MATERNITAS
Bayi Baru Lahir dengan Gawat Napas
Disusun Oleh:
Kelompok 2
1.
Viniarni Realita A
22020112120007
2.
Fauziyah Latief
22020112120008
3.
22020112120009
4.
Meiriza Ida
22020112130015
5.
Dini Permatasari
22020112130024
6.
Riska Yunita
22020112130027
7.
Dini Kandarina
22020112130029
8.
22020112130031
9.
22020112130034
22020112130032
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
B. Manifestasi Klinik
1. Manifestasi klinis respirasi
Takipnea (lebih dari 60 x/menit)
Dispnea
Retraksi interkostal dan/atau substernal yang jelas
C. Klasifikasi
pulmonar (tolazoline
Klasifikasi
Atau
>90 Dengan
kali/menit
Atau
<30 Dengan
kali/menit
atau tanpa
60-90 kali/menit
Dengan
berat
nafas
terapi tanpa
Atau
>90 Tanpa
kali/menit
60-90 kali/menit
Tanpa
60-90 kali/menit
sedang
nafas
ringan
Dengan
terapi tanpa
kongenital
D. Etiologi
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22,
makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4
faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia
perinatal, maternal diabetes, seksual sesaria.. Surfaktan biasanya didapatkan pada
paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap
berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan
masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi
akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi
lahir dan akan bertambah berat.
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini
dapat terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan
disesuaikan dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan
sindrom ini adalah pneumothoraks/ pneumomediastinum, penyakit membran
hialin (PMH), pneumonia, aspirasi. Faktor-faktornya antara lain :
1. Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, gravida emmpat atau lebih,
sosial ekonomi rendah maupun penyakit pembuluh darah ibu yang
mengganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit diabetes
mellitus, dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
nafas
dicurigai
terjadi
kebocoran
udara
(pneumothorak,
2. Infeksi
Infeksi disebabkan perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni yang
dapat timbul karena tindakan invasif.
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalicia periventrikular
Perdarahan intraventrikuler terjadi oada 20-40% bayi prematur dengan
frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
4. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Disebabkan karena penghentian terapi surfaktan.
F. Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan
oleh
alveoli
masih
kecil
sehingga
kesulitan
berkembang,
pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan
dari ibu denganchorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal
Displasia (BPD).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes hiperoksia
Tes hiperoksia dapat membantu membedakan sianosis akibat
kelainan jantung atau paru. Pulse Oxymeter (oksimeter nadi) dapat
membantu apakah tes hiperoksia ini berguna. Bayi yang mengalami
sianosis tanpa distress respirasi yang jelas dan memiliki SaO2 <85% pada
udara kamar dan oksigen 100% mempunyai pirau intrakardial. Bila SaO2
>85% oksigen 100% maka harus dilakukan tes hiperoksia. Tes hiperoksia
terdiri pengambilan data dasar tentang analisis gas darah dari arteri radialis
dekstra (preduktal) pada bayi yang bernapas dengan udara kamar yang
diulang dengan bernapas pada oksigen 100%. Tes hiperoksia berlangsung
selama 10 menit. Bila PaO2 mmHg pada oksigen 100% berarti normal.
Bila PaO2 >150 mmHg curiga penyakit paru. Bila PaO2 50-150 mmHg
curiga penyakit jantung atau hipertensi pulmonal berat. Untuk memastikan
hal-hal tersebut dapat dilakukan ekokardiografi.
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan secara umum (Sudarti dan Endang Khoirunnisa,
2010)
a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang
paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan
infus dektrosa 5%
b. Pantau selalu tanda vital
c. Jaga kepatenan jalan nafas
d. Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
e. Jika bayi mengalami apneu
f. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
g. Lakukan penilaian lanjut
h. Segera periksa kadar gula darah
Frekuensi nafas
2.
3.
Episode apnea.
a.
Periksa kadar glukosa darah sekali sehari setengah kebutuhan minum dapat
dipenuhi secara oral.
b.
Awasi bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotic dihentikan. Jika bayi
tampak kemerahan tanpa terapi O2 sselama 3 hari, minum baik dan tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatan dirumah sakit, bayi dapat
dipulangkan.
kedalam
dinding
iga
bagian
bawah,
Gangguan
pernafasan Gangguan
sedang
pernafasan
berat
PUSKESMAS
1. Bersihkan
jalan
nafas
1. Bersihkan
jalan
nafas
2. Pertahankan
2. Pertahankan
tetap hangat
tetap hangat
3. Beri
O2
perlu
kalau
dengan
masker
3. Ventilasi tekanan
positif
dengan
pernafasan
4. Lanjutkan
dari
mult ke mulut
pemberian
ASI
atau
dengan
cara
menggunakan
diteteskan
atau
balon
dengan
sonde
dan
sungkup dengan
antibiotik
ampilisin
dan
gentamisin
6. Oerawatan
jantung luar
5. Beri
antibiotik
ampilisin
tali
pusat bersih
7. Amati
oksigen
terhadap
tanda-tanda
dan
gentamisin
6. Perawatan
tali
pusat bersih
7. Amati
terhadap
kegawatan/ sakit
tanda-tanda
berat (rujuk ke
gawatan/
rumah sakit)
berat (rujuk ke
sakit
rumah sakit)
PUSKESMAS
RUMAH SAKIT
1. X-ray toraks
1. X-ray toraks
2. Infuse
2. VTP
3. Cegah hipotermi
3. Infuse
4. Oksigen
4. Cegah hipotermi
5. Antibiotik
5. Antibiotik
J. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas Klien
Nama
: By. I
Tanggal lahir
: 25 Oktober 2014
Jenis Kelamin
: Laki laki
Berat Badan
: 2400 gram
APGAR
: 4-6
B. Keluhan utama
Klien mengeluh sesak nafas disertai dengan sianosis pada ekstremitas
pada saat lahir
mengulurkan
tangan
dan
tungkainya
serta
memanjangkan lehernya.
b. Refleks menggenggam
Reflek menggenggam (+) ditandai dengan membelai telapak
tangan.
c. Refleks menghisap
Reflek menghisap (+) ditandai dengan meletakkan tangan pada
mulut bayi, bayi menghisap jari.
d. Refleks rooting
Reflek rooting (+) ditandai dengan bayi menoleh saat tangan
ditempelkan di pipi bayi.
e. Refleks babynsky
Reflek babynsky (+) ditandai dengan menggerakkan ujung
hammer pada bilateral telapak kaki.
2. Tonus otot
Pergerakan
bayi
aktif
ditandai
dengan
bayi
sering
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
(defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan alveolar)
2. Hipotermia berhubungan dengan lingkungan yang dingin
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler alveolar
RENCANA KEPERAWATAN
No
1
Diagnosa keperawatan
Kerusakan pertukaran
gas berhubungan
dengan perubahan
membran kapiler
alveolar
Tujuan
Setelah
Intervensi
dilakukan Monitor
rata-rata
Respirasi
menjadi
efektif, dan
dengan kriteria :
kedalaman
usaha
untuk
bernafas.
2. Catat gerakan dada,
penggunaan
kesimetrisan,
otot
dan
retraksi
dinding dada.
dan
3. Monitor suara nafas,
adequat saturasi
oksigen,
nilai sianosis
sesuai
4. Monitor
kelemahan
pasien.
5. Catat
onset,
yang
dan
hasil
foto
distres rontgen
pernafasan
Terapi
Oksigen
(3320) :
Kelola
humidifikasi
oksigen
sesuai
peralatan
Siapkan
peralatan
oksigenasi
Kelola
O2
sesuai
indikasi
Monitor terapi O2
dan observasi tanda
keracunan O2
Manajemen
Jalan
Nafas (3140) :
Bersihkan
saluran
penyakit
Manajemen
Asam
Basa (1910) :
Kelola
pemeriksaan
laboratorium
Monitor nilai AGD
dan
saturasi
Manajemen Jalan
Nafas (3140) :
Bebaskan jalan nafas
dengan posisi leher
ektensi
jika
memungkinkan.
Posisikan klien untuk
memaksimalkan
ventilasi
dan
mengurangi dispnea
Auskultasi
suara
nafas
Monitor respirasi dan
status oksigen
Monitor Respirasi
(3350) :
Pengembangan dada Monitoring
kecepatan,
irama,
simetris.
kedalaman dan upaya
nafas.
Irama
pernapasan
Monitor pergerakan,
kesimetrisan
dada,
teratur
ada
Setelah
dilakukan
Pengobatan
tindakan
yang keperawatan selama Hipotermi (3800) :
2x 24 jam hipotermia
Pindahkan bayi dari
tidak terjadi dengan
lingkungan
yang
kriteria :
lingkungan
dingin
Batasan karakteristik
Termoregulasi
:
Neonatus (0801) :
Penurunan suhu tu-buh Suhu axila 36-37C
RR : 30-60 X/menit
di bawah ren-tang Warna kulit merah
muda
normal
Tidak ada distress
Pucat
respirasi
Tidak menggigil
Menggigil
Bayi tidak gelisah
Kulit dingin
Bayi tidak letargi
Dasar kuku sianosis
dingin
ke
dalam
lingkungan / tempat
yang hangat (didalam
inkubator atau lampu
soro)
Segera ganti pakaian
bayi yang dingin dan
basah
dengan
apatis,
perubahan
warna
kulit
Monitor
status
pernafasan
Monitor intake dan
output
DAFTAR PUSTAKA
Ed. Egi Komara Yudha. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong/
Donna L. Wong. Ed. 6. Jakarta: EGC.
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Ladewig,patricia,dkk.2006. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru
Lahir Edisi 5. Jakarta: EGC
Corwin, J.2007. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta : EGC
Arief Mansjoer( 2000 ). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta ; EGC.
Suryadi dan Yuliani, R (2001). Asuhan Keperwatan Pada Anak. Jakarta : CV.
Sagung Seto
Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan
Anak Balita. Nuha Medika: Yogyakarta.
Saifuddin, Abdul Bari. Dkk. 2009. Buku Buku Acuhan Nasional Pelayanan
Kesehatan Internal dan Neonatal. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta.