Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PERCOBAAN II
METABOLISME OBAT

Disusun Oleh :
Golongan

IV

Kelompok

1. Ananda Dwi Rahayu

(G1F013034)

2. Syaeful Eko P

(G1F013036)

3. Murti Setiati

(G1F013038)

4. Feni Amalia F

(G1F013040)

5. M. Imaduddin S

(G1F013042)

Tanggal Praktikum

: Kamis, 17 April 2014

Nama Dosen Pembimbing Praktikum

: Heni Ekowati

Nama Asisten Praktikum

: 1. Galih Samodra
2. Rahma

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014

PERCOBAAN II
METABOLISME OBAT

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metabolisme obat sering disebut biotransformasi. Metabolisme obat penting

dalam mengevaluasi keamaanan obat. Selain itu untuk mengetahui bagaimana


obat dimetabolisme dan dideaktivasi,untuk mengenal jalur serta kecepatan
distribusi dan eiminasi obat maupun metabolitnya.
B. Tujuan Percobaan
Mempelajari pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap enzim pemetabolisme
obat dengan mengukur efek farmakologinya.

C. Dasar Teori
Metabolisme atau biotransformasi adalah reaksi perubahan zat kimia
dalam jaringan biologi yang dikatalis oleh enzim menjadi metabolitnya. Jumlah
obat dalam tubuh dapat berkurang karena proses metabolisme dan ekskresi. Hati
merupakan organ utama tempat metabolisme obat. Ginjal tidak akan efektif
mengeksresi obat yang bersifat lipofil karena mereka akan mengalami reabsorpsi
di tubulus setelah melalui filtrasi glomelurus. Oleh karena itu, obat yang lipofil
harus dimetabolisme terlebih dahulu menjadi senyawa yang lebih polar supaya
reabsorpsinya berkurang sehingga mudah diekskresi.
Proses metabolisme terbagi menjadi beberapa fase, fase I merubah
senyawa lipofil menjadi senyawa yang mempunyai gugus fungsional seperti OH,
NH2, dan COOH. Ini bertujuan agar senyawa lebih mudah mengalami proses
perubahan selanjutnya. Hasil metabolisme fase I mungkin mempengaruhi efek
farmakologinya. Metabolisme fase I kebanyakan menggunakan enzim sitokrom
P450 yang banyak terdapat di sel hepar dan GI. Enzim ini juga berperan penting

dalam memetabolisme zat endogen seperti steroid, lemak dan detoksifikasi zat
eksogen. Namun demikian, ada juga metabolisme fase I yang tidak menggunakan
enzim sitokrom P450, seperti pada oksidasi katekolamin, histamine dan etanol.
Reaksi fase II atau reaksi konjugasi terjadi jika zat belumcukup polar
setelah mengalami metabolisme fase I, ini terutama terjadi pada zat yang sangat
lipofil. Konjugasi ialah reaksi penggabungan antara obat dengan zat endogen
seperti asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat dan asam amino. Hasil reaksi
konjugasi berupa zat yang sangat polar dan tidak aktif secara farmakologi.
Glukoronidasi adalah reaksi konjugasi yang paling umum dan paling penting
dalam ekskresi dan inaktifasi obat.
Untuk obat yang sudah mempunyai gugus seperti OH, NH2, SH dan
COOH mungkin tidak perlu mengalami reaksi fase I untuk dimetabolisme fase II.
Dengan demikian tidak semua zat mengalami reaksi fase I terlebih dahulu
sebelum reaksi fase II. Bahkan zat dapat mengalami metabolisme fase II terlebih
dahulu sebelum mengalami metabolisme fase I. (Mycek,2001)
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic
reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstra
hepatik) adalah: dinding usus, Ginjal, Paru, Darah, Otak dan Kulit,juga di lumen
kolon(oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang non polar (larut
lemak) menjadi polar (larut air)agar dapat diekskresikan melalui ginjal atau
empedu.dengan perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif.Tapi
sebagian berubah menjadi lebih aktif(jika asalnya prodrug),kurang aktif,atau
menjadi toksik.
Reaksi metabolisme yang terpenting adalah oksidasi oleh enzim cytocrome
P450 (cyp) yang disebut juga enzim monooksigenase atau MFO (Mixed Fungtion
Oxidase) dalam endoplasmic reticulum (mikrosom) hati. Interaksi dalam
metabolisme obat berupa induksi atau inhibisi enzim metabolisme, terutama
enzim cyp.

