Judul
8 (delapan)
BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberian nama otot rangka disebabkan karena otot ini menempel pada system
rangka (Seeley, 2002). Berdasarkan Tobin (2005), otot terdiri atas bundel-bundel
sel otot. Setiap bundel berada di dalam lembaran jaringan ikat yang membawa
pembuluh darah dan saraf yang mensuplai kebutuhan otot tersebut. Di setiap
ujung otot, lapisan luar dan dalam dari jaringan ikat bersatu menjadi tendon yang
biasanya menempel pada tulang. Otot rangka memiliki empat karakteristik
fungsional sebagai berikut:
1. kontraktilitas; kemampuan untuk memendek karena adanya gaya
2. eksitabilitas; kapasitas otot untuk merespon sebuah rangsang
3. ekstensibilitas; kemampuan otot untuk memanjang
4. elastisitas; kemampuan otot untuk kembali ke panjang normal setelah
mengalami pemanjangan. (Seeley, 2002).
Reflek gerak pada ektremitas (tungkai) berpusat di sumsum tulang belakang.
Jalannya impuls pada gerak reflek menurut Bell dan Magendie adalah : reseptor
saraf sensoris (melalui lengkung dorsal) medulla spinalissaraf motoris (melalui
lengkung ventral)efektor. Potensial aksi merupakan depolarisasi dan repolarisasi
membran sel yang terjadi secara cepat (Seeley, 2002). Pada sel otot (serabut
serabut otot), potensial aksi menyebabkan otot berkontraksi (Seeley, 2002).
Berdasarkan Campbell (2004), sebuah potensial aksi tunggal akan menghasilkan
peningkatan tegangan otot yang berlangsung sekitar 100 milidetik atau kurang
yang disebut sebuah kontraksi tunggal. Jika potensial aksi kedua tiba sebelum
respon terhadap potensial aksi pertama selesai, tegangan tersebut akan
menjumlahkan dan menghasilkan respon yang lebih besar. Jika otot menerima
suatu rentetan potensial aksi yang saling tumpang tindih, maka akan terjadi
sumasi yang lebih besar lagi dengan tingkat tegangan yang bergantung pada laju
perangsangan. Jika laju perangsangan cukup cepat, sentakan tersebut akan lepas
menjadi kontraksi yang halus dan bertahan lama yang disebut tetanus. Pada saat
sel saraf dalam keadaan istirahat (reseptor tidak dirangsang), membran sel dalam
keadaan impermeable terhadap ion. Jika sel saraf dirangsang, maka saluran ion
akan terbuka. Ion natrium akan masuk ke dalam sel dan ion kalium bersama ion
Cl akan keluar dari dalam sel. Muatan ion di dalam sel menjadi lebih positif dan
muatan ion di dalam sel menjadi lebih negatif. Keadaan ini disebut depolarisasi.
Membran sel dalam keadaan permeable terhadap ion. Perjalanan impuls saraf
dapat diblokir oleh rangsang dingin, panas, atau tekanan pada serabut saraf.
Pemblokiran yang sempurna dicapai dengan memberikan zat anastetik.
BAB II
HASIL PERCOBAAN
3 kali
3 kali
1. 1 detik
2. 2 detik
3. tidak ada respon
BAB III
PEMBAHASAN
LABIRIN SEBAGAI RESEPTOR KESEIMBANGAN
Keseimbangan Pada Manusia
Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi tegak dan kepala
menunduk, dan tubuh diputar ke kanan, melibatkan kanalis semisirkularis lateral.
Mata OP ditutup agar kesadaran visual terhadap kondisinya tidak bekerja
sehingga OP hanya dapat mendeteksi kondisi keseimbangannya tanpa kesadaran
indera penglihatannya. Pada bagian dasar kanalis semisirkularis terdapat struktur
yang disebut ampula. Di dalam ampula terdapat reseptor sistem vestibular yang
disebut Krista ampularis. Rambut-rambut sensorik krista atau stereosilia ini
tertanam pada gelatin yang memanjang, disebut kupula. Di dalam ampula terdapat
cairan endolimfe. Ketika tubuh dalam posisi tegak dan kepala menunduk diputar
lambat, agak cepat, dan lambat lagi ke arah kanan sebanyak 10 kali serta mata
dipejamkan, maka kanalis semisirkularis lateral akan ikut bergerak ke arah kanan.
Namun cairan endolimfe akan bergerak sebaliknya yaitu ke arah kiri. Stereosilia
juga akan bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika stereosilia
bergerak ke arah kinosilium. Sensasi yang diakibatkan adalah tubuh terasa
bergerak ke arah kanan. Namun saat putaran semakin lambat dan berhenti, cairan
endolimfe akan bergerak ke arah kanan, yang menyebabkan stereosilia bergerak
ke kanan, untuk mempertahankan kelembamannya. Karena itu saat mata masih
tertutup (kesadaran penglihatan tidak ada), OP akan merasa bergerak kearah kiri.
Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi badan dan kepala
dimiringkan ke kanan, dan tubuh diputar ke kanan, melibatkan kanalis
semisirkularis posterior. Pada saat kepala dimiringkan ke kanan, posisi kanalis
semisirkularis posterior akan menjadi horizontal. Pada bagian dasar kanalis
semisirkularis ini juga terdapat struktur yang disebut ampula. Di dalam ampula
terdapat reseptor sistem vestibular yang disebut Krista ampularis. Rambut-rambut
sensorik krista atau stereosilia ini tertanam pada gelatin yang memanjang, disebut
kupula. Di dalam ampula terdapat cairan endolimfe. Ketika tubuh dalam posisi
tegak dan kepala dalam posisi miring ke kanan diputar serta mata dipejamkan
kemudian tubuh diputar ke arah kanan sebanyak 10 kali, maka kanalis
semisirkularis posterior akan ikut bergerak ke arah kanan. Namun cairan
endolimfe di dalamnya akan bergerak sebaliknya yaitu ke arah kiri. Stereosilia
juga akan bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika stereosilia
bergerak ke arah kinosilium. Sensasi yang diakibatkan adalah tubuh terasa
bergerak ke arah kanan. Namun saat putaran dihentikan, kepala ditegakkan
(kanalis semisirkularis porterior kembali tegak), maka cairan endolimfe akan
bergerak ke depan (dalam posisi tegak), yang menyebabkan stereosilia bergerak
ke depan, untuk mempertahankan kelembamannya. Pada saat mata terbuka OP
tidak akan mengalami sensasi seperti yang terjadi pada table pengamatan karena
sensasi sadarnya telah bekerja dan tubuhnya telah menyadari bahwa ia tidak lagi
bergerak. Sensasi sadar lebih kuat daripada sensasi saat mata tertutup sehingga
sensasi tersebut dapat menggantikan sensasi saat mata tertutup.
salah satu kaki ini mungkin disebabkan oleh sumsum tulang belakang belum
seluruhnya mengalami kerusakan sehingga katak masih dapat memberikan
respon. Pearce (1989), menambahkan bahwa perusakan tulang belakang ternyata
merusakkan tali-tali spinal sebagian jalur saraf. Tali-tali spinal sendiri terdiri dari
saraf sensori dan motorik, sehingga bila saraf tersebut rusak maka respon terhadap
stimulus tidak terjadi. Larutan cuka merupakan asam lemah dan berbahaya apabila
terkena tubuh. Ketika Kaki katak dicelupkan ke dalam larutan cuka akan
mengakibatkan katak sebisa mungkin akan menarik kakinya dari larutan itu
karena berbahaya bagi tubuhnya, ini merupakan salah satu gerakan untuk
perlindungan tubuhnya dari zat-zat kimia yang berbahaya. Percobaan ini
membuktikan bahwa dalam suatu sistem refleks diperlukan sumsum tulang
belakang sebagai pusat koordinasi dan pengaturan gerak refleks.
Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang
bersifat otomatis atau tanpa sadar terhadap suatu stimulus tertentu. Respon
tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya dua neuron,
yang membentuk suatu busur refleks. Dua neuron yang penting dalam suatu busur
refleks adalah neuron afferen, sensoris, atau penghubung (interneuron) yang
terletak diantara neuron reseptor dan neuron efektor. Refleks spinal yang khas
adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum
partela, sehingga menyebabkan otot lutut terentang. Aksi refleks ini tidak
memerlukan kontrol kesadaran (Frandson, 1992).
Rangsangan yang datang dari luar diterima oleh saraf sensorik yang
diteruskan oleh saraf spinal ke tulang belakang, lalu dari tulang belakang
diteruskan ke saraf motorik hingga menjadi suatu gerak. Gerakan ini tidak
disadari karena tidak melalui otak yang disebut gerak refleks (Weichert, 1959).
Refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks
yang paling sederhana adalah refleks spinal. Gerak refleks spinal diatur oleh sarafsaraf yang terdapat di dalam medula spinalis. Medula spinalis atau sumsum tulang
belakang terdapat di dalam kanalis vertebratalis berhubungan dengan otak melalui
fragmen magnum. Sumsum ini terbungkus oleh badan lemak dan dilindungi oleh
sentrum serta lengkung neural, kecuali cyclostoma (Djuhanda, 1988).
Katak memiliki sistem saraf yang mana saraf-saraf tersebut dapat
menghantarkan stimulus ke otak hingga menimbulkan respon. Respon akan
ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara permukaan
luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat dirangsang
(excitable) dan dapat diganggu (irritable). Neuron ini segera bereaksi tehadap
stimulus, dan dimodifikasi potensial listrk dapat terbatas pada tempat yang
menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh
membran. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf, mampu
melintasi jarak yang jauh impuls saraf menerima informasi ke neuron lain, baik
otot maupun kelenjar (Junqueira, 1995). Mekanisme refleks dimulai jika reseptorreseptor dirangsang dan menimbulkan impuls dalam neuron afferent. Neuron ini
merupakan bagian dari suatu saraf spinal dan menjulur ke dalam sumsum tulang
belakang dan membawa impuls itu kembali melalui saraf spinal ke sekelompok
otot ekstensor (Ville et al, 1988). Diagram mekanisme refleks menurut Mitchell
KESIMPULAN
Labirin berfungsi sebagai alat keseimbangan tubuh karena memiliki organorgan vestibular (sakulus,utrikulus, dan kanalis semisirkularis).
Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi tegak dan kepala
menunduk, dan tubuh diputar ke kanan, melibatkan kanalis semisirkularis
lateral.
Proses keseimbangan tubuh ketika badan dalam posisi badan dan kepala
dimiringkan ke kanan, dan tubuh diputar ke kanan, melibatkan kanalis
semisirkularis posterior.
Perubahan posisi kepala menimbulkan tarikan gravitasi yang
menyebabkan depolarisasi sel reseptor yang menjalar ke otak kecil sebagai
organ keseimbangan.
Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang
bersifat otomatis atau tanpa sadar terhadap suatu stimulus tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,Neil A., Jane B. Reece dan lawrence G.Mitchell.2004. Biologi Edisi
Kelima Jilid 3. Erlangga: Jakarta
Duke,NH.1995.The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing: New
York
Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 20). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton,D.C.1993.Fisiologi Hewan.EGC: Jakarta
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta:Kanisius.
Pinel,J.P.J.1993. Biopsycology.2nd ed. Massachusetts:Allyn and Bacon.
Puspita, I.1999. Psikologi faal.Depok: Universitas Gunadarma.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC