Anda di halaman 1dari 13

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

Etika dalam Praktek Investasi dan


Pasar Modal
Dosen pengampu:
Nur Cahyonowati, SE, M.Si, Akt.

KELOMPOK 3:

Luthfie Maulana

(12030113220059)

Yuliani

(12030113220079)

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

Pasar modal adalah tempat, tidak terbatas hanya secara fisik, di mana orang membeli dan
menjual surat berharga atau instrument keuangan, seperti saham, surat utang, dan produk
keuangan lainnya. Surat-surat berharga yang dikeluarkan penjual tersebut memberikan hak tak
berwujud (intangible rights) kepada pembelinya untuk memperoleh deviden, bunga, penempatan
manajemen, dan hak-hak lainnya.
Pembeli dalam menentukan keputusan investasinya umumnya mengandalkan informasi
tentang perusahaan yang diberikan oleh pengurus perusahaan yaitu direktur dan komisaris.
Untuk memastikan akurasinya, maka informasi tersebut juga diverifikasi oleh akuntan, analis,
konsultan hukum, otoritas bursa, dan Badan Pengawas Pasar Modal. Dengan ketatnya
pengawasan atas informasi seperti ini, apakah menjamin bahwa pasar modal telah bebas dari
pelanggaran, baik pelanggaran regulasi maupun pelanggaran etika?
Bernard Black, Profesor Hukum di Northwestern University Amerika Serikat, pernah
menulis bahwa eksistensi pasar modal dengan satu dan lain hal merupakan sebuah keajaiban
karena investor bersedia menyerahkan bagian (besar) uangnya untuk membeli hak tak berwujud,
dengan nilai atas hak itu sangat ditentukan oleh kualitas informasi yang diberikan oleh penjual
hak tersebut. Dengan kata lain, nilai atas hak tersebut ditentukan oleh kejujuran penjual tentang
hal itu.
Kita perlu memberikan penekanan pada sebuah kata kunci yang melandasi kegiatan di
pasar modal: kejujuran. Saat ini telah terjadi reduksi mengenai makna kejujuran di pasar modal.
Kejujuran dianggap sama dan sebangun dengan keterbukaan (disclosure). Padahal, keduanya
merupakan sebuah sikap yang berada pada kuadran berbeda. Keterbukaan hanya menyangkut
prosedur, sesuatu yang sifatnya legalitas formal, sementara kejujuran mencakup sebuah sikap
mental dan nilai-nilai etika.
Masalah etika ini perlu kita angkat sebagai pusat perhatian karena sebuah pasar, seperti
pasar modal Indonesia, tidak hanya perlu menyandarkan diri kepada aspek legal semata, tapi
juga pada etika. Sebuah bursa yang kehilangan etika akan kehilangan kredibilitasnya.

BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pasar modal terdapat dua pelaku utama yang terlibat, yaitu investor sebagai pihak
yang menanamkan dana, dan emiten sebagai pihak yang menerima dan mengelola dana investor.
Sehingga etika dalam investasi dan pasar modal terutama terkait dengan etika bagi kedua belah
pihak, selain etika bagi profesi penunjang seperti akuntan publik, penilai, konsultan hukum, dan
lain-lain.

A. Etika Bagi Emiten


Dalam menanamkan dana, investor menilai kondisi dan kinerja perusahaan. Untuk
itulah informasi yang menggambarkan kondisi dan kinerja emiten menjadi hal yang sangat
krusial dalam pasar modal. Dengan posisinya sebagai pihak yang pasif dan tidak mengetahui
secara detail seluk-beluk perusahaan, investor berpotensi menjadi pihak yang dirugikan
dalam kaitannya dengan keandalan informasi. Untuk itulah, pemerintah melalui BapepamLK melindungi kepentingan investor melalui aturan-aturan, salah satunya adalah UndangUndang yang mengatur mengenai pasar modal di Indonesia adalah UU No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal.
Meskipun telah dilindungi dengan aturan, investor masih merupakan pihak yang
berpotensi dirugikan. Hal ini disebabkan karena banyak celah yang belum diatur oleh
peraturan dan sifat dari akuntansi yang memiliki berbagai alternatif dalam menyajikan
kondisi atau aktivitas ekonomi emiten. Dengan sifat akuntansi yang demikian, maka laporan
keuangan yang dihasilkan juga dapat disajikan dengan berbagai pendekatan. Emiten sebagai
pengelola dana tidak boleh sekedar memenuhi batasan-batasan yang tertuang dalam aturan.
Emiten harus mengutamakan kepentingan investor meskipun tidak diatur dalam aturan.
Dalam hal ini kepentingan investor adalah laporan keuangan yang handal dan relevan.
Terkait dengan penyajian laporan keuangan, Bapepam-LK mewajibkan emiten
untuk menyerahkan laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan triwulanan. Laporan
keuangan tahunan wajib diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Bapepam-LK.
Sedangkan laporan keuangan triwulanan tidak wajib diaudit. Makalah ini tidak membahas

secara mendetail etika akuntan publik, sehingga diasumsikan bahwa akuntan publik telah
menjalankan tugasnya dengan etis dan penuh profesionalisme.
Fungsi dari audit yang dilakukan oleh akuntan publik adalah untuk meningkatkan
keandalan informasi dalam laporan keuangan. Setiap upaya emiten untuk menyajikan
informasi yang bersifat menyesatkan akan diminimalisir dan dikoreksi oleh akuntan publik,
sehingga investor dapat menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan
investasi. Karena hanya laporan keuangan tahunan yang diwajibkan untuk diaudit, maka
terdapat celah bagi emiten untuk menyajikan informasi yang tidak semestinya dalam laporan
triwulanan.
Meskipun pada periode audit akan dikoreksi oleh akuntan publik, investor telah
menyajikan informasi yang tidak semestinya selama tiga triwulan. Dalam periode tiga
triwulan tersebut, investor berpotensi membuat keputusan yang tidak efisien terkait alokasi
modal yang dimiliki sebagai akibat dari laporan keuangan triwulanan yang disajikan oleh
emiten. Dampak negatif dari pembuatan keputusan yang tidak efisien tersebut akan
terakumulasi pada kuartal ke empat setelah laporan keuangan tahunan yang diaudit oleh
akuntan publik disajikan.
Dengan memperjualbelikan sahamnya pada bursa, secara langsung manajemen
memiliki kepentingan terhadap harga saham. Perusahaan yang dianggap memiliki kinerja
baik oleh para investor akan diapresiasi ke dalam peningkatan harga saham, dan peningkatan
harga saham tersebut merupakan salah satu dasar yang digunakan untuk memberikan
kompensasi kepada manajemen perusahaan. Adanya kepentingan tersebut membuat
manajemen emiten melakukan tindakan-tindakan yang mampu meningkatkan harga saham
perusahaan dengan cara yang tidak beretika, yang pada akhirnya akan menguntungkan
dirinya sendiri dan merugikan para investor. Beberapa macam praktik penyimpangan yang
terjadi pada pasar modal:
1. Penipuan
Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c,
adalah: membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak
mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai
keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan
atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan

memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek. Larangan tersebut ditujukan
kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan efek, bahkan turut serta melakukan
penipuan pun tak lepas dari jerat pasal ini. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), penipuan diatur dalam pasal 378 tentang penipuan.
2. Manipulasi Pasar
Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 91 adalah,
tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud
untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan
pasar, atau harga efek di bursa efek. Otoritas pasar modal mengantisipasi setiap pihak
yang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam hal modal dan teknologi atau sarana yang
kemungkinan bisa melakukan penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami
dan merespon gambaran tersebut sebagai suatu hal yang benar. Manipulasi pasar yang
terjadi di pasar modal antara lain:
a. Insider Trading
Insider trading merupakan perdagangan efek yang dilakukan oleh orang dalam
perusahaan, dimana perdagangan efek tersebut didasarkan karena adanya informasi
dari orang dalam perusahaan yang penting dan mengandung fakta material.
Umumnya para pelaku insider trading mengharapkan keuntungan ekonomi. Orangorang yang menempati posisi tersebut disebut sebagai insiders sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 95 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah:
1. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud.
2. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau Perusahaan Publik
yang bersangkutan.
Dijelaskan dalam penjelasan Pasal 95 yang dimaksud dengan orang dalam dalam
termasuk:
1. Komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik.
2. Pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik.
3. Orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena
hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang
tersebut memperoleh informasi orang dalam.

4. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, atau huruf c di atas.
b. Marking the close
Yaitu tindakan merekayasa harga permintaan atau penawaran Efek pada saat atau
mendekati saat penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau
harga pembukaan yang tinggi pada hari perdagangan berikutnya.
c. Painting the tape
Yaitu kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan rekening efek lain
yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau mempunyai sedemikian rupa
sehingga tercipta perdagangan semu.
d. Cornering the market
Yaitu membeli efek dalam jumlah besar sehingga dapat menguasai pasar
(menyudutkan pasar).
e. Pools
Yaitu penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor dimana
dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi pasar.
Manager dari pools tersebut membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya
kepada anggota kelompok investor tersebut untuk mendorong frekuensi jual beli Efek
sehingga dapat meningkatkan harga efek tersebut.
f. Wash Sale
Yaitu transaksi yang terjadi antara pihak pembeli dan penjual yang tidak
menimbulkan

perubahan

kepemilikan

dan/atau

manfaatnya

(beneficiary

of

ownership) atas transaksi saham tersebut. Tujuannya untuk membentuk harga naik,
turun atau tetap dengan memberi kesan seolah-olah harga terbentuk melalui transaksi
yang berkesan wajar. Selain itu juga untuk memberi kesan bahwa Efek tersebut aktif
diperdagangkan.

Contoh Kasus Marking The Close PT Finan Corpindo Nusa


PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan sanksi kepada PT Finan Corpindo Nusa.
Sanksi diberikan karena berdasarkan hasil pemeriksaan otoritas bursa terhadap transaksi
saham PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) periode Januari-Agustus 2009, Finan Corpindo

melakukan marking the close. Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Uriep
Budhi Prasetyo dalam penjelasan tertulis bursa di Jakarta, Selasa 10 November 2009
mengatakan, marking the close itu dilakukan untuk menciptakan harga agar penutupan saham
Ratu Prabu berada pada tingkat tertentu. Ketika dikonfirmasi, Direktur Utama Finan
Corpindo Nusa Edwin Sinaga mengatakan, pihaknya sudah memberikan penjelasan kepada
BEI terkait temuan bursa mengenai pembentukan harga yang tidak sesuai mekanisme pasar
tersebut.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Wan Wei Yiong,
mengatakan pihaknya telah bertemu dengan pihak Finan Corpindo tersebut. Selanjutnya,
bursa juga memberikan sanksi dengan mengumumkan di keterbukaan informasi bahwa
perseroan telah melakukan marking the close. Menurutnya, hal tersebut merupakan bagian
dari pembinaan, walau demikian dia menuturkan jika pihaknya tidak mengenakan sanksi
denda atas kasus tersebut. Selain dipaparkan ke publik, pihaknya juga akan melaporkan ke
Bapepam.

Contoh Kasus Penipuan PT Sarijaya Permana


Kasus Sarijaya Permana Sekuritas awalnya terjadi dari tindakan presiden komisaris dan
pemilik tunggalnya yang secara ilegal menggunakan dana yang dimiliki oleh 8.700
nasabahnya sebesar 245 milyar Rupiah untuk membeli saham dan memberi pinjaman dana
melalui 17 rekening baru yang fiktif. Pada intinya, dana nasabah yang seharusnya dibelikan
saham sesuai instruksi para nasabah dan dicatat oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI) justru digunakan oleh pemilik Sarijaya Sekuritas untuk melakukan transaksi
pribadinya. Rekening itu digunakan Herman Ramli yang merupakan Komisaris Utama untuk
melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Namun, karena dana dalam rekening 17
nasabah nominee ini tidak mencukupi untuk melakukan transaksi, maka Herman meminta
Lanny Setiono (stafnya) untuk menaikkan batas transaksi atau Trading Available (TA). Lalu,
Lanny menindak-lanjutinya dengan memerintahkan bagian informasi dan teknologi (IT)
untuk memproses kenaikan TA 17 nasabah nominee tersebut.
Tapi, untuk menaikkan TA, sebelumnya harus mendapat persetujuan dari para direksi
Sarijaya, yaitu Teguh, Zulfian, dan Yusuf Ramli, Direktur Utama Sarijaya. Walau
mengetahui dana yang terdapat pada rekening ketujubelas nasabah nominee tidak

mencukupi, para direksi tetap memberikan persetujuan untuk menaikkan TA. Sehingga,
Herman dapat melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Padahal, transaksi yang
dilakukan Herman, tanpa sepengetahuan atau order dari para nasabah.
Selama kurang lebih enam tahun, Herman melakukan transaksi jual/beli saham dengan
menggunakan rekening ketujuhbelas nasabah nominee. Dan untuk membayar transaksi itu,
Herman medebet dana 13074 nasabah yang tersimpan di main account Sarijaya Apabila
diakumulasikan, pemilik 60 persen saham perusahaan sekuritas (Sarijaya) ini telah
mempergunakan dana sekitar Rp214,4 miliar, termasuk di dalamnya modal perusahaan
sebesar Rp5,77 miliar. Oleh karena itu, Herman dianggap telah melakukan tindak pidana
penggelapan/penipuan, dan pencucian uang yang merugikan 13074 nasabah Sarijaya sekitar
Rp235,6 miliar.

B. Etika Bagi Investor


Dalam melakukan investasi di pasar modal kebanyakan investor mencari dan
memfokuskan perhatiannya terhadap investasi yang aman dan menjanjikan keuntungan yang
tinggi, hanya sedikit yang memperhatikan investasi yang beretika. Apabila investor akan
melakukan investasi yang berdasar etika, hendaklah perhatian utamanya ditujukan kepada
produk dan jasa perusahaan tersebut. Misalnya, jangan melakukan investasi di perusahaan
yang memproduksi bahan-bahan yang mengakibatkan penyakit atau merusak lingkungan.
Selanjutnya, memperhatikan bagaimana dana yang diperoleh perusahaan tersebut disalurkan,
misalnya investasi di reksadana dapat menjadi investasi yang tidak beretika apabila dana
yang dihimpun diinvestasikan di perusahaan- perusahaan yang produksinya mengakibatkan
penyakit atau merusak lingkungan.
Bagi investor yang tidak aktif menjalankan bisnis itu sendiri terdapat tiga pendekatan
yang dapat digunakan yaitu:

a. Pendekatan Negatif
Pendekatan negatif ini disebut juga teori penghindaran, di mana para investor
yang beretika, akan menghindari investasi di bidang atau perusahaan yang tidak
disukainya, atau bertentangan dengan prinsip etika bisnis yang dianutnya atau juga
melakukan kegiatan bisnis di bidang-bidang yang melanggar ketentuan lingkungan,

produksi zat kimia yang berbahaya, produksi senjata, atau melakukan investasi di negaranegara yang melakukan pelanggaran hak-hak asasi manusia.
b. Pendekatan Positif
Dalam hal ini para investor hanya akan melakukan investasi pada bidang usaha
atau bisnis yang sesuai dengan etika bisnis yang dianutnya. Dalam penerapannya investor
dapat menyusun daftar perusahaan atau bidang bisnis yang dipandang sesuai dengan etika
bisnis yang umum.
c. Pendekatan Aktif
Dengan pendekatan ini para investor akan melakukan investasi di bidang bisnis
yang menurutnya tidak sesuai dengan etika bisnis yang umum dianut, dan dalam
melakukan investasi di bidang itu terkandung tujuan untuk mengambil alih kontrol
terhadap perusahaan tersebut untuk selanjutnya melakukan perubahan agar perusahaan
tersebut menjalankan bisnis sesuai dengan etika bisnis yang umum.

Praktik-praktik tidak terpuji di industri pasar modal memiliki sejumlah konsekuensi:


1. Kerugian pemodal atau investor, terutama investor berskala menengah ke bawah,
yang dirugikan dengan aksi manipulatif.
2. Jika praktik-praktik tidak terpuji tersebut berlangsung terus menerus tanpa ada sistem
yang mampu mendominasi dan membongkarnya, penetrasi industri pasar modal akan
semakin lamban.

Masyarakat akan semakin takut dan ragu untuk berinvestasi di pasar modal jika aksi
manipulatif masih terus terjadi. Harus menjadi catatan bersama bahwa dalam berbagai kasus
pelanggaran di industri pasar modal, kerugian yang dialami investor bukanlah bagian dari
risiko investasi. Praktik penipuan atau penggelapan dana nasabah, misalnya, tentu tidak
masuk dalam risiko investasi yang dipikirkan investor sebelum memutuskan untuk menaruh
dananya pada produk investasi tertentu. Apa yang terjadi dalam sejumlah kasus di sektor
finansial tanah air yang menyita perhatian publik dewasa ini adalah risiko di luar lingkup
investasi. Sehingga, berbagai pelanggaran itu harus diusut sampai tuntas, sampai ke akarakarnya. Setelah semuanya tuntas, habitus baru industri pasar modal harus dibentuk dengan

landasan etika bisnis yang kuat agar tak ada lagi aksi manipulasi yang merugikan pada masa
mendatang. Pasar modal yang kuat dan menjanjikan adalah industri pasar modal yang
menyuburkan etika bisnis.

KASUS PT ASKRINDO
Askrindo didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia Departemen Keuangan dan
Bank Indonesia pada tahun 1971, sebagai bagian dari upaya menumbuh kembangkan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pada awalnya untuk melaksanakan upaya tersebut,
Askrindo menjalankan usaha Asuransi Kredit Bank dan dalam perkembangan selanjutnya upaya
tersebut dilengkapi dengan usaha-usaha lainnya, khususnya di bidang penjaminan. Jenis jasa
yang yang baru ini tidak hanya memperbesar akses pengusaha terhadap sumber perkreditan,
tetapi juga mendukung arus perdagangan di dalam dan luar negeri
Nyatanya PT asuhan BUMN ini justru dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab dan tidak mementingkan kehidupan rakyat kecil karena petingginya
melakukkan tindakkan korupsi dan mempunyai hutang yang membuat perusahaan merugi.
Kasus pembobolan dana perusahaan asuransi di bawah bendera BUMN, PT Askrindo
terus bergulir. Tersangka kasus ini bertambah empat sehingga totalnya menjadi tujuh orang,
semuanya ditahan. Setelah menahan Direktur PT Tranka Kabel (TK) Umar Zen alias A
Chung pada Jumat (9/12), Polda Metro Jaya kemudian menahan empat manajer investasi.
Keempat manajer itu diduga terlibat dalam pengalihan dana Askrindo sebesar Rp 439 milyar ke
10 perusahaan investasi. Keterangan tentang penahanan tersebut disampaikan Direktur Reserse
Kriminal Khusus (Direkrimsus) Polda Metro Jaya Kombes Sufyan S, kemarin. Empat manajer
investasi itu adalah Markus Suryawan dan Beni Andreas dari PT Jakarta Securitas Ervan Fajar
Mandala dari PT RAM dan Helmi Azwari dan PT Harves Aset Management (HAM).
Dua orang PT Askrindo,

satu

orang penerima aliran dana

empat orang

manajer investasi, urai Sufyan. Namun dia tidak mau membeberkan peran empat manajer
investasi tersebut. Kendati begitu, sumber lingkungan Direktorat Reskrimus Polda Metro Jaya
menginformasikan empat manajer investasi itu mengelola aset Askrindo yang dialihkan ke
perusahaan investasi, peran empat tersangka itu diketahui dari pengakuan tersangka Rere
Setiawan dan Zulfan Lubis, ujarnya.
Sekedar mengingatkan dua orang dari PT Askrindo yakni bekas Direktur Keuangan
Askrindo Zulfan Lubis (ZL) dan bekas Kepala Investasi Keuangan Askrindo Rene Setiawan
(RS) sudah lebih dahulu ditetapkan sebagai tersangka, tepatnya pada 18 agustus 2011. Saat

diperiksa Rere dan Zulfan menyebutkan bahwa ada dana Askrindo yang mereka alihkan ke
perusahaan investasi. Sedikitnya terdapat 10 perusahaan manajer investasi yang diduga menjadi
tempat penampungan uang Askrindo. Peran mereka sangat penting di situ, ucapnya. Sumber
tersebut menjelaskan bagaimana peran direktur PT Tranka Kabel Umar Zen dalam kasus ini.
Ada penyitaan Rp 120 milyar dari rumah Umar Zen. Setelah penyitaan itu penyidik memeriksa
Umar secara intensif dan menelisik penyitaan itu , penyidik memeriksa Umar secara intensif dan
menelisik rekening atas nama istri Umar, Tantri yang berisi Rp 400 milyar ucapnya.
Menurut sumber ini hubungan antar tersangka sudah jelas. Umar misalnya, mengajukkan
kredit lewat fasilitas Letter of Credit (L/C) untuk menutupi dana yang dialihkan ke perusahaan
investasi. Itu dilakukkan secara bersama-sama, ujarnya yang jelas menurut Direktur
Reskrimus Polda Metro Jaya Sufyan S, para tersangka dikenakkan pasal 2 dan pasal 3 Undang
Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan pasal 3 ayat
(1) huruf a dan b Undang Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencurian Uang.
Ditanya apakah jumlah tersangka kasus tersebut akan bertambah lagi. Sufyan tidak menepisnya
soalnya penyidik masih mengembangkan kasus tersebut. kasus ini masih kami proses, ujarnya.
Kepala bidang humas polda metro jaya kombes Baharudin Diafat menambahkan penyidik
telah mengorek keterangan 37 saksi perkara ini termasuk saksi ahli. Saksi ahli antara laun dari
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Badan Pengawas Modal dan Lembaga
Keuangan (BAPEPAM LK ). Ada pula ahli pidana dari Badan Pengawasan, adapula ahli pidana,
ahli tindak pencucian uang dan ahli investasi. Penyidik juga memblokir 24 rekening.
Sebelumnya penyidik Polda Metro Jaya telah mengirimkan berkas perkara tersangka
Rene dan Zulfan ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Namun hingga kemarin berkas dua tersangka
tersebut belum dinyatakan lengkap oleh jaksa peneliti perkara ini. Jaksa peneliti meminta
penyidik Polda Metro Jaya melengkapi berkas perkara dua tersangka kasus ini dengan
keterangan saksi ahli tambahan. Saksi tambahan itu antara lain BPKP dan Bapepam LK.

TANGGAPAN MENGENAI KASUS YANG TERJADI PADA PT ASKRINDO


Kasus yang terjadi Askrindo merupakan kasus rumit. Bagaimana bisa dana asuransi yang
begitu besar sekitar 400 milyar dialihkan ke setidaknya 10 perusahaan investasi. Selain itu yang
lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengelapan uang ini juga dilakukkan oleh mantan Direktur

Keuangan Askrindo Zulfan Lubis (ZL) dan bekas Kepala Investasi Keuangan Askrindo Rene
Setiawan (RS).
Cara yang dilakukkan untuk mengalihkan dana asuransi ini dinilai cukup unik dan lihat
yaitu dengan mengajukkan kredit lewat fasilitas Letter of Credit (L/C) dan kemudian
dananya bukan masuk dalam perusahaan asuransi tersebut malah masuk ke rekening perusahaan
investasi lain. Bila dicermati lebih dalam bagaimana bisa dana yang begitu besar dengan
mudahnya masuk ke perusahaan lain? Dimanakah peran seorang audit internal yang bisa lengah
membiarkan dana sebegitu besarnya dibobol? Apakah semua pihak dalam lingkungan internal
PT Askrindo terlibat dalam kasus ini? Ini tentu saja menjadi sebuah pertanyaan besar bagi
masyarakat.

Mampukah Askrindo mencicil kerugian itu?


PT Askrindo berupaya mengembalikkan dana penyimpangan investasi secara bertahap.
Kerugian sekitar 435 milyar akan lunas dalam 5 tahun ke depan. Direktur Keuangan Investasi
dan Teknologi Informasi PT Askrindo, menyatakan bahwa pihaknya telah merancang skema
pengembaliaan dana secara bertahap yakni 25 milyar sampai 30 milyar pada 2012, 50 milyar
sampai 75 milyar pada tahun 2013 , 75 milyar sampai 100 milyar pada 2014 dan sisanya hingga
2016.
Dari sisi kinerja tahun depan Askrindo ditargetkan memperoleh peringkat kesehatan AA,
dari sisi kinerja akhir tahun lalu Askrindo memcatat rugi sekitar Rp 191,2 milyar, tahun depan
Askrindo mengincar dana kelolaan menembus Rp 2,2 triliun naik 40% dibandingkan akhir
Oktober 2011 sebesar Rp 1,6 triliun. Untuk ke depannya Askrindo akan mengambangkan bisnis
dan tetap melaksanakan penjaminan kredit usaha rakyat.

Anda mungkin juga menyukai

  • Take Home Mid
    Take Home Mid
    Dokumen10 halaman
    Take Home Mid
    Elisabeth Yuliani
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen9 halaman
    Bab 2
    Elisabeth Yuliani
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen5 halaman
    Bab 3
    Elisabeth Yuliani
    Belum ada peringkat
  • Kasus Parmalat
    Kasus Parmalat
    Dokumen16 halaman
    Kasus Parmalat
    Elisabeth Yuliani
    50% (2)
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Elisabeth Yuliani
    Belum ada peringkat
  • Bab 8
    Bab 8
    Dokumen6 halaman
    Bab 8
    Elisabeth Yuliani
    Belum ada peringkat
  • Analisis Fundamental & Analisis Teknikal (Yuli Desi)
    Analisis Fundamental & Analisis Teknikal (Yuli Desi)
    Dokumen31 halaman
    Analisis Fundamental & Analisis Teknikal (Yuli Desi)
    Elisabeth Yuliani
    Belum ada peringkat
  • Fix PPT Opsi Kel 3
    Fix PPT Opsi Kel 3
    Dokumen33 halaman
    Fix PPT Opsi Kel 3
    Elisabeth Yuliani
    100% (2)
  • Fungsi Keuangan
    Fungsi Keuangan
    Dokumen10 halaman
    Fungsi Keuangan
    Elisabeth Yuliani
    Belum ada peringkat
  • Psap 02
    Psap 02
    Dokumen26 halaman
    Psap 02
    Elisabeth Yuliani
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bisnal Finale
    Makalah Bisnal Finale
    Dokumen17 halaman
    Makalah Bisnal Finale
    Elisabeth Yuliani
    Belum ada peringkat
  • Psap 02
    Psap 02
    Dokumen26 halaman
    Psap 02
    Elisabeth Yuliani
    Belum ada peringkat