Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Hadits merupakan segala perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, yang
dijadikan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Quran. Hadits yang dapat dijadikan
pegangan adalah hadits yang dapat diyakini kebenarannya. Untuk mendapatkan hadits
tersebut tidaklah mudah karena hadits yang ada sangatlah banyak dan sumbernya pun berasal
dari berbagai kalangan.
Penentuan suatu hadits dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas perawinya ini dilakukan
para ulama untuk mengetahui akurat atau tidaknya sanad yang ada pada hadits tersebut dan
sebagai upaya mempertimbangkan shahih tidaknya suatu hadits.

Pembagian hadits dilihat dari sudut kuantitas atau jumlah rawinya dibagi menjadi dua
yaitu Hadits Mutawattir dan Hadits Ahad. Hadits Mutawattir dibagi lagi menjadi tiga yaitu,
Mutawatir Lafzhi, Mutawatir Manawi, dan Mutawatir Amali.Hadits Ahad pun juga dibagi
menjadi tiga yakni, Masyhur, Aziz dan Garib.

Hadits Mutawatir diriwayatkan oleh banyak orang, Hadits Ahad juga diriwayatkan oleh
orang banyak tetapi berada di bawah kuantitas Hadits Mutawatir. Maka dari itu perlu adanya
pembahasan untuk mengetahui lebih jelasnya tentang pengertian Hadits Mutawatir dan Ahad,
serta pembagiannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. HADITS MUTAWATIR

1. Pengertian Hadits Mutawatir


Dari segi bahasa Mutawatir, adalah isim fail musytaq dari kata At-tawatur artinya Attatabu mutatabi yang berarti yang berturut-turut.1 Sedangkan secara istilah hadits mutawatir
adalah hadist yang diriwayatkan oleh banyak orang dan diterima dari banyak orang pula, dan
mustahil bagi mereka bersepakat untuk berdusta.2
Jadi hadits Mutawatir ialah hadist yang diriwayatkan dengan banyak sanad yang berlainan
rawi-rawinya serta mustahil mereka itu dapat berkumpul jadi satu untuk berdusta
mengadakan hadist itu.
2. Syarat-Syarat Hadits Mutawatir
Suatu hadits sudah bisa dikatakan Mutawatir apabila telah memenuhi empat syarat yaitu:
Diriwayatkan oleh banyak perawi
Beberapa ulama berbeda pendapat tentang jumlah minimal perawinya. Abu Ath-Thayib
mengatakan jumlah perawinya adalah empat orang, Ashhab Asy-Syafii sendiri menyatakan
lima orang, bahkan ada ulama yang menyatakan mencapai dua puluh atau empat puluh
orang.3 Dengan demikian jumlah perawinya tidak ada batasan tertentu.
Adanya keyakinan bahwa mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta
Adanya keseimbangan jumlah antara para rawi dalam tiap thabaqah
Sandaran beritanya adalah pancaindra
Bahwa berita yang disampaikan harus berdasarkan hasil penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan sentuhan sendiri. 4bila berdasarkan hasil pemikiran suatu peristiwa tidak bisa
dikatakan hadits Mutawatir

Mahmud Ath-Thahhan. Taisir Musthahalah Al-Hadits. T.t hlm.19.

Ibid., 18

Soetari. Op.cit. hlm.80


Muhammad bin Alwi al-Maliki, al-Manhal al-Lathif fi Ushul al-Hadits asy-Syarif, Sihr,

t.t.hlm.101-102

3. Pembagian Hadits Mutawatir


Dalam pembagian hadits Mutawatir, beberapa ulama pun juga berbeda pendapat ada yang
membaginya menjadi dua bagian yaitu Mutawatir Lafzhi dan Mutawatir Manawi. Ada juga
yang membagi menjadi tiga bagian yaitu Mutawatir Lafzhi, Manawi, dan Amali. Disini
pemakalah akan menjelaskan ketiganya.

a)

Mutawatir Lafzhi
Ialah hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi sejak awal sampai akhir sanadnya,
dengan memakai lafazh yang sama.5 Yakni hadits yang sama bunyi lafazh dan maknanya.6
Contoh hadits Mutawatir Lafzhi:

)b

Rasulullah SAW, bersabda: Siapa yang sengaja berdusta terhadapku, maka hendaklah
dia menyiapkan tempat duduknya di neraka (Hadist Riwayat Bukhari).
Hadits tersebut diriwayatkan oleh banyak sahabat, ada yang mengatakan bahwa hadits
tersebut diriwayatkan 40 orang sahabat dan ada pula yang mengatakan hadits tersebut
diriwayatkan 62 sahabat.
Mutawatir Manawi

b)

Mutawatir Manawi ialah hadits yang lafaznya dan maknanya berlainan antara satu
riwayat dan riwayat lainnya, tetapi terdapat penyesuaian makna secara umum.
Contohnya yaitu:
Nabi SAW tidak mengangkat kedua tangannya dalam doa-doa Beliau, kecuali dalam
shalat istiqa, dan Beliau mengangkat tangannya hingga nampak putih-putih kedua ketiaknya.
(H.R. Bukhari)
Hadits yang semakna dengan hadits diatas sangat banyak,
Mutawatir Amali

c)

Adalah hadist mutawatir yang menyangkut perbuatan Rasulullah SAW, yang disaksikan
dan ditiru tanpa perbedaan oleh orang banyak, untuk kemudian juga dicontoh dan diperbuat
tanpa perbedaan oleh orang banyak pada generasi-generasi berikutnya.
Contoh hadits Mutawatir Amali antara berita-berita yang menerangkan waktu dan rakaat
shalat, shalat jenazah, shalat ied dan segala amal yang telah menjadi kesepakatan, ijma.7
5

Muhammad ash-Shabbag. Op.cit. hlm.166

Soetrari. Op.cit. hlm.121


Ibid.

4. Faedah Hadits Mutawatir


Hadits Mutawatir memberikan faedah ilmu dharuri, yaitu suatu keharusan untuk menerima
dan mengamalkannya. Apabila telah meyakini kemutawatiran suatu hadits, wajib baginya
untuk mempercayai dan mengamalkan sesuai isinya.8

5. Kitab-Kitab Hadits Mutawatir


Bebrapa hadits-hadits Mutawatir telah dikumpulkan dalam sebuah kitab tersendiri
diantaranya:
Al-Azhar Al-Mutanatsirah fi Al-Akhbar Al-Mutawatirah, karya As-Suyuthi
Qathf Al-Azhar, karya As-Suyuthi, ringkasan dari kitab diatas
Al-Laali Al-Mutanatsirah min Al-HaditsAl-Mutawatirah, karya Abu Abdillah Muhammad
bin Thulun Ad-Dimsyaqi
Nazhm Al-Mutanatsirah min Al-Hadits Al-Mutawatirah, karya Muhammad bin Jafar AlKattani.

B. HADITS AHAD

1.

Pengertian Hadits Ahad


Secara bahasa ahad berasal dari kata wahid yang artinya satu. Secara istilah hadits Ahad
adalah hadits yang jumlah perawinya tidak sampai pada jumlah hadits mutawatir9.

Jadi Hadits Ahad adalah hadits yang jumlah rawinya tidak sampai pada jumlah
mutawatir, tidak memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula sampai pada derajat mutawatir.

2.

Klasifikasi Hadits Ahad

Hadits Ahad dibagi menjadi tiga yaitu masyhur, aziz, dan gharib.

1)

Hadits Masyhur
8

Ibn Taimimah. Op.cit. hlm.51

Subkhi al-Salih, 141


4

a) Pengertian Hadits Masyhur


Secara bahasa Masyhur berasal dari kata syahara, yasyharu yaitu sesuatu yang sudah
terkenal, sudah populer. Adapun secara istilah hadits Masyhur adalah hadits yang
diriwayatkan lebih dari tiga orang pada setiap thabaqah, tetapi tidak mencapai derajat
Mutawatir.10

b) Klasifikasi Hadits Masyhur


Berdasarkan ketenaran pada suatu kaum atau masyarakat, hadits Masyhur terbagi atas:
-

Masyhur dikalangan para muhaditsin dan lainnya ( ulama ahli ilmu dan orang umum)
Contonya:

Artinya: Seorang muslim adalah orang yang menyelamatkan sesama orang muslim dari
gangguan lisan dan tangannya (HR. Muttafaq alaih)

Masyhur dikalangan ahli-ahli ilmu tertentu, misalnya masyhur dikalangan ahli hadits
saja, ahli fiqih saja dan sebagainya.
Contoh hadits yang masyhur hanya dikalangan ahli fiqih saja:
Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talaq

Masyhur dikalangan masyarakat umum.

Berdasarkan kualitasnya, hadits Masyhur dibedakan menjadi:


-

Hadits Masyhur yang Shahih

Hadits Masyhur yang Hasan

Hadits Masyhur yang Dhaif

c). Kitab-kitab yang memuat hadits Masyhur


Kitab-kitab yang berisi tentang hadits Masyhur antara lain:
Kasyf al-Khifa wa Mazil al-Ilbas karangan Ismail bin Muhammad al-Ajaluni (1162 H)

10

Ath-Thahhan. Op.cit.hlm.22

Al-Maqasid al-Hasanah fi bayani katsir min al-Ahadits al-Musytaharah ala al-Alsinah

oleh Syams ad-Din Abu al-Khair Muhammad bin Abd ar-Rahman as-Sakhawi (902 H)
Tamyiz ath-Thayib min al-Khabits fima Yaduru ala Alsinah an-Nas min al-Hadits oleh

Ibn ad-Daiba asy-Syaibani.11

2)

Hadits Aziz

a) Pengertian Hadits Aziz


Aziz berasal dari kata azza, ya izzu yang berarti kuat, atau juga Syarif (mulia). Berarti
secara bahasa hadits Aziz adalah hadits yang kuat, hadits yang mulia. Secara terminologis
adalah hadits yang diriwayatkan oleh sedikitnya dua orang perawi, diterima dari dua orang
pula.12

b) Klasifikasi Hadits Aziz


Sebagaimana hadits Masyhur hadit Aziz pun juga ada yang sahih, hasan, dan dhaif.
Pembagian ini tergantung kepada terpenuhi atau tidaknya syarat yang berkaitan dengan
kualitas ketiga kategori tersebut. Ke-azizan zuatu hadits tidak identik dengan sahih tidaknya
hadits.13

3)

Hadits Gharib

a) Pengertian Hadits Gharib


Kata Gharib dari garaba, yagrubu yang berarti menyendiri atau baid an wathanih (jauh
dari tanah air). Sedangakan secara istilah hadits Gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh
seorang sanad saja dengan tidak dipersoalkan dalam tabaqat mana sajanya.

b) Klasifikasi Hadits Gharib


Hadits Gharib dibagi dalam dua macam yaitu berdasar penyendirian perawinya dan
dilihat berdasar kaitannya antara penyendirian pada sanad dan matan.
11

12

13

Mahmud ath-Thahhan. Op.cit. hlm.25


Ibn Hajar al-Asqalani, Nuhbah al-Fikr. op.cit hlm.3
Soetari, op.cit hlm.127

Hadits Gharib berdasar penyendirian perawinya:


-

Hadits Gharib Muthlaq


Yaitu hadits yang rawinya menyendiri dalam meriwayatkan hadits itu, tidak ada orang lain
yang meriwayatkan hadits tersebut.
Contoh hadits Garib Muthlaq:
Kekerabatan dengan jalan memerdekakan, sama dengan kekerabatan dengan nasab, tidak
boleh dijual dan dihibahkan.
Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Abdullah bin Dinar.

Hadits Gharib Nisbi


Adalah apabila penyendirian itu mengenai sifat-sifat atau keadaan tertentu seorang perawi.
Penyendirian ini bisa pada sifat ke-adil-an dan ke-dhabhit-annya, pada kota atau tempat
tinggal tertentu.

Hadits Gharib dilihat dari sudut Keghariban Sanad dan Matannya


-

Gharib pada Sanad dan Matannya


Yaitu hadits Gharib yang hanya diriwayatkan oleh satu silsilah sanad, dengan satu matan
haditsnya.

Gharib pada Sanad saja


Ialah hadits yang populer dan diriwayatkan banyak sahabat, tetapi ada seorang rawi
yang meriwayatkan dari sahabat lain yang tidak populer.

c) Kitab Yang Memuat Hadits Gharib


Gharib Malik dan al-Afrad karya ad-daruqutni, dan as-Sunan allati tafarada bi kulli
Sunnah minha Ahl Baldah karya Abu Daud as-Sijistani.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Dari segi kuantitasnya hadits dibedakan menjadi dua yaitu Hadits Mutawatir dan Ahad.
Keduanya sama-sama diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi Hadits Ahad tidak sampai pada
derajat Hadits Mutawatir.
Hadist mutawatir adalah hadist yang diriwayatkan oleh banyak rawi baik dari thabaqat
pertama (sahabat) sampai kepada thabaqat yang terakhir (thabiat thabiun). periwayatannya,
hadist mutawatir dapat dibagi menjadi dua bagian yakni:
1.

Hadist mutawatir lafdzi yaitu hadist yang apabila dilihat dari sisi susunan kalimat dan
maknanya memiliki kesamaan antara satu periwayatan dengan periwayatan lainnya.

2.

Hadist mutawatir manawi adalah hadist yang rawi-rawinya berlainan dalam susunan
redaksinya, tetapi di antara perbedaan itu, masih menyisakan persamaan dan persesuaian
yakni pada prinsipnya. Mutawatir Amali

3.

Hadits Mutawatir Amali adalah hadist mutawatir yang menyangkut perbuatan Rasulullah
SAW, yang disaksikan dan ditiru tanpa perbedaan oleh orang banyak
Hadist Ahad yakni hadist yang dilihat dari sisi penutur dan perawinya tidak mencapai tingkat
mutawatir. Dalam hadist ahad dikenal dengan istilah hadist masyhur, hadist aziz, dan hadist
gharib.
1.

Hadist masyhur adalah hadist yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih perawi

hadist tetapi belum mencapai tingkat mutawatir.


2.

Hadist aziz adalah hadist yang diriwayatkan oleh dua orang walaupun jumlah

dimaksud hanya terdapat dalam satu thabaqat., kemudian setelah itu orang-orang
meriwayatkannya.
3.

Hadist gharib adalah hadist yang dalam sanadnya hanya terdapat seorang perawi

hadist.

DAFTAR PUSTAKA

Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadits. Gaya Media Pratama, Jakarta. 1996


Solahudin, M dan Agus Suyadi. Ulumul Hadits. Cv Pustaka setia, Bandung. 2009
Muhsin, Imam dkk. Al-Hadits. Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 2005

Anda mungkin juga menyukai