Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
AHMAD ANSORI
F34103110
2007
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Oleh :
AHMAD ANSORI
F34103110
Dilahirkan pada tanggal 30 September 1985
Di Serang
Tanggal Lulus :
Januari 2007
Menyetujui,
Bogor,
Januari 2007
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................ iii
Daftar Tabel .................................................................................................. vi
Daftar Gambar .............................................................................................. vii
Daftar Lampiran ........................................................................................... viii
I.
Pendahuluan .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 2
C. Ruang Lingkup..................................................................................... 2
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Variabel-Variabel Penelitian ............................................................. 29
Tabel 2. Pengambilan Sampel (Responden) Pada Masing-Masing Strata Di
CV Kharisma Jaya ............................................................................. 32
Tabel 3. Karakteristik Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat
Pendidikan.......................................................................................... 40
Tabel 4. Karakteristik Karyawan Berdasarkan Masa Kerja............................. 40
Tabel 5. Jenis Produk Furniture yang Dihasilkan ............................................ 42
Tabel 6. Nama dan Asal Penamaan Furniture Kualitas Tinggi....................... 42
Tabel 7. Nama dan Asal Penamaan Furniture Kualitas Menengah ................ 43
Tabel 8. Nama dan Asal Penamaan Furniture Kualitas Rendah ..................... 43
Tabel 9. Volume Penjualan Furniture Tahun 2001-2006 Sesuai dengan
Tingkatan Kualitasnya. ...................................................................... 52
Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Usia. .............................. 56
Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Masa Kerja ................................. 57
Tabel 12. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...................... 57
Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga.... 58
Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Pelatihan ........................ 58
Tabel 15. Deskripsi Statistik ............................................................................ 59
Tabel 15. Hasil Estimasi Variabel Sistem Pelatihan........................................ 70
Tabel 16. Hasil Estimasi Variabel Pemberdayaan ........................................... 78
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................... 26
Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Penelitian................................................... 28
Gambar 3. Langkah-Langkah dalam Structural Equation Modelling ............ 35
Gambar 4. Struktur Organisasi CV. Kharisma Jaya ........................................ 38
Gambar 5. Proses Pengerjaan Produk .............................................................. 48
Gambar 6. Saluran Distribusi CV. Kharisma Jaya .......................................... 50
Gambar 7. Estimasi Model Awal..................................................................... 61
Gambar 8. Estimasi Model Hasil Akhir........................................................... 63
Gambar 8. Uji-t Model Hasil Akhir ................................................................. 66
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Lokasi I ........................................................................... 88
Lampiran 2. Denah Lokasi II ........................................................................... 89
Lampiran 3. Kuesioner..................................................................................... 90
Lampiran 4. Goodness of Fit Statistic.............................................................. 96
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dengan penerapannya di segala bidang telah
membawa kemajuan yang sangat pesat dalam efesiensi kerja, juga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakikatnya kemajuan yang sangat
pesat tidak terlepas dari bagaimana teknik dalam pengelolaan sumber daya
manusia yang dimiliki oleh setiap perusahaan.
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, setiap manusia mempunyai
peluang untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi untuk meningkatkan
kesejahteraan, karena itulah perlu adanya sumber daya manusia yang berkualitas
dan mempunyai loyalitas yang tinggi, dalam rangka meningkatkan produktivitas
perusahaan. Hal ini dapat direalisasikan dengan adanya program pendidikan dan
pelatihan karyawan. Proses pendidikan dan pelatihan merupakan upaya
perusahaan untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan tenaga kerja, sehingga
perlu direncanakan dengan baik. Pelatihan pekerja saat ini menjadi sangat penting
dikarenakan pelatihan dapat mengurangi jumlah waktu belajar yang diperlukan
pekerja untuk mencapai suatu tingkat atau standar yang telah ditetapkan pada
suatu pekerjaan tertentu.
Secara umum perusahaan melihat arti pentingnya pendidikan dan pelatihan
karyawan yaitu untuk mengimbangi perkembangan perusahaan itu sendiri atau
menjawab tantangan teknologi. Dalam dunia usaha dimana persaingan semakin
tajam, perusahaan perlu mengelola program pelatihannya agar perusahaan dapat
bertahan atau bahkan berkembang. Pelatihan yang baik akan menghasilkan
karyawan yang bekerja secara lebih efektif dan produktif sehingga prestasi
kerjanya pun meningkat.
CV. Kharisma Jaya merupakan salah satu perusahaan argoindustri
penghasil rotan. Industri rotan tergolong industri padat karya, sehingga peranan
sumber daya manusia dalam perusahaan tersebut adalah sangat penting,
khususnya dalam kemampuan dan penguasaan keterampilan dalam proses
produksi.
10
Oleh karena itu, perusahaan berupaya terus memperbaiki kinerja pekerja melalui
pelatihan sebagai upaya meningkatkan hasil produksinya. Pelatihan tersebut
diharapkan dapat menggambarkan, menunjukan dan mempraktekan bagaimana
cara dan proses kerja terbaik.
CV. Kharisma Jaya telah telah memberikan pelatihan-pelatihan kepada
karyawan-karyawan. Namun sampai saat ini belum diketahui seberapa jauh
pelatihan tersebut mempengaruhi kinerja karyawan. Permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah seberapa besar pengaruh pelatihan terhadap kinerja kerja
karyawan pada CV. Kharisma Jaya Cirebon.
Kinerja karyawan dalam hal ini dapat didekati dengan menganalisis
kepuasan kerja dan komitmen terhadap organisasi. Dalam beberapa studi,
pelatihan diketahui mempengaruhi pemberdayaan karyawan. Disamping itu,
pemberdayaan karyawan diketahui sebagai variabel penting yang mempengaruhi
kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Oleh karena itu, penelitian ini
bermaksud untuk mengkaji pengaruh sistem pelatihan terhadap pemberdayaan
kerja, kepuasaan kerja dan komitmen organisasi.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1.
2.
3.
4.
5.
Pemberdayaan
meliputi
rasa
kebermaknaan,
kemampuan,
11
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Sumberdaya Manusia
Umar (2005) mendefinisikan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas
pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan
pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi
perusahaan secara terpadu.
Fungsi-fungsi dari MSDM yang dijelaskan oleh Arep dan Tanjung (2002),
terdiri dari:
1. Fungsi manajerial, yaitu fungsi manajemen yang berkaitan langsung dengan
aspek-aspek manajerial yang merupakan fungsi umum dari manajemen
organisasi.
a