KEPERAWATAN MATERNITAS
SISA PLASENTA
Tangerang Banten
2014
TINJAUAN TEORI
2.2. ETIOLOGI
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat
(biasanya terjadi dalam 6 10 hari pasca persalinan). Pada perdarahan postpartum
dini akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah
plasenta lahir dan kontraksi rahim baik. Pada perdarahan postpartum lambat
gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang berulang atau
berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan akibat sisa plasenta
jarang menimbulkan syok. Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa
plasenta, kecuali apabila penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta
setelah plasenta lahir. Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau
terdapat keraguan akan sisa plasenta, maka untuk memastikan adanya sisa
plasenta ditentukan dengan eksplorasi dengan tangan, kuret atau alat bantu
diagnostik yaitu ultrasonografi. Pada umumnya perdarahan dari rongga rahim
setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik dianggap sebagai akibat sisa
plasenta yang tertinggal dalam rongga rahim.
akibat
sisa
plasenta
jarang
menimbulkan
syok.
Gejala yang lain adalah uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
Gejala dan tanda yang selalu ada :
1. Plasenta atau selaput yang mengandung pembuluh darah tidak lengkap
2. Perdarahan segera
Perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari proses telah banyak
kehilangan darah.
Perdarahan segera
2.4. PATOFISIOLOGI
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan
retraksi otot-otot terus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah
berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek
dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium
menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga
mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat
perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka
plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus.
Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang
longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh
darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat otot miometrium yang
saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan
retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan
ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme
kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas tempat plasenta,
namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
2. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat
(dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya
dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding
uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara
plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya
plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya
sobek di lapisan spongiosa.
4. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak
turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul
di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan
plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan
2.5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
Sepsis
2.6. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan penanganan
Pasang infus
Berikan antibiotik adekuat
Berikan uterotonika : oksitosin/metergin
Tindakan definitif : kuretase dan diperiksakan Sp.OG
2. Penatalaksanaan sisa plasenta, yaitu :
Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus
sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian
besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan
perdarahan setelah beberapa hari pulang ke rumah dan subinvolusi
uterus.
Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala
metritis. Antibiotika yang dipilih adalah Ampisilin dosis awal 1 gr
IV dilanjutkan 31 gr oral dikombinasi dengan Metronidazol 1 gr
suppositoria dilanjutkan 3500 mg oral
Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh
instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan
kuretase
Bila kadar Hb < 8 g/dL berikan transfusi darah. Bila kadar Hb > 8
gr/dL, berikan Sulfas Ferrous 600 mg/hari selama 10 hari.
3. Penatalaksaaan sisa plasenta,
Jika
serviks
terbuka
lakukan
eksplorasi
digital
untuk
2.7
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Palpasi uterus: Bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus
uteri
Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak
Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari :
Robekan rahim
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Pemeriksaan Fisik
1) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
a) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra. Striae
atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju pertumbuhan
rambut berkurang.
b) Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
c)
Leher
Abdomen
Vagina
Peningkatan vaskularisasi
tanda
10
Pemeriksaan Diagnostik
3. Intervensi
Diagnose
Rencana Keperawatan
Keperawatan /
masalah
Intervensi
kolaborasi
Noc
Nic
Defisit volume
Fluid belance
cairan b.d
Hydration
pendarahan
Nutrional status :
Pertahankan catatan
15 menit_1 jam
intake
Kolaborasi pemberian
Setelah dilakukan
cairan intravena
tindakan keperawatan
11
Kontrol
keadaan yang di
alami
kecemasan
Koping
Gunakan pendekatan
yang menenangkan
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
selama prosedur
keperawatan selama
memberikan keamanan
hasil :
Klien mampu
mengidentifikasi
dan
untuk mengunakan
mengungkapkan
tehnik relaksasi
gejala cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan
Identifikasi tingkat
kecemasan
menunjukan
situasi yang
tehnik untuk
menimbulkan kecemasan
mengontrol
cemas
Vital sign dalam
batas normal
Postur tubuh,
ekspresi wajah,
12
Imune status
Knowledge:
plasenta yang
tertinggal di
uterus
infection control
aseptif
Risk control
tindakan keperawatan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Pertahankan teknik
dg kriteria hasil :
Pertahankan teknik
isolasi
tanda_tanda
Dorong istirahat
infeksi
Menunjukan
kemampuan
untuk mencegah
timbulnya infeksi
Jumlsh leukosit
dalam batas
normal
Menunjukan
perilaku hidup
sehat
Status imun,
gastestinal,
genitouriaria
dalam batas
normal
infeksi
13
DAFTAR PUSTAKA
NANDA. (2012). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. 2012-2014.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tarmudilosari. (2014). Sisa Plasenta Pada Ibu Nifas.
(http://tarmudilosari.wordpress.com/2014/01/07/perdarahan-sisa-plasenta-pada-ibunifas , diakses pada tanggal 27 juni 2014)
Rofikoh . (2009). Sisa Plasenta
tanggal 29 juni)
Amma. (2014). Asuhan Keperawatan Maternitas
(http://ammaulcusnrh.blogspot.com/2014/02/asuhan-keperawatan-maternitaspada.html, di akses pada tanggal 28 juni)
14