Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

Carcinoma Buli-Buli

PEMBIMBING :
dr. PANDU ISHAQ , Sp.U
OLEH :
NASTI YULI LESTARI
H1A 005 035

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


MADYA DI LAB/SMF BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
MATARAM
2012

HALAMAN PENGESAHAN
Judul

: Carcinoma Buli-Buli

Nama

: Nasti Yuli Lestari

NIM

: H1A 005 035

Laporan kasus ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Madya pada Bagian/SMF Bedah Rumah Sakit Umum Provinsi
Nusa Tenggara Barat/Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.

Mataram, 15 Maret 2012


Pembimbing,

dr. Pandu Ishaq, Sp.U

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. H

Umur

: 50 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Pagesangan

Pekerjaan

: IRT

Tanggal pemeriksaan : 3 Februari 2012


No RM
II.

: 268500

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Kencing darah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli urologi pada tanggal 31 januari 2011 keluhan kencing darah
sejak 1 minggu yang lalu. Kencing berdarah terjadi sejak awal sampai akhir
kencing, disertai dengan gumpalan-gumpalan darah berwarna kehitaman, kencing
terkadang disertai nyeri. Pancaran kencing baik, tidak bercabang dang tidak terputusputus. Selain itu perut bagian bawah dirasakan semakin membesar dan teraba keras
sejak

1 tahun dan kadang-kadang dirasakan nyeri. Pasien tidak ada mengeluh

kencing keluar butiran pasir dan tidak pernah berbentuk batu. Demam (-), mual (-),
muntah (-) dan riwayat adanya kencing disertai pasir ataupun batu (-).
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat kencing darah 1,5 tahun yang lalu, namun hilang timbul. Riwayat
hipertensi (-), kencing manis (-), asma (-). Riwayat trauma pada kandung kemih (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut pengakuan pasien, tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit
seperti pasien. Tidak ada keluarga pasien yang pernah operasi ginjal maupun saluran
kencing, tidak pernah menderita penyakit infeksi saluran kemih dan batu saluran
kemih.
Riwayat Pribadi

Os memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman kopi setap hari sekitar 3-4 gelas
sehari. Os serumah dengan anggota keluarga yang merokok aktif.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Sedang

Tekanan darah

: 140/90 mmHg

Nadi

: 88 kali / menit

Suhu

: 36,5 0 C

Respirasi

: 20 kali/menit

Kepala : Normochepali

Mata

Leher : pembesaran KGB regional (-), massa (-)

THT

Thorak

: anemis (-/-), skelera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+)

: dalam batas normal

Pulmo
Inspeksi: bentuk simetris, spider nevi (-), barrel chest (-), otot sternoklimatoideus
(-), otot intercostalis interna dan eksterna (-), sela iga melebar (-)
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, fremitus teraba sama,nyeritekan (-)
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi -/-, wheezing -/Cor
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak , dinding dada simetris
Palpasi : iktus cordis teraba di ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : batas kanan jantung : ICS II parasternal dextra batas kiri jantung : ICS
V linea midclavicula sinistra batas atas jantung : ICS II parasternal
sinistra batas bawah jantung : ICS V midclavicula sinistra
Auskultasi ; S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: distensi (-), massa (-), hematoma (-)

Auskultasi

: bising usus (+), normal, bising aorta (-)

palpasi

: defans muskular (-), NT (-)

perkusi

: timpani seluruh lapang abdomen

Status Urogenital
Regio costovertebralis ;
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, tanda radang (-), hematoma (-)
palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), ballottement (-)
Perkusi : Nyeri ketok (-).
Regio suprapubic
Inspeksi : Tampak masa (-),warna kulit sama dengan sekitarnya, tanda radang
(-), hematoma (-)
Palpasi : teraba masa (+), konsistensi padat keras, batas tidak tegas, immobile
(+), nyeri tekan (+).

Ekstremitas : akral hangat

IV.RESUME
Pasien wanita umur 50 tahun datang dengan keluhan kencing darah sejak 1 minggu
yang lalu. Kencing berdarah terjadi sepanjang kencing terkadang disertai nyeri. Selain itu
perut bagian bawah dirasakan semakin membesar dan teraba keras sejak 1 tahun dan
kadang-kadang dirasakan nyeri. Riwayat konsumsi kopi (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Vital sign dalam batas normal, Status urologis pada regio suprapubic: teraba masa (+),
konsistensi padat keras, batas tidak tegas, immobile (+),nyeri tekan (+).
V. DIAGNOSIS BANDING

Batu buli-buli

Batu ureter

Tumor ginjal

Batu ginjal

Tumor ureter

Ca Buli

VI. DIAGNOSIS
Obs Hematuri ec Suspek Ca buli-buli
VII. USULAN PEMERIKSAAN

Laboratorium: UL, DL, BUN, SC

Sitologi urin

Sistoskopi untuk biopsy

IVP, CT Scan abdomen, Thorax Foto

VIII. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium
WBC: 18,36 x 103 l
HB: 10,4 g/dl
PLT: 667 x 103 l
Urea: 21 mg/dl
SC: 0,5 U/L

USG

Kesan : massa solid 14 cm di abdomen bawah, batas tidak tegas, mobilitas


terbatas, tidak tampak asites.

CT-Scan

Kesan: lesi padat ireguler pada aspek anterolateral, vesika urinaria cenderung
masa vesika urinaria

Thorax Foto

Kesan : tampak nodul-nodul di seluruh lapang paru yang merupakan proses


metastase.

Hasil PA
Sesuai dengan papillary urothelial cell carcinoma

VIII. DIAGNOSIS
Obs Hematuri ec Ca buli-buli stage T4NxM1 (stadium IV)
IX. PLANNING TERAPI

Kemoterapi Sistemik

Radiasi paliatif

IX. PROGNOSIS
Dubia ad malam

Tugas
1. Klinikal staging dan patologi staging pada Ca buli-buli
-

Staging Ca buli secara patologi


Berdasarkan American Joint Comitee on Cancer, 1997:
Tx: tumor tidak dapat dinilai karena kurangnya informasi
T0: tidak ada bukti tumor primer
Ta: Non-invasive papillary carcinoma
Tis: Carcinoma non invasive ( carcinoma in situ, atau CIS)
T1: Tumor telah tumbuh dari lapisan sel yang melapisi kandung kemih ke dalam
jaringan ikat di bawahnya. Belum tumbuh ke dalam lapisan otot kandung
kemih
T2: Tumor telah tumbuh ke lapisan otot

T2a: Tumor telah mencapai lapisan otot superficial

T2b: Tumor telah mencapai lapisan otot yang lebih dalam


T3: Tumor telah berkembang melalui lapisan otot kandung kemih dan ke dalam
jaringan lemak yang mengelilinginya.
T3a: Penyebaran tumor ke jaringan lemak di bagian luar kandung kemih
hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop.
T3b: Penyebaran tumor ke jaringan lemak di bagian luar kandung kemih
cukup besar untuk dilihat pada tes pencitraan atau untuk dilihat secara
makroskopik.
T4: Tumor telah menyebar keluar jaringan lemak dan masuk ke organ
terdekat.mengalami invasi pada stroma (jaringan utama) dari prostat,
vesikula seminalis, rahim, vagina, dinding panggul, atau dinding perut.
T4a: Tumor telah menyebar ke stroma dari prostat (pada pria), atau ke
rahim dan / atau vagina (pada wanita).
T4b: Tumor telah menyebar ke dinding panggul atau dinding perut.
Nx: Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai karena kurangnya
informasi.
N0: Tidak ada penyebaran ke limfonodi regional
N1: Metastasis di kelenjar getah bening tunggal ukuran 2 cm atau lebih kecil
N2: Metastasis di kelenjar getah bening tunggal 2-5 cm, atau multiple dengan
ukuran tidak lebih besar dari diameter 5 cm
N3: Metastasis di kelenjar getah bening lebih besar dari 5 cm
M0: Tidak ditemukan metastase jauh
M1: Ditemukan metastase ke bagian tubuh yang jauh (kelenjar getah bening
jauh, tulang, paru-paru, dan hati).

Stadium Carcinoma Buli-buli


1.
2.
3.
4.
5.

Stage 0a (Ta, N0, M0)


Stage 0is (Tis, N0, M0)
Stage I (T1, N0, M0)
Stage II (T2a or T2b, N0, M0)
Stage III (T3a, T3b, or T4a, N0, M0)

6. Stage IV(T4b,N0,M0, semua T,N1-3, M0, semua T, semua N, M1)


Staging Ca buli secara klinis
Dapat dilakukan saat pemeriksaan dengan palpasi bimanual dibawah narkose
umum:
T1: tidak teraba masa sebelum ataupun setelah operasi.
T2: teraba masa sebelum operasi, tidak teraba masa setelah operasi.
T3,T4: teraba masa sebelum dan sesudah operasi.

2. Tumor marker Ca buli-buli


a. BTA-tes untuk mendeteksi faktor komplemen H (CFH) dan protein yang terkait
(CFH-rp) dalam urin.
b. NMP22 adalah tes antibodi monoklonal ganda dirancang untuk mengukur secara
kuantitatif aparat mitosis nuklir (MUMA) protein.
c. Immunocyst tes untuk mendeteksi glycosylated carcinoembryonic antigen (CEA)
yang berasal dari epitel transisional.
d. Urovysion tes mendeteksi sel kanker berdasarkan aneuploidi kromosom yang
berhubungan dengan terjadinya kanker buli.
e. Jenis carcinoma yang terjadi pada buli-buli
1. Transisional cell carcinoma
2. Non transisional cell carcinoma:
a) Adenocarcinoma
b) Squamous cell carcinoma
c) Undifferentiated carcinoma
d) Mixed carcinoma
3. Karsinoma epitelian dan non epithelial
Karsinoma epithelial di buli ditemukan dengan adenoma villi, tumor karsinoid,
karsinokarsinoma, dan melanoma. Karsinoma non epithelial ditemukan bersama
dengan feokromositoma, limfoma, koriokarsinoma dan tumor mesenkim.

TINJAUAN PUSTAKA
Tumor Buli-Buli atau juga bisa disebut tumor vesika urinaria (kandung kemih)
merupakan keganasan kedua setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih banyak
mengenai laki-laki daripada wanita. Terdapat kasus yang melaporkan, pernah
mengeluhkan kencing yang berwarna merah dan bercampur darah. Tetapi karena pernah
mendengar bahwa itu adalah tanda adanya infeksi di saluran kemih dan bisa sembuh atau
hilang dengan minum obat tertentu, pasien kemudian menjadi tenang. Tapi ketahuilah
jangan pernah meremehkan kencing berdarah karena itu bukan hanya berarti infeksi, tapi
bisa juga berarti tanda adanya batu saluran kencing bahkan keganasan atau kanker di
saluran kemih. Bila Anda menemui keluhan kencing darah yang berulang atau menetap
dengan atau tanpa rasa sakit, sebelum dipastikan oleh seorang dokter maka itu harus
dianggap sebagai sebuah masalah yang serius dan bukan sekedar infeksi biasa.
Buli-buli
Kandung kemih adalah sebuah organ tubuh yang menyerupai sebuah kantung
dalam pelvis yang menyimpan urin yang diproduksi ginjal. Urin dialirkan ke kandung
kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Kandung kemih dibagi menjadi
beberapa lapisan, yaitu :

Epitelium, bagian transisional dari epitel yang menjadi asal datangnya sel
kanker.

Lamina propria, lapisan yang terletak di bawah epitelium.

Otot detrusor, lapisan otot yang tebal dan dalam terdiri dari lapisan-lapisan
otot halus yang tebal yang membentuk lapisan dinding otot kantung kemih.

Jaringan perivesikal lembut, lapisan terluar yang terdiri dari lemak,


jaringan-jaringan, dan pembuluh darah.

Buli-buli sendiri terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman. Di
bagian dalam adalah otot longitudinal, di tengah otot sirkuler, dan yang terluar otot
longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada
mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli

kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut
trigonum buli-buli.

Secara anatomik, buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan superior


yang berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan inferiolateral, dan
permukaan posterior. Permukaan superior merupakan lokus minoris (daerah terlemah)
dinding buli-buli
Buli-buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam menampung urine, buli-buli
mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa kurang lebih 300450 ml. Sedangkan kapasitas buli pada anak menurut Koff adalah: (Umur + 2) x 30 ml.
Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat
penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-buli yang
terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan menyebabkan aktivasi pusat
miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot
detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah
proses miksi.
Perjalanan Penyakit
Karsinoma buli merupakan 2% dari seluruh keganasan, dan merupakan
keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinoma prostat. Tumor
ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada wanita. Di daerah industri kejadian
tumor ini meningkat tajam.

Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini
lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika
yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Di samping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran
limfogen menuju kelenjar limfe, perivesika, obturator, iliaka eksterna, dan iliaka
komunis. Penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan tulang.
Etiologi dan faktor resiko
Penyebab-penyebab tumor buli semakin banyak dan rumit, dan beberapa
substansi-substansi dalam industri kimia diyakini bersifat karsinogenik (Hueper, 1942).
Salah satunya adalah sifat karsinogenisitas dari -naphthylamine yang telah ditemukan.
Substansi ini diyakini terbawa dalam urine dan menyebabkan asal tumor dalam
kaitannya dengan kontak dengan permukaan mukosa vesika dalam waktu lama.
Substansi kimia lainnya yang diwaspadai bersifat karsinogenik adalah benzidine.
Keganasan buli-buli tejadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak terdapat
di sekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang menderita
karsinoma buli-buli adalah:
1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur rambut sering terpapar
oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin,
benzidine, dan 4-aminobifamil).
2. Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali lebih
besar dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan
karsinogen amin aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E. Coli dan Proteus spp
menghasilkan nitrosamin yang merupakan zat karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan

Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung


sakarin dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang
diberikan intravesika, fenasetin, opium, dan obat antituberkulosa INH
dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko timbulnya
karsinoma buli-buli.
Bentuk tumor
Tumor buli terdapat dalam bentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler
(infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Jenis histopatologi
Sebagian besar ( 90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor
ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel
transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior. Sedangkan jenis yang lainnya
adalah karsinoma sel squamosa ( 10%) dan adenokarsinoma ( 2%).
A. Karsinoma sel transisional
Sebagian besar dari seluruh tumor buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor
ini biasanya berbentuk papiler, lesi eksofitik, sesile atau ulcerasi. Carsinoma in
situ berbentuk datar (non papiler anaplastik), sel-sel membesar dan nukleus
tampak jelas. Dapat terjadi dekat atau jauh dari lesi oksofitik, dapat juga fokal atau
difuse. Karsinoma urotelial datar adalah tumor yang sangat agresif dan bertumbuh
lebih cepat dari tumor papilari.
B. Karsinoma non sel transisional

Adenokarsinoma
Terdapat 3 kelompok adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya adalah:
1. Primer terdapat di buli-buli
Biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli. Pada beberapa
aksus sistitis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada
perjalanan lebih lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi
adenokarsinoma buli-buli.
2. Urakhus persisten

Adalah sisa duktus urakhus yang mengalami degenerasi maligna


menjadi adenokarsinoma.
3. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain,
diantaranya adalah prostat, rektum, ovarium, lambung, mamma, dan
endometrium.

Karsinoma sel skuamosa


Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada buli-buli
sehingga sel epitelnya mengalami metaplasia berubah menjadi ganas.
Rangsangan kronis itu dapat terjadi karena infeksi saluran kemih kronis,
batu buli-buli, kateter menetap yang dipasang dalam jangka waktu lama,
infestasi cacing schistosomiasis pada buli-buli, dan pemakaian obat
siklofosfamid secara intravesika.

Karsinoma yang tidak berdiferensiasi


Merupakan tipe tumor yang jarang (kurang dari 2 % dari seluruh tipe
tumor buli). Tumor ini tidak memiliki karakteristik tertentu yang
membedakannya dari tumor lain, dan kata undifferentiated merujuk
kepada sifat alamiah sel-sel tersebut yang bersifat anaplastik. Dalam
karsinoma yang tidak terdiferensiasi, sel-selnya belum matang sehingga
diferensiasi ke arah pola yang jelas seperti papilari, epidermoid atau
adenokarsinoma tidak terjadi.

Karsinoma campuran
Terdapat 4-6 % dari seluruh tipe tumor. Merupakan kombinasi antara
bentuk transisional, glandular, skuamosa, dan tidak berdiferensiasi. Yang
tersering adalah campuran bentuk transisional dan skuamosa.

C. Karsinoma epitelian dan non epitelial


Karsinoma

epiteliai

di

buli

ditemukan

dengan

adenoma

villi,

tumorkarsinoid, karsinosarkoma, dan melanoma. Karsinoma non epitelial


ditemukan bersama dengan feokromositoma, limfoma, koriokarsinoma,
dan tumor mesenkim
Stadium / Derajat invasi tumor

Staging Ca buli secara berdasarkan American Joint Comitee on Cancer, 1997:


Tx: tumor tidak dapat dinilai karena kurangnya informasi
T0: tidak ada bukti tumor primer
Ta: Non-invasive papillary carcinoma
Tis: Carcinoma non invasive ( carcinoma in situ, atau CIS)
T1: Tumor telah tumbuh dari lapisan sel yang melapisi kandung kemih ke dalam
jaringan ikat di bawahnya. Belum tumbuh ke dalam lapisan otot kandung
kemih
T2: Tumor telah tumbuh ke lapisan otot

T2a: Tumor telah mencapai lapisan otot superficial

T2b: Tumor telah mencapai lapisan otot yang lebih dalam


T3: Tumor telah berkembang melalui lapisan otot kandung kemih dan ke dalam
jaringan lemak yang mengelilinginya.

T3a: Penyebaran tumor ke jaringan lemak di bagian luar kandung kemih


hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop.
T3b: Penyebaran tumor ke jaringan lemak di bagian luar kandung kemih
cukup besar untuk dilihat pada tes pencitraan atau untuk dilihat secara
makroskopik.

T4: Tumor telah menyebar keluar jaringan lemak dan masuk ke organ
terdekat.mengalami invasi pada stroma (jaringan utama) dari prostat,
vesikula seminalis, rahim, vagina, dinding panggul, atau dinding perut.

T4a: Tumor telah menyebar ke stroma dari prostat (pada pria), atau ke
rahim dan / atau vagina (pada wanita).

T4b: Tumor telah menyebar ke dinding panggul atau dinding perut.

Nx: Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai karena kurangnya
informasi.
N0: Tidak ada penyebaran ke limfonodi regional
N1: Metastasis di kelenjar getah bening tunggal ukuran 2 cm atau lebih kecil
N2: Metastasis di kelenjar getah bening tunggal 2-5 cm, atau multiple dengan
ukuran tidak lebih besar dari diameter 5 cm
N3: Metastasis di kelenjar getah bening lebih besar dari 5 cm
M0: Tidak ditemukan metastase jauh
M1: Ditemukan metastase ke bagian tubuh yang jauh (kelenjar getah bening
jauh, tulang, paru-paru, dan hati).

Stadium Carcinoma Buli-buli

1. Stage 0a (Ta, N0, M0)


2. Stage 0is (Tis, N0, M0)
3. Stage I (T1, N0, M0)
4. Stage II (T2a or T2b, N0, M0)
5. Stage III (T3a, T3b, or T4a, N0, M0)
6. Stage IV(T4b,N0,M0, semua T,N1-3, M0, semua T, semua N, M1)
Pembagian Grade berdasarkan derajat diferensiasi sel tumor :
1. Tumor berbentuk papiler, masih berdiferensiasi baik, ukuran relatif kecil
dengan dasar yang sempit. Tumor hanya menyebar di jaringan di bawah
lamina propria, tidak ke dalam dinding otot kantung kemih atau lebih.
Tidak ada kelenjar limfe yang terlibat. Dapat diatasi dengan cara
transuretral, namun sudah radio-resistant.
2. Tumor berbentuk papiler, dengan diferensiasi yang kurang baik, cenderung
menginvasi lamina propria atau otot detrusor. Ukuran tumor lebih besar
dari Grade 1, dan berhubungan lebih luas dengan dinding vesika. Sering
dapat diatasi dengan reseksi transuretral. Kurang berespon dengan radio
terapi.
3. Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai ke
dalam muscularis propria, yang melibatkan jaringan-jaringan lunak di
sekitar kantung kemih, prostat, uterus, atau vagina. Masih belum ada organ
limfe yang terpengaruh hingga tahap ini. Transuretral dan sistektomi tidak
terlalu berpengaruh, namun masih sensitif terhadap radio terapi.
4. Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah
menyerang hingga jaringan limfe. Transuretral dan sistektomi tidak terlalu
berpengaruh, namun masih sensitif terhadap radio terapi.
Pembagian Stage berdasarkan derajat invasi tumor :

Stage 0

: menunjukkan tumor papilar, namun belum menginvasi


lamina propria

Stage A : tumor sudah menginvasi lamina propria, namun belum


menembus otot dinding vesika.

Stage B1 : neoplasma sudah menyebar superficial sampai setengah


dari otot detrusor.

Stage B2 : tumor ditemukan jauh di dalam lapisan otot.

Stage C : tumor menyebar sampai lapisan lemak perivesikal atau


ke peritoneum.

Stage D : tumor sudah bermetastasis.

Palpasi bimanual
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum pada saat sebelum dan
sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur atau
colok vagina, sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli di daerah suprasimfisis
untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor.
Gejala klinis
Gejala pada kanker buli-buli tidaklah spesifik. Banyak penyakit-penyakit
lain, yang termasuk kondisi inflamasi, melibatkan ginjal dan kandung kemih,
menunjukkan gejala yang sama. Gejala pertama yang paling umum adalah adanya
darah dalam urin (hematuria). Hematuria dapat terlihat dengan mata telanjang,
ataupun berada dalam level mikroskopik. Gejala seperti adanya iritasi pada urinasi
juga dapat dihubungkan dengan kanker kantung kemih, seperti rasa sakit dan
terbakar ketika urinasi, rasa tidak tuntas ketika selesai urinasi, sering urinasi dalam
jangka waktu yang pendek. Iritabilitas vesikal dengan atau tanpa sakit biasanya
menandakan adanya infiltrasi, walaupun tidak dalam semua kasus.
Waspadai bila pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat:
1. Tanpa disertai rasa nyeri (painless).
2. Kambuhan (intermitten).
3. Terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total).
Seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuri, tetapi pada karsinoma
in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak jarang
menunjukkan gejala iritasi bulu-buli.

Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien datang


meminta pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit yang
telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema
tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe
oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di daerah
pelvis.terdapat nyeri pinggang jika tumor menyumbat saluran kemih sehingga
terjadi hidronefrosis.
Diagnosis
Walaupun hematuria dan iritabilitas vesikal merupakan gejala yang paling
sering dan menonjol dalam tumor epithelial, kedua gejala tersebut juga seringkali
terjadi sebagai bentuk dari kondisi-kondisi lain yang melibatkan organ urogenital
lain. Dalam tubuh orang dewasa, terutama yang berumur di atas 40 tahun, harus
diwaspadai secara serius akan kemungkinan adanya kanker kandung kemih,
terutama bila dalam urin tidak ditemukan adanya basil tuberkulus.
Pada pemeriksaan fisik terhadap penderita kanker buli biasanya jarang
ditemui adanya kelainan karena tumor tersebut merupakan tumor epitel
transisional kandung kemih yang letaknya superfisial dari buli-buli.Tumor tersebut
baru dapat diraba bila tumor tersebut sudah tumbuh keluar dari dinding buli-buli.
Mengingat pada kanker ini mudah terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional,
hati dan paru-paru.
Ada beberapa alat diagnosa yang dapat digunakan untuk melakukan diagnosa
terhadap kanker kantung kemih. Namun sebuah diagnosa difinitif hanya dapat
dilakukan setelah memeriksa jaringan kantung kemih yang dilakukan oleh seorang
patologis.
Beberapa pemeriksaan tambahan perlu dilakukan untuk membantu mendiagnosis
kanker buli:
1. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukan dalam darah dan
urin. Gejala anemia dapat dijumpai bila ada perdarahan dari tumor yang
sudah lanjut. Dapat juga ditemukan gejala ganggunan fungsi ginjal berupa
peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang terjadi bila tumor

tersebut menyumbat kedua muara ureter. Selain pemeriksaan laboratorium


rutin, diperiksa pula:

Sitologi urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas


bersama urin.

Antigen permukaan sel dan flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya


kelainan kromosom sel-sel urotelium.

2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen dan Pielografi Intra Vena (PIV)
digunakan sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki
keganasan saluran kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan
ini selain melihat adanya filling defek pada buli-buli juga mendeteksi adanya
tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum, dan dapat mengevaluasi
ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang disebabkan oleh
tumor

buli-buli

tersebut.

Didapatkannya

hidroureter

atau

hidronefrosis

merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter.
Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV,
maka dapat dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks juga perlu dilakukan untuk
melihat bila ada metastasis ke paru-paru.
3. Sistoskopi dan biopsi
Sistoskopi dilakukan oleh urologis, mengevaluasi kantung kemih dengan
pemeriksaan visual langsung dengan menggunakan sebuah alat khusus yaitu
cytoscope. Identifikasi dari sebuah tumor biasa dilakukan dengan cytoscopy.
Banyak tumor yang muncul dari bagian yang lebih tergantung dari kantung
kemih, seperti basal, trigonum, dan daerah di sekitar orifisium vesika. Namun
mereka juga dapat muncul dimana saja.
Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan
pada penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita
berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya
tumor di buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi untuk menentukan derajat

infiltrasi tumor yang menentukan terapi selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini
dapat juga digunakan sebagai tindakan pengobatan pada tumor superfisial
(permukaan).
4.

CT scan atau MRI


Berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya. CT

scanning merupakan x-ray detail dari tubuh, yang menunjukkan persimpanganpersimpangan dari organ-organ yang mana tidak ditunjukkan oleh sinar x-ray
konvensional. MRI lebih sensitif dari CT Scan, yang memberikan keuntungan
dapat mendeteksi kelenjar limfe yang membesar di dekat tumor yang
menunjukkan bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar limfe.

Diagnosis Banding

Tumor ginjal atau tumor ureter

Endometriosis

Benign Prostatic Hipertrofi

Batu ginjal, ureter, buli

Tuberculosis traktus urinarius

Tumor cervix

Komplikasi
Dapat terjadi infeksi sekunder kandung kemih yang parah bila terdapat ulserasi
tumor. Pada obstruksi ureter, jarang terjadi infeksi ginjal. Bila tumor menginvasi leher
buli, maka dapat terjadi retensi urin. Cystitis, yang mana sering kali berada dalam tingkat
yang harus diwaspadai, merupakan hasil dari nekrosis dan ulserasi dari permukaan
tumor. Ulserasi ini terkadang dapat dilihat dalam kasus tumor-tumor yang tidak

menembus, dari beberapa gangguan dengan aliran darah, tetapi muncul dalam 30 persen
kasus dimana tumor menembus. Kantung kemih yang terkontraksi dengan kapasitas yang
sangat kecil dapat mengikuti ulserasi dengan infeksi dan infiltrasi ekstensif dalam
dinding kantung kemih.
Kembalinya tumor dalam kantung kemih dapat menunjukkan tipe lain dari
komplikasi. Jika pertumbuhan tumor kembali terjadi di area yang sama, kemungkinan
hal tersebut adalah hasil dari perawatan yang kurang profesional dan kurang layak pada
tumor asalnya. Namun tumor, yang muncul di tempat lain di dalam kandung kemih harus
berasal dari asal yang berbeda.
Kematian tidak jarang terjadi dikarenakan oleh komplikasi yang timbul karena
disebabkan oleh tumor itu sendiri atau perawatan atas tumor tersebut. Hidroneprosis dan
urosepsis, dengan gagal renal, toxemia, cachexia, dan kelelahan fisik dari iritabilitas
vesikal, sering kali menjadi suatu gambaran yang harus diperhatikan. Hidronefrosis
dapat disebabkan oleh oklusi ureter. Bila terjadi bilateral, terjadilah uremia.
Terapi
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah
reseksi buli-buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini dapat ditentukan luas
infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain:
1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat
atau wait and see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-Fluoro Uracil,
Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan Interferon
Dilakukan dengan cara memasukkan zat kemoterapeutik ke dalam buli melalui
kateter. Cara ini mengurangi morbidatas pada pemberian secara sistemik. Terapi
ini dapat sebagai profilaksis dan terapi, mengurangi terjadinya rekurensi pada
pasien yang sudah dilakukan reseksi total dan terapi pada pasien dengan tumor
buli superfisial yang mana transuretral reseksi tidak dapat dilakukan.
Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan maintenan
terapi sebulan atau dua bulan sekali. Walaupun toksisitas lokal sering terjadi,
toksisitas sistemik jarang terjadi karena ada pembatasan absorbsi di lumen buli.

Pada apsien gross hematuri sebaiknya menghindari cara ini karena dapat
menyebabkan komplikasi sistemik berat. Efisiensi obat dapat dicapai dengan
membatasi intake cairan sebelum terapi, pasien dianjurkan berbaring dengan sisi
berbeda, tidak berkemih 1-2 jam setelah terapi.
3. Sistektomi parsial, radikal atau total
Sisteksomi parsial dilakukan pada tumor infiltratif, soliter yang berlokasi di
sepanjang dinding posterolateral atau puncak buli. Pada sistektomi radikal
dilakukan pengangkatan seluruh buli dan jaringan atau organ di sekitarnya. Pada
pria, dilakukan pengangkatan buli, jaringan lemak sekitarnya, prostat dan vesika
seminalis. Pada wanita dilakukan pengangkatan buli, ceviks, uterus, vagina
anterior atas, ovarium.
Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan jaringan sekitarnya
(pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urin dari kateter
dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain:
a. Ureterosigmoidostomi
Yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam sigmoid. Cara ini
sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan penyulit.
b. Konduit usus
Yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urin, sedangkan
untuk mengeluarkan urin dipasang kateter menetap melalui sebuah stoma.
Saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.
c. Diversi urin kontinen
Yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum dengan membuat stoma
yang kontinen (dapat menahan urin pada volume tertentu). Urin kemudian
dikeluarkan melalui stoma dengan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara
diversi urin ini yang terkenal adalah cara Kock pouch dan Indiana pouch.
d. Diversi urin Orthotopic
Adalah membuat neobladder dari segmen usus yang kemudian dilakukan
anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien,

karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di
abdomen.
4. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan alternatif selain
sistektomi radikal pada tumor ilfiltratif yang dalam. Rekurensi lokal sering
terjadi.
5. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen sisplatinumSiklofosfamid dan Adriamisin
Pada pasien tumor buli kadang ditemukan metastase regional atau metastase
jauh. Dan sekitar 30-40% pasien denagn tumor invasif akan bermetastase jauh
meskipun sudah dilakukan sistektomi radikal dan radioterapi.
Pemberian single kemoterapi agentatau kombinasi menunjukkan respon yang
baik pada pasien tumor buli metastase. Respon meningkat pada pemberian
kombinasi: methotrexate, vinblastin, cisplastin, doxorubicin, siklofosfamid.
Kontrol berkala
Semua pasien karsinome buli harus mendapatkan pemeriksaan secara berkala,
dan secara rutin dilakukan pemeriksaan klinis, sitologi urin serta sistoskopi. Jadwal
pemeriksaan berkala itu pada:
1. Tahun pertama dilakukan setiap 3 bulan sekali.
2. Tahun kedua setiap 4 bulan sekali.
3. Tahun ketiga dan seterusnya: setiap 6 bulan.
Prognosis
Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali, atau muncul
papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala diperlukan minimal 3
tahun. Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara transuretral, tapi bila muncul
kembali, kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan ganas. Sistektomi dan radio terapi
harus dipertimbangkan kemudian.

Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan
diferensiasi. Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan
reseksi transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4, Stage
B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%. Radioterapi pada
neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama 5 tahun.
Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih. mereka
memiliki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati proses
perubahan ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus dinding kantung
kemih. Tumor jenis ini dapat selalu dihancurkan dengan sempurna dengan fulgurasi,
radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin menghilang setelah terapi rontgen
dalam atau proses instilasi atas podofilin. Adalah sangat penting untuk memeriksa pasien
dalam interval reguler. Sehingga adanya tumor yang kembali datang dapat dikenali lebih
awal dan dapat diobati sebagaimana seharusnya. Jika pemeriksaan ini dilakukan dalam
interval tiap enam hingga delapan bulan pada awalnya, dan perlahan-lahan waktu
interval yang dibutuhkan semakin panjang, maka prognosisnya dapat dikatakan sukses.
Tumor kantung kemih yang menembus jauh lebih serius dan cepat atau lambat
akan bermetastasi. Beberapa pembelajaran otopsi menunjukkan bahwa kejadian
metastasis dan ekstensi ekstra vesikel secara langsung adalah proporsional dengan
tingkat kedalaman sejauh apa tumor tersebut telah menembus dinding kantung kemih.
Metode apapun dari perawatan yang mana mampu untuk secara sempurna
melenyapkan tumor utama yang superfisial dan menembus akan dapat memberikan
tingkat bertahan hidup 5 tahun yang baik. Dalam kasus dari prosedur konservatif, bukti
atas sebuah efisiensi sama dengan yang dicapai dari reseksi segmental atau sistektomi
jelas akan tergantung kepada segregasi pra-operasi dari tumor yang superfisial yang
mana terletak cukup dalam.

Tumor yang telah menyebar ke lebih dari setengah jalan melewati muskularis
biasanya tidak lagi terlokasi ke kantung kemih. kemungkinan bertahan hidup 5 tahun dari
kasus-kasus seperti ini setelah sistektomi sederhana hanya 10 persen. Ketika tumor
menembus hingga sangat dalam, muncul kemungkinan kematian yang lebih tinggi
setelah kegagalan untuk membuang semua tumor tersebut dengan sistektomi. Elektrosisi

transurethral dan elektrokoagulasi diketahui memberikan kenyamanan untuk berbulanbulan dan bahkan bertahun-tahun. Terkadang radiasi eksternal dengan kontrol dari
hemorrhage dan transplantasi uretral ke dalam kulit akan mengurangi iritabilitas vesikal.
Lebih jauh lagi, pemecahan dari arus urinase dalam kasus tertentu dapat diikuti oleh
penurunan dari masa total dari tumor.
Secara umum, pandangan-pandangan sebagian besar bergantung pada apakah
tumor tersebut terlokasi di kantung kemih saja atau telah menyebar ke daerah di luar nya.
Tumor yang terlokalisasi biasanya telah menginfiltrasi kurang dari setengah jalan
menembus muskularis. Sebuah prognosis yang bagus dapat diharapkan tercapai hanya
setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor sejenis dan kontrol atas
kemungkinan datang kembalinya tumor yang teridentifikasi lewat pemeriksaam
sistoskopik secara reguler sepanjang sisa hidup pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Sub-Bagian Radio Diagnostik, Bagian Radiologi, FKUI. 2000.
Radiologi Diagnostik. Jakarta: FKUI.
2. Purnomo, BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua.Jakarta: Sagung Seto.
3. W.B, Saunders. 1992. Campbells Urology sixth edition. Philadelphia : WB
Saunders Company.
4. Sjamsuhidajat, R dan Wilm de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
5. Hydronephrosis and Hydroureter. http://www.emedicine.com/med/topic1055.htm
Accessed on March, 10 2008.
6.

Ash, J. E. 1940. Epithelial Tumors of Bladder. J. Urolology, 44: 135-145.

7.

Corbus, B. C. and Corbus, B. C. 1947. Jr.: The Utilization of Heat in Treatment


of Tumors of Urinary Bladder: A Presentation of Technique. J. Urol., 57: 730737.

8.

Deming, C. L. 1950. Biology Behavior of Transitional Cell Papilloma of


Bladder. J. Urol., 63: 815-820.

9.

Jewett, H. J. 1950. Section on Neoplasms of the Bladder. Vol. 2 pp. 283-308,


Cyclopedia of Medicine, Surgery, Specialties. Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai