Konsep Keamanan
Secara etimologis konsep keamanan (security)
berasal dari bahasa latin securus (se + cura)
yang bermakna terbebas dari bahaya,
terbebas dari ketakutan. Kata ini juga bisa
bermakna dari gabungan kata se (yang berarti
tanpa) dan curus (yang berarti
keresahan/uneasiness). Sehingga bila
digabungkan kata ini bermakna liberation
from uneasiness, or a peacefull situation
without any risks or threats.
Keamanan Nasional
Konsep keamanan nasional mengacu pada situasi atau
keadaan di mana unsur-unsur pokok yang membentuk suatu
negara seperti kedaulatan, wilayah, penduduk atau
warganegara, basis ekonomi, pemerintah dan sistem
konstitusi serta nilai-nilai hakiki yang dianutnya terjamin
eksistensinya dan dapat menjalankan fungsi sesuai tujuannya
tanpa gangguan atau ancaman dari pihak manapun.
Sam C. Sarkesian mendefinisi keamanan nasional: the
confidence held by the great majority of the nations people
that the nation has the military capability and effective policy
to prevent its adversaries from effectively using force in
preventing the nations pursuit of its national interest.
Arms Control
Arms control berbeda dengan disarmament.
Arms control merupakan konsep yang relatif,
yang menghendaki pembatasan terhadap
jenis-jenis senjata tertentu atau pengurangan
tingkat persenjataan.
Couloumbus dan Wolfe (1999: 236-237) arms
control bisa dibagi menjadi dua macam, yaitu
arms reduction (pengurangan senjata) dan
arms limitation (pembatasan senjata).
Arms limitation
Mencakup berbagai jenis persetujuan internasional yang didesain untuk
membatasi peperangan dan untuk mencegah pecahnya perang yang
disebabkan oleh kecelakaan atau kelalaian. Contoh, instalasi peralatan
yang fail-safe yang didesain untuk meledakkan rudal-rudal nuklir di udara
yang bisa ditembakkan dengan tidak sengaja, saluran telepon langsung
(hot line) agar para decision-maker kunci senantiasa bisa mengadakan
kontak langsung pada masa-masa kritis, penundaan percobaan jenis
senjata nuklir tertentu, dan perjanjian-perjanjian antara dua atau lebih
negara yang melarang penjualan senjata serta pengalihan teknologi militer
ke negara-negara Dunia Ketiga (Couloumbus & Wolfe 1999: 237; dan
Miller 2006: 224-225, 253-263).
Arms limitation juga mencakup peraturan-peraturan hukum internasional
konvensional, yang bertujuan membatasi ruang lingkup dan daya hancur
peperangan dalam batas-batas yang telah ditentukan doktrin kebutuhan
milliter. Contoh, Konferensi Den Haag 1907 yang melarang penembakan
proyektil dari balon-balon dan Konvensi Jenewa 1949 mengenai jaminan
perlindungan bagi tawanan perang dan prajurit yang terluka (Wagiman
2005: 15-16).
TERIMA KASIH