Carcinoma Buli-Buli
PEMBIMBING :
dr. PANDU ISHAQ , Sp.U
OLEH :
NASTI YULI LESTARI
H1A 005 035
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Carcinoma Buli-Buli
Nama
NIM
Laporan kasus ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Madya pada Bagian/SMF Bedah Rumah Sakit Umum Provinsi
Nusa Tenggara Barat/Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. H
Umur
: 50 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Pagesangan
Pekerjaan
: IRT
: 268500
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Kencing darah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli urologi pada tanggal 31 januari 2011 keluhan kencing darah
sejak 1 minggu yang lalu. Kencing berdarah terjadi sejak awal sampai akhir
kencing, disertai dengan gumpalan-gumpalan darah berwarna kehitaman, kencing
terkadang disertai nyeri. Pancaran kencing baik, tidak bercabang dang tidak terputusputus. Selain itu perut bagian bawah dirasakan semakin membesar dan teraba keras
sejak
kencing keluar butiran pasir dan tidak pernah berbentuk batu. Demam (-), mual (-),
muntah (-) dan riwayat adanya kencing disertai pasir ataupun batu (-).
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat kencing darah 1,5 tahun yang lalu, namun hilang timbul. Riwayat
hipertensi (-), kencing manis (-), asma (-). Riwayat trauma pada kandung kemih (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut pengakuan pasien, tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit
seperti pasien. Tidak ada keluarga pasien yang pernah operasi ginjal maupun saluran
kencing, tidak pernah menderita penyakit infeksi saluran kemih dan batu saluran
kemih.
Riwayat Pribadi
Os memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman kopi setap hari sekitar 3-4 gelas
sehari. Os serumah dengan anggota keluarga yang merokok aktif.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Sedang
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 88 kali / menit
Suhu
: 36,5 0 C
Respirasi
: 20 kali/menit
Kepala : Normochepali
Mata
THT
Thorak
Pulmo
Inspeksi: bentuk simetris, spider nevi (-), barrel chest (-), otot sternoklimatoideus
(-), otot intercostalis interna dan eksterna (-), sela iga melebar (-)
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, fremitus teraba sama,nyeritekan (-)
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi -/-, wheezing -/Cor
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak , dinding dada simetris
Palpasi : iktus cordis teraba di ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : batas kanan jantung : ICS II parasternal dextra batas kiri jantung : ICS
V linea midclavicula sinistra batas atas jantung : ICS II parasternal
sinistra batas bawah jantung : ICS V midclavicula sinistra
Auskultasi ; S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
palpasi
perkusi
Status Urogenital
Regio costovertebralis ;
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, tanda radang (-), hematoma (-)
palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), ballottement (-)
Perkusi : Nyeri ketok (-).
Regio suprapubic
Inspeksi : Tampak masa (-),warna kulit sama dengan sekitarnya, tanda radang
(-), hematoma (-)
Palpasi : teraba masa (+), konsistensi padat keras, batas tidak tegas, immobile
(+), nyeri tekan (+).
IV.RESUME
Pasien wanita umur 50 tahun datang dengan keluhan kencing darah sejak 1 minggu
yang lalu. Kencing berdarah terjadi sepanjang kencing terkadang disertai nyeri. Selain itu
perut bagian bawah dirasakan semakin membesar dan teraba keras sejak 1 tahun dan
kadang-kadang dirasakan nyeri. Riwayat konsumsi kopi (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Vital sign dalam batas normal, Status urologis pada regio suprapubic: teraba masa (+),
konsistensi padat keras, batas tidak tegas, immobile (+),nyeri tekan (+).
V. DIAGNOSIS BANDING
Batu buli-buli
Batu ureter
Tumor ginjal
Batu ginjal
Tumor ureter
Ca Buli
VI. DIAGNOSIS
Obs Hematuri ec Suspek Ca buli-buli
VII. USULAN PEMERIKSAAN
Sitologi urin
Laboratorium
WBC: 18,36 x 103 l
HB: 10,4 g/dl
PLT: 667 x 103 l
Urea: 21 mg/dl
SC: 0,5 U/L
USG
CT-Scan
Kesan: lesi padat ireguler pada aspek anterolateral, vesika urinaria cenderung
masa vesika urinaria
Thorax Foto
Hasil PA
Sesuai dengan papillary urothelial cell carcinoma
VIII. DIAGNOSIS
Obs Hematuri ec Ca buli-buli stage T4NxM1 (stadium IV)
IX. PLANNING TERAPI
Kemoterapi Sistemik
Radiasi paliatif
IX. PROGNOSIS
Dubia ad malam
Tugas
1. Klinikal staging dan patologi staging pada Ca buli-buli
-
TINJAUAN PUSTAKA
Tumor Buli-Buli atau juga bisa disebut tumor vesika urinaria (kandung kemih)
merupakan keganasan kedua setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih banyak
mengenai laki-laki daripada wanita. Terdapat kasus yang melaporkan, pernah
mengeluhkan kencing yang berwarna merah dan bercampur darah. Tetapi karena pernah
mendengar bahwa itu adalah tanda adanya infeksi di saluran kemih dan bisa sembuh atau
hilang dengan minum obat tertentu, pasien kemudian menjadi tenang. Tapi ketahuilah
jangan pernah meremehkan kencing berdarah karena itu bukan hanya berarti infeksi, tapi
bisa juga berarti tanda adanya batu saluran kencing bahkan keganasan atau kanker di
saluran kemih. Bila Anda menemui keluhan kencing darah yang berulang atau menetap
dengan atau tanpa rasa sakit, sebelum dipastikan oleh seorang dokter maka itu harus
dianggap sebagai sebuah masalah yang serius dan bukan sekedar infeksi biasa.
Buli-buli
Kandung kemih adalah sebuah organ tubuh yang menyerupai sebuah kantung
dalam pelvis yang menyimpan urin yang diproduksi ginjal. Urin dialirkan ke kandung
kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Kandung kemih dibagi menjadi
beberapa lapisan, yaitu :
Epitelium, bagian transisional dari epitel yang menjadi asal datangnya sel
kanker.
Otot detrusor, lapisan otot yang tebal dan dalam terdiri dari lapisan-lapisan
otot halus yang tebal yang membentuk lapisan dinding otot kantung kemih.
Buli-buli sendiri terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman. Di
bagian dalam adalah otot longitudinal, di tengah otot sirkuler, dan yang terluar otot
longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada
mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli
kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut
trigonum buli-buli.
Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini
lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika
yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Di samping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran
limfogen menuju kelenjar limfe, perivesika, obturator, iliaka eksterna, dan iliaka
komunis. Penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan tulang.
Etiologi dan faktor resiko
Penyebab-penyebab tumor buli semakin banyak dan rumit, dan beberapa
substansi-substansi dalam industri kimia diyakini bersifat karsinogenik (Hueper, 1942).
Salah satunya adalah sifat karsinogenisitas dari -naphthylamine yang telah ditemukan.
Substansi ini diyakini terbawa dalam urine dan menyebabkan asal tumor dalam
kaitannya dengan kontak dengan permukaan mukosa vesika dalam waktu lama.
Substansi kimia lainnya yang diwaspadai bersifat karsinogenik adalah benzidine.
Keganasan buli-buli tejadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak terdapat
di sekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang menderita
karsinoma buli-buli adalah:
1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur rambut sering terpapar
oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin,
benzidine, dan 4-aminobifamil).
2. Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali lebih
besar dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan
karsinogen amin aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E. Coli dan Proteus spp
menghasilkan nitrosamin yang merupakan zat karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Adenokarsinoma
Terdapat 3 kelompok adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya adalah:
1. Primer terdapat di buli-buli
Biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli. Pada beberapa
aksus sistitis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada
perjalanan lebih lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi
adenokarsinoma buli-buli.
2. Urakhus persisten
Karsinoma campuran
Terdapat 4-6 % dari seluruh tipe tumor. Merupakan kombinasi antara
bentuk transisional, glandular, skuamosa, dan tidak berdiferensiasi. Yang
tersering adalah campuran bentuk transisional dan skuamosa.
epiteliai
di
buli
ditemukan
dengan
adenoma
villi,
T4: Tumor telah menyebar keluar jaringan lemak dan masuk ke organ
terdekat.mengalami invasi pada stroma (jaringan utama) dari prostat,
vesikula seminalis, rahim, vagina, dinding panggul, atau dinding perut.
T4a: Tumor telah menyebar ke stroma dari prostat (pada pria), atau ke
rahim dan / atau vagina (pada wanita).
Nx: Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai karena kurangnya
informasi.
N0: Tidak ada penyebaran ke limfonodi regional
N1: Metastasis di kelenjar getah bening tunggal ukuran 2 cm atau lebih kecil
N2: Metastasis di kelenjar getah bening tunggal 2-5 cm, atau multiple dengan
ukuran tidak lebih besar dari diameter 5 cm
N3: Metastasis di kelenjar getah bening lebih besar dari 5 cm
M0: Tidak ditemukan metastase jauh
M1: Ditemukan metastase ke bagian tubuh yang jauh (kelenjar getah bening
jauh, tulang, paru-paru, dan hati).
Stage 0
Palpasi bimanual
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum pada saat sebelum dan
sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur atau
colok vagina, sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli di daerah suprasimfisis
untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor.
Gejala klinis
Gejala pada kanker buli-buli tidaklah spesifik. Banyak penyakit-penyakit
lain, yang termasuk kondisi inflamasi, melibatkan ginjal dan kandung kemih,
menunjukkan gejala yang sama. Gejala pertama yang paling umum adalah adanya
darah dalam urin (hematuria). Hematuria dapat terlihat dengan mata telanjang,
ataupun berada dalam level mikroskopik. Gejala seperti adanya iritasi pada urinasi
juga dapat dihubungkan dengan kanker kantung kemih, seperti rasa sakit dan
terbakar ketika urinasi, rasa tidak tuntas ketika selesai urinasi, sering urinasi dalam
jangka waktu yang pendek. Iritabilitas vesikal dengan atau tanpa sakit biasanya
menandakan adanya infiltrasi, walaupun tidak dalam semua kasus.
Waspadai bila pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat:
1. Tanpa disertai rasa nyeri (painless).
2. Kambuhan (intermitten).
3. Terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total).
Seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuri, tetapi pada karsinoma
in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak jarang
menunjukkan gejala iritasi bulu-buli.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen dan Pielografi Intra Vena (PIV)
digunakan sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki
keganasan saluran kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan
ini selain melihat adanya filling defek pada buli-buli juga mendeteksi adanya
tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum, dan dapat mengevaluasi
ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang disebabkan oleh
tumor
buli-buli
tersebut.
Didapatkannya
hidroureter
atau
hidronefrosis
merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter.
Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV,
maka dapat dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks juga perlu dilakukan untuk
melihat bila ada metastasis ke paru-paru.
3. Sistoskopi dan biopsi
Sistoskopi dilakukan oleh urologis, mengevaluasi kantung kemih dengan
pemeriksaan visual langsung dengan menggunakan sebuah alat khusus yaitu
cytoscope. Identifikasi dari sebuah tumor biasa dilakukan dengan cytoscopy.
Banyak tumor yang muncul dari bagian yang lebih tergantung dari kantung
kemih, seperti basal, trigonum, dan daerah di sekitar orifisium vesika. Namun
mereka juga dapat muncul dimana saja.
Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan
pada penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita
berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya
tumor di buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi untuk menentukan derajat
infiltrasi tumor yang menentukan terapi selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini
dapat juga digunakan sebagai tindakan pengobatan pada tumor superfisial
(permukaan).
4.
scanning merupakan x-ray detail dari tubuh, yang menunjukkan persimpanganpersimpangan dari organ-organ yang mana tidak ditunjukkan oleh sinar x-ray
konvensional. MRI lebih sensitif dari CT Scan, yang memberikan keuntungan
dapat mendeteksi kelenjar limfe yang membesar di dekat tumor yang
menunjukkan bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar limfe.
Diagnosis Banding
Endometriosis
Tumor cervix
Komplikasi
Dapat terjadi infeksi sekunder kandung kemih yang parah bila terdapat ulserasi
tumor. Pada obstruksi ureter, jarang terjadi infeksi ginjal. Bila tumor menginvasi leher
buli, maka dapat terjadi retensi urin. Cystitis, yang mana sering kali berada dalam tingkat
yang harus diwaspadai, merupakan hasil dari nekrosis dan ulserasi dari permukaan
tumor. Ulserasi ini terkadang dapat dilihat dalam kasus tumor-tumor yang tidak
menembus, dari beberapa gangguan dengan aliran darah, tetapi muncul dalam 30 persen
kasus dimana tumor menembus. Kantung kemih yang terkontraksi dengan kapasitas yang
sangat kecil dapat mengikuti ulserasi dengan infeksi dan infiltrasi ekstensif dalam
dinding kantung kemih.
Kembalinya tumor dalam kantung kemih dapat menunjukkan tipe lain dari
komplikasi. Jika pertumbuhan tumor kembali terjadi di area yang sama, kemungkinan
hal tersebut adalah hasil dari perawatan yang kurang profesional dan kurang layak pada
tumor asalnya. Namun tumor, yang muncul di tempat lain di dalam kandung kemih harus
berasal dari asal yang berbeda.
Kematian tidak jarang terjadi dikarenakan oleh komplikasi yang timbul karena
disebabkan oleh tumor itu sendiri atau perawatan atas tumor tersebut. Hidroneprosis dan
urosepsis, dengan gagal renal, toxemia, cachexia, dan kelelahan fisik dari iritabilitas
vesikal, sering kali menjadi suatu gambaran yang harus diperhatikan. Hidronefrosis
dapat disebabkan oleh oklusi ureter. Bila terjadi bilateral, terjadilah uremia.
Terapi
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah
reseksi buli-buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini dapat ditentukan luas
infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain:
1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat
atau wait and see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-Fluoro Uracil,
Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan Interferon
Dilakukan dengan cara memasukkan zat kemoterapeutik ke dalam buli melalui
kateter. Cara ini mengurangi morbidatas pada pemberian secara sistemik. Terapi
ini dapat sebagai profilaksis dan terapi, mengurangi terjadinya rekurensi pada
pasien yang sudah dilakukan reseksi total dan terapi pada pasien dengan tumor
buli superfisial yang mana transuretral reseksi tidak dapat dilakukan.
Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan maintenan
terapi sebulan atau dua bulan sekali. Walaupun toksisitas lokal sering terjadi,
toksisitas sistemik jarang terjadi karena ada pembatasan absorbsi di lumen buli.
Pada apsien gross hematuri sebaiknya menghindari cara ini karena dapat
menyebabkan komplikasi sistemik berat. Efisiensi obat dapat dicapai dengan
membatasi intake cairan sebelum terapi, pasien dianjurkan berbaring dengan sisi
berbeda, tidak berkemih 1-2 jam setelah terapi.
3. Sistektomi parsial, radikal atau total
Sisteksomi parsial dilakukan pada tumor infiltratif, soliter yang berlokasi di
sepanjang dinding posterolateral atau puncak buli. Pada sistektomi radikal
dilakukan pengangkatan seluruh buli dan jaringan atau organ di sekitarnya. Pada
pria, dilakukan pengangkatan buli, jaringan lemak sekitarnya, prostat dan vesika
seminalis. Pada wanita dilakukan pengangkatan buli, ceviks, uterus, vagina
anterior atas, ovarium.
Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan jaringan sekitarnya
(pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urin dari kateter
dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain:
a. Ureterosigmoidostomi
Yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam sigmoid. Cara ini
sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan penyulit.
b. Konduit usus
Yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urin, sedangkan
untuk mengeluarkan urin dipasang kateter menetap melalui sebuah stoma.
Saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.
c. Diversi urin kontinen
Yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum dengan membuat stoma
yang kontinen (dapat menahan urin pada volume tertentu). Urin kemudian
dikeluarkan melalui stoma dengan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara
diversi urin ini yang terkenal adalah cara Kock pouch dan Indiana pouch.
d. Diversi urin Orthotopic
Adalah membuat neobladder dari segmen usus yang kemudian dilakukan
anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien,
karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di
abdomen.
4. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan alternatif selain
sistektomi radikal pada tumor ilfiltratif yang dalam. Rekurensi lokal sering
terjadi.
5. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen sisplatinumSiklofosfamid dan Adriamisin
Pada pasien tumor buli kadang ditemukan metastase regional atau metastase
jauh. Dan sekitar 30-40% pasien denagn tumor invasif akan bermetastase jauh
meskipun sudah dilakukan sistektomi radikal dan radioterapi.
Pemberian single kemoterapi agentatau kombinasi menunjukkan respon yang
baik pada pasien tumor buli metastase. Respon meningkat pada pemberian
kombinasi: methotrexate, vinblastin, cisplastin, doxorubicin, siklofosfamid.
Kontrol berkala
Semua pasien karsinome buli harus mendapatkan pemeriksaan secara berkala,
dan secara rutin dilakukan pemeriksaan klinis, sitologi urin serta sistoskopi. Jadwal
pemeriksaan berkala itu pada:
1. Tahun pertama dilakukan setiap 3 bulan sekali.
2. Tahun kedua setiap 4 bulan sekali.
3. Tahun ketiga dan seterusnya: setiap 6 bulan.
Prognosis
Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali, atau muncul
papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala diperlukan minimal 3
tahun. Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara transuretral, tapi bila muncul
kembali, kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan ganas. Sistektomi dan radio terapi
harus dipertimbangkan kemudian.
Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan
diferensiasi. Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan
reseksi transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4, Stage
B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%. Radioterapi pada
neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama 5 tahun.
Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih. mereka
memiliki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati proses
perubahan ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus dinding kantung
kemih. Tumor jenis ini dapat selalu dihancurkan dengan sempurna dengan fulgurasi,
radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin menghilang setelah terapi rontgen
dalam atau proses instilasi atas podofilin. Adalah sangat penting untuk memeriksa pasien
dalam interval reguler. Sehingga adanya tumor yang kembali datang dapat dikenali lebih
awal dan dapat diobati sebagaimana seharusnya. Jika pemeriksaan ini dilakukan dalam
interval tiap enam hingga delapan bulan pada awalnya, dan perlahan-lahan waktu
interval yang dibutuhkan semakin panjang, maka prognosisnya dapat dikatakan sukses.
Tumor kantung kemih yang menembus jauh lebih serius dan cepat atau lambat
akan bermetastasi. Beberapa pembelajaran otopsi menunjukkan bahwa kejadian
metastasis dan ekstensi ekstra vesikel secara langsung adalah proporsional dengan
tingkat kedalaman sejauh apa tumor tersebut telah menembus dinding kantung kemih.
Metode apapun dari perawatan yang mana mampu untuk secara sempurna
melenyapkan tumor utama yang superfisial dan menembus akan dapat memberikan
tingkat bertahan hidup 5 tahun yang baik. Dalam kasus dari prosedur konservatif, bukti
atas sebuah efisiensi sama dengan yang dicapai dari reseksi segmental atau sistektomi
jelas akan tergantung kepada segregasi pra-operasi dari tumor yang superfisial yang
mana terletak cukup dalam.
Tumor yang telah menyebar ke lebih dari setengah jalan melewati muskularis
biasanya tidak lagi terlokasi ke kantung kemih. kemungkinan bertahan hidup 5 tahun dari
kasus-kasus seperti ini setelah sistektomi sederhana hanya 10 persen. Ketika tumor
menembus hingga sangat dalam, muncul kemungkinan kematian yang lebih tinggi
setelah kegagalan untuk membuang semua tumor tersebut dengan sistektomi. Elektrosisi
transurethral dan elektrokoagulasi diketahui memberikan kenyamanan untuk berbulanbulan dan bahkan bertahun-tahun. Terkadang radiasi eksternal dengan kontrol dari
hemorrhage dan transplantasi uretral ke dalam kulit akan mengurangi iritabilitas vesikal.
Lebih jauh lagi, pemecahan dari arus urinase dalam kasus tertentu dapat diikuti oleh
penurunan dari masa total dari tumor.
Secara umum, pandangan-pandangan sebagian besar bergantung pada apakah
tumor tersebut terlokasi di kantung kemih saja atau telah menyebar ke daerah di luar nya.
Tumor yang terlokalisasi biasanya telah menginfiltrasi kurang dari setengah jalan
menembus muskularis. Sebuah prognosis yang bagus dapat diharapkan tercapai hanya
setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor sejenis dan kontrol atas
kemungkinan datang kembalinya tumor yang teridentifikasi lewat pemeriksaam
sistoskopik secara reguler sepanjang sisa hidup pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Sub-Bagian Radio Diagnostik, Bagian Radiologi, FKUI. 2000.
Radiologi Diagnostik. Jakarta: FKUI.
2. Purnomo, BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua.Jakarta: Sagung Seto.
3. W.B, Saunders. 1992. Campbells Urology sixth edition. Philadelphia : WB
Saunders Company.
4. Sjamsuhidajat, R dan Wilm de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
5. Hydronephrosis and Hydroureter. http://www.emedicine.com/med/topic1055.htm
Accessed on March, 10 2008.
6.
7.
8.
9.