Anda di halaman 1dari 5

6

3
Teori Tektonik Lempeng
3.1. Sejarah Teori Tektonik Lempeng
1. Continental drift (Wegener, 1912)
2. Convection current of mantle (Holmes, 1931)
3. Sea-floor mapping (Heezen, Tharp, Ewing, 1959-1965)
4. Sea-floor spreading (Dietz, Hess, 1961-1962)
5. Symmetric magnetic stripping across mid-oceanic ridge (Vine and Matthews, 1963)
6. Transform fault (Wilson, 1965)
7. Global seismic zones (Lynn and Sykes, 1968)
8. Global mountain belts (Dewey and Bird, 1970)
9. New Global Tectonic - Plate Tectonic Theory (late 1967-early 1970)
3.2. Lempeng (Plates)
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa bagian terluar dari lapisan bumi adalah
kerak bumi yang terbagi menjadi kerak samudra dan kerak benua. Dibawah kerak
terdapat lapisan yang disebut mantel, zona pemisah antara kerak dengan mantel
disebut Mohorovivic discontinuity. Lapisan mantel atas bagian atas merupakan bagian
yang padat, akan tetapi pada kedalaman sekitar 70-80 km terjadi penurunan
kecepatan gelombang seismic (low velocity zone), hal ini membuktikan bahwa lapisan
ini merupakan lapisan yang cair liat. Kerak bumi beserta mantel atas bagian atas yang
padat menjadi satu kesatuan yang disebut litosfer, sedangkan lapisan cair liat
dibawahnya disebut sebagai astenosfer.
Litosfer tersebut mengapung diatas lapisan astenosfer dan terpotong potong
menjadi beberapa keratan yang disebut lempeng (plates). Lempeng lempeng tersebut
bergerak satu sama lain dengan kecepatan yang berbeda-beda dan terjadi interaksi
yang menyebabkan terjadinya kejadian-kejadian geologi seperti pembentukan gunung
api, gempa bumi, pembentukan struktur geologi, pembentukan batuan dan kejadian
geologi lainnya. Walaupun kecepatan rata-rata lempeng tersebut hanya sekitar
7cm/tahun dan kita tidak bisa merasakannya, tetapi dengan waktu berjuta-juta tahun
akan menyebabkan kejadian yang berarti seperti kejadian geologi yang disebutkan
sebelumnya. Misalkan kecepatan lempeng 5cm/tahun dan waktunya 50 juta tahun
maka lempeng tersebut akan bergerak sejauh 2500 km. Dalam kejadian-kejadian
geologi waktu yang diperlukan cukup panjang yaitu dengan satuan juta tahun. waktu ini
disusun dalam skala waktu geologi.

Gambar 3.1 Skala waktu geologi


Contoh lempeng-lempeng yang besar diantaranya, lempeng Pasifik, lempeng
Eurasia, lempeng Amerika Utara, lempeng Amerika Selatan, Lempeng Indo Australia
dan Lempeng Afrika.

Gambar 3.2 Lempeng-lempeng di Bumi

8
3.2.1 Batas lempeng
Sudah disebutkan bahwa antara satu lempeng dengan lempeng lainnya yang
berdampingan akan terjadi interaksi pada batas lempengnya, jenis interaksi yang
terjadi yaitu :
1. Batas Divergen
Batas Divergen adalah batas dimana dua buah lempeng atau lebih saling
menjauh, gaya yang bekerja pada batas ini adalah gaya tarikan (tensional). Hal ini
mengakibatkan lempeng saling menjauh dan mengakibatkan naiknya magma dari
astenosfer dan terjadilah pembentukan kerak baru dalam hal ini kerak samudra.
Jika kejadian ini berlangsung tanpa adanya penunjaman kembali lempeng di
sisi yang lain maka dapat dibayangkan bumi ini akan terus membesar. Contoh batas
divergen yaitu Mid Atlantic Ridge.

Gambar 3.3 Batas Divergen


2. Batas Konvergen
Batas Konvergen yaitu batas dimana dua buah lempeng saling mendekat, hal
ini mengakibatkan terjadinya subduksi atau kolisi. Gaya yang timbul pada interaksi ini
yaitu gaya kompresional.
Subduksi
Bila lempeng samudra dengan lempeng benua terjadi interaksi jenis ini maka
lempeng samudra akan menunjam kebawah lempeng benua. Hal ini terjadi karena
berat jenis dari lempeng samudra lebih berat dari lempeng benua sehingga lempeng
benua seperti menunggang atau mengapung. Hal inilah yang menyebabkan batuan di
kerak benua umurnya lebih tua dari umur batuan di kerak samudra.
Akibat kejadian ini akan terjadi kejadian kejadian geologi seperti pembentukan
jalur gunung api pada kerak yang menunggangi dalam hal ini kerak benua, yang
diakibatkan peleburan kerak samudra yang menunjam sehingga memicu pembentukan
magma yang kemudian naik dan membentuk gunung api. Selain itu akan terjadi
berbagai macam struktur geologi seperti sesar dan lipatan yang diakibatkan gaya
kompresional dari interaksi tersebut. Contoh interaksi ini yaitu bagian Barat Sumatera
dan Selatan Jawa.

Gambar 3.4 Batas Konvergen Lempeng Samudra dengan Lempeng Benua


Bila lempeng samudra dengan lempeng samudra terjadi interaksi konvergen
maka salah satu lempeng akan menunjam. Hal ini akan mengakibatkan pembentukan
jalur kepulauan gunungapi (island arc) pada lempeng yang menunggangi. Contoh
interaksi ini yaitu kepulauan Jepang

Gambar 3.5 Batas Konvergen Lempeng Samudra dengan Lempeng Samudra

Kolisi
Apabila lempeng benua bertemu dengan lempeng benua maka lempeng
tersebut tidak ada yang tertunjam karena keduanya sama-sama ringan, hal ini
mengakibatkan pembentukan pegunungan lipatan yang biasanya sangat tinggi. Contoh
yang paling nyata yaitu pegunungan himalaya yang diakibatkan interaksi antara
lempeng Eurasia dengan India.

Gambar 3.6 Batas Konvergen Lempeng benua dengan lempeng benua

10

Gambar 3.7 Pembentukan Himalaya


3. Sesar Transform
Yaitu batas antara lempeng yang saling berpapasan, biasanya batas ini terjadi
karena batas konvergen yang tidak lurus.

Gambar 3.7 Batas-batas Lempeng

Anda mungkin juga menyukai