Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DASAR TEORI
II.1.1 Pengertian Alkohol
Alkohol adalah nama untuk senyawa hidrokarbon dengan rumus umum C nH(2n+1)OH.
Alkohol yang terdapat dalam minuman beralkohol atau minuman keras adalah etil-alkohol
atau etanol dengan rumus kimia C2H5OH. Alkohol adalah zat kimia yang paling banyak
dinikmati orang selain nikotin (yang terdapat dalam tembakau) dan kefein (yang terdapat
dalam kopi). Alkohol yang terdapat dalam minuman beralkohol verasal dri biji-bijian dan
umbi-umbian sehingga sering dinamakan grain alcohol. Sedangkan yang dimaksud dengan
wood alcohol adalah metil-alkohol atau metanol yang sangat toksik terutama pada saraf mata.
Metanol banyak digunakan dalam dibidang industri. Alkohol adalah cairan tidak berwarna
dan pahit rasanya. Alkohol dapat diperoleh melalui fermentasi oleh mikroorganisme (sel ragi)
dari gula sari buah, biji-bijian, madu, umbi-umbian, dan getah kaktus tertentu. Melalui proses
fermentasi, hanya akan diperoleh kadar alkohol 14% karena bila kadar alkohol lebih dari 14%
sel ragi akan mati. Kebanyakan bir berkadar alkohol 2-5%: anggur minuman berkadar
alkohhol 10-14%; sherry, port, dan muskatel berkadar 20%, sedangkan wiski, rum, gin ,
vodka, dan brendi berkadar 40-50%. Istilah proof yang tertulis pada label minuman
beralkohol dimaksudkan bahwa kadar alkohol di dalamnya tepat cukup untuk menyebabkan
serbuk mesium terbakar. Di Amerika Serikat, angka proof adalah dua kali angka presentasi
alkohol yang terkandung di dalamnya. Minoman beralkohol ada yang bertuliskan overproof
atau underproof. Jadi, 86 proof wiski mengandung 43% alkohol. Melalui proses penyulingan
di pabrik, dapat diproduksi alkohol dengan persentasi lebih tinggi. Bahkan sampai 100%.
Alkohol memiliki gugus fungsi OH yang melekat pada rantai alkil. Alkohol yang paling
sederhana ialah metanol (CH3OH), yang dibuat dari gas sintesis. Alkohol yang lebih tinggi
berikutnya, etanol (CH3CH2OH), dapat dibuat dari fermentasi gula. Meskipun fermentasi
merupakan sumber utama etanol untuk minuman beralkohol dan gasohol (bahan bakar
mobil yang terbuat dari 90% bensin dan 10% etanol), cara ini tidak banyak dimanfaatkan
dalam produksi skala industri, yang menggunakan hidrasi langsung pada etilena:
CH2=CH2 + H2O CH3CH2OH
Reaksi diatas menggunakan suhu 3000 sampai 40 00C dan tekanan 60 sampai 70 atm, dengan
katalis asam fosfat. Baik metanol maupun etanol banyak digunakan sebagai pelarut dan
sebagai zat antara sintesis kimia lebih lanjut. Terdapat dua alkohol berkarbon-tiga, bergantung
pada apakah gugus OH melekat pada atom karbon ujung atau atom karbon tengah.
Keduanya ialah 1-propanol dan 2-propanol (Satya Joewana,2005).
CH3CH2CH2CH
CH3CHCH3
OH
1-propanol
2-propanol
Masing masing sering disebut sebagai propil alkohol dan isopropil alkohol. Nama
sistematik alkohol diperoleh dengan mengganti akhiran ana dari alkana bersangkutan
dengan anol dan menggunakan awalan numerik, bila perlu, untuk mengidentifikasi atom