Induksi berarti peningkatan sistem enzim metabolisme pada tingkat


transkripsi sehingga terjadi peningkatan kecepatan metabolisme obat yang
menjadi substrat enzim yang bersangkutan.
Inhibisi enzim metabolisme berarti hambatan yang terjadi secara langsung
dengan akibat peningkatan kadar substrat dari enzim yang dihambat juga terjadi
secara langsung. (Mardjono,2007,hal 8)
Proses metabolisme dapat mempengaruhi aktivitas biologis, masa kerja,
dan toksisitas obat. Oleh karena itu pengetahuan tentang metabolisme obat
penting dalam studi.suatu obat dapat menimbulkan suatu respon biologis dengan
melalui dua jalur, yaitu:
a. Obat aktif setelah masuk melalui peredaran darah, langsung berinteraksi dengan
reseptor dan menimbulkan respon biologis.
b. Pra-obat setelah masuk ke peredaran darah mengalami proses metabolisme
menjadi obat aktif, berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan respon biologis
(bioaktivasi)
Secara umum tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat menjadi
metabolit tidak aktif dan tidak toksik (bioinaktivasi atau detoksifikasi), mudah
larut dalam air dan kemudian diekskresikan dari tubuh. Hasil metabolit obat
bersifat lebih toksik dibanding dengan senyawa induk (biootoksifikasi) dan ada
pula hasil metabolit obat yang mempunyai efek farmakologis berbeda dengan
senyawa induk. contoh: Iproniazid, suatu obat perangsang system syaraf pusat,
dalam tubuh di metabolis menjadi isoniazid yang berkhasiat sebagai anti
tuberkolosis.
Faktor-faktor yang mempengarui metabolisme obat:
Metabolisme obat secara normal melibatkan lebih dari satu proses kimiawi
dan enzimatik sehingga menghasilkan lebih dari satu metabolit. Jumlah metabolit
ditentukan oleh kadar dan aktivitas enzim yang berperan dalam proses
metabolisme. Kecepatan metabolisme dapat menentukan intensitas dan masa kerja
obat. Kecepatan metabolisme ini kemungkinan berbeda-beda pada masing-masing

individu. Penurunan kecepatan metabolisme akan meningkatkan intensitas dan


memperpanjang masa kerja obat dan kemungkinan meningkatkan toksisitas obat.
Kenaikan kecepatan metabolisme akan menurunkan intensitas dan memperpendek
masa kerja obat sehingga obat menjadi tidak efektif pada dosis normal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat antara lain:
1.

Faktor Genetik atau keturunan


Perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadangkadang terjadi dalam system kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa factor
genetic atau keturunan ikut berperan terhadap adanya perbedaan kecepatan
metabolisme obat.

2.

Perbedaan spesies dan galur


Pada proses metabolisme obat, perubahan kimia yang terjadi pada
spesies dan galur kemungkinan sama atau sedikit berbeda, tetapi kadangkadang ada perbedan uang cukup besar pada reaksi metabolismenya.

3.

Perbedaan jenis kelamin


Pada spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis kelamin
terhadap kecepatan metabolisme obat

4.

Perbedaan umur
Bayi dalam kandungan atau bayi yang baru lahir jumlah enzim-enzim
mikrosom hati yang diperlukan untuk memetabolisme obat relatif masih
sedikit sehingga sangat peka terhadap obat.

5.

Penghambatan enzim metabolisme


Kadang-kadang pemberian terlebih dahulu atau secara bersama-sama
suatu senyawa yang menghambat kerja enzim-enzim metabolisme dapat
meningkatkan intensitas efek obat, memperpanjang masa kerja obat dan
kemungkinan juga meningkatkan efek samping dan toksisitas.

6.

Induksi enzim metabolisme


Pemberian bersama-sama suatu senyawa

dapat meningkatkan

kecepatan metabolisme obat dan memperpendek masa kerja obat. Hal ini
disebabkan senyawa tersebut dapat meningkatkan jumlah atau aktivitas
enzim metabolisme dan bukan Karena permeablelitas mikrosom atau adanya
reaksi penghambatan. Peningkatan aktivitas enzim metabolisme obat-obat
tertentuatau proses induksi enzim mempercepat proses metabolisme dan
menurunkan kadar obat bebas dalam plasma sehingga efek farmakologis
obat menurun dan masa kerjanya menjadi lebih singkat.
Induksi enzim juga mempengaruhi toksisitas beberapa obat karena
dapat meningkatkan metabolisme dan metabolit reaktif.

Perubahan kimia obat dalam tubuh terutama terjadi pada jaringan-jaringan


dan organ-organ seperti hati, ginjal, paru dan saluran cerna. Hati merupakan
organ tubuh tempat utama metabolisme obat oleh karena mengandung enzimenzim metabolisme dibanding organ lain. Metabolisme obat di hati terjadi pada
membrane reticulum endoplasma sel. Retikulum endoplasma terdiri dari dua tipe
yang berbeda, baik bentuk maupun fungsinya. Tipe 1 mempunyai permukaan
membran yang kasar, terdiri dari ribosom-ribosom yang tersusun secara khas dan
berfungsi mengatur susunan genetik asam amino yang diperlukan untuk sintesis
protein. Tipe 2 mempunyai permukaan membran yang halus tidak mengandung
ribosom. Kedua tipe ini merupakan tempat enzim-enzim yang diperlukan untuk
metabolisme obat. Jalur umum metabolisme obat dan senyawa organik asing
Reaksi metabolisme obat dan dan senyawa organic asing ada dua tahap yaitu:
1.

Reaksi fase I atau reaksi fungsionalisasi

2.

Reaksi fase II atau reaksi konjugasi.


Yang termasuk reaksi fase I adalah reaksi-reaksi oksidasi, reduksi, dan

hidrolisis. Tujuan reaksi ini adalah memasukkan gugus fungsional tertentu yang
besifat polar.

Yang termasuk reaksi fase II adalah reaksi konjugasi, metilasi dan


asetilasi. Tujuan reaksi ini adalah mengikat gugus fungsional hasil metabolit
reaksi fase I dengan senyawa endogen yamg mudah terionisasi dan bersifat polar,
seperti asam glukoronat, sulfat, glisin dan glutamine, menghasilkan konjugat yang
mudah larut dalam air. Hasil konjugasi yang terbentuk (konjugat) kehilangan
aktivias dan toksisitasnya, dan kemudian di ekskresikan melalui urin.
Pada metabolisme obat, gambaran secara tepat system enzin yang
bertanggung jawab terhadap proses oksidasi, reduksi, masih belum diketahui
secara jelas. Secara umum diketahui bahwa sebagian besar reaksi metabolik akan
melibatkan prpses oksidasi. Proses ini memerlukan enzim sebagai kofaktor, yaitu
bentuk tereduksi dari nikotinamid-adenin-dinukleotida fosfat (NADPH) dan
nikotinamid-adenin-dinukleotida

II.

ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu Spuit injeksi (0,1-2 ml), jarum
sonde, labu ukur 10 ml, stop watch, timbangan tikus, neraca analitik, dan
alat-alat gelas.

B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu aquabidest, diazepam, induktor
enzim : fenobarbital 30 mg/kg BB, inhibitor enzim : simetidin dan
siprofloksasin, hewan coba (tikus), kapas dan alkohol.
III. CARA KERJA
a. Tikus I
TIKUS
-

Ditimbang

DIAZEPAM AMPUL
-

Diambil sesuai dengan dosis (0,18 ml)

Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 50 ml)

Diambil 4 ml dengan spuit injeksi

Diinjeksikan dalam tikus melalui rongga perut

TIKUS
-

Didiamkan 15 menit

Dicatat onset diazepam secara intra peritoneal

Dimasukkan dalam rotarod selama 2 menit pada menit


ke 15, 30, 60, dan 90

Dicatat banyaknya frekuensi tikus terjatuh dari rotarod

Dicatat durasi diazepam secara intra peritoneal

DATA

b. Tikus II
TIKUS
-

Ditimbang

FENOBARBITAL TABLET
-

Ditimbang

Digerus

Diambil sesuai dengan dosis (1,35 mg)

Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 25 ml)

Diambil 5 ml dengan jarum sonde

Diinjeksikan dalam tikus melalui mulut

TIKUS
-

Didiamkan 15 menit

DIAZEPAM AMPUL
-

Diambil sesuai dengan dosis (0,18 ml)

Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 50 ml)

Diambil 5 ml dengan spuit injeksi

Diinjeksikan dalam tikus melalui rongga perut

TIKUS
-

Didiamkan 15 menit

Dicatat onset diazepam dengan induktor fenobarbital

Dimasukkan dalam rotarod selama 2 menit pada menit


ke 15, 30, 60, dan 90

Dicatat banyaknya frekuensi tikus terjatuh dari rotarod

Dicatat durasi diazepam dengan induktor fenobarbital

DATA

c. Tikus III
TIKUS
-

Ditimbang

CIPROFLOKSASIN TABLET
-

Ditimbang

Digerus

Diambil sesuai dengan dosis (9 mg)

Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 10 ml)

Diambil 5 ml dengan jarum sonde


Diinjeksikan dalam tikus melalui mulut

TIKUS
-

Didiamkan 15 menit

DIAZEPAM AMPUL
-

Diambil sesuai dengan dosis (0,18 ml)

Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 50 ml)

Diambil 5 ml dengan spuit injeksi

Diinjeksikan dalam tikus melalui rongga perut

TIKUS
-

Didiamkan 15 menit

Dicatat onset diazepam dengan inhibitor ciprofloksasin

Dimasukkan dalam rotarod selama 2 menit pada menit


ke 15, 30, 60, dan 90

Dicatat banyaknya frekuensi tikus terjatuh dari rotarod

Dicatat durasi diazepam dengan inhibitor ciprofloksasin

DATA

IV. PERHITUNGAN DAN HASIL PERCOBAAN


Perhitungan Dosis :
Ciprofloksasin
Dosis obat

: 500 mg

Diazepam
Dosis obat

: 5 mg

Fenobarbital
Dosis obat

: 30 mg

Data Pengamatan :
Kelompok 1

Onset

Durasi

15

30

60

90

Tikus I (Diaz)

16

40

52

24

Tikus II (Feno + 6
Diaz)
Tikus III (Simet 29
+ Diaz)

Kelompok 2

Onset

Durasi

15

30

60

90

Tikus I (Diaz)

13

22

Tikus II (Feno + 11

24

67

Diaz)
Tikus III (Simet 28
+ Diaz)

Kelompok 3

Onset

Durasi

15

30

60

90

Tikus I (Diaz)

75

15

65

10

12

>90

Tikus II (Feno + 11
Diaz)
Tikus III (Cipro 12
+ Diaz)

Kelompok 4

Onset

Durasi

15

30

60

90

Tikus I (Diaz)

70

17

Tikus II (Feno + 4

69

57

Diaz)
Tikus III (Cipro 3
+ Diaz)

V.

PEMBAHASAN
Metabolisme atau biotransformasi adalah reaksi perubahan zat kimia

dalam jaringan biologi yang dikatalis oleh enzim menjadi metabolitnya. Jumlah
obat dalam tubuh dapat berkurang karena proses metabolisme dan ekskresi. Hati
merupakan organ utama tempat metabolisme obat. Ginjal tidak akan efektif
mengeksresi obat yang bersifat lipofil karena mereka akan mengalami reabsorpsi
di tubulus setelah melalui filtrasi glomelurus. Oleh karena itu, obat yang lipofil
harus dimetabolisme terlebih dahulu menjadi senyawa yang lebih polar supaya
reabsorpsinya berkurang sehingga mudah diekskresi.
Proses metabolisme terbagi menjadi beberapa fase, fase I merubah
senyawa lipofil menjadi senyawa yang mempunyai gugus fungsional seperti OH,
NH2, dan COOH. Ini bertujuan agar senyawa lebih mudah mengalami proses
perubahan selanjutnya. Hasil metabolisme fase I mungkin mempengaruhi efek
farmakologinya. Metabolisme fase I kebanyakan menggunakan enzim sitokrom
P450 yang banyak terdapat di sel hepar dan GI. Enzim ini juga berperan penting
dalam memetabolisme zat endogen seperti steroid, lemak dan detoksifikasi zat
eksogen. Namun demikian, ada juga metabolisme fase I yang tidak menggunakan
enzim sitokrom P450, seperti pada oksidasi katekolamin, histamine dan etanol.
Reaksi fase II atau reaksi konjugasi terjadi jika zat belumcukup polar
setelah mengalami metabolisme fase I, ini terutama terjadi pada zat yang sangat
lipofil. Konjugasi ialah reaksi penggabungan antara obat dengan zat endogen
seperti asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat dan asam amino. Hasil reaksi
konjugasi berupa zat yang sangat polar dan tidak aktif secara farmakologi.
Glukoronidasi adalah reaksi konjugasi yang paling umum dan paling penting
dalam ekskresi dan inaktifasi obat.
Untuk obat yang sudah mempunyai gugus seperti OH, NH2, SH dan
COOH mungkin tidak perlu mengalami reaksi fase I untuk dimetabolisme fase II.
Dengan demikian tidak semua zat mengalami reaksi fase I terlebih dahulu
sebelum reaksi fase II. Bahkan zat dapat mengalami metabolisme fase II terlebih
dahulu sebelum mengalami metabolisme fase I. (Mycek,2001)

Induksi berarti peningkatan sistem enzim metabolisme pada tingkat


transkripsi sehingga terjadi peningkatan kecepatan metabolisme obat yang
menjadi substrat enzim yang bersangkutan.Contoh obat yang bersifat induksi
adalah sebagai induktor yaitu fenobarbital
Inhibisi enzim metabolisme berarti hambatan yang terjadi secara langsung
dengan akibat peningkatan kadar substrat dari enzim yang dihambat juga terjadi
secara langsung. (Mardjono,2007,hal 8)
Metabolisme merupakan proses mengubah struktur suatu zat menjadi zat
lain yang memiliki sifat yang sama, menyerupai atau bahkan berbeda dengan zat
itu sebelumnya (Sari, 2008).
Zat-zat yang larut dalam lipid dimetabolisme oleh hati menggunakan dua
set umum reaksi, fase I dan fase II. Reaksi fase I sering melibatkan sistem P-450.
Reaksi fase II adalah konjugasi, sebagian besar dengan glukuronid. Reaksi fase I
mengubah molekul lipofilik menjadi molekul-molekul yang lebih polar dengan
memasukkan atau membuka gugus fungsional polar seperti OH atau NH2.
Sebagian besar reaksi ini menggunakan enzim-enzim P-450 mikrosomal. Reaksi
fase I merupakan dasar sejumlah interaksi obat. Terdapat suatu rangkaian lengkap
enzim sitokrom P-450 yang dapat diinhibisi atau diinduksi. Diantara enzim-enzim
tersebut, CYP3A4 mempunyai peran dalam metabolisme sekitar 50% obat yang
akhir-akhir ini diresepkan. Inhibisi atau induksi CYP3A4 oleh satu obat akan
mempengaruhi kadar obat lain yang juga dimetabolisme oleh CYP3A4. Sebagai
contoh, rifampin menginduksi CYP3A4, yang dapat meningkatkan metabolisme
estrogen, sehingga mengurangi keefektifan pil pengontrol kehamilan (pil KB)
(Stringer, 2008).
Reaksi fase II adalah reaksi konjugasi. Reaksi-reaksi ini mengombinasikan
asam glukuronat, asam sulfat, asam asetat atau asam amino dengan molekul obat
sehingga obat tersebut menjadi lebih polar. Obat-obat yang sangat polar ini
selanjutnya dapat diekskresikan oleh ginjal (Stringer, 2008).
Suatu obat yang dapat meningkatkan metabolisme dari obat lain dengan
merangsang (menginduksi) enzim-enzim hati. Obat-obat yang dapat menginduksi

enzim-enzim disebut sebagai penginduksi enzim. Salah satu contoh dari


penginduksi enzim adalah barbiturat (fenobarbital). Fenobarbital meningkatkan
metabolisme

penghambat

reseptor

beta

(propanolol),

kebanyakan

dari

antipsikotropik, dan teofilin. Metabolisme yang meningkat mempercepat


eliminasi obat di dalam plasma. Akibatnya adalah penurunan kerja obat. Kadangkadang enzim-enzim hati mengubah obat menjadi metabolit aktif atau pasif. Ada
juga beberapa obat yang merupakan penghambat enzim (Kee dan Hayes, 1996).
Inhibitor enzim menghambat metabolisme obat, meningkatkan durasi kerja
dan konsentrasi plasma obat-obat pendamping. Contohnya simetidin, disulfiram,
etanol, antibiotika makrolid, alopurinol, isoniazid, kloramfenikol, dan ketokonazol
(Cairns, 2009).
Kerja suatu inhibitor yaitu berikatan dengan enzim sehingga ketika ada
obat lain masuk obat tersebut tidak akan dimetabolisme, lalu obat akan
terakumulasi dalam plasma dan akan menyebabkan efek toksik. Akibatnya durasi
efek terapi yang lama dan bahkan kematian hewan uji. Secara garis besar kerja
inhibitor yaitu menghambat metabolisme suatu obat.
Kerja suatu inductor yaitu membantu meningkatkan enzim pemetabolisme,
ketika ada obat lain yang masuk obat tersebut akan langsung dimetabolisme dan
di ekskesikan sehingga mengurangi kadarnya dalam plasma dan diperoleh durasi
obat yang pendek
Contoh obat yang bersifat inhibisi adalah sebagai inhibitor yaitu simetidin
dan siprofloksasin

Monografi dan mekanisme kerja


1. Diazepam
7-Kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1.4-benzodiazepin-2-on,BM: 284,75
Pemerian : Serbuk hablur, hampir putih sampai kuning; praktis tidak
berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam kloroform; larut

dalam etanol. Suhu lebur :130-134Ph : diazepam dalam larutan relative stabil
pada ph 4 dan maksimum stabilitas pada ph 5. Diazepam adalah N-demethylated
oleh CYP3A4 dan 2C19 ke desmethyldiazepam metabolit aktif-N, dan
dihidroksilasi oleh CYP3A4 ke temazepam metabolit aktif. N-desmethyldiazepam
dan

temazepam

keduanya

dimetabolisme

lebih

lanjut

untuk

oxazepam.Temazepam dan oxazepam sebagian besar dihilangkan dengan


glucuronidation.
Berikatan dengan reseptor stereospesifik benzodiazepin pada saraf GABA
post-sinaps di beberapa tempat dalam sistem saraf pusat, termasuk sistem limbik,
susunan retikular. Menambah efek penghambat GABA pada hasil eksitabilitas
saraf dengan meningkatkan permeabilitas membran saraf terhadap ion klorin.
Pertukaran ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi dan stabilisasi. (Lexy-Comp
p.462)
1. Fenobarbital
Fenobarbital adalah antikonvulsan turunan barbiturat yang efektif dalam
mengatasi epilepsi pada dosis subhipnotis. Mekanisme kerja menghambat kejang
kemungkinan melibatkan potensiasi penghambatan sinaps melalui suatu kerja
pada reseptor GABA, rekaman intrasel neuron korteks atau spinalis kordata
mencit menunjukkan bahwa fenobarbital meningkatkan respons terhadap GABA
yang diberikan secara iontoforetik. Efek ini telah teramati pada konsentrasi
fenobarbital yang sesuai secara terapeutik. Analisis saluran tunggal pada out patch
bagian luar yang diisolasi dari neuron spinalis kordata mencit menunjukkan
bahwa fenobarbital meningkatkan arus yang diperantarai reseptor GABA dengan
meningkatkan durasi ledakan arus yang diperantarai reseptor GABA tanpa
merubah frekuensi ledakan. Pada kadar yang melebihi konsentrasi terapeutik,
fenobarbital juga membatasi perangsangan berulang terus menerus; ini mendasari
beberapa efek kejang fenobarbital pada konsentrasi yang lebih tinggi yang
tercapai selama terapi status epileptikus.
2. Cimetidine

