Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan


Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2013

PENGENDALIAN HAMA LALAT BUAH DENGAN METIL EUGENOL PADA


TANAMAN BUAH LOKAL DI LAHAN PEKARANGAN DAN EFEKNYA
TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PADA CABAI DI LAHAN SAWAH
CONTROLLING FRUIT FLY BY USING METHYL EUGENOL ON LOCAL
FRUIT CROPS AND ITS EFFECT TO PEPPER ATTACT INTENSITY IN
LOWLAND FIEL
Bambang Prayudi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
Assessment Institute for Agricultural Technology
prayudi.bambang@yahoo.com; (0246924965)

ABSTRACT
Local fruit crops are widely grown in the yards such as jackfruit (Artocarpus
heterophyllus), sweet star fruit (Averrhoa carambola), guava (Psidium guajava), and
rose apple (Syzygium aqueum). The crop can be used for their own household
consumption and marketed to supplement the family income. Plants are often attacked
by fruit fly (Bactrocera sp.), so that the resulting fruit is damaged and decaying.
Controlling this pest such as environmentally sound, there has conducted studies of fruit
fly traps (male) with methyl eugenol in the bottle trap. Bottle traps were installed in
branch plants with height and the amount adjusted according to the crown of the plant.
Trapping of fruit flies in the yard also seen the effect on fruit fly catches in pepper
(Capsicum annuum) are grown in fields within 50 to 200 m from the yards. The results
revealed that the fruit fly population is dominated by Bractocera dorsalis. Highest
average population trapped within one week over a period of four weeks is the sweet
star fruit tree (186), followed by the guava tree (89), jackfruit (72) and guava (53). The
average population of fruit flies trapped in pepper plants within 50 m of the yard as
much as 24, while 80 m by 16 and 17 as much as 160 m. On location in the yard that
was not installed traps, fruit fly population trapped in pepper plants within 45 m of the
yard as much as 78, as many as 109 within 90 m and within 150 m as much as 72. Thus
fruit fly trapping with methyl eugenol is effectively reduced the population and pest
intensity of fruit flies, especially for local fruit trees in the yard as well as to minimize
the intensity of the fruit fly attack on pepper plants in the lowland fields.
Keywords: Bactrocera dorsalis, Methyl Eugenol, Local Fruits, Yard, Pepper, Lowland
field
PENDAHULUAN
Tanaman buah lokal yang banyak ditanam di lahan pekarangan diantaranya
adalah nangka (Artocarpus heterophyllus), belimbing manis (Averrhoa carambola),
jambu biji (Psidium guajava), dan jambu air (Syzygium aqueum). Hasil tanaman
tersebut dapat dimanfaatkan untuk konsumsi rumah tangga sendiri maupun dipasarkan
untuk menambah penghasilan keluarga. Tanaman tersebut sering diserang hama lalat
575

Juni, 2013

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan


Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

buah (Bactrocera sp.) sehingga buah yang dihasilkan rusak dan membusuk (Siwi dan
Hidayat, 2004). Kerusakan buah tersebut selain bersifat kuantitatif maupun kualitatif,
dan kerusakan yang ditmbulkannya tidak dapat diperbaiki. Kerusakan kuantitatif terjadi
karena adanya penurunan hasil panen buah, sementara kerusakan kualitatif terjadi
karena buah rusak dan membusuk (Putra, 1997).
Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan lalat buah di Indonesia maupun di
banyak Negara lain belum banyak diinformasikan. FAO (1986) menyatakan bahwa di
Australia kerugian akibat serangan lalat buah dapat mencapai 100 juta dolar AS setiap
tahunnya apabila lalat buah tersebut tidak dikendalikan. Upaya pengendalian terkadang
memakan biaya yang sangat tinggi daripada hasil yang diselamatkan. Dowell dan
Wange (1986) menyatakan bahwa biaya pengendalian lalat buah di California mencapai
290 juta dolar AS, sementara hasil yang diselamatkan kurang dari biaya pengendalian
tersebut. Di Indonesia, kerugian akibat serangan lalat buah pada komoditas hortikultura
diperkirakan mencapai 250 miliar rupiah per tahun (Daryanto, 2003).
Upaya pengendalian lalat buah sesuai dengan konsep pengendalian hama
terpadu (PHT), diarahkan dengan mengimplentasikan cara-cara pengendalian yang
saling komplementer dan berwawasan ramah lingkungan. Salah satu cara tersebut
adalah penggunaan metil eugenol sebagai senyawa atraktan. Senyawa tersebut
merupakan turunan eugenol yang banyak digunakan sebagai penarik lalat buah jantan.
Lalat buah jantan tertarik datang untuk keperluan makan, yang selanjutnya senyawa
metil eugenol diproses dalam tubuh lalat buah jantan untuk menghasilkan feromon seks
yang diperlukan untuk menarik lalat buah betina saat perkawinan (Nishida, 1996).
Secara alami senyawa tersebut terdapat dalam cengkeh (Eugenia aromatic), pala
(Myristica fragrans), kayu manis (Cinnamomum burmani), salam (Eugenia aperculata),
melaleuca (Melaleuca bracteata) dan selasih (Ocimum gratisimum) (Hooper, 1988;
Kardinan dan Iskandar, 2000; Kardinan, 2006). Metil eugenol yang berasal dari daun
tanaman melaleuca memiliki rendemen 1,3 % dan minyaknya memiliki daya perangkap
yang lebih baik; sementara yang berasal dari selasih memiliki rendemen 80 %
(Djatmiadi, 2004).
Pengendalian lalat buah dengan menggunakan metil eugenol tidak meninggalkan
residu pada buah sehingga ramah lingkungan dan mudah diaplikasikan secara luas.
Karena bersifat mudah menguap, daya jangkau atau cakupan radiusnya cukup jauh,
dapat mencapai ratusan bahkan ribuan meter bergantung pada arah angin (Kardinan,
2011). Daya tangkap atraktan bervariasi karena banyak dipengaruhi oleh cuaca, lokasi,
jenis buah dan kondisi buah di lapangan. Sarwono (2003) dan Priyono (2004)
menyatakan bahwa penggunaan metil eugenol mampu menurunkan intensitas serangan
lalat buah mangga sebesar 39-59 %. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui jenis
serangga lalat buah yang dominan di lokasi penelitian, (2) mengetahui kemampuan
metil eugenol dalam memerangkap lalat buah pada buah belimbing manis, nangka,
jambu biji dan dan jambu air, (3). Mengetahui efek pengendalian lalat buah di
576

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan


Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2013

pekarangan terhadap intensitas kerusakan buah cabai di sawah yang berlokasi di dekat
pekarangan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian di laksanakan di lahan pekarangan Desa Pemaron dan
Wangandalem. Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes; pada Agustus sampai September
2012. Komoditas buah belimbing, nangka, jambu biji dan jambu air di Desa Pemaron
dipasang botol perangkap, demikian juga tanaman cabai yang dekat dengan pekarangan;
sementara di Desa Wangandalem tanaman buah yang sama tidak dipasang botol
perangkap, dan pada tanaman cabai di lahan sawah dipasang botol perangkap. Untuk
tanaman buah di lahan pekarangan, botol perangkap dipasang di dahan tanaman dengan
ketinggian dan jumlah yang disesuaikan dengan mahkota tanaman; sementara untuk
cabai di lahan sawah botol perangkap dipasang sebanyak 30 buah/ha. Pemerangkapan
lalat buah di pekarangan tersebut juga dilihat pengaruhnya pada tangkapan lalat buah
pada tanaman cabai yang ditanam di sawah dalam jarak 50 sampai dengan 200 m dari
lahan pekarangan. Pengamatan meliputi jenis lalat buah yang dominan, populasi
serangga lalat buah dan intensitas serangan pada tanaman buah lokal di lahan
pekarangan serta pada tanaman cabai di lahan sawah. Data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan uji t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Jenis Lalat Buah Di Lokasi Penelitian
Dari hasil tangkapan lalat buah di botol perangkap baik yang diperoleh dari
tanaman buah di pekarangan maupun dari tanaman cabai di sawah, dan dilakukan
determinasi menurut Siwi dan Hidayat (2004) diketahui bahwa populasinya didominasi
oleh jenis Bractocera dorsalis (Hendel). Wilayah penyebarannya cukup luas meliputi
India, Myanmar, Thailand, Sri Langka, Filipina, Micronesia, Hawaii, dan Indonesia.
Menurut Kalshoven (1981) tumbuhan inang jenis lalat buah tersebut sangat bervariasi
karena bersifat polifah, dan pada umumnya menyerang tanaman buah-buahan. Buah
tanaman cabai di Jawa sering mengalami kerusakan berat akibat serangan jenis lalat
buah ini. Oleh karena kerusakannya bersifat lokal, maka untuk mengurangi
kerusakannya diajurkan untuk melakukan pergiliran tanaman atau memposisikan
tanaman cabai jauh dari lahan pekarangan.
2. Kemampuan Metil Eugenol Memerangkap Serangga Lalat Buah
Jumlah rata-rata populasi serangga lalat buah yang terperangkap setiap minggu
dalam kurun waktu empat minggu disajikan pada Tabel 1.

577

Juni, 2013

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan


Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Tabel 1. Jumlah rata-rata populasi serangga lalat buah yang terperangkap pada tanaman
buah lokal di pekarangan dan pada buah cabai di sawah. Pemaron dan
Wangandalem, 2012.
Hasil Pemerangkapan Lalat Buah (ekor)
Lokasi Desa Pemaron
Di Pekarangan
Di Sawah (jarak tananaman
cabai dari pekarangan)
Belimbing
Jambu
Jambu air Nangka
50 m
80 m
160 m
manis
biji
186
89
53
72
24
16
17
Lokasi Desa Wangandalem
Di Pekarangan (tanpa perangkap)
Di Sawah (jarak tananaman
cabai dari pekarangan)
Belimbing
Jambu
Jambu air Nangka
45 m
90 m
150 m
manis
biji
78
109
72
Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. dorsalis terdapat pada semua buah lokal
yang ada di lahan pekarangan maupun pada cabai di lahan sawah. Hal ini memperkuat
pernyataan Kalshoven (1981) bahwa B. dorsalis bersifat polifah, terutama di Jawa.
Populasi tertinggi pada buah lokal ada pada belimbing manis yang diikuti pada jambu
biji, nangka dan jambu air. Dari hasil tersebut di atas terbukti bahwa pengendalian lalat
buah yang dilakukan di pekarangan juga mampu menurunkan populasi lalat buah secara
signifikan pada cabai di lahan sawah yang posisinya dekat dengan pekarangan. Pada
jarak 45-50 m mampu menurunkan populasi sebesar 69,2%, pada jarak 80-90 m mampu
menurunkan populasi sebesar 85,3%, dan pada jarak 150-160 m mampu menurunkan
populasi sebesar 76,4%. Dengan demikian pengendalian lalat buah di lahan pekarangan
bermanfaat dalam menurunkan populasi lalat buah pada pertanaman cabai yang
posisinya di dekat pekarangan. Oleh karena itu pengendalian lalat buah secara rutin di
lahan pekarangan dapat diajurkan untuk mengendalikan lalat buah yang menyerang
tanaman yang diusahakan di lahan sawah yang berdekatan dengan lahan pekarangan.
3. Efek Pengendalian Lalat Buah Di Pekarangan Terhadap Intensitas Serangan
Pada Tanaman Cabai Di Sawah
Intensitas serangan lalat buah pada tanaman buah lokal di pekarangan dan pada
tanaman cabai disajikan pada Tabel 2.

578

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan


Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2013

Tabel 2. Efek pengendalian lalat buah di pekarangan terhadap intensitas serangan pada
tanaman cabai di sawah
Intensitas serangan lalat buah (%)
Lokasi Desa Pemaron
Di Pekarangan
Di Sawah (jarak tananaman
cabai dari pekarangan)
Belimbing
Jambu
Jambu air
Nangka
50 m
80 m
160 m
manis
biji
18,3
22,1
17,2
20,0
10,4
14,4
12,9
Lokasi Desa Wangandalem
Di Pekarangan (tanpa perangkap)
Di Sawah (jarak tananaman
cabai dari pekarangan)
Belimbing
Jambu
Jambu air
Nangka
45 m
90 m
150 m
manis
biji
59,7
61,4
52,6
66,7
37,8
44,5
38,6
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian lalat buah dengan metil
eugenol dapat menurun serangan lalat buah pada belimbing manis sebesar 41,4%, pada
jambu biji 39,3%, pada jambu air sebesar 35,4% dan pada nangka sebesar 46,7%.
Sementara itu efek pengendalian pada tanaman cabai yang berjarak 45-50 m dari
pekarangan dapat menurunkan intensitas serangan sebesar 27,4%, pada yang berjarak
80-90 m dapat menurunkan intensitas serangan sebesar 30,1 %, dan yang berjarak 150160 m dapat menurunkan intensitas serangan sebesar 27,7%. Hal ini memberikan bukti
bahwa metil eugenol efektif untuk mengendalikan serangan lalat buah (B. dorsalis) pada
tanaman buah-buahan lokal dan tanaman cabai. Hasil tersebut sejalan dengan hasil
penelitian Drew et al. (1978) yang menyatakan bahwa metil eugenol merupakan
senyawa atraktan yang efektif dalam memerangkap B. dorsalis.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jenis lalat buah yang menyerang tanaman buah-buahan lokal di lokasi penelitian
(Desa Pemaron dan Wangandalem, Kabupaten Brebes) adalah Bactrocera
dorsalis).
2. Untuk mengantisipasi kerusakan buah-buahan lokal di pekarangan akibat serangan
lalat buah (B. dorsalis) dapat menggunakan metil eugenol sebagai senyawa
atraktan.
3. Pengendalian lalat buah di pekarangan memiliki efek positif terhadap penurunan
populasi lalat buah dan intensitas serangan lalat buah pada tanaman cabai di lahan
sawah yang posisinya dekat dengan lahan pekarangan.
579

Juni, 2013

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan


Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Saran
Pengendalian lalat buah dengan senyawa atraktan metil eugenol dianjurkan
dilaksanakan secara rutin sampai kerusakan buah yang diakibatkannya minimal karena
bersifat ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, 2003. Petani rugi Rp 250 miliar akibat OPT. Bisnis Indonesia XVIII : 58-69.
Djatmiadi, D. 2004. Perkembangan serangan hama lalat buah pada tanaman buahbuahan di Wilayah Indonesia Barat. Lokakarya Masalah Kritis Pengendalian
Layu Pisang, Nematoda Sista Kuning, dan Lalat Buah. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 30 p.
Dowell, R.W. and L.K. Wange 1986. Process analysis and failure avoidance in fruit fly
programs. In Pest Control: Operations and Systems Analysis in Fruit Fly
Management. Ecoclogical Sciences 11: 43-65.
Drew , R.A.I., G.H.S. Hooper and M.A. Bateman. 1978. Economic Fruit Flies of the
South Pasific region. Dept. of Primary Industries. Queensland. 133 p.
FAO. 1986. Report of the expert consultation on progress and problems in controlling
fruit fly infestation. Bangkok. 18 p.
Hooper, G.H.S. Fruit Fly Control Strategies and their Implementation in the Tropics.
pp: 30-43. In: Vijaysegaran, S. and A,G. Ibrahim (ed.). First International
Symposium on Fruit Flies in the Tropics. Malaysian Agriculture Research and
Development Institute.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru-van Hoeve,
Jakarta. 701 p.
Kardinan, A, dan M. Iskandar. 2000. Kemampuan atraktan nabati Selasih dan
Melaleuca dalam memerangkap lalat buah pada jambu batu, belimbing dan
cabai merah. Jurnal Penelitian UISU 19 (2): 141-147.
Kardinan, A. 2006. Bioekologi dan strategi pengendalian lalat buah. Seminar Nasional
dan Pameran Pestisida Nabati III. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat, Bogor. 11 p.
Kardinan, A. 2011. Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal dalam
pengendalian hama tanaman menuju sistem pertanian organik.
Pengembangan Inovasi Pertanian 4 (4): 262-278.

580

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan


Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2013

Nishida, R. 1996. Pheromone communication in the oriental fruit moth and oriental
fruit fly. International Symposium on Insect Pest Control with Pheromone.
Suwon, Korea. 12 p.
Priyono, D. 2004. Evaluasi dan pengembangan peramalan dan pengendalian lalat
buah pada tanaman mangga skala luas di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Lokakarya Masalah Kritis Pengendalian Layu Pisang, Nematoda Sista
Kuning, dan Lalat Buah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.
Jakarta. 11 p.
Putra, N.S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius, Yogyakarta. 44 p.
Sarwono. 2003. PHT pada lalat buah. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian. hal.
142-149.
Siwi, S.S. dan P. Hidayat, 2004. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting
Bactrocera spp. (Diptera, Tephritidae) di Indonesia. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor.
54 p.

581

Anda mungkin juga menyukai