Tinjauan Pustaka2
Pendahuluan...2
I.
Fisiologi Cairan Tubuh...2
II.
Diare....3
III.
Dehidrasi17
KESIMPULAN............................................................................................................26
Laporan Kasus27
Daftar Pustaka31
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
I. FISIOLOGI CAIRAN TUBUH
Dalam fungsi metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi utama yaitu
sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin, dan mineral, serta juga sebagai
pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga berfungsi untuk
mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti Karbon Dioksida (CO 2) dan juga
senyawa nitrat. Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh
juga berfungsi antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh, pelumas dalam cairan
sendi, katalisator reaksi biologik sel, serta akan membantu dalam menjaga tekanan darah dan
konsentrasi zat terlarut. Selain itu, agar fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di
dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga suhu tubuh agar
tetap ideal. (2)
Total Body Water (TBW) merupakan persentase dari berat air dibandingkan dengan berat
badan total, besarannya bervariasi menurut jenis kelamin, umur, dan kandungan lemak tubuh.
TBW dibagi menjadi 2 kompartemen utama, yaitu cairan intraselular dan cairan ekstraselular.
Pada fetus dan bayi baru lahir, volume ECF lebih besar dari volume ICF. Pada usia 1 tahun,
rasio volume ICF dan ECF mendekati pebandingan pada dewasa.
Laki-Laki
60
40
20
4
16
Perempuan
50
30
20
4
16
Bayi
75
40
35
5
30
10
100 per kg BB
10 20
> 20
II.
DIARE
2
Diare merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia. Berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2007, penyakit diare merupakan penyebab utama kematian bayi (31,4%) dan
anak balita (25,2%). Berdasarkan hasil Survei Morbiditas Diare yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan, angka kesakitan diare meningkat dari tahun 1996 hingga 2006,
kemudian menurun pada tahun 2010. Pada tahun 2010, angka kesakitan diare mencapai 411
per 100.000 penduduk. Angka ini mengalami sedikit penurunan dari tahun 2006 yang
mencapai 423 per 100.000 penduduk. (1,3)
Diare merupakan penyakit yang lazim ditemukan pada bayi maupun pada anak-anak.
Menurut WHO diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam
1 hari, dan biasanya berlangsung selama 2 hari atau lebih. Penyakit diare hingga kini masih
merupakan salah satu penyakit utama pada bayi ataupun anak di Indonesia. Diperkirakan
angka kesakitan berkisar diantara 150-430/1000 penduduk setahunnya. Dengan upaya yang
sekarang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit dapat ditekan kurang dari 3%.
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis, karena istilah yang
disebut terakhir ini memberikan kesan seolah olah penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi
dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan. (3)
A. Definisi
Diare adalah buang air besar dengan peningkatan frekuensi tiga kali atau lebih dalam 24 jam
dengan konsistensi lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau tanpa darah dan
lendir,dan dapat disertai gejala lain seperti mual, muntah, demam, atau nyeri perut. Neonatus
dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi
berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali. (4)
Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk
cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. Sedangkan American Academy of
Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau
perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah,
demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 7 hari.
B. Klasifikasi
Diare terdiri dari beberapa jenis yang dibagi secara klinis, yaitu (4,5) :
1. Diare cair akut (termasuk kolera), berlangsung selama beberapa jam atau hari.
mempunyai bahaya utama yaitu dehidrasi dan penurunan berat badan juga dapat
terjadi jika makan tidak dilanjutkan.
3
2. Diare akut berdarah, yang juga disebut disentri, mempunyai bahaya utama yaitu
kerusakan mukosa usus,sepsis dan gizi buruk, mempunyai komplikasi seperti
dehidrasi.
3. Diare persisten, yang berlangsung selama 14 hari atau lebih, bahaya utamanya adalah
malnutrisi dan infeksi non-usus serius dan dehidrasi.
4. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) mempunyai bahaya
utama adalah infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung dan kekurangan
vitamin dan mineral.
Diare juga dapat diklasifikasikan menurut :
1. Lamanya waktu diare
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya
sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi
yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologinya, diare diklasifikasikan menjadi :
a. Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.
b. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
c. Malabsorbsi asam empedu.
d. Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit.
e. Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
f. Gangguan permeabilitas usus.
g. Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.
h. Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
3. Penyakit infektif atau non-infektif.
4. Penyakit organik atau fungsional.
C. Epidemiologi (4,5)
Diare merupakan penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Berdasarkan hasil survey
morbiditas dari diare yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan RI, angka morbiditas diare
meningkat dari tahun 1996 hingga tahun 2006 lalu kemudian menurun pada tahun 2010. Pada
tahun 2010, angka morbiditas diare adalah 411 per 1000 penduduk, angka ini sedikit
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk.
Penyakit diare juga menempati urutan pertama berdasarkan jumlah pasien di Unit Rawat Inap
Rumah Sakit di Indonesia.
D. Etiologi (1,4)
Selama 2 dekade, penelitian menunjukkan karakteristik dari diare akut. Pada awal 1970 agen
penyebab dapat diidentifikasi dalam 15-20% episode diare. Sekarang, dengan semakin
4
berkembangnya teknik diagnostik, dapat ditemukan agen penyebab dalam 60-80%. Sebagian
besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus, disamping virus lainnya seperti Norwalk Like
Virus, Enteric Adenovirus, Astovirus, dan Calicivirus. Beberapa patogen bakteri seperti
Salmonella, Shigella, Yersinia, Campylobacter, dan beberapa strain khusus E.Coli. Beberapa
parasit yang sering menyebabkan diare meliputi Giardia, Crytosporidium, dan Entamoeba
Histolytica.
Etiologi diare dapat dibagi beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi enternal ini meliputi :
Infeksi bakteri (10-20%): vibrio, E.coli, salmonella, shigella,
homonis
Jamur : candida albicans
2. Infeksi parenteral yaitu infitits infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti otitis mdia akut, tonsilofaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis. Keadaan
terutama pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
3. Faktor malabsorbsi :
Malabsorbsi Karbohidrat (Gula). Malabsorbsi karbohidrat atau gula
adalah ketidakmampuan untuk mencerna dan menyerap (absorb) gulagula. Malabsorbsi gula-gula yang paling dikenal terjadi dengan
kekurangan lactase (juga dikenal sebagai intoleransi lactose atau susu)
dimana produk-produk susu yang mengandung gula susu, lactose,
menjurus pada diare. Lactose tidak diurai dalam usus karena
ketidakhadiran dari enzim usus yaitu lactase, yang normalnya
mengurai lactose. Tanpa diurai, lactose tidak dapat diserap kedalam
tubuh. Lactose yang tidak tercerna mencapai usus besar dan menarik
air (dengan osmosis) kedalam usus besar. Ini menjurus pada diare.
Meskipun lactose adalah bentuk yang paling umum dari malabsorbsi
gula, gula-gula lain dalam diet juga mungkin menyebabkan diare,
4. Faktor makanan : Faktor makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi
terhadap makanan. Penularan melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung,seperti :
5. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.
E. Patofisiologi (1,3,4)
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
Gangguan osmotik : akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
Masuknya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil
Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare. Virus
dapat secara langsung merusak villi usus halus sehingga mengurangi luas permukaan usus
halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan terhambatnya
perkembangan normal villi enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan
fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus
selama infeksi rotavirus.
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri non
invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang
dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian
bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan
cAMP yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa
menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang,
kemudian terjadilah diare.
Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter) mengakibatkan
ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri
dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di luar usus. Enterotoksin
Escherichia coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang
tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase.
F. Manifestasi Klinis (4)
Manifestasi klinis yang timbul pada anak yang diare adalah cengeng, gelisah, suhu badan
mungkin meningkat dan nafsu makan berkurang. Tinja mungkin mengandung darah dan/atau
lendir. Meningkatnya asam laktat akibat fermentasi laktosa dalam usus besar menyebabkan
tinja menjadi asam yang dapat mengiritasi anus dan sekitarnya sehingga lecet. Muntah dapat
terjadi sebelum diare.
7
Kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi berat, berat badan turun, ubunubun besar cekung pada bayi, tonus dan turgot kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
tampak kering. Kehilangan elektrolit dan cairan yang berlebihan dapat menimbulkan gejala
klinis sesak, kejang, dan kesadaran menurun.
Gejala
Rotavirus
Shigella
Salmonella
klinik
.coli E
coli cholera
entero
entero
Mual
Sering
Jarang
Sering
sigenik
+
invasif
-
muntah
Panas
Nyeri perut
+
Tenesmus
++
Tenesmus
++
Tenesmus
Kadang
++
Tenesmus
kolik
Sering
kolik
Pusing
Hipotensi
kolik
Pusing
distensi
,dapat
abdomen
kejang
toksemia
Banyak
Terus-
Gejala lain
ada
Sering
Kolik
bakterimia
Volume
Sedang
Sedikit
Sedikit
Banyak
sistemik
Sedikit
Frekuensi
5-10 kali
>10kali
Sering
Sering
Sering
menerus
Konsistensi
Cair
Darah
Bau
Warna
Kuning
Lembek
Lembek
Cair
Sering
-
Kadang
Busuk
Tdk spesifik
Merah hijau
Hijau
Tdk
Merah
berwarna
hijau
hijau
Leukosit
Sifat lain
Anoreksia
Kejang
Sepsis
Lembek
+
-
Cair
Amis
Seperti
cucian beras
Meteorismus Infeksi
sistemik
G. Diagnosis (1,3,4)
a.
Anamnesis
Anamnesis yang baik akan membantu menegakkan diagnosis secara tepat. Anamnesis dapat
dilakukan kepada orang tua atau pengasuh pasien.
-
Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsistensi tinja, lendir
b.
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
- Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,
turgor kulit abdomen menurun
- Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut dan
lidah
- Berat badan dan status gizi (antropometri)
- Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit seperti napas cepat dan dalam
(asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia)
- Penilaian derajat dehidrasi
c.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat
sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat. Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis.
b) Biakan kuman untuk mencari kumam penyebab.
c) Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika.
d) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus , bila diduga terdapat intoleransi
glukosa.
2. Pemeriksaan darah
a) Darah lengkap.
b) pH, cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan asam
basa.
c) Kadar ureum untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal.
3. Pemeriksaan Elektrolit, terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama pada penderita yang disertai kejang).
H. Penatalaksanaan (5,7)
Terdapat lima pilar dalam tatalaksana diare akut yaitu:
1.
membahayakan jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g
Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g
glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paketpaket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan
secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan
menambahkan sendok teh garam, sendok teh baking soda, dan 2 4 sendok
makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk
mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak
mereka merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intra vena diperlukan, cairan
normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan
suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus
dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan
urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan
rehidrasi oral sesegera mungkin.
2.
3.
Suplementasi Zinc
Zinc termasuk dalam trace element, yaitu elemen-elemen yang terdapat dalam
tubuh dengan jumlah yang sangat kecil dan mutlak diperlukan. Sumber zinc
terbaik pada makanan adalah protein hewani terutama daging, hati, kerang dan
telur. Manfaat pemberian zinc pada diare telah dibuktikan pada banyak studi di
berbagai
negara
terutama
di
negara
berkembang.
WHO
juga
telah
fungsi dan struktur saluran cerna serta mempercepat proses penyembuhan epiel
selama diare. Kekurangan zinc ternyata sudah pandemik pada anak anak di
negara sedang berkembang. Zinc telah diketahui berperan dalam metalloenzymes, polyribosomes, membran sel, fungsi sel, dimana hal ini akan memacu
pertumbuhan sel dan meningkatkan fungsi sel dalam sistem kekebalan. Perlu
diketahui juga bahwa selama diare berlangsung zinc hilang bersama diare
sehingga hal ini bisa memacu kekurangan zinc ditubuh.
Bukti bukti yang telah disebarluaskan dari hasil penelitian bahwa zinc bisa
mengurangi lama diare sampai 20% dan juga bisa mengurangai angka
kekambuhan sampai 20%. Bukti lain mengatakan dengan pemakaian zinc bisa
mengurangi jumlah tinja sampai 18-59%. Dari bukti-bukti juga dikatakan tidak
ada efek samping pada penggunaan zinc, jika ada ditemukan hanya gejala
muntah.
Pada penelitian selanjutkan didapatkan bahwa zinc bisa digunakan sebagai obat
pada diare akut, diare persisten, sebagai pencegahan diare akut dan persisten serta
diare berdarah. Dalam penelitian biaya untuk diare dengan menggunakan zinc
dikatakan zinc bisa menekan biaya untuk diare. Pemberian zinc untuk pengobatan
diare bisa menekan penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
Efek zinc antara lain sebagai berikut :
o Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD). SOD akan
merubah anion superoksida (merupakan radikal bebas hasil sampingan dari
proses sintesis ATP yang sangat kuat dan dapat merusak semua struktur dalam
sel) menjadi H2O2, yang selanjutnya diubah menjadi H2O dan O2 oleh enzim
katalase. Jadi SOD sangat berperan dalam menjaga integritas epitel usus.
o Zinc berperan sebagai anti-oksidan, berkompetisi dengan tembaga (Cu) dan
besi (Fe) yang dapat menimbulkan radikal bebas.
o Zinc menghambat sintesis Nitric Oxide (NO).
Nutrisi
12
Makanan tetap diteruskan sesuai usia anak dengan menu yang sama pada aktu
anak sehat sebagai pengganti nutrisi yang hilang, serta mencegah tidak terjadi gizi
buruk.
ASI tetap diberikan pada diare cair akut (maupun pada diare akut
Edukasi
Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja
berdarah, muntah berulang, makan / minum sedikit, sangat haus, diare semakin
sering, atau belum membaik dalam tiga hari.
Komplikasi
d) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria).
e) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan, pernafasan
bersifat cepat, teratur dan dalam (pernafasan Kusmaull)
3. Hipoglikemia
Hal ini terjadi karena :
a) Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b) Adanya gangguan absopsi glukosa (walaupun jarang).
Gejala hipoglikemi akan muncul jika kada glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada
bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemi tersebut dapat berupa : lemas,
apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
4. Gangguan Gizi
Hal ini disebabkan :
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan / muntahnya akan
bertambah hebat.
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer
ini diberikan terlalu lama.
c) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa renjatan (shock) hipovolemik.Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran
menurun (soporokomatosa) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal
J.
Pencegahan
1) Penggunaan ASI
Feachem dan koblinsky (1983) telah mengumoulkan data penelitian dari 14 negara mengenai
dampak pemberian ASI terhadap morbiditas dan mortalitas dan menyimpulkan bahwa
peningkatan penggunaan ASI akan menurunkan morbiditas sebesar 6-20 % dan mortalitas 24
27 % selama 6 bulan pertama kehidupan. Untuk bayi dan anak balita penurunan morbiditas
sebesar 1-4 % dan mortalitas 8 9 %.
2) Perbaikan pola penyapihan
Hal ini disebabkan karena (1) tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri, (2)
rendahnya kadar kalori dan protein, (3) tidak tepatnya pemberian makanan, (4) kurang
sabarnya ibu memberikan makanan secara sedikit-sedikit tetapi sering.
3) Imunisasi campak
14
III. DEHIDRASI
Definisi (2,3)
Dehidrasi dideskripsikan sebagai suatu keadaan keseimbangan cairan yang negatif atau
terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis penyakit. Dehidrasi terjadi karena
kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input). Cairan yang keluar
biasanya disertai dengan elektrolit.
Ada tiga macam dehidrasi :
1. Dehidrasi isotonik
Ini adalah dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila kehilangan air
dan natrium dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dan ditemui dalam cairan
ekstraseluler.
2. Dehidrasi Hipertonik
Beberapa anak yang diare, terutama bayi sering menderita dehidrasi hipernatremik. Pada
keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Bila dibandingkan
dengan proporsi yang biasa ditemukan dalam cairan ekstraseluler dan darah. Ini biasanya
akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada saat diare yang tidak di absopsi secara
efisien dan pemasukan air yang tidak cukup.
3. Dehidrasi Hipotonik
Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau yang mendapat infus 5 %
glukosa dalam air, mungkin bisa menderita hiponatremik. Hal ini terjadi karena air
diabsopsi dari usus sementara kehilangan garam (NaCl ) tetap berlangsung dan
menyebabkan kekurangan natrium dan kelebihan air.
Gejala Klinis
Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin
mengandung darah dan/ atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin
15
lama makin menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa
yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak
kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubunubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat
kering.
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
a.
yang diperiksa
Keadaan umum
Sehat
Kekenyalan kulit
Normal
apatis, ngantuk
Sedikit kurang
atau syok
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Ubun-ubun besar
Mulut
Normal
Normal
Sedikit cekung
Kering
Sangat cekung
Kering
dan
Denyut
nadi
2
koma
sianosis
Sedang (120-140)
menit
Ket : Nilai 0-2 = dehidrasi ringan, nilai 3-6 = dehidrasi sedang, nilai 7-12 = dehidrasi berat
Letargis/tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum
Pengobatan
( Rencana terapi C )
sangat
dibawah in :
Rewel, gelisah
Mata cekung
Minum dengan lahap,
haus
Cubitan kulit kembali
lambat
dehidrasi ringan
( Rencana terapi B )
Setelah rehidrasi, nasihati
ibu untuk penanganan di
rumah dan kapan kembali
segera
Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik
Beri cairan dan makanan
diklasifikasikan
berat
A)
Nasihati kapan kembalik
segera
Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik
17
daging / ikan. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur sop tiap porsi
Berikan sari buah / pisang halus untuk menambah kalium
Berikan makanan segar, masak dan haluskan / tumbuk dengan baik
Bujuklah anak untuk makan
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan makanan
Formula oralit baru yang berasal dari WHO dengan komposisi sbb :
Natrium
: 75 mmol/L
Klorida
: 65 mmol/L
Glukosa, anhidrous
: 75 mmol/L
Kalium
: 20 mmol/L
Sitrat
: 10 mmol/L
Total Osmolaritas
: 245 mmol/L
Ketentuan pemberian oralit formula baru :
Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang, untuk persediaan 24
jam.
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali BAB, dengan ketentuan sebagai berikut :
- Untuk anak usia < 2 tahun : berikan 50-100 mL tiap kali buang air.
- Untuk anak usia > 2 tahun : berikan 100-200 mL tiap kali buang air.
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu
harus dibuang.
2. Rencana Terapi B : Diare Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
19
Pada
dehidrasi ringan-sedang, cairan rehidrasi oral diberikan dengan pemantauan yang dilakukan
di Pojok Upaya Rehidrasi Oral selama 4-6 jam.
BB (Kg)
Jmlh (mL)
< 4 bln
<5
200 400
4 11 bln
5 7,9
400 600
12 23 bln
8 10,9
600 800
2 - 4 thn
11 15,9
800 1200
5 14 thn
16 29,9
1200 2200
15 thn
30
2200 4000
Lihat
dan
periksa untuk
semua tandatanda
dehidrasi:
1. Jika tandatanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang diuraikan dalam
Rencana terapi C.
21
2. Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari dehidrasi
sedang, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat jam, sebagaimana
ditetapkan dalam Rencana terapi B.
3. Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah bahwa anak
membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti.
Jika fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan dalam jangka waktu dekat (yaitu
dalam waktu 30 menit), kirimlah anak untuk pengobatan IV segera. Jika anak dapat minum,
berikan ibu beberapa larutan oralit dan tunjukkan kepadanya cara untuk memberikannya
kepada anaknya selama perjalanan.
Jika terapi IV tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan yang telah dilatih dapat
memberikan larutan oralit menggunakan selang Naso Gastrik, dengan kecepatan 20 ml/kg BB
/jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml/kg BB). Jika perut menjadi bengkak, larutan oralit
harus diberikan perlahan-lahan sampai menjadi kurang buncit.
Jika tidak bisa menggunakan selang NGT namun anak dapat minum, larutan oralit harus
diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg BB/jam selama 6 (enam) jam (total 120
ml / kg berat badan). Jika terlalu cepat, anak dapat muntah berulang. Jika terjadi hal ini, maka
memberikan larutan oralit secara lebih lambat sampai muntah mereda.Anak-anak yang
menerima terapi NGT atau per oral harus dinilai ulang paling sedikit setiap jam. Jika tandatanda dehidrasi tidak membaik setelah tiga jam, anak harus segera dibawa ke fasilitas terdekat
di mana terapi IV tersedia.
Jika rehidrasi tidak berhasil, anak harus dinilai ulang setelah enam jam dan keputusan pada
perawatan lebih lanjut dibuat seperti yang dijelaskan di atas untuk terapi IV yang
diberikan.Jika tidak ada fasilitas NGT dan tidak dapat dilakukan secara peroral, anak harus
segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV atau NGT tersedia.
22
KESIMPULAN
Diare akut adalah keadaan dimana terjadi peningkatan frekuensi BAB dalam kurun waktu 24
jam sebanyak 3 kali dengan perubahan konsistensi menjadi lembek sampai dengan cair dan
berlangsung kurang dari 7 hari. Diare paling banyak disebabkan oleh karena infeksi, baik
infeksi secara enteral maupun infeksi secara parenteral. Namun, diare tidak hanya disebabkan
oleh infeksi melainkan juga dapat disebabkan oleh pengaruh dari makanan, malabsorpsi
ataupun keadaan psikologis.
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di negara
yang sedang berkembang. Di Indonesia, diare masuk dalam daftar sepuluh penyakit yang
sering dilaporkan oleh masyarakat. Angka kematian ini umumnya tinggi disebabkan karena
penanganan yang tidak adekuat sehingga menimbulkan gejala dehidrasi ringan sampe
dehidrasi berat. Komplikasi ini banyak tidak disadari oleh orang tua. Untuk itu harus
dilakukan penatalaksanaan yang adekuat bagi anak-anak yang menderita diare, terutama jika
sudah mengalami dehidrasi.
Dehidrasi merupakan suatu keadaan keseimbangan cairan terganggu yang bisa disebabkan
oleh berbagai jenis penyakit. Penatalaksanaan pada diare dengan dehidrasi didasarkan pada
derajat dehidrasinya. Menurut WHO, untuk diare tanpa dehidrasi dapat ditatalaksana dengan
rencana terapi A, untuk dehidrasi ringan-sedang dapat ditatalaksana dengan rencana terapi B
dan untuk dehidrasi berat dapat ditatalaksana berdasarkan rencana terapi C.
LAPORAN KASUS
I.
IDENTIFIKASI
1. Identitas Pasien
Nama
Usia
: An. RS
: 1 tahun 10 bulan
23
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Tanggal Dirawat
I.
: Perempuan
: Kristen Protestan
: Tonsewer Selatan
: 19-03-2014 s/d 21-03-2014
. RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis
2. Keluhan Utama
BAB cair
3. Keluhan Tambahan
Muntah, lemas, tidak nafsu makan
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke Puskesmas Tompaso dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari
yang lalu. BAB cair sebanyak 4 kali, banyaknya gelas belimbing tiap kali
BAB, warna kuning, ampas +, lendir -, darah -, bau busuk/amis -. Kemudian
pasien dibawa ke bidan dan diberikan obat. Keluhan tidak muncul lagi.
3 jam sebelum dibawa ke puskesmas, pasien kembali mengalami BAB cair
sebanyak 2 kali, banyaknya 1 gelas tiap kali BAB, warna kuning, ampas +,
lendir -, darah , bau busuk/ amis -. Selain itu, pasien juga muntah sebanyak 1
kali, isi makanan. Setelah itu pasien terlihat lemas dan tidak nafsu makan.
Demam disangkal. Nyeri perut disangkal
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami hal seupa.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pernah ada yang mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
7. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Gigi pertama
Tengkurap
Duduk
Jalan sendiri
Bicara
: sudah
: sudah
: sudah
: sudah
: sudah
24
8. Riwayat Imunisasi
BCG
DPT I
Polio I
Campak
Hepatitis B
Kesan
II.
: usia 1 bulan
: usia 2 bulan
: usia 2 bulan
: usia 9 bulan
: usia 1 bulan
: riwayat imunisasi dasar lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: tampak sakit ringan, aktif
Kesadaran
: compos mentis
Berat Badan
: 9 kg
Kesan Gizi
: kurang
Tanda vital
Frekuensi nadi
: 92 x/menit
Frekuensi nafas
: 28x/menit
Suhu
: 36,20 C
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorok
Mulut
Leher
Toraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
PEMERIKSAAN ANJURAN
25
- Darah Lengkap
- Faeses Lengkap
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 19 Maret 2014
Hematologi
Hb
: 10,4 g/dL
Ht
: 37,7 vol%
Leukosit : 10.600 uL
Trombosit : 214.000 uL
MCV
: 78,5
MCH
: 21,7
MCHC
: 27,6
DDR
: negatif
Widal
: negatif
1. PENATALAKSANAAN
Zinc 1x20mg
Oralit ad libitum
Nucef 2 x 1,8 ml
Sanbeplex 1 x 0,4 ml
2. PROGNOSIS
-
Quo ad Vitam
: ad Bonam
Quo ad Functionam
: ad Bonam
Quo ad Sanationam
: ad Bonam
26
Daftar Pustaka
1. Antonius H, Badriul Hegar, Setyo Handryastuti dkk. 2010. Diare Akut Dalam : Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 1. Jakarta.
2. Behraman RE, Kliegman RM, Arvin HB. 2004. Gastroenteritis. Nelson. 17th edition.
EGC. Halaman 1272-1276
3. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi Prasetyo.
2012. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi
Ke-4. Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Padjajaran/ RSUP
HASAN SADIKIN BANDUNG.
4. Juffire M, Sri Supar dkk. Buku ajar Gastroenterologi-Hepatologi. UKK GastroHepatologi IDAI. 2011
5. Rusepno Hassan, Husein Alatas. 2007. Diare Pada Bayi dan Anak Dalam Buku Kuliah
Ilmu Kesehatan Anak FKUI Edisi ke-4. Jakarta : Info Medika
6. Thawani, Vijay and Bajait Caitali. 2011. Role of zinc in pediatric Diarrhea. Diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3113371/ pada tanggal 18 Agustus 2013
7. World Health Organization. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
27