Cimetidine adaiah penghambat histamin pada reseptor H2 secara selektif


dan reversible, penghambatan histamin pada reseptor H, akan menghambat sekresi
asam lambung baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan oleh
makanan, histamin, pentagastrin, kafein dan insulin. Cimetidine dengan cepat
diabsorbsi setelah pemberian oral dan konsentrasi puncak dalam plasma dicapai
dalam waktu 45-90 menit setelah pemberian. Cimetidine diekskresikan melalui
urin.
3. Siprofloksasin
Ciprofloxacin

(1-cyclopropyl-6-fluoro-1,4-dihydro-4-oxo-7-(-1-

piperazinyl-3-quinolone carboxylic acid) merupakan salah satu obat sintetik


derivat quinolone. mekanisme kerjanya adalah menghambat aktifitas DNA gyrase
bakteri, bersifat bakterisida dengan spektrum luas terhadap bakteri gram positif
maupun gram negatif.
Ciprofloxacin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran cerna,
bioavailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada protein
plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan tubuh. metabolismenya
dihati dan diekskresi terutama melalui urine.
Tikus diberi diazepam 10mg/kg BB secara intraperitoneal. Diazepam
bekarja dengan aksi gama-aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter
penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasipost
sinaptik membran sel dan mendorongnya agar tidak dapat di eksitasi. Hal tersebut
mangakibatkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensial alcohol,
antikonvulsi dan relaxasi otot skeletal. Kemudian tikus II diberi fenobarbital
30mg/70 kg BB dengan fenobarbital setelah 15 menit diberi diazepam.
Fenobarbital adalah obat induksi enzim metabolisme menyebabkan enzim
sitokrom P450 terinduksi akibatnya diazepam akan cepat di metabolisme sehingga
obat akan cepat di eliminasi dari dalam tubuh. Akibatnya efek diazepam dalam
tubuh berkurang karena hanya berefek sebentar. Sedangkan tikus III diberi
simetidin setelah 15 menit diberi diazepam. Dan tikus IV diberi ciprofloksasin
setelah 15 menit diberi diazepam. Simetidin dan ciprofloksasin merupakan obat

penginhibisi enzim metabolism. Kerjanya menghambat kerja enzim sitokrom


P450 sehingga metabolism obat dihambat. Obat di eliminasi lebih lama di dalam
tubuh dan obat berefek lebih lama di dalam tubuh (Mardjono, 2007).
Tikus diamati onset dan durasinya berdasarkan refleks balik badan.
Jumlah jatuhnya tikus menandakan kesadaran tikus. Semakin banyak tikus jatuh
berarti tikus dalam keadaan dibawah pengaruh sedasi. Onset bisa dilihat dari
waktu mulainya tikus mulai lemas dan durasi bisa dilihat dari lamanya waktu
tikus menjadi lemas sampai tikus terlihat mulai aktif kembali (Mardjono, 2007).
Onset diazepam pada umumnya pada menit ke 4-8 setelah pemberian ( Anonim,
2004).

VI. KESIMPULAN

Metabolisme obat dapat dipengaruhi oleh obat lain yang digunakan


bersama-sama.

Obat yang mempengaruhi metabolisme obat dapat memperlama atau


memperpendek kerja obat.

Contoh obat yang memperpanjang kerja obat (inhibitor) yaitu


ciprofloksasin dan simetidin.

Contoh obat yang memperpendek kerja obat (induktor) yaitu golongan


barbitulat contohnya fenobarbital.

Tikus yang diberi obat penghibisi enzim metabolisme mengalami


durasi yang lebih lama daripada yang diberi obat penginduksi enzim
metabolisme.

VII. TUGAS
1. Sebutkan senyawa-senyawa yang dapat menginduksi dan menginhibisi
enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme!
Jawab :
Senyawa yang dapat menginduksi enzim yaitu fenobarbital,
alobarbital, pentobarbital, dan sekobarbital. Seangkan senyawa yang
dapat menginhibisi enzim yaitu simetidin, ciprofloksasin, dan
eritromisin.

2. Jelaskan mekanisme induksi dan inhibisi enzim!


Jawab :
Induksi seperti jenis fenobarbital akan menaikkan proliferasi RE
dan dengan demikian bekerja menaikkan dengan jelas bobot hati.
Induksi terutama pada sitokrom P450 dan juga pada glukuronil
transfase, glutation transfase, dan epoksida hidrolase, induksi yang
terjadi relatif cepat (beberapa hari). Induktor metilkolantren yang
termassuk karbohidrat aromatik (misalnya benzpiren, metilkolatren,
triklordibenodioksin, fenantren) dan beberapa herbisida, terutama
meningkatkan kerja sitokrom P450 dan sintesis glukuronil transferase.
Proliferasi RE dan dengan demikian kenaikan bobot hati sedikit.
Sebagai akibat dari induksi enzim maka kapasitas penguraian
meningkat, sehingga dalam waktu beberapa minggu menurun hingga
pada tingkat asalnya.
Pada penambahan inhibitor enzim terjadi pula mekanisme
inhibisi enzim dengan cara bahan obat yang menyebabkan penurunan
sintesis atau menaikkan penguraian enzim RE atau antara 2 obat
terdapat persaingan tempat ikatan pada enzim, akibatnya terjadi
penghambatan

penguraian

metabolisme menurun.

secara

kompetitif

sehingga

laju

3. Jelaskan hubungan antara induksi dan inhibisi enzim dengan efek


farmakologi dan toksisitas!
Jawab :
Inhibisi berarti hambatan terjadi langsung, dengan akibat
peningkatan kadar obat yang menjadi substrat dari enzim yang
menghambat juga terjadi secara langsung untuk mencegah terjadinya
toksisitas, diperlukan penurunan dosis obat yang bersangkutan atau
bahkan tidak boleh diberikan bersama penghambatnya (kontra
indikasi) jika akibatnya membahayakan. Hambatan pada umumnya
bersifat kompetitif (karena merupakan substrat dari enzim yang sama),
tetapi juga dapat bersifat non-kompetitif (bukan substrat dari enzim
yang bersangkutan atau ikatannya irreversibel.
Induksi berarti peningkatan sintesis enzim metabolisme pada
tingkat

transkripsi

sehingga

terjadi

peningkatan

kecepatan

metabolisme obat yang menjadi substrat enzim yang bersangkutan,


akibatnya diperlukan peningkatan dosis obat tersebut, berarti terjadi
toleransi farmakokinetik karena melibatkan sintesis enzim maka
diperlukan waktu beberapa hari (3 hari sampai 1 minggu) sebelum
dicapai efek yang maksimal.

VIII.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonym, 2004, Diazepam, url : http://www.nursingtimes.net diakses 15
Mei 2014.
Cairns, Donald. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : EGC.

Kee, Joyce L., Dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi Pendekatan


Proses
Keperawatan, Jakarta : EGC.
Mardjono, Mahar, 2007, Farmakologi dan Terapi, Jakarta : UI press.
Martindale, 2006,The Complete drug Reference. 35th edition, AHFS
DRUG.
Mycek, Mary J, 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2, Widya
Medika, Jakarta.
Sari, Wening, dkk. 2008. Care Yourself, Hepatitis. Jakarta : Penebar Plus.
Siswandono, Soekardjo, 1995, Kimia Medisinal, Surabaya; Airlangga
University Press.
Stringer, Janet L. 2008. Konsep Dasar Farmakologi. Jakarta : EGC

Purwokerto, 16 Mei 2014

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Praktikum

Ketua Kelompok,

(Esti Dyah Utami)

(Syaeful Eko Prayitno)

Anda mungkin juga menyukai