaringan.
11. Pemeriksaan diagnostik yang mmeriksa aliran vaskuler.
12. Diduga ada pembesaran tiroid.
13. Lesi banyak dan beragam, lesinya kecil.
14. Menyebar, melebar.
15. Kesan jinak dengan lesi terkesan seperti tumor jinak .
16. Dbn singkatan dari dalam batas normal.
17. Nodul yang banyak, beranekaragam.
18. Ultra sonografi tiroid untuk melihat pembesaran tiroid.
ukurannya leher klien 33,5 cm. Ukuran normal lingkar leher < 43 cm.
Kompensasi dari tubuh yang gemetar menyebabkan H2O juga meningkat.
Sebesar biji kacang merah pada dewasa.
Panjang x lebar x tinggi, diukur dengan USG.
Penyakit berhubungan dengan imunoglobin, gagal membuka reseptor, menumpuk
sehingga terbentuk nodul.
menyerang sel folikel tiroid dan mata menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan
eksoftalmus.
Penumpuka
n TH
dikelenjar
tiroid
Nodul dan
lesi
Hipertiroid
Menekan
orbital
Metabolism
e
meningkat
Kerja
jantung
meningkat
H2O
meningkat
HR
meningkat
STEP IV
Suhu
afebris
Tremor
Palpitasi
Diaforesis
Eksofltalmu
s
dari iodin. Anjuran asupan iodin adalah 150 g/hari; jika asupan di bawah 50 g/hari, maka
kelenjar ini tidak mampu untuk mempertahankan sekresi hormon yang adekuat, dan
akibatnya timbul hipertrofi tiroid (goiter) dan hipotiroidisme.
hormonal dilepaskan ke dalam sirkulasi setiap harinya. Iodida hormonal ini sebagian besar
berikatan dengan protein pengikat-tiroksin serum, membentuk suatu pool sirkulasi dari
sekitar 600 g I hormonal (sebagai T3 dan T4). Dari pool ini, sekitar 75 g I sebagai T3
dan T4 diambil dan dimetabolisir oleh jaringan. Sekitar 60 g I dikembalikan ke pool
iodida dan sekitar 15 g I hormonal dikonjugasi dengan gulkoronida atau sulfat dalam hait
dan diekskresikan ke dalam feses. Karena sebagian besar dari iodida makanan
diekskresikan ke dalam urin, iodide urin 24 jam merupakan indeks yang baik sekali dari
asupan melalui makanan. Ambilan iodin radioakif 24 jam (RAIU) oleh kelenjar tiroid
berbanding terbalik dengan ukuran dari pool iodida anorganik dan berbanding langsung
dengan aktivitas tiroid.
hipofisis anterior (TSH), yang pada gilirannya merangsang sekresi hormon dan
pertumbuhan oleh kelenjar tiroid
(2) deiodininase hipofisis dan perifer, yang memodifikasi efek dari T4 dan T3
(3) autoregulasi dari sintesis hormon oleh kelenjar tiroid sendiri dalam hubungannya
dengan suplai iodinnya
(4) stimulasi atau inhibisi dari fungsi tiroid oleh autoantibodi reseptor TSH (1,2).
Thyrotropin-Releasing Hormone
Hormon pelepas-tirotropin (TRH) merupakan sua tu tripeptida, piroglutamil-histidilprolineamida, disintesis oleh neuron dalam nuklei supraoptik dan supraventrikuler dari
hipotalamus . Hormon ini disimpan eminensia mediana dari hipotalamus dan kemudian
diangkut via sistem venosa portal hipofisis ke batang hipofisis ke kelenjar hipofisis
anterior, di mana ia mengendalikan sintesis dan pelepasan dari TSH.
TRH juga ditemukan pada bagian lain dari hipotalamus, otak, dan medula spinalis, di
mana ia berfungsi sebagai suatu neurotransmiter. Gen untuk preproTRH mengandung
suatu unit transkripsi 3.3-kb yang menyandi enam molekul TRH. Gen ini juga menyandi
neuropeptida lain yang secara biologik kemungkinan bermakna.
Pada kelenjar hipofisis anterior, TRH berikatan dengan reseptor membran spesifik pada
tirotrop dan sel pensekresi-prolaktin, merangsang sintesis dan pelepasan TSH maupun
prolaktin. Hormon tiroid menyebabkan suatu pengosongan lambat dari reseptor TRH
hipofisis, mengurangi respons TRH; estrogen meningkatkan reseptor TRH, meningkatkan
kepekaan hipofisis terhadap TRH.
sekitar 0,6 U/mL dan suatu frekuensi rerata satu pulsa setiap 1,8 jam. Di samping itu,
orang normal memperlihatkan irama sirkadian, dengan suatu TSH serum puncak pada
malam hari, biasanya antara tengah malam dan jam 4 pagi. Puncak ini tidak berhubungan
dengan tidur, makan, atau sekresi hormon hipofisis lain. Irama ini kemungkinan dikontrol
oleh suatu "generator pulsa" neuronal.
Hipotalamik yang mendorong sintesis TRH dalam nuklei supraoptik dan
supraventrikular. Pada pasien hipotiroid, amplitudo dari pulsa dan peningkatan nokturnal
lebih besar dibandingkan normal, dan pada pasien dengan hipertiroidisme kedua pulsa dan
peningkatan nokturnal mengalami supresi yang nyata. Pada hewan eksperimental dan pada
neonatus, paparan dengan dingin meningkatkan sekresi TRH dan TSH, tetapi hal ini tidak
dijumpai pada manusia dewasa.
- TRH
- Penurunan T4 dan T3 serum, dan T3 intratirotrop
-
Estrogen :
- TSH
- Antibodi perangsangan TSH-R
Penghambatan :
Hormon dan obat-obatan tertentu dapat mengubah sintesis dan pelepasan TRH.
Sekresi TRH distimulasi oleh penurunan T4 atau T3 serum (dengan penurunan T3
intraneuronal), oleh agonis adrenergik-alfa, dan oleh arginin vasopresin. Sebaliknya,
sekresi TRH diinhibisi oleh peningkatan T4 dan T3 serum (dengan T3 intraneuronal yang
meningkat) dan blokade alfa-adrenergik .
TRH yang diberikan secara intravena pada manusia dengan dosis bolus 200-500 g
menimbulkan suatu peningkatan yang cepat dari TSH serum, mencapai puncak pada
sekitar 30 menit dan bertahan selama 2-3 jam. Respons yang khas terhadap TRH dalam
berbagai keadaan klinik diberikan dalam Gambar 4-24 dan 4-25. Perhatikan respons yang
diperbesar dari TSH hipofisis menjadi TRH pada pasien dengan hipotiroidisme primer dan
respons yang tersupresi pada pasien dengan hipertiroidisme, goiter noduler dengan nodul
yang berfungsi secara otonom, TRH dan metabolit dipeptida siklo (His Pro) juga
ditemukan dalam sel pulau Langerhans pankreas, tetapi fungsinya di sini belum diketahui.
Tirotropin
Thyroid-stimulating hormone (hormon perangsang-tiroid), atau tirotropin (TSH),
merupakan suatu glikoprotein yang disintesis dan disekresikan oleh tirotrop dari kelenjar
hipofisis anterior. Mempunyai berat molekul sekitar 28.000 dan terdiri dari dua subunit
yang dihubungan secara kovalen, alfa dan beta. Subunit alfa lazim untuk dua glikoprotein
hipofisis lain, FSH dan LH, dan juga untuk hormon plasenta hCG; subunit beta berbeda
untuk setiap hormon glikoprotein dan memberikan sifat pengikatan dan aktivitas biologik
yang spesifik. Subunit alfa manusia mempunyai suatu inti apoprotein dari 92 asam amino
dan mengandung satu rantai o ligosakarida.
Glikosilasi terjadi dalam retikulum endoplasma kasar dan Golgi dari tirotrop, di
mana residu glukosa, manosa, dan fukosa dan sulfat terminal atau residu asam sialik
dihubungkan dengan inti apoprotein. Fungsi dari residu karbohidrat ini tidak seluruhnya
jelas, tetapi ada kemungkinan bahwa mereka meningkatkan aktivitas biolgik TSH dan
memodifikasi kecepatan bersihan metaboliknya. Contohnya, TSH deglikosilasi akan
berikatan dengan reseptornya, tetapi aktivitas biologiknya menurun secara nyata dan
kecepaatn bersihan metaboliknya meningkat dengan nyata.
secara
cepat
menimbulkanpseudopod
pada
batas
sel-koloid,
2. Pertumbuhan Sel :
Masing-masing sel tiroid bertambah ukurannya;vaskularisasi meningkat; dan
setelah beberapa waktu, timbul pembesarantiroid, atau goiter.
3. Metabolisme Iodin :
TSH merangsang semua fase metabolismeiodida, dari peningkatan ambilan
dan transpor iodida hingga peningkatan iodinasi tiroglobulin dan peningkatan sekresi
hormon tiroid. Peningkatan dari cAMP memperantarai peningkatan transpor iodida,
sementara hidrolisa PTP2 dan peningkatan Ca2+ intraselular merangsang iodinasi dari
tiroglobulin. Efek TSH terhadap transpor iodida adalah bifasik : Pada awalnya
terdepresi (effluks iodida); dan kemudian, setelah suatu kelambatan beberapa jam,
ambilan iodida meningkat. Efluks dari iodida dapat disebabkan oleh peningkatan yang
cepat dari hidrolisis tiroglobulin dengan pelepasan hormon dan keluarnya iodida dari
kelenjar.
4. Peningkatan mRNA untuk tiroglobulin dan peroksidase tiroidal, dengan suatu
peningkatan pemasukan I ke dalam MIT, DIT, T3 dan T4.
5. Peningkatan aktivitas lisosomal, dengan peningkatan sekresi T4 dan T3 dari kelenjar.
Juga terdapat peningkatan aktivitas deiodinase-5' tipe 1, memelihara iodin intratiroid.
6. TSH mempunyai banyak efek lain terhadap kelenjar tiroid, termasuk stimulasi dari
ambilan glukosa, konsumsi oksigen, produksi CO2, dan suatu peningkatan dari
oksidase glukosa via lintasan heksosemonofosfat dan siklus Krebs. Terdapat suatu
percepatan penggantian fosfolipid dan perangsangan sintesis prekursor purin dan
pirimidin, dengan peningkatan sintesis DNA dan RNA.
TSH Serum
Secara normal, hanya subunit dan TSH utuh ditemukan dalam serum. Kadar dari subunit
adalah sekitar 0,5-2,0 g/L; terjadi peningkatan pada wanita pascamenopause dan pada
pasien dengan TSH-secreting pituitari tumor . Kadar serum dari TSH adalah sekitar 0,5-5
mU/L; meningkat pada hipotiroidisme dan menurun pada hipertiroidisme, baik karena
endogen ataupun akibat asupan hormon tiroid per oral yang berlebihan. Waktu-paruh TSH
plasma adalah sekitar 30 menit, dan kecepatan produksi harian adalah sekitar 40-150
mU/hari.
salah satu dari "keluarga" reseptor, kesemuanya sama dengan reseptor untuk retrovirus
yang menyebabkan eritroblastosis pada anak ayam, v-erb A, dan terhadap reseptor inti
untuk glukokortikoid, mineralokortikoid, estrogen, progestin, vitamin D3, dan asam
retinoat.
Reseptor hormon tiroid manusia (hTR) terdapat dalam paling tidak tiga bentuk : hTR 1 dan 2 dan hTR-1. hTR- mengandung 410 asam amino, mempunyai berat molekul
sekitar 47.000, dan gennya terletak pada kromosom 17. hTR- mengandung 456 asam
amino, dengan berat molekul sekitar 52.000, dan gennya terdapat pada kromosom 3.
Setiap reseptor mengandung tiga daerah spesifik: suatu daerah amino terminal yang
meningkatkan aktivitas reseptor; suatu daerah pengikat-DNA sentral dengan dua "jari-jari"
sistein-seng; dan suatu daerah pengikat hormon terminal karboksil. Ada kemungkinan
bahwa hTR-l dan hTR-1 merupakan bentuk reseptor yang aktif secara biologik; hTR-2
tidak mempunyai kemampuan mengikat hormon, tetapi berikatan dengan unsur respons
hormon tiroid (TRE) pada DNA dan dengan demikian dapat bertindak pada beberapa
kasus untuk menghambat aktivitas dari T3 .
Afinitas pengikatan dari analog T3 terhadap reseptor T3 berbanding langsung dengan
aktivitas biologik dari analog. Mutasi titik pada gen hTR-, yang menimbulkan reseptor
T3 abnormal, merupakan penyebab dari sindroma resistensi generalisata terhadap hormon
tiroid.
Reseptor hormon tiroid berikatan dengan tempat TRE spesifik pada DNA tanpa
adanya T3 tidak seperti kasus dengan reseptor hormon steroid. TRE terletak dekat, dengan
promotor di mana transkripsi dari gen hormon tiroid spesifik yang responsif diawali. T3
yang berikatan dengan reseptor menimbulkan stimulasi, atau pada beberapa kasus inhibisi,
dari transkripsi gen-gen ini dengan akibat timbulnya perubahan dari tingkat transkripsi
mRNA dari mereka. Perubahan dalam tingkatan mRNA ini mengubah tingkatan dari
produk protein dari gen ini. Proetin ini kemudian memperantarai respons hormon tiroid.
Reseptor ini sering berfungsi sebagai heterodimer dengan faktor transkripsi lain seperti
reseptor retinoat X dan reseptor asam retinoat.
2. Efek Fisiologik Hormon Tiroid
Efek transkripsional dari T3 secara karakteristik memperlihatkan suatu lag time
berjam-jam atau berhari-hari untuk mencapai efek yang penuh. Aksi genomik ini
menimbulkan sejumlah efek, termasuk efek pada pertumbuhan jaringan, pematangan otak,
dan peningkatan produksi panas dan konsumsi oksigen yang sebagian disebabkan oleh
peningkatan aktivitas dari Na+-K+ ATPase, produksi dari reseptor beta-adrenergik yang
meningkat. Sejumlah aksi dari T3 tidak genomik, seperti penurunan dari deiodinase-5' tipe
2 hipofisis dan peningkatan dari transpor glukosa dan asam amino. Sejumlah efek spesifik
dari hormon tiroid diringkaskan berikut ini.
3. Efek pada Perkembangan Janin
Sistem TSH tiroid dan hipofisis anterior mulai berfungsi pada janin manusia sekitar
11 minggu. Sebelum saat ini, tiroid janin tidak mengkonsentrasikan I. Karena kandungan
plasenta yang tinggi dari deiodinase-5 tipe 3, sebagian besar T3 dan T4 maternal
diinaktivasi dalam plasenta, dan sangat sedikit sekali hormon bebas mencapai sirkulasi
janin. Dengan demikian, janin sebagian besar tergantung pada sekresi tiroidnya sendiri.
Walaupun sejumlah pertumbuhan janin terjadi tanpa adanya sekresi hormon tiroid janin,
perkembangan otak dan pematangan skeletal jelas terganggu, menimbulkan kretinisme
(retardasi mental dan dwarfisme/cebol).
4. Efek pada Konsumsi Oksigen, Produksi panas, dan Pembentukan Radikal Bebas
T3 meningkatkan konsumsi O2 dan produksi panas sebagian melalui stimulasi Na+-K+
ATPase dalam semua jaringan kecuali otak, lien, dan testis. Hal ini berperan pada
peningkatan kecepatan metabolisme basal (keseluruhan konsumsi O2 hewan saat istirahat)
dan peningkatan kepekaan terhadap panas pada hipertiroidisme. Hormon tiroid juga
menurunkan kadar dismutase superoksida, menimbulkan peningkatan pembentukan
radikal bebas anion superoksida. Hal ini dapat berperan pada timbulnya efek mengganggu
dari hipertiroidisme kronik.
5. Efek Kardiovaskular
T3 merangsang transkripsi dari rantai berat miosin dan menghambat rantai berat
miosin, memperbaiki kontraktilitas otot jantung. T3 juga meningkatkan transkripsi dari
Ca2+ ATPase dalam retikulum sarkoplasmik, meningkatkan kontraksi diastolik jantung;
mengubah isoform dari gen Na+ -K+ ATPase gen; dan meningkatkan reseptor adrenergikbeta dan konsentrasi protein G. Dengan demikian, hormon tiroid mempunyai efek
inotropik dan kronotropik yang nyata terhadap jantung. Hal ini merupakan penyebab dari
keluaran jantung dan peningkatan nadi yang nyata pada hipertiroidisme dan kebalikannya
pada hipotiroidisme.
6. Efek Simpatik
Seperti dicatat di atas, hormon tiroid meningkatkan jumlah reseptor adrenergik-beta
dalam otot jantung, otot skeletal, jaringan adiposa, dan limfosit. Mereka juga menurunkan
reseptor adrenergik-alfa miokardial. Di samping itu; mereka juga dapat memperbesar aksi
katekolamin pada tempat pascareseptor. Dengan demikian, kepekaan terhadap katekolamin
meningkat dengan nyata pada hipertiroidisme, dan terapi dengan obat-obatan penyekat
adrenergik-beta dapat sangat membantu dalam mengendalikan takikardia dan aritmia.
7. Efek Pulmonar
Hormon tiroid mempertahankan dorongan hipoksia dan hiperkapne normal pada pusat
pernapasan. Pada hipotiroidisme berat, terjadi hipoventilasi, kadangkadang memerlukan
ventilasi bantuan.
8. Efek Hematopoetik
Peningkatan kebutuhan selular akan O2 pada hipertiroidisme menyebabkan
peningkatan produksi eritropoietin dan peningkatan eritropoiesis. Namun, volume darah
biasanya tidak meningkat karena hemodilusi dan peningkatan penggantian eritrosit.
Hormon tiroid meningkatkan kandungan 2,3-difosfogliserat eritrosit, memungkinkan
peningkatan disosiasi O2 hemoglobin dan meningkatkan penyediaan O2 kepada jaringan.
Keadaan yang sebaliknya terjadi pada hipotiroidisme.
9. Efek Gastrointestinal
Hormon tiroid merangsang motilitas usus, yang dapat menimbuklan peningkatan
motilitas dan diare pada hipertiroidisme dan memperlambat transit usus serta konstipasi
pada hipotiroidisme. Hal ini juga menyumbang pada timbulnya penurunan berat badan
yang sedang pada hipotiroidisme dan pertambahan berat pada hipotiroidisme.
10. Efek Skeletal
Namun,
insufisiensi adrenal,
timbulnya
C. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Hipertiroid dikenal juga sebagai tirotoksitosis, yang dapat di definisikan sebagai
respons jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolic hormone tiroid yang berlebihan.
(Sylvia A. Price, 2006).
Hipertiroid dalam hal prevalensi merupakan penyakit endokrin yang menempati
urutan kedua setelah Diabetes Mellitus, yang merupakan kesatuan penyakit dengan
batasan yang jelas, dan penyakit Graves menjadi penyebab utamanya. (Brunner dan
Suddarth, 2002).
2. ETIOLOGI
1. Penyakit Graves diketahui sebagai penyebab umum dari hipertiroid.
Pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat
stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh immunoglobulin dalam darah.
Stimulator tiroid kerja-panjang (LATS; Long-acting thyroid stimulator)
ditemukan dalam serum dengan konsentrasi yang bermakna pada banyak
penderita penyakit ini dan mungkin berhubungan dengan defek pada sistem
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kekebalan tubuh.
Herediter
Stress atau infeksi
Tiroiditis
Syok emosional
Asupan tiroid yang belebihan
Dari penyakit lain yang bukan hipertiroid, misalnya adenokarsinoma hipofisis
3. FAKTOR RESIKO
c.
Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan
mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah.
Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada
beberapa orang.
d. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 10% wanita pada 3 6 bulan pertama setelah melahirkan dan
terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahanlahan.
5. MANIFESTASI KLINIS
Penderita sering secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel dan
terus merasa khawatir dan klien tidak dapat duduk diam
Denyut nadi yang abnormal yang ditemukan pada saat istirahat dan beraktivitas; yang
diakibatkan peningkatan dari serum T3 dan T4 yang merangsang epinefrin dan
mengakibatkan kinerja jantung meningkat hingga mengakibatkan HR meningkat.
Peningkatan denyut nadi berkisar secara konstan antara 90 dan 160 kali per menit,
tekanan darah sistolik akan meningkat.
Tidak tahan panas dan berkeringat banyak diakibatkan karena peningkatan
metabolisme tubuh yang meningkat maka akan menghasilkan panas yang tinngi dari
dalam tubuh sehingga apabila terkena matahari lebih, klien tidak akan tahan akan
panas.
Kulit penderita akan sering kemerahan (flusing) dengan warna ikan salmon yang khas
dan cenderung terasa hangat, lunak dan basah.
Adanya Tremor
Eksoftalmus yang diakibatkan dari penyakit graves, dimana penyakit ini otot-otot
yang menggerakkan mata tidak mampu berfungsi sebagaimana mesti, sehingga sulit
atau tidak mungkin menggerakkan mata secara normal atau sulit mengkordinir
gerakan mata akibatnya terjadi pandangan ganda, kelopak mata tidak dapat menutup
secara sempurna sehingga menghasilkan ekspresi wajah seperti wajah terkejut.
Peningkatan selera makan namun mengalami penurunan berat badan yang progresif
dan mudah lelah.
Perubahan defekasi dengan konstipasi dan diare
Pada usia lanjut maka akan mempengaruhi kesehatan jantung
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
T4 Serum
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan teknik
radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif. Kisaran T4 dalam serum yang
normal berada diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L). T4 terikat
terutama dengan TBG dan prealbumin : T3 terikat lebih longgar. T4 normalnya terikat
dengan protein. Setiap factor yang mengubah protein pangikat ini juga akan
mengubah kadar T4
T3 Serum
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total, dalam
serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T 4. Meskipun
kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara bersama-sama,
namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk menunjukan adanya
hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T4 lebih besar daripada kadar T3.
Batas-batas normal untuk T3 serum adalah 70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga 3,10
nmol/L)
Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH
di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa.
Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit sebelum dan sesudah
penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah diambil untuk mengukur kadar
TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus diingatkan bahwa penyuntikan
TRH secara intravena dapat menyebabkan kemerahan pasa wajah yang bersifat
temporer, mual, atau keinginan untuk buang air kecil.
Tiroglobulin
Tiroglobulin merupakan precursor untuk T3 dan T4 dapat diukur kadarnya
dalam
serum
dengan
hasil
yang
bisa
diandalkan
melalui
pemeriksaaan
kebawah. Pada saat yang bersamaan, alat pencetak merekam suatu tanda ketika telah
tercapai suatu jumlah hitungan yang ditentukan sebelumnya.
Teknik ini akan menghasilkan gambar visual yang menentukan lokasi
radioaktivitas di daerah yang dipindai. Meskipun I131 merupakan isotop yang paling
sering digunakan, beberapa isotop iodium lainnya yang mencakup Tc9m (sodium
pertechnetate) dan isotop radioaktif lainnya (thalium serta americum) digunakan di
beberapa laboratorium karena sifat-sifat fisik dan biokimianya memungkinkan untuk
pemberian radiasi dengan dosis rendah.
Pemindaian sangat membantu dalam menemukan lokasi, ukuran, bentuk dan
fungsi anatomic kelenjar tiroid. Khususnya jaringan tiroid tersebut terletak substernal
atau berukuran besar. Identifikasi daerah yang mengalami peningkatn fungsi (hot
area) atau penurunan fungsi (cold area) dapat membantu dalam menegakkan
diagnosis. Meskipun sebagian besar daerah yang mengalami penurunan fungsi tidak
menunjukkan
kelainan
malignitas,
defisiensi
fungsi
akan
meningkatknya
kemungkinan terjadinya keganasan terutama jika hanya terdapat satu daerah yang
tidak berfungsi.
Pemindaian terhadap keseluruhan tubuh (whole body CT scan) yang
diperlukan untuk memperoleh profil seluruh tubuh dapat dilakukan untuk mencari
metastasis malignitas pada kelenjar tiroid yang masih berfungsi.
- Radang.
- Keganasan.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid pada
tiroid. Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan kelainan
kistik.
Tetapi
kelainan
kistikpun
dapat
disebabkan
keganasan
meskipun
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan
kadar
kalsitonin
(untuk
pasien
dengan
3.
4.
5.
Histopatologi.
Masih merupakan pemeriksaan diagnostik utama. Untuk kasus inoperable,
jaringan diambil dengan biopsi insisi.
7. KOMPLIKASI
Badai tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid,
yang terjadi secara tiba-tiba.
Badai tiroid bisa menyebakan:
1. Ulkus Kornea
Ulkus kornea terjadi oleh karena pembengkakan kelenjar retroorbita dan
perubahan degenaratif otot occuler menyebabkan mata sulit di tutup sehingga
terjadi iritasi mata, lalu infeksi yang menyebabkan ulkus kornea.
2. Gagal Jantung
Gagal jantung bisa terjadi karena disritmia yang disebabkan hipertiroid.
3. Krisis Tiroid
4. Osteoporosis premature pada wanita
5. Demam
6. Kelemahan dan pengkisutan otot yang luar biasa
7. Kegelisahan
8. Perubahan suasana hati
9. Kebingungan
10. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
11. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan.
Badai tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan
memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan
ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok.
Badai tiroid biasanya terjadi karena hipertiroidisme tidak diobati atau karena
pengobatan yang tidak adekuat, dan bisa dipicu oleh:
infeksi
trauma
pembedahan
diabetes yang kurang terkendali
ketakutan
kehamilan atau persalinan
tidak melanjutkan pengobatan tiroid
stres lainnya.
Badai tiroid jarang terjadi pada anak-anak.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hipertiroidisme secara farmakologi menggunakan
empat
kelompok obat ini yaitu: obat antitiroid, penghambat transport iodida, iodida dalam
dosis besar menekan fungsi kelenjar tiroid, yodium radioaktif yang merusak sel-sel
kelenjar tiroid. Obat antitiroid bekerja dengan cara menghambat pengikatan
(inkorporasi) yodium pada TBG (thyroxine binding globulin) sehingga akan
menghambat sekresi TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) sehingga mengakibatkan
berkurang produksi atau sekresi hormon tiroid.
A. Obat-obatan anti tiroid (OAT)
Obat antitiroid dianjurkan sebagai terapi awal untuk toksikosis pada semua pasien
dengan grave disease serta digunakan selama 1-2 tahun dan kemudian dikurangi
secara perlahan-lahan. Indikasi pemberian OAT adalah :
Sebagai obat untuk kontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau
sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.
b. Methimazole
Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa
menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy,
et al, 2006).
d. Tiamazole
Nama generik : Tiamazole
Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
Indikasi : hipertiroidisme terutama untuk pasien muda, persiapan operasi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid 25-40
mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah
fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis perlahan-lahan diturunkanhingga dosis
pemelihara 5 10 mg/hari.
Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan pada kelenjar
ludah.
Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui, hepatitis.
C. Pembedahan Tiroidektomi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk terapi hipertiroidisme tetapi disertai
dengan beberapa komplikasi potensial, termasuk cedera pada nervus laringeus
rekurens dan hipoparatiroidisme. Iodium biasanya diberikan sebelum operasi untuk
mengendalikan tirotoksikosis dan untuk mengurangi vaskularitas kelenjar itu.
Pengangkatan sekitar 5/6 jaringan tiroid praktis menjamin kesembuhan dalam
waktu lama bagi sebagian besar penderita penyakit goiter eksoftalmik. Sebelum
pembedahan, preparat propiltiourasil diberikan sampai tanda-tanda hipertiroidisme
menghilang.
Indikasi :
Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat
antitiroid.
Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis
besar
Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
D. Obat-obatan lain
Antagonis adrenergik-beta
Digunakan untuk mengendalikan tanda-tanda dan gejala hipermetabolik
(takikardi, tremor, palpitasi). Antagonis-beta yang paling sering digunakan
adalah propranolol, yang biasanya diberikan secara oral dengan dosis 80-180
mg per hari dalam 3-4 dosis terbagi.
Nonfarmakologi
Konsumsi protein yang tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kgBB) per hari seperti
susu dan telur
9. PENDIDIKAN KESEHATAN
- Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan materi penyuluhan
seperti : apakah itu Hipertiroid dan bagaimana penatalaksanaannya.
- Informasikan kepada keluarga klien tentang emosi klien dan anjurkan kepada
keluarga untuk menjaga emosi klien.
- Pemberian pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang dosi-dosis obat yang
diberikan.
- Informasikan kepada klien dan keluarga untuk melakukan aktivitas yang ringan dan
tidak melakukan aktivitas yang berat-berat.
- Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori
per hari baik dari makanan maupun dari suplemen.
- Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan ) per hari
untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur.
- Olah raga secara teratur.
- Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme.
- Gunakan obat tetes mata untuk mengurangi terjadinya iritai pada mata
1O. PATOFISIOLOGI
Predisposisi Genetik Autoimun
Penyakit Grave
Prod.autoimun yg mirip kerja TSH
Tidak dihambat oleh TH yg
TRH&TSH
, TH
Hipermetabolisme
terdapat di
kebutuhan O2
TSH-R
(yg
fibroblast
hipoksia
RR
metabolisme anaerob
ATP
Fatigue
Stimulasi terhadap
medula adrenal
Merangsang limfosit
Penguapan
nutrisi < kebutuhan
Pengeluaran keringat
Tangan berkeringat
Reseptor 1, 1
Resti gangguan
Glukoneogenesis, lipolisis,
glikogenolisis
Suplai nutrisi tidak
adekuat
Suhu afebris
Pembakaran lemak
Cadangan lemak
Reseptor 1
Pompa iodida
CO
Hiperplasia
Iritasi
Takikardia
mata
Leher membengkak
Palpitasi
Metabolisme basal
Stimulasi SSP
Anxietas
Sistem saraf peka
Rangsang potensial aksi
Ekstremitas
Tremor
: 33 tahun
: perempuan
: : 161 cm
: 60 kg
: Hipertiroid
Provoking Incident ( P )
apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi pembesaran leher,
seperti
kemungkinan
adanya
gangguan
hormon
kelenjar
tiroid,
gangguan
autoimun(teori)
Quality ( Q )
Menanyakan kepada klien seperti apa pembesaran leher yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah ada keluhan nyeri tekan atau nyeri saat menelan (teori)
Region : radiation ( R )
Pada kasus, klien merasakan pembesaran pada lehernya
Severity (Scale) ( S )
Kaji seberapa jauh pembesaran yang dirasakan atau menerangkan seberapa jauh
pembesaran leher ini mempengaruhi kemampuan fungsinya, pada kasus lingkar leher
klien 33,5cm
Time ( T )
Kaji sejak kapan pembesaran leher pada klien berlangsung, dan apakah pembesarannya
bertambah buruk (semakin besar) dari waktu ke waktu.(teori)
Pembesaran leher sudah terjadi sejak 2 bulan terakhir(kasus)
C. Riwayat Keperawatan Saat ini
Keluhan saat ini tidak ada ( gemetar atau keringat banyak (-) setelah minum obat )
Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama,
Kaji pada klien atau keluarga, apakah ada riwayat penyakit grave, gondok
multinoduler toksik, dan adenoma toksik.
Pengobatan atau tindakan apa sajakah yang klien lakukan selama proses
penyembuhan dan obat-obatan apa saja yang di konsumsi klien.
G. Selama kontrol di Poli Endokrin mendapat terapi PTU (obat antitiroid ; propiltiourasil)
3 x 200 kemudian diturunkan sampai terakhir 2 x 50 mg
H. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Gaya Hidup
Bagaimana pengetahuan klien tentang makanan tinggi kalori, tinggi protein dan
makanan atau minuman yang harus dihindari (alkohol dan minuman stimulant
lain)(teori)
b. Kebutuhan nutrisi
c. Kebutuhan eliminasi
Klien mungkin akan mengalami gangguan tidur karena merasa tidak nyaman
seperti berkeringat, ansietas, berdebar-debar, dan mengeluhkan suhu ruangan
(intoleran terhadap panas). Oleh karena itu, kamar klien harus dijaga agar
suhunya selalu sejuk serta nyaman.(teori)
Klien dengan hipertiroidisme intoleran terhadap panas. Hal ini akibat laju
metabolic dan produksi panas yang berlebihan.(teori)
H. Pengkajian psikososial
Stress emosional.
Pada pengkajian ini, mencakup laporan pasien atau keluarga mengenai keadaan
pasien yang mudah tersinggung (iritabel), serta peningkatan reaksi emosionalnya.
2. Kepala
3. Mata
- Inspeksi : eksoftalmus +/+ (bola mata terdorong ke depan dan mata
menonjol dari tulang orbita), mata berair, dan tidak dapat menutup
dengan sempurna, konjungtiva pucat (-), ikterik (-), penglihatan
kabur, adanya globe lag, ulkus pada kornea, dan sensitive cahaya
- Palpasi : kelopak mata ( ada bagian yang menonjol)
4. Telinga
- Inspeksi : ukuran , simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen
pada lubang telinga, tidak ada benjolan
5. Hidung
- Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan
6. Mulut
- Inspeksi : bentuk mulut simetris, kebersihan lidah dan gigi
7. Leher
- Inspeksi : terdapat pembesaran leher, pada tiroid kanan tampak
nodul hipoechoik dengan batas tegas ( halo) dan lesi hipo dan
-
hiperechoik
Palpasi : kelenjar
33,5cm(diukur),
tiroid
tiroid
kiri
(teraba
difuse),
membesar
lingkar
dengan
leher
ukuran
dengan
batas
tegas
(halo)dengan
ukuran
10. Ekstremitas
- Inspeksi :
-
8) Tanda Dalrymple : retraksi kelopak mata bagian atas sehingga memberi kesan
mata membelalak.
9) Tanda Van Graefe : kelopak mata terlambat turun dibandingkan boa mata.
10) Tanda Molbius : kelemahan dalam akomodasi / konvergensi mata / gagal
konvergensi.
Sistem Psikis dan saraf (teori)
1) Iritabiltas gelisah
2) Tidak dapat berkonsentrasi
3) Pelupa
4) Mudah pindah perhatian
5) Insomnia
6) Gemetar
7) Labil
Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi,aritmia,, palpitasi, gagal jantung,Berdebar-debar, takikardia
Sistem Hematologi dan limfatik skelet(teori)
anemia, splenomegali, leher membesar. Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan
nyeri tulang.
Sistem Respirasi (teori)
1) Perubahan pola nafas
2) Dyspnea
3) Pernafasan dalam
4) Respirasi rate meningkat
Ginjal (teori)
1) Polyuri ( banyak dan sering kencing ).
2) Polidipsi ( rasa haus berlebihan banyak minum
Status reproduksi (teori)
1) Pada wanita
Hypomenorrhoe (perdarahan yang berlebihan pada saat menstruasi)
Amenorrhoe (tidak ada/terhentinya haid secara abnormal)
Karena kelenjar tyroid mempengaruhi LH (laterizing hormon)
2) Laki-laki :
Kehilangan libido (keinginan seks)
Penurunan potensi
ANALISA DATA
NO
DATA
1.
DS : Berdebar
ETIOLOGI
Hipertiroid
DO : Nadi 100x/menit
Hipersekresi T3&T4,
TSI, TSH menurun
Stimulasi medula
adrenal
Jumlah reseptor
adrenergik
Respon terhadap
adrenergik berlebih
biosentesis
kalekolamin oleh T3
PROBLEM
Penurunan cardiac
output berhubungan
dengan peningkatan
kerja jantung ditandai
oleh takikardi
Reseptor 1
Kerja otot jantung
meningkat
CO menurun
2.
DS : Resiko
tinggi
DO : Pada pemeriksaan fisik Predisposisi Autoimun
gangguan integritas
(inspeksi) mata terlihat eksolfalmus
jaringan
mata
Penyakit Grave
berhubungan dengan
Produksi autoimun
mirip kerja TSH
perubahan
mekanisme
perlindungan
TSH-R meningkat
Merangsang limfosit
mata;
dari
kerusakan
penutupan
kelopak
eksolfalmus
Eksoftalmus
Kelopak mata tidak
mampu menutup
sempurna
Perlindungan mata
berubah
Iritasi
3.
Resiko tinggi
gangguan integritas
jaringan mata
Glukoneogenesis,
lipolisis,
glukogenolisis
meningkat
Pembakaran lemak
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan b.d
peningkatan
metabolisme yang
ditandai oleh TB 161
cm BB 60 kg
(Doengoes, 1999)
Dalam kasus tidak ada data
Cadangan lemak
menurun
Kebutuhan oksigen
meningkat
Resiko
intoleransi
aktivitas
berhubungan dengan
penurunan
ATP
ditandai
dengan
lemah, letih, lesu
Hipoksia
DO : kelemahan otot
Hipermetabolisme
ATP menurun
Fatique
Resiko tinggi
intoleran aktivitas
5.
Hipertiroid
Permeabilitas
membran folikel
untuk minsintesis
iodiom meningkat
Gangguan
body
image berhubungan
dengan
hiperplasia
tiroid ditandai dengan
pembesaran ukuran
kelenjar tiroid kiri
3,33x2,82x6,56 cm
dan tiroid kanan
3,43x2,55x4,31 cm.
meningkat
Pompa iodida
meningkat
hiperplasia
Leher bengkak
Gangguan body
image
6.
CO menurun
Anxietas
berhubungan dengan
stimulasi
SSP
ditandai
dengan
palpitasi
Takikardi
Palpitasi
Stimulasi SSP
anxietas
Diagnosa
Keperawatan
1 Penurunan
Tujuan
Rasional
cardiak output
24 jam tanda
berhubungan
dengan
Intervensi
1. Pantau
tekanan 1. Hipotensi
ortostatik
dapat
peningkatan kerja
jantung ditandai
oleh takikardi
batas normal
Tupan
mempertahakan
berdiri
vasodilatasi
jika
memungkinkan.
volume sirkulasi
dengan kebutuhan
yang
ditandai
dengan
normal,
pengisian
kapiler
normal, pengisian
kapiler
dan
2. Merupakan
2. Periksa
kemungkinan
adanya
tidak
distritmia
ada
peningkatan
nyeri
kebutuhan
oksigen oleh otot
jantung
3. Auskultasi suara
jantung.
Perhatikan
bunyi
dan
murmur
berhubungan
dengan
curah
jantung
yang
meningkat
pada
keadaan
jantung
hipermetabolik.
tambahan,
adanya
atau
iskemia
3. S1
adanya
tanda
adanya
normal,
dan
penurunan
sesuai
tubuh
yang
berlebihan
perifer
irama
gallop
dan
murmur sistolik
Adanya
S3
kemungkinan
terjadi
gagal
jantung
4. Takikadia
merupakan
4. Pantau EKG
cerminan
stimulasi
otot
jantung
oleh
hormon tiroid
5. Tanda awal adanya
kongesti
paru
5. Auskultasi suara
yang
nafas. Perhatikan
berhubungan
adanya
dengan timbulnya
suara
tidak normal
gagal jantung
6. Kondisi
ini
mempengaruhi
6. Catat
adanya
pilihan terapi
riwayat asma /
bronkokonstriksi
, kehamilan sinus
bradikardia
blok
jantung
yang
berlanjut
menjadi
gagal
samping
menurunkan atau
menghrntikan
terapi
jantung
7. Observasi
efek
dari
antagonis
adrenergik
1. Memperbaiki
volume sirkulasi,
tetapi
diperhatikan
terhadap
Kolaborasi :
harus
tanda
gagal jantung /
kebutuhan
1. Berikan cairan IV
pemberian
sesuai indikasi
inotropik
zat
2. Rasional
pemberian obat :
o Menurunkan
frekuensi
kerja
jantung
o Memblok
sintesis hormon
2. Berikan obat
obatan
sesuai
indikasi :
dan
menghalangi
o Penyekat
beta
perubahan T4 ke
T3
o Mencegah
(pronolol,
atenolol)
o Hormon
tiroid
tiroid
antagonis (PTU,
metimazol)
pengeluaran
hormon
ke
sirkulasi dengan
menyimpan
hormon tersebut
dalam
o Natrium iodida
(lugol)
atau
saturasi kalium
iodida
kelenjar
tiroid
o Menghancurkan
fungsi jaringan
tiroid
o Menurunkan
hipertermia,
menghilangkan
kekurangan
adrenal
o RAI
secara
relatif,
menghalangi
absorpsi
o Kortikosteroid
seperti
deksametason
(dekaron)
Ca,
menurunkan
perubahan
T4
menjadi T3
o Diuresis
mungkin
diperlukan jika
terjadi GJK
o Menurunkan
suhu
tubuh
berhubungan
dengan
metabolisme
o Furosemid
lasix
o Meningkatkan
istirahat
sehingga
menurunkan
o Asetaminofen
beban jantung
o Menurunkan
proses mengigil
yang
berhubungan
dengan
o Sedatif,
hipertermia
barbiturat
3. Rasional :
o Hipokalemia
sebagai akibat
o Relaksan
dari kehilangan
melalui GI
o Terjadinya
peningkatan
dapat
mengubah
3. Pantau
hasil
laboratorium
kontraksi
jantung
sesuai indikasi :
o Kalium serum
o Infeksi
paru
merupakan
faktor pencetus
kritis
yang
paling sering
o Pembesaran
o Kalsium serum
jantung
mungkin
terjadi sebagai
respon
peningkatan
kebutuhan
sirkulasi
4. Mendukung
o Kultur sputum
peningkatan
kebutuhan
metabolisme
5. Menangani
penurunan
o Sinar X dada
cadangan hormon
ekstratiroid pada
penyakit berat /
koma
6. Tiroidektomi
parsial
mungkin
cara penanganan
pilihan
4. Berikan
oksigen
terhadap
hipertiroid
jika
keadaan
sesuai indikasi
hipertiroid
membahayakan
5. Berikan
terapi
transfusi
plasmaferesis,
hemoperfusi,
dialisis
6. Siapkan
pembedahan
untuk
ini
2 Resiko
tinggi Tupan :
1. Manifestasi umum
gangguan
integritas jaringan
mata
berhubungan
dengan perubahan
mekanisme
Setelah mendapat
kerusakan
stimulasi
adrenergik
hari :
lapang
berlebih
mekanisme
adekuat
otot okuler dapat
kelopak
mata
kembali dan
ditandai
dengan
kenyamanan
eksolfalmus
dari
peri-orbital,
berfungsi
penutupan
1. Observasi edema
perawatan selama
proteksi mata
perlindungan dari
mata;
Mandiri
meningkat
terbebas dari
ulkus
pandang
penglihatan yang
berhubungan
dengan
yang
berlebih,
tirotoksikosis yang
catat
adanya
fotofobia,
rasa
luar
resolusi
mata
dan
krisis
dapat
menghilangkan
laporkan
perawatan klien :
intervensi
pendukung sampai
ketajaman
Setelah mendapat
memerlukan
adanya benda di
simtomatologis
2. Evaluasi
Tupen :
yang
mata, 2. Oftalmopati
infiltratif
adanya
pandangan
yang
Graves)
kabur
atau
akibat
(p.
adalah
dari
pandangan ganda
peningkatan
(diplopia).
jaringan
retro-
menyatakan
orbita,
yang
menciptakan
berkurang,
eksoftalmus
Klien
Klien
maampu
infiltrasi
dan
limfosit
mempertahankan
dari
kelembaban mata
ekstraokuler yang
menyebabkan
kelelahan.
Munculnya
gangguan
otot
penglihatan
dapat
memperburuk atau
memperbaiki
kemandirian terapi
dan
perjalanan
klinis penyakit.
3. Melindungi
3. Anjurkan
pasien
kerusakan
kornea
menggunakan
dapat
menutup
ketika terbangun
mata
dengan
dan
tertutup
sempurna
karena
dengan
penutup
fibrosis
sesuai kebutuhan.
lemak
bantalan
4. Menurunkan
4. Bagian
kepala
tempat
tidur
ditinggikan
dan
edema
jaringan
dapat
dibatasi
memperberat
pemasukan
eksoftalmus
5. Memperbaiki
5. Instruksikan agar
pasien
melatih
otot
mata
sirkulasi
dan
mempertahankan
gerakan mata.
ekstraokuler jika
memungkinkan.
mata
agak
6. Berikan
yang
menonjol
menyebabkan
kesempatan
pasien
6. Bola
untuk
mendiskusikan
seseorang
menarik,
dapat
tidak
hal
ini
dikurangi
perasaannya
dengan
tentang perubahan
menggunakan tata
gambaran
rias, menggunakan
atau
bentuk
ukuran
tubuh
untuk
kaca mata.
meningkatkan
gambaran diri.
1. Sebagai lubrikasi
mata
Kolaborasi
1. Berikan
obat
sesuai
2. Diberikan
indikasi:Obat
menurunkan
radang
selulosa.
berkembang
untuk
yang
dengan cepat.
2. ACTH,
Prednison.
3. Dapat menurunkan
tanda/ gejala atau
mencegah keadaan
3. Obat antitiroid,
semakin
memburuk.
4. Dapat
menurunkan
4. dieuretik
edema
pada
keadaan ringan
3 Perubahan nutrisi Tupen :
kurang
kebutuhan
dari
b.d
peningkatan
metabolisme yang
ditandai oleh TB
161 cm BB 60 kg
Mandiri
jam
klien
usus
bising
menunjukkan
tanda-tanda
normal klien
2. Catat
pemulihan nutrisi
laporkan
dengan
anoreksia,
hasil :
kriteria
usus
kelemahan
dan
adanya
2. Memantau nafsu
makan klien
Klien
makan
umum,nyeri
walaupun
abdomen,
sedikit
Klien
munculnya mualtidak
muntah
mengeluhkan
mual
dan
muntah
3. Pantau
makanan
Tupan :
BB
BB
serta
yang
stabil
dengan
nilai laboratorium
yang normal dan
terbebas
tanda-tanda
malnutrisi
setiap
3. Peningkatan atau
penurunan
Menunjukkkan
disertai
masukan
dari
setiap
klien
hari
akan
berpengaruh
laporkan
terhadap penyakit
adanya penurunan
klien
BB
4. Dorong
BB
pasien 4.
Memulihkan
meningkatkan
mengembalikan
BB
juga
makanan
hilang
kecil
dengan
yang
telah
menggunakan
makanan
tinggi
kalori
yang
mudah dicerna
5. Hindari
pemberian
5. Menghindari
makanan
yang
dapat
lanjut
meningkatkan
peristaltik
(teh,
usus
kopi
dan
makanan berserat
lainnya
komplikasi
dan
lbih
cairan
yang
menyebabkan
diare
1. Kebutuhan zat-zat
makanan
Kolaborasi :
terpenuhi
1. Konsul
ahli
klien
dengan
gizi
untuk
memberikan diet
tinggi
kalori,
protein,
karbohidrat
dan
vitamin
a. Glukosa
dibutuhkan klien
2. Berikan
obat
dengan indikasi:
a. glukosa,vitami
n B kompleks
untuk
proses
metabolisme
tubuh
b. Insulin
dibutuhkan klien
b.
Insulin
(dengan
perawatan selama
berhubungan
dengan
mengungkapkan
penurunan
ditandai
ATP secara
24
Jam
verbal
dengan tentang
proses
metabolisme sel
kecil)
setelah Mandiri :
aktivitas
dosis
untuk
peningkatan energi
meningkat
dan
bahkan
saat
saat
istirahat,
maupun
istirahat
saat
melakukan
160x/menit)mung
aktivitas.
kin
Tupan :
Setelah dilakukan
perawatan selama
6 x 24 jam klien
takikardia ( diatas
akan
ditemukan.
2. Catat
berkembangnya
takipnea, dispnea,
2. Kebutuhan
dan
konsumsi oksigen
akan ditingkatkan
menunjukan
pada
keadaan
perbaikan
hipermetabolik,
kemampuan untuk
yang
berpartisipasi
potensial
dalam melakukan
terjadi
aktivitas.
saat
3. Berikan / ciptakan
lingkungan
tenang
yang
;ruangan
yang
dingin,
turunkan stimulasi
sensori, warna
warna yang sejuk,
dan musik santai
merupakan
akan
hipoksia
melakukan
aktivitas.
3. Menurunkan
stimulasi
yang
kemungkinan
besar
dapat
menimbulkan
agitasi, hiperaktif,
dan insomnia.
(tenang)
4. Sarankan
pasien
untuk mengurangi
aktivitas
dan
melawan
pengaruh
meningkatkan
istirahat di tempat
tidur sebanyak
banyaknya
4. Membantu
dari
peningkatan
metabolisme
jika
memungkinkan.
5. Berikan tindakan
yang
pasien
membuat
nyaman,
5. Dapat
menurunkan
energi dalam saraf
yang
seperti
sentuhan/masase,
bedak yang sejuk.
selanjutnya
meningkatkan
relaksasi
6. Memberikan
6. Memungkinkan
aktivitas
pengganti
yang
menyenangkan
untuk
menggunakan
dan
tenang,
seperti membaca,
konstruktif
dan
mendengarkan
mungkin
juga
radio
dan
mnonton televisi.
akan menurunkan
ansietas
7. Hindari
membicarakan
topik
yang
menjengkelkan
atau
yang
kepekaan
dari
susunan
saraf
pusat
dapat
menyebabkan
mengancam
pasien
pasien.
Diskusikan
untuk
7. Peningkatan
cara
berespons
terhadap perasaan
mudah
untuk terangsang,
agitasi, dan emosi
yang berlebihan
tersebut.
8. Diskusikan
dengan
8. Mengerti
bahwa
orang
tingkah
laku
terdekat keadaan
tersebut
secara
fisik
meningkatkan
ini.
koping
situasi
terhadap
saat
dorongan
itu
dan
saran
orang
terdekat
untuk
berespons
secara
Kolaborasi :
1. Berikan
pada
obat
sesuai indikasi :
1. Untuk mengatasi
keadaan (gugup),
hiperaktif,
dan
Sedatif;
mis
insomnia
fenobarbital
(luminal), tranquilizer
mis
klordiazepoksida
(librium)
5 Gangguan
body Tupen:
image
Klien
berhubungan
dengan
hiperplasia tiroid
ditandai
dengan
pembesaran
ukuran
tiroid
kelenjar
kiri
3,33x2,82x6,56
cm
dan
tiroid
kanan
3,43x2,55x4,31
cm.
Mandiri:
1. Kontak
dengan 1. Kontak
mampu
klien
secara
yang
sering
oleh
mengungkapkan
sering,
pemberi perawatan
perubahan
mempertahankan
menunjukkan
penerimaan
dirinya
perlakukan klien
dapat
dengan
mempermudah
tidak
putus
tidak
dalam
(perasaan
berdaya,
asa,
dan
mampu
hangat,
dan
beri penghargaan
yang positif.
dapat
enggan
untuk
mendekati
beraktivitas)
Tupan:
mampu
perawat
mengungkapkan
harus
tentang perubahan
pasien
tubuh, penerimaan
1993)
mulai
2. Berikan dorongan
mengembangkan
kepada
mekanisme koping
untuk
untuk menghadapi
mengungkapkan
maslah
secara
perasaannya
efektif
(Klien
tentang
klien
mendekati
(Dudas,
2. Mengekspresikan
perasaan
dan
persepsi
meningkatkan
kewaspadaan diri
klien
mampu menerima
penampilan
kondisi diri)
persepsi dampak
gaya hidup.
yang
dan
dan
membantu perawat
merencanakan
intervensi
efektif
yang
untuk
memenuhi
kebutuhannya.
Memvalidasi
persepsi
klien
memberikan
keyakinan
dan
dapat menurunkan
kecemasan.
3. Bantu klien dalam
mengidentifikasi
(Dudas, 1993)
ini
dapat
membantu
klien
kekuatan pribadi.
berfokus
pada
Berikan
karakteristik yang
kemudahan
positif
penyesuaian
menunjang konsep
melalui
diri
mendengar secara
keseluruhan
aktif.
daripada
atribut
dan
3. Hal
yang
secara
hanya
pada
perubahan
citra
tubuh.
Perawat
harus
menguatkan aspek
positif
ini
mendorong
dan
klien
untuk memadukan
ke dalam konsep
dirinya yang baru.
4. Siapkan
orang
(Dudas, 1993)
dapat
lebih
disiapkan
(Dudas, 1993)
5. Diskusikan
dengan
sistem
pendukung klien
ini
meningkatkan
harga
pentingnya
mengkomunikasik
an
5. Hal
nilai
dan
kepentingan klien.
diri
dan
meningkatkan
penyesuaian.
(Dudas, 1993)
Kolaborasi:
1. Rujuk klien yang
beresiko
pada
tinggi 1. Konseling
profesional
konseling
profesional
bila
diindikasikan.
diindikasikan
untuk
klien
dengan kekuatan
ego yang buruk
dan
sumber
Tupen :
berhubungan
dengan stimulasi
SSP
ditandai
dengan palpitasi
Mandiri :
1. Anxietas ringan
dapat
1 X 24 jam klien
laku
ditunjukkan
menyatakan
menunjukkan
dengan
ansietas berkurang
tingkat anxietas
rangsang
yang
peka
dan
insomnia.
Anxietas
Tupan :
Klien
berat
dapat
ditunjukkan
tampak
dengan keadaan
mengidentifikasi
panik, berteriak
untuk
fisik,
respon
palpitasi,
gerakan berulang
ulang,
teriak,
dan
ketidakmampuan
berbicara
perasaannya
hiperventilasi,
2. Peningkatan
insomnia
pengeluaran
penyekat
beta-
adrenergik pada
daerah reseptor,
bersamaan
dengan efek
efek
kelebihan
hormon
tiroid,
menimbulkan
manklin
3. Jelaskan prosedur,
lingkungan
dari
peristiwa
kelebihan
sekeliling
atau
katekolamin
suara
yang
ketika
mungkin
kadar
epinefrin
terdengar
oleh
pasien
norepinefrin
dalam
keadaan
normal
3. Memberikan
4. Kurangi stimulus
informasi akurat
yang
dapat
lingkungan
menurunkan
terapeutik
distorsi
kesalahan
interpretasi yang
5.
Tekankan
harapan
bahwa
pengendalian
emosi itu harus
tetap
dapat
berperan
pada
reaksi
anxietas
dan
ketakutan
diberikan
sesuai
dengan
perkembangan
terapi obat
4. Menciptakan
lingkungan yang
terapeutik dapat
meningkatkan
ketenangan
Kolaborasi :
pasien
1. Berikan
obat
5.
antiansietas
(
pasien
seperti,
bahwa
keadaan
sedatif), pantau
itu
adalah sementara
efeknya
2. Rujuk
Meyakinkan
dan
kepada
akan
membaik dengan
sistem
pengobatan
penyongkong
sesuai
dengan
kebutuhan
seperti,
1. Menurunkan
konseling,
ahli
pengaruh sekresi
agama,
dan
hormon
pelayanan sosial
tiroid
yang berlebihan
2.
Terapi
penyokong
terus
yang
menerus
mungkin
dibutuhkan pasien
atau
orang
gaya
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/05/fungsi_dan_kelainan_kelenjar.pdf [di
akses tgl 16 April 2010 pukul 19.00]
Mutaqin, Halim. 2001. Ilmu Penyaakit Dalam Diagnosis dan Terapi. Jakarta: EGC
Smeltzer, C. Suzzane. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol.2.
Jakarta: EGC
Stein, MD, Jay. H. 2001. Panduan Klinik lmu Penyakit Dalam Edisi 3. Jakarta: EGC
Sylvia A. Price. 2006. Patologi. Jakarta ; EGC
Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,
EGC, 2000