Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar teori
II.1.1 Pengertian Korosi
Korosi artinya perusakan logam atau berkarat. Korosi
dapat menyebabkan ketel uap meledak, pipa minyak pecah,
atau senjata macet. Hasil survei menunjukkan bahwa korosi
tidak hanya terjadi pada logam tetapi dapat terjadi pada
fondasi beton. Korosi dipengaruhi oleh temperatur, garamgaram yang terlarut, dan adanya aktivitas mikroorganisme (Sri
Widharto, 2001).

Unsur kimia yang mempengaruhi korosifitas air


terhadap pembuatan fondasi beton yaitu pH (konsentrasi ion
hidrogen), CO2 agresif, amonium (NH4+), magnesium (Mg+2),
dan sulfat (SO4-2). pH merupakan unsur utama yang harus
diperhatikan dalam penentuan sifat korosifitas air. Korosi
mulai terbentuk pada pH air < 4,5; semakin rendah pH air
semakin cepat terjadi korosi (Sri Widharto, 2001).
Korosi merupakan kerusakan logam oleh reaksi kimia
atau bahan elektro kimia didukung oleh lingkungan. Korosi
menjadi ancaman terhadap semua logam, perusakan logam
mulai dari pengkaratan baja-baja konstruksi bangunan, kapal,
mesin hingga alat perlengkapan rumah tangga. Bahkan ahli
korosi sering menganggap baik logam maupun non logam
memiliki potensi korosi seperti keramik, karet dan non logam
lainnya. Betapa banyak kerugian yang diderita manusia oleh
karena korosi (Sri Widharto, 2001).

II- 1

Bab II Tinjauan Pustaka


Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan
besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam
umumnya adalah berupa oksidasi dan karbonat. Reaksi korosi
pada dasarnya merupakan interaksi dari suatu logam atau
paduan dengan lingkungannya, sehingga dicari faktor-faktor
yang mempengaruhi korosi dapat dicari dengan meninjau
logamnya sendiri dan lingkungannya. Faktor-faktor tersebut
antara lain:
1. Jenis dan konsentrasi elektrolit, pada umumnya
konsentrasi yang makin tinggi akan makin korosif.
2. Adanya oksigen terlarut pada elektrolit, pada umumnya
akan menaikkan laju korosi.
3. Temperatur yang makin tinggi pada umumnya juga
menaikkan laju korosi.
4. Kecepatan gerakan elektrolit yang makin tinggi juga akan
mempercepat kerusakan akibat korosi.
5. Jenis logam/paduan.
6. Adanya galvanic cell, baik itu antara dua logam yang
berbeda maupun pada suatu paduan.
7. Adanya tegangan (tarik), baik berupa tegangan sisa
maupun tegangan kerja (Fontana, 1978).
Udara maupun air yang mengandung garam dapat
merusak bagian-bagian yang terbuat dari alumunium, timah
dan tembaga menjadi garam klorida sehingga dapat merusak
berbagi alat elektronik. Semua bahan tidak akan luput dari
korosi, oleh karena itu ada kriteria pemilihan bahan, agar kita
bisa menilai tinggi rendahnya kualitas bahan tersebut, hal-hal
yang mempengaruhi kualitas bahan adalah:

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

II - 2

Bab II Tinjauan Pustaka


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Appearance (penampakan)
Fabricability (industri)
Strenght (keakuatan)
Corrosion resistance
Cost
Availability

(Fontana, 1978)

Seperti telah dijelaskan di atas, serangan karat


merupakan bahaya nasional yang nyata yang tingkat kerugian
sebagai akibatnya lebih besar dari segala bencana alam yang
perbah dialami. Namun karena keawaman kita terhadap
terhadap keberadaan dan kejahatannya, maka bahaya dan
kerugian yang sedemikian besar ini terjadi tanpa kita
sadari/ketahui, dan celakanya/ironisnya kita dengan suka rela
menerima segala resiko kerugian tersebut, misalnya jika
knalpot mobil kita bocor, paling-paling dengan sedikit
menggerutu kita bawa kendaraan ke bengkel untuk
memperbaikinya atau bahkan menggantinya dengan biaya
yang tidak murah (Sri Widharto, 2001).
Untuk mengetahui lebih lanjut perihal karat, di bawah
ini dijelaskan beberapa jenis karat yang penulis ketahui di
dalam praktek lapangan.
Jenis karat yang terjadi melalui proses elektrokimia adalah
antara lain: karat atmosfer, karat galvanis, karat arus liar,
karat air laut, karat tanah (soil corrosion), oxygen
concentration cell, dan lain-lain.
Jenis karat yang terjadi melalui proses kimia adalah antara
lain: karat pelarutan selektif, karat merkuri, karat asam
(acid corrosion), karat titik embun (dew point corrosion),
garfitasi, dan lain-lain.
II - 3

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


Jenis karat yang terjadi melalui proses kombinasi
elektrokimia, kimia dan fisik adalah antara lain: karat
tegangan, korosi erosi, dan lain-lain.
Jenis karat yang terjadi akibat kerusakan mekanis antara
lain: fretting (karat gesekan), karat kelelahan (corrosion
fatique), serangan tumbukan partikel (impingement
attack), kavitasi, erosi/abrasi, dan lain-lain.
Jenis karat yang terjadi pada suhu tinggi misalnya antara
lain: oksdidasi, karat metal cair (liquid metal corrosion),
dan lain-lain.
Jenis karat yang disebabkan oleh faktor biologis yakni karat
yang disebabkan oleh bakteri pereduksi sulfat (sulphate
reducing bacteri).
Kerusakan metal lainnya yang diakibatkan oleh
pencemaran zat kimia sewaktu dioperasikan dalam kondisi
lingkungan yang kaya dengan zat pencemar tertentu,
misalnya
penggetasan
hydrogen
(hydrogen
embrittlement),
penggetasan
sulfur
(sulphur
embrittlement), hydogen blister, hydrogen attack, caustic
embrittlement, dan lain-lain.
Jenis karat yang terjadi di batas kristal metal, yakni
intergranular/intercrystaline corrosion, interdendritic
corrosion, dan lain-lain (Sri Widharto, 2001).
Lingkungan merupakan salah satu faktor utama yang
memacu terjadinya korosi, seleruh lingkungan merupakan
korosif, baik air, udara, maupun tanah. Didalam air banyak
mengandung ion hidroksil yang bermuatan negatif. Ion
hidroksil berasal dari:

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

II - 4

Bab II Tinjauan Pustaka


H2O
(OH)- + H+ atau
4e- + O2 + 2H2O
4(OH)Gas hidrogen sulfida yang terkandung didalam udara
yang tercemar dapat menyebabkan karat tarnish pada perak
atau tembaga. Gas yang paling merusak pada kawasan
industri adalah Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari hasil
pembakaran batu bara, minyak bakar ataupun gasoline (Sri
Widharto, 2001).

Asam merupakan salah satu zat korosif yang ditakuti


oleh industri-indutri. Asam sulfida, asam klorida dan asam
sulfat merupakan jenis asam kuat yang sering dijumpai dalam
lingkungan industri. Tingkat pengkaratan akan meningkat bila
lingkungan korosif ditambah lagi dengan kelembapan yang
tinggi dan suhu yang bersifat cyclic (naik turun secara teratur).
Salah satu reaksi pembentukan asam yang diperkirakan
diakibatkan oleh kandungan SO2 didalam gas bekas adalah
sebagai berikut :
2H2O + 2SO2 + O2
2H2SO4 (Asam belerang)
FeH2SO4 + O2
Fe2SO4 + O2+ Fe2(SO4)3H2O
Fe2(SO4)3H2O
Fe2O3 + 3/2H2SO4
Pada Industri pengolahan minyak bumi banyak
dijumpai korosi akibat asam sulfida (H2S) yang ditimbulkan
oleh kandungan belerang pada minyak mentah yang diolah
(Sri Widharto, 2001).

Asam sulfida ini menyebabkan korosi pada tangkitangki penyimpanan minyak bumi, pipa-pipa penyalur dan
peralatan yang lainnya. Asam sulfida dapat bereaksi dengan
besi atau logam-logam lain seperti tembaga (Cu) dan perak
(Ag) meskipun pada keadaan yang relatif kering. H2S bereaksi

II - 5

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


dengan besi membentuk sulfida besi melalui reaksi sebagai
berikut :
H2S + Fe
FeS + H2
H2S + FeCO3
FeS + CO2 + H2O
H2S + Fe(OH)2
FeS + 2H2O
Garam FeS juga masih reaktif bila bertemu dengan oksigen.
FeS yang terbentuk oleh reaksi H2S dan besi bersifat katodik
terhadap besi yang tidak dilapisi (Sri Widharto, 2001).
Selain asam anorganik, asam organik juga merupakan
asam yang terpenting yang dapat menyebabkan korosi pada
logam. Asam formic merupakan salah satu asam organik yang
bersifat sangat korosif. Almunium tidak dapat memberikan
ketahanan terhadap korosi asam formik. Asam asetat yang
dapat bereaksi dengan tembaga, maleic dan lactic acid
merupakan asam yang lebih korosif yang dapat menyerang
stainless steels. korosi akibat asam organik banyak ditemukan
pada kemasan produk makanan (Fontana, 1978).

II.1.2 Laju Korosi


Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau
kecepatan penurunan kualitas bahan terhadap waktu.
Menghitung laju korosi pada umumnya menggunakan 2 cara
yaitu:
a. Metode kehilangan berat
Metode kehilangan berat adalah perhitungan laju
korosi dengan mengukur kekurangan berat akibat korosi yang
terjadi.Metode ini menggunakan jangka waktu penelitian
hingga mendapatkan jumlah kehilangan akibat korosi yang
terjadi. Metode ini adalah mengukur kembali berat awal dari
benda uji (objek yang ingin diketahui laju korosi yang terjadi
padanya), kekurangan berat dari pada berat awal merupakan
LABORATORIUM TEKNIK KOROSI
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

II - 6

Bab II Tinjauan Pustaka


nilai kehilangan berat. Kekurangan berat dikembalikan
kedalam rumus untuk mendapatkan laju kehilangan beratnya.
Metode ini bila dijalankan dengan waktu yang lama dan
suistinable dapat dijadikan acuan terhadap kondisi tempat
objek diletakkan (dapat diketahui seberapa korosif daerah
tersebut) juga dapat dijadikan referensi untuk treatment yang
harus diterapkan pada daerah dan kondisi tempat objek
tersebut.
b. Metode elektrokimia
Metode elektrokimia adalah metode mengukur laju
korosi dengan mengukur beda potensial objek hingga didapat
laju korosi yang terjadi, metode ini mengukur laju korosi pada
saat diukur saja dimana memperkirakan laju tersebut dengan
waktu yang panjang (memperkirakan walaupun hasil yang
terjadi antara satu waktu dengan eaktu lainnya berbeda).
Kelemahan metode ini adalah tidak dapat menggambarkan
secara pasti laju korosi yang terjadi secara akurat karena
hanya dapat mengukur laju korosi hanya pada waktu tertentu
saja, hingga secara umur pemakaian maupun kondisi untuk
dapat ditreatmen tidak dapat diketahui. Kelebihan metode ini
adalah kita langsung dapat mengetahui laju korosi pada saat
di ukur, hingga waktu pengukuran tidak memakan waktu yang
lama. Metode elektrokimia ini meggunakan rumus yang
didasari pada Hukum Faraday yaitu menggunakan rumus
sebagai berikut :

a.x.i
K.
n.x.D

II - 7

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


Keterangan :
i = densitas arus, (uA/cm2)
a = berat atom bahan
n = jumlah elektron yang hilang
K = konstansta, bergantung pada rate penetrasi yang
diinginkan
D = densitas, g/cc
Metode ini menggunakan pembanding dengan meletakkan
salah satu material dengan sifat korosif yang sangat baik
dengan bahan yang akan diuji hingga beda potensial yang
terjadi dapat diperhatikan dengan adanya pembanding
tersebut. Berikut merupakan gambar metode yang dilakukan
untuk mendapatkan hasil pada penelitian laju korosi dengan
metode elektrokimia yang diuraikan diatas (Ir. Budi Setyawan,
2009).

Rumus dari laju korosi pada logam (mpy) dinyatakan


oleh persamaan seperti dituliskan dibawah ini:
a)
Mpy =

534 .W
D . A .T

Dimana:
W : Berat yang hilang (mg).
D : Densitas logam (gram/cm3).
A : Luas logam (in2).
T : Waktu (jam).
(Fontana, 1978)

Cara lain untuk menghitung laju korosi adalah dengan


menggunakan satuan mdd

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

II - 8

Bab II Tinjauan Pustaka


b)

R, laju korosi logam (mdd) =

Keterangan:
R = laju korosi logam (mdd = mg/dm2.day)
W = berat logam yang hilang (mg)
S = luas penampang logam yang terkorosi (dm2)
t = waktu proses korosi (hari)
(Maria Erna dkk, 2013)

II.1.3 Jenis-jenis Korosi


Berikut adalah beberapa jenis korosi, antara lain :
1. Galvanic corrosion
Korosi galvanik terjadi apabila dua buah logam yang
jenisnya berbeda dipasangkan dan direndam dalam cairan
yang sifatnya korosif. Logam yang lebih aktif atau anoda akan
terkorosi, sementara logam yang lebih noble atau katoda
tidak akan terkorosi. Pada tabel galvanisasi, alumunium dan
seng lebih aktif jika dibandingkan dengan baja.

Gambar II.1 Korosi Galvanik

II - 9

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


2. Crevice Corrosion (Korosi Celah)
Korosi celah merupakan korosi yang terkonsentrasi
pada daerah tertentu. Korosi celah terjadi karena adanya
larutan atau elektrolit yang terperangkap di dalam celah
atau lubang. Misalnya pada sambungan dua permukaan
logam yang sejenis,permukaan logam yang retak, baut
dan tapal. Elektrolit yang terperangkap pada lubang akan
menimbulkan beda konsentrasi oksigen, sehingga
terbentuk sel korosi. Daerah dengan konsentrasi oksigen
tinggi berperan sebagai katoda dan daerah konsentrasi
oksigen rendah berperan sebagai anoda.

Gambar II.2 Korosi Celah


3. Intergranular Corrosion (Korosi batas butir)
Korosi batas butir merupakan korosi yang menyerang
secara local menyerang batasbutir-butir logam sehingga butir
butir logam akan hilang atau kekuatan mekanik dari logam
akan berkurang, Korosi ini disebabkan adanya kotoran
(impurity) batasbutir, adanya unsur yang berlebih pada sistem
perpaduan atau penghilangan salahsatu unsur pada daerah
batas butir.
Intergranular corrosion adalah bentuk penyerangan
terhadap batas butir atau daerah sekitarnya pada material
LABORATORIUM TEKNIK KOROSI
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

II - 10

Bab II Tinjauan Pustaka


dalam lingkungan korosif tetapi hanya sebagian kecil korosi
menyerang butir material itu sendiri. Intergranular corrosion
juga dikenal sebagai intergranular attack .

Gambar II.3 Korosi Batas Butir


4. Selective Leaching corrosion (korosi selektif)
Korosi selektif terjadi akibat elemen pemandu
secara selektif meninggalkan logam paduannya. Korosi
Selektif bisa terjadi dari sepasang panduan logam satu
fasa dan juga dua fasa. Dalam paduan dua fasa, fasa yang
kurang mulia akan meluruh terlebih dahulu. Misalnya
paduan kuningan (Cu-Zn) yang berada di lingkungan asam
dimana Zn akan terlarut dalam asam . Korosi selektif ini
merupakan terlarutnya logam pada paduan logam karena
logam tersebut lebih rentan (lebih anodik) terhadap
korosi daripada logam lain dalam paduan. Akibat dari
korosi selektif ini, permukaan logam paduan tereduksi
dan membuat bagian yang terkorosi menjadi spongy
material yang memiliki kekuatan mekanis yang lemah dan
akan pecah jika dikenai tekanan (getas)

II - 11

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.4 Selective Leaching


5. Stress Corrosion (Korosi Tegangan)
Korosi tegangan terjadi akibat adanya kombinasi
antara tegangan tarik yang diderita logam dan serangan
local dari medium korosif. Korosi tegangan pada logam
paduan atau logam umumnya jarang terjadi.

Gambar II.5 Korosi Tegangan


6. Uniform Corrosion (Korosi Seragam)
Bentuk korosi ini yang paling lazim terjadi. Korosi yang
muncul terlihat merata pada seluruh permukaan logam
dengan intensitas yang sama. Salah satu contohnya adalah
efek dari korosi atmosfer pada permukaan logam. Korosi
seragam terjadi apabila seluruh bagian logam memiliki
komposisi yang sama.

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

II - 12

Bab II Tinjauan Pustaka


Korosi ini terjadi karena proses anodik dan katodik
yang berlangsung pada permukaan logam terdistribusi secara
merata. Ini terjadi karena adanya pengaruh dari lingkungan
sehingga kontak yang berlangsung mengakibatkan seluruh
permukaan terkorosi.

Gambar II.6 Korosi Seragam


7. Pitting Corrosion (Korosi Sumuran)
Korosi sumuran merupakan korosi yang muncul dan
terkonsentrasi pada daerah tertentu. Bentuk ini biasanya
disebabkan oleh klorida. Mekanisme terbentuknya korosi
sumuran sama dengan korosi celah, hanya saja korosi
sumuran ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan
korosi celah. Karena jaraknya yang saling berdekatan satu
sama lain,korosi sumuran akan mengakibatkan permukaan
logam menjadi kasar. Korosi sumuran terjadi karena komosisi
material yang tidak homogen, rusaknya lapisan
pelindung,adanya endapan dipermukaan material,serta
adanya bagian yang cacat pada material.

II - 13

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.7 Korosi Sumuran


8. Erosion Corrosion (Korosi Erosi)
Korosi erosi merupakan gabungan dari kerusakan
elektrokimia dan kecepatan fluida yang tinggi pada
permukaan logam. Korosi erosi dapat pula terjadi karena
adanya aliran fluida yang sangan tinggi melewati benda yang
diam atau statis. Atau bisa juga terjadi karena sebuah objek
bergerak cepat di dalam fluida yang diam, misalnya balingbaling kapal laut.

Gambar II.8 Korosi Erosi

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

II - 14

Bab II Tinjauan Pustaka

II.1.4 Penyebab Korosi


1. Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2
Korosi pada permukaan logam merupakan proses
yang mengandung reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini
merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi
terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi
tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon
yang menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut.
Hal tersebut menimbulkan perbedaan potensial listrik
antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam
besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai
katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan
tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media
tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa
korosi. Jika jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak
dengan permukaan logam semakin banyak, maka semakin
cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam
tersebut.
2. Keberadaan Zat Pengotor
Zat

Pengotor

menyebabkan

di

terjadinya

permukaan
reaksi

logam

reduksi

dapat

tambahan

sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi.


Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil
pembakaran BBM pada permukaan logam mampu
mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan

II - 15

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


logam yang mengakibatkan proses korosi semakin cepat
pula.
3. Kontak dengan Elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut
dapat mempercepat laju korosi dengan menambah
terjadinya reaksi tambahan. Konsentrasi elektrolit yang
besar dapat meningkatkan laju aliran elektron sehingga
laju korosi meningkat.

Gambar II.9 Bangkai Kapal di Dasar Laut yang Telah Terkorosi


oleh Kandungan Garam yang Tinggi
4. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks
pada peristiwa korosi. Secara umum, semakin tinggi
temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini
disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka
meningkat

pula

energi

kinetik

partikel

sehingga

kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi


redoks semakin besar dan laju korosi pada logam semakin
meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh
LABORATORIUM TEKNIK KOROSI
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

II - 16

Bab II Tinjauan Pustaka


temperatur dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau
mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan
panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai
panas

secara

langsung

(seperti

mesin

kendaraan

bermotor).

Gambar II.10 Knalpot Kendaraan Bermotor Akibat


Temperatur Tinggi
5. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada
kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi
reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- H2
Adanya

reaksi

reduksi

tambahan

pada

katode

menyebabkan lebih banyak atom logam yang teroksidasi


sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin
besar.

II - 17

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.11 Korosi Pada Kondisi Asam Lebih Cepat Terjadi


(atas). Logam Besi yang Belum Terkorosi Pada Kondisi Netral
(bawah)
6. Metalurgi

Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan

beda potensial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi


anode yang terkorosi.

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

II - 18

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.12 Permukaan Logam yang Kasar Cenderung


Mengalami Korosi

Efek Galvanic Coupling


Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan

banyaknya atom-atom unsur lain yang terdapat pada


logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic
Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada
permukaan logam akibat perbedaan E antara atom-atom
unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan
logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi
pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi
oksidasi pada daerah anode.
7. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat
menyebabkan peningkatan korosi pada logam. Hal ini
disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi
logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi
keberlangsungan
II - 19

hidupnya.

Mikroba

yang

mampu

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi
mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi
sulfur-sulfida. Thiobacillus

thiooxidans

Thiobacillus

ferroxidans.

Gambar II.13 Korosi Pada Permukaan Logam yang Disebabkan


oleh Mikroba
(Fathonah, 2012)

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FTI-ITS

II - 20

Anda mungkin juga menyukai