karbo yang dilekati oleh gugus OH. Isoporpil alkohol dibuat dari propilena melalui reaksi
II-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II- 2
hidrasi. Dalam dunia perdagangan yang disebut alkohol adalah etanol atau etil
alkohol atau metil karbinol dengan rumus kimia C2H5OH (Rama, 2008). Etanol disebut juga
etil alkohol dengan rumus kimia C 2H5OH atau CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4 C. Etanol
memiliki sifat tidak berwarna, volatil dan dapat bercampur dengan air (Kartika dkk., 1997). Ada 2
jenis etanol menurut (Rama, 2008), etanol sintetik sering disebut metanol atau metil alkohol
atau alkohol kayu, terbuat dari etilen, salah satu derivat minyak bumi atau batu bara. Bahan
ini diperoleh dari sintesis kimia yang disebut hidrasi, sedangkan bioetanol direkayasa dari
biomassa (tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi). Mengingat
pemanfaatan bioetanol/ etanol beraneka ragam, sehingga grade etanol yang dimanfaatkan
harus berbeda sesuai dengan penggunaannya. Untuk etanol yang mempunyai grade 90-96,5%
dapat digunakan pada industri, sedangkan etanol yang mempunyai grade 96-99,5% dapat
digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi. Besarnya grade
etanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan sebesar 99,5100%. Perbedaan besarnya grade akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat
menjadi gula (glukosa) larut air (Indyah, 2007). Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode
pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan (Satya Joewana,2005).
Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang terikat pada
atom karbon jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum ROH, dimana R merupakan alkil, alkil
tersubstitusi, atau hidrokarbon siklik. Alkohol disini tidak termasuk fenol (gugus hidroksil
berikatan dengan cincin aromatik), enol (gugus hidroksil berikatan dengan karbon vinilik)
karena sifat-sifatnya kadang berbeda. Alkohol dapat dianggap merupakan turunan dari air (HO-H), dimana satu atom hidrogennya diganti dengan gugus alkil. Alkohol diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok yaitu alkohol primer, sekunder, dan tersier. Etanol merupakan salah
satu senyawa alkohol yang banyak dipakai dalam industri farmasi, aditif bahan bakar, pelarut,
industri minuman, dan lainnya. Metanol merupakan alkohol yang berasal dari isolasi minyak
pepermin dan banyak digunakan sebagai flavor dan pereaksi untuk parfum (Riswiyanto, 2009).
II.1.2 Sifat-Sifat Fisik Alkohol
Alkohol mempunyai persamaan geometris dengan air, sudut ikatan R-O-H mendekati
nilai tetrahedral, dan atom oksigen terhibridisasi sp3. Gugus OH merupakan gugus yang
polar, dimana atom hidrogen berikatan dengan atom oksigen yang elektronegatif. Alkohol
dapat membentuk ikatan hidrogen intramolekuler sehingga alkohol mempunyai titik didih
lebih besar daripada eter yang bersesuaian (Riswiyanto, 2009).

Gambar II.1 Ikatan Hidrogen dalam Alkohol


Faktor lain yang menentukan besar kecilnya titik didih suatu hidrokarbon selain
adanya ikatan hidrogen adalah berat molekul dan bentuk molekulnya (lurus atau bercabang).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II- 3
Dengan menaiknya jumlah atom karbon pada alkohol, maka menaik pula titik didihnya;
sebaliknya titik didihnya akan menurun dengan danya rantai cabang (Riswiyanto, 2009).

Tabel II.1 Struktur dan Titik Didih


Sama halnya dengan air, alkohol mempunyai sifat asam dan basa. Alkohol bersifat sebagai
basa dengan adanya proton dari asam kuat dan berada dalam kesetimbangan membentuk ion
oksonium (Riswiyanto, 2009).

Gambar II.2 Ion Oksonium


Sebagai asam, alkohol akan terdisosiasi dengan memberikan protonnya pada air menghasilkan
H3O+ dan ion alkoksida, RO-.

Gambar II.3 Ion Alkoksida


Konstanta Keasaman Ka
Ka = [A-] [H3O]
[HA]
pKa = - log Ka
Konstanta keasaman, Ka. Senyawa dengan Ka kecil atau pKa besar berarti asam lemah,
sedangkan senyawa dengan Ka besar atau pKa kecil berarti asam kuat. Adanya gugus alkil
akan mempengaruhi sifat keasaman dan kebasaan suatu alkohol, seperti terlihat pada tabel
(Riswiyanto, 2009).
Tabel II.2 Sifat Keasaman dan Kebasaan
No
Alkohol
pKa
1
(CH3)3C-OH
18,00
2
CH3CH2-OH
16,00
3
H-OH
15,74
4
CH3-OH
15,54
5
CF3CH2-OH
12,43
6
(CF3)3C-OH
5,4
7
H-Cl
-7,00

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II- 4
Pengaruh substituen alkil terhadap keasaman alkohol disebabkan karena ion alkoksida
yang dihasilkan dari disosiasi distabilkan oleh pelarut. Makin mudah ion alkoksida dislovasi
oleh air, maka akan semakin stabil, dan alkohol semakin bersifat asam. Misalnya, atom
oksigen suatu ion alkoksida yang tidak terlindungi seperti metanol akan mudah disolvasi oleh
pelarut (air), sedangkan atom oksigen suatu ion alkoksida yang terlindungi seperti t-butil
alkohol, kurang dapat disolvasi dan karena itu kurang stabil (Riswiyanto, 2009).
Faktor induksi dapat mempengaruhi keasaman alkohol. Substituen halogen sebagai
penarik elektron akan menstabilkan ion alkoksida dengan memencarkan muatan negatif ke
daerah yang lebih luas, sehingga membuat alkohol lebih bersifat asam. Bandingkan keasaman
alkohol untuk etanol (pKa = 16), 2,2,2-trifluoroetanol (pKa = 12,43), t-butil alkohol (pKa = 18),
dan nonafluoro-t-butil alkohol (pKa = 5,4) (Riswiyanto, 2009).
II.1.3 Sumber Industri dan Pembuatan Alkohol
Alkohol merupakan bahan baku yang paling penting dalam kimia
hidrokarbon, dan tersedia dalam jumlah yang melimpah dan berharga
murah. Ada tiga metode untuk menghasilkan alkohol sederhana yaitu
hidrasi alken ayang diperoleh dari reaksi cracking petroleum, proses oxo
dari alkena, karbon monoksida, dan hidrogen; dan fermentasi karbohidrat.
Metode lain untuk membuat alkohol dapat dilihat pada gambar berikut ini
(Riswiyanto, 2009).

Gambar II.4 Metode Pembuatan Alkohol


II.1.4 Reaksi Alkohol
Pemahaman terhadap reaksi-reaksi alkohol ditentukan dengan
meninjau distribusi elektron pada gugus fungsi hidroksi dan bagaimana
distribusi ini mempengaruhi reaktifitasnya reaksi alkohol dapat dilihat dari
dua sudut ikatan yang terputus, yaitu ikatan C-OH, dimana OH akan
terlepas, dan ikatan O-H yang akan melepaskan H atau reaksi eliminasi
dengan membentuk ikatan rangkap dua (Riswiyanto, 2009).
Reaksi dehidrasi merupakan contoh reaksi pemutusan ikatan antara
C dan O pada senyawa alkohol yang akan menghasilkan alkena. Ikatan C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II- 5
O dan C-H dari atom karbon yang bertetangga akan terputus. Produk
reaksi akan berhasil baik, jika yang direaksikan adalah alkohol tersier
dengan katalis asam. Hasil reaksi dehidrasi [biadanya mengikuti aturan
Saytsef (alkena yang dihasilkan adalah yang mempunyai substituen
paling banyak). Berikut ini perlihatkan salah satu contoh reaksi pemutusan
(dehidrasi) (Riswiyanto, 2009).
1. Reaksi dengan Hidrogen Halida
Alkohol bereaksi dengan berbagai pereaksi untuk menghasilkan alkil
halida. Pereaksi yang banyak dipakai diantaranya hidrogen halida (HCl,
HBr, atau HI), fosfor tribromida (PBr 3), dan trionil klorida (SOCl2). Urutan
reaktivitas hidroge halida adalah HI > HBr > HCl, sedangkan reaktivitas
alkohol adalah alil, benzil > 33 > 23 > 13 < metil. Umumnya reaksi
berlangsung dalam suasana asam kuat (Riswiyanto, 2009).
Alkohol primer dan sekunder bereaksi dengan fosfor tribromida
menjadi alkil bromida. Tidak seperti reaksi alkohol dengan HBr, reaksi
alkohol dengan PBr3 tidak melibatkan pembentukan karbokation dann
biasanya tidak mengalami penataan ulang dari kerangka karbon
(terutama bila suhunya di bawah 03 C). Karena alasan ini, fosfor
tribromida lebih disukai sebagai pereaksi untuk membuat alkil bromida.
Tionil klorida (SOCl2) dapat mengubah alkohol primer atau sekunder
menjadi alkil klorida (biasanya terjadi penataan ulang) (Riswiyanto, 2009).
2. Dehidrasi
Salah satu reaksi yang paling penting dari alkohol adalah dehidrasi
membentuk produk alkena ikatan C-O dan ikatan C-H yang
bersebelahan akan putus dan membentuk ikatan . Reaksi dehidrasi
memerlukan adanya asam dan pemanasan, yang umumnya dilakukan
slah satu dari dua kemungkinan berikut: (1) memanaskan alkohol
dengan asam sulfat atau asam fosfat, atau (2) uap alkohol dilewatkan
pada katalis, umumnya katalis alumina (Al 2O3), pada suhu tinggi.
Alumina berfungsi sebagai asam Lewis atau Bronsted-Lowry. Urutan
reaktivitas alkohol yaitu 33 > 23 > 13. Berikut ini bebrapa contoh reaksi
yang memperlihatkan perbedaan reaktivitas pada reaksi dehidrasi
(Riswiyanto, 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II- 6

Gambar II.5 Reaksi Dehidrasi


Seperti yang diketahui bahwa sifat keasaman alkohol mendekati sifat
air. Metanol mempunyai sifat asam sedikit lebih besar daripada air ( pKa =
15,7), tetapi umumnya sifat semua alkohol mempunyai keasaman lebih kecil daripada air.
Rekasi pemutusan atom oksigen dan atom hidrogen juga dapat menghasilkan produk
alkena (Riswiyanto, 2009).
3. Reaksi alkohol dengan logam
Jika alkohol direaksikan dengan logam akan menghasilkan alkoksida sambil
mengeluarkan gas hidrogen. Reaksi ini juga dapat digunakan unruk melihat derajat
keasaman dari alkohol (Riswiyanto, 2009).
4. Reaksi Oksidasi
Salah satu reaksi alkohol yang sangat berharga adalah reaksi oksidasi membentuk
senyawa karbonil akan menghasilkan alkohol. Oksidasi alkohol mengakibatkan hilangnya
satu atau lebih atom hidrogen (hidrogen-) yang terikat pada atom karbon yang
mempunyai gugus OH (Riswiyanto, 2009).

Gambar II.6 Alkohol Primer Menjadi Aldehid atau Asam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II- 7
Alkohol primer mempunyai hidrogen- yang salah satu atau keduanya dapat
dilepaskan, sehingga alkohol primer berubah menjadi aldehida atau asam (Riswiyanto,
2009).
Oksidasi alkohol primer menghasilkan aldehida atau asam karboksilat sangat
tergantung pada pemilihan pereaksi dan kondisi reaksinya. Metode yang baik untuk
membuat alkohol dalam skala laboratorium adalah menggunakan piridium klorokromat
(PCC, C5H6NCrO3Cl) Oksidator yang juga banyak dipakai adalah peraksi Jones (CrO 3
dalam asam sulfat) yang mengoksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat
(Riswiyanto, 2009).
II.2 Proses Destilasi
Alkohol sekunder akan diokasidasi dengan mudah menjadi keton. Oksidasi dalam skala
besar dan murah sering menggunakan Natrium Dikromat dalam larutan asam asetat. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap
lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum
Raoult dan Hukum Dalton. Di zaman modern ini distilasi dipergunakan untuk pemurnian dan
juga pembuatan minuman beralkohol di negara-negara yang mempunyai budaya minum
alkohol. Proses distilasi sering digabungkan dengan proses lain, seperti ekstraksi, untuk
mencapai tujuan pemisahan yang diingankan. Untuk campuran yang lebih kompleks
dilakukann langkah-langkah tambahann yang memerlukan perhitungan lebih lanjut. Dalam
proses industri distilasi sering digabungkan dengan prinsip-prinsip lainnya. Adapun prinsip
utama metode distilasi bekerja berdasarkan perbedaan titik didih dari masing-masing senyawa
komponen campuran pada tekanan yang tetap. Perbedaan titik didih ini menyebabkan
perbedaan volatilitas pada komponen campuran dan merupakan sifat intrinsik dari senyawa
penyusun campuran. Perbedaan ini sangat potensial untuk dijadikan sarana pemisahan mereka
asalkan tekanan dibuat tetap. Proses distilasi dijalankan dengan bantuan beberapa peralatan
yang khusus dirancang untuk itu. Pada prinsipnya campuran yang akan didistilasi atau
dimurnikan berada pada labu distilasi (nomor 2, biasanya labu dasar bulat atau labu berleher
untuk mengalirkan uap). Adapun labu distilasi dipanaskan dengan pemanas elektrik yang
mempunyai pengatur suhu secara otomatis atau dimasukka dalam penangas yang bisa berisi
air atau minyak jika diperlukan suhu tinggi . Sebagai ganti pemanas elektrik bisa digunakan
bunsen atau pembakar spiritus. Adapun uap yang dihasilakan pada pemanasan akan dialirkan
langsung ke kondensor yang merupakan unit pendingin uap sehingga terjadi kondensasi.
Kondensor terdiri dari dua buah pipa dalam dan pipa luar terdapat air yang selalu berganti
secara kontinu sehingga temperatur stabil. Kondensor didinginkan dengan air yang masuk
dari keran air memalui pipa dan dikeluarkan lagi lewat lubang ke bak pembuang. Sebelum
melalui kondensor kadang-kadang diperlukan kolom distilasi yang panjang dan bentuknya
bisa diatur. Kolom distilasi ini pada skala laboratorium dilengkapi termometer untuk menjaga
kestabilan temperatur supaya arus uap tidak terlalu deras dan dapat dikondensasikan semua di
kondensor. Jika tekanan uap terlalu tinggi ada kemungkinan uap menerobos keluar dan hilang
dari sistem (Sujarni, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II- 8
Uap yang mengembun pada kondensor (posisi miring, supaya tetesan embun dapat
turun dengan bebas) akan ditampung di labu melalui adaptor , bisa juga dilengkapi dengan
keran. Labu penampung bisa dimasukkan dalam penangas jika diperlukan, penangas bisa
berisi air atau air es untuk mendinginkan (Sujarni, 2013).
Pada praktiknya distilasi dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Ada beberapa jenis
pilihan labu distilasi maupun labu labu penampung destilat untuk digunakan pada proses
selanjutnya. Distilasi fraksional mendayagunakan pendingin untuk mengatur kondensasi
fraksi-fraksi yang akan dipisahkan. Metode ini sangat berguna untuk memisahkan campuran
dalam jumlah banyak seperti minyak bumi. Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini,
yaitu distilasi sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain itu ada
pula distilasi ekstraktif dan distilasi azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan
garam berion, distilasi pressure-swing, serta distilasi reaktif. Pada distilasi sederhana, dasar
pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen
bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan
atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan
alkohol. Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau
lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat
digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 C dan bekerja pada
tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada
industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah
(Sujarni, 2013).
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi.
Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap
platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari
plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya. Distilasi uap
digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 C atau
lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 C
dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental
dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari
masing-masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk
campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air.
Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak
eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak
parfum dari tumbuhan. Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam
campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke
atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat. Distilasi vakum biasanya
digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat
terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik
didih di atas 150 C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih
yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap
tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau
aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini. Azeotrop

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II- 9
adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan.
Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal.
Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan
tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah.
Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus selalu
konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling
memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan. Azeotrop dapat didistilasi dengan
menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk
memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap
tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi.
Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult (Sujarni, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II- 10
II.2 APLIKASI INDUSTRI
KONVERSI PATI GANYONG (CANNA EDULIS KER) MENJADI BIOETANOL
MELALUI HIDROLISIS ASAM DAN FERMENTASI
Oleh Lily Surayya Eka Dan Putri Dede Sukandar- Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Etanol merupakan senyawa yang sering digunakan dalam industri kimia antara lain
sebagai pelarut (40%), untuk membuat asetaldehid (36%), eter, glikol eter, etil asetat dan
kloral (9%). Kebutuhan akan etanol semakin bertambah seiring dengan menipisnya
persediaan bahan bakar minyak bumi. Negara yang secara luas telah menggunakan etanol
sebagai bahan bakar adalah Brasil. Negara tersebut memproduksi etanol dari tetes tebu
dengan proses fermentasi (Anshory, 2004). Beberapa komoditas pertanian yang mengandung
karbohidrat seperti gula sederhana, pati dan selulosa (seperti rumput, kayu pohon, jerami)
merupakan sumber energi penting untuk fermentasi etanol. Sumber karbohidrat tersebut dapat
diperoleh dari kultivasi tanaman sumber energi, tanaman potensial yang tumbuh secara alami,
maupun limbah hasil pertanian (Kadam et al., 2000; Nzelibe dan Okafoagu, 2007;
Muthuvelayudham dan Viruthagiri, 2007; Patel et al., 2007).
Di Indonesia selain ubi kayu dan ubi jalbar masih banyak jenis umbi-umbian lain yang
perlu diteliti untuk bahan baku fermentasi etanol seperti ganyong. Ganyong timbul dengan
mudah baik dibandingkan ataupun liar. Umbi ganyonng mengandung karbohidrat yang
tinggi,sehinnggga dapat digunakan sebagai bahan dasar produksi glukosa dan fermentasi
etanol.Hidrolisis pati Dapat dilakukan dengan katalis asam,kombinasi asam dan enzim serta
kombinasi enzim-enzim.Pati ganyong memmiliki warna putih kecoklatan dan tekstur halus.
Hidrolisis pati ganyong bertujuan untuk mengkonversi pati menjadi komponen yang lebih
sederhana. Asam akan memecah molekul pati secara acak dan gula yang dihasilkan sebagian
besar adalah gula pereduksi. Pati yang telah mengalami perlakuan hidrolisis akan lebih mudah
difermentasi menjadi etanol. Semakin besar hasil hidrolisis pati menjadi glukosa
diharapkanmakin besar pula etanol yang dihasilkan melalui proses fermentasi. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan penelitihan untuk mengetahui jenis katalis asam yang optimum dalam
menghidrolisis pati ganyong.
Hidrolisis pati ganyong bertujuan untuk mengkonversi pati menjadi komponen yang
lebih sederhana. Asam akan memecah molekul pati secara acak dan gula yang di hasilkan
sebagian besar adalah gula pereduksi (Judoamidjojo et al., 1989). Pati yang telah mengalami
perlakukan hidrolisis asam akan lebih mudah difermentasi menjadi etanol. Semakin besar
hasil hidrolisis pati menjadi glukosa diharapkan semakin besar pula etanol yang dihasilkan
melalui proses fermentasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis
katalis asam yang optimum dalam menghidrolisis pati menjadi glukosa khususnya pati
ganyong.
Pati gayong diperoleh dari umbi ganyong yang sudah tua, sehingga diperoleh pati
yang halus. Umbi ganyong yang sudah dibersihkan diparut sampai lembut, dan ditambah air
dengan perbandingan 1/1 (b/v) sambil dilakukan peremasan, diaduk dan kemudian disaring.
Endapan hasil saringan dijemur hingga kering. Apabila tidak ada sinar matahari, penjemuran
dapat dilakukan di dalam ruangan, di atas pemanas buatan seperti tungku atau kompor.
Sebanyak 3 g pati ganyong dilarutkan dengan etanol 95% pada suhu 40C, kemudian disaring
dengan kertas saring dan dioven pada suhu 80C. Sampel yang telah dioven ditimbang
sebanyak 0,1 g dan dilarutkan dalam 5 mL DMSO (dimetil sulfoksida). Sampel diletakkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II- 11
atas penangas air mendidih (suhu 80C) selama 20 menit sambil sesekali divortex,
didinginkan dalam ruangan dan disentrifus selama 20 menit, kemudian diambil
supernatannya. Endapan yang tersisa ditambah lagi dengan 5 mL DMSO dan disentrifus
kembali (proses diulang hingga tiga kali). Supernatan yang diperoleh di kumpulkan dalam
gelas ukur 50 mL, diencerkan 10 kali kemudian divortex dan diuji kadar gula totalnya dengan
metode Anthrone (AOAC, 1984).
Etanol p.a. sebanyak 1,0: 2,0: 3,0: dan 4,0 mL diambil dengan mikropipet dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian ditambahkan akuades hingga volume 100
mL. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Piknometer dibersihkan secara hati-hati
menggunakan aseton, kemudian dikeringkan dan ditimbang. Akuades didinginkan sampai
dibawah suhu percobaan (15C). Piknometer diisi dengan akuades secara hati-hati hingga
penuh dan termometer dimasukkan. Suhu dalam piknometer ditunggu hingga mencapai suhu
percobaan (20C), kelebihan akuades pada puncak pipa kapiler dibersihkan. Piknometer yang
berisi akuades segera ditimbang dan beratnya dicatat. Cara yang sama dilakukan untuk larutan
baku etanol. Berat jenis dihitung dengan rumus berikut:
berat sampel = berat larutan baku berat piknometer
berat akuades berat piknometer
Pada penelitian ini pati ganyong dihidrolisis menggunakan tiga jenis asam yaitu asam sulfat
(H2SO4), asam nitrat (HNO3) dan asam klorida (HCl). Dengan variasi konsentrasi 3%, 4%,
5%, 6% dan 7%. Hidrolisis dilakukan pada suhu 120C, sebagaimana dijelaskan menurut
Judoamidjojo et al. (1989) bahwa hidrolisis pati dengan asam memerlukan suhu tinggi, yaitu
120-160C. Dari ketiga jenis katalis asam yang digunakan untuk menghidrolisis pati ganyong,
didapatkan hasil yang paling optimum untuk menghasilkan gula pereduksi tertinggi yaitu
menggunakan katalis asam HNO3 pada konsentrasi 7% (v/v) yang dapat menghasilkan gula
pereduksi sebesar 48090 ppm.
Dihidrolisis menggunakan tiga jenis asam yaitu asam sulfat,asam nitrat,dan asam
klorida. Dengan variasi konsentrasi 3%,4%,5%,6%,7%. Hidrolisis dilakukan pada suhu 120
c.Bahan hidrolisis pati dengan asam memerlukan suhu tinggi yaitu 100-120.Dan ketiga jenis
katalis asam yang digunakan untuk menghidolisis pati ganyong dpat didapatkan hasil yang
paling optimum untuk menghasilkan gula pereduksi sebesar 48090 ppm. Hasil hidrolisis pati
yang menggunakan katalis HNO3 7% memiliki kadar gula total sebesar 169372,33
ppm,sedangkan nilai DF sebesar 28,4 dengan diperoleh sirup glukosa ekuivalen dekstroksa
dengan DE diatas 55 akan mengakibatkan molekul gula itu bergabung kembali dan
menghasilkan bahan pembentuk warna.
Pati ganyong memiliki kadar karbohidrat 80% dan kadar air 18%, kadar pati yang tinggi
menunjukkan bahwa pati ganyong dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan sirup
glukosa, selain bioetanol. Jenis asam dan konsentrasi asam tidak berpengaruh signifikan
terhadap gula pereduksi yang dihasilkan pada hidrolisis pati ganyong, hidrolisis optimum
didapat dengan HNO3 7% (DE = 28,4 ). Kadar glukosa pada fermentasi mempengaruhi kadar
etanol yang dihasilkan, pada penelitian ini fermentasi dengan kadar glukosa hasil hidrolisis
sebesar 4,81% menghasilkan etanol 4,84%, sedangkan dengan kadar glukosa 14% etanol yang
dihasilkan meningkat menjadi 8,6%. Fermentasi tanpa pengontrolan pH dengan pengontrolan
pH setiap 12 jam sekali kurang signifikan berpengaruh terhadap kadar etanol yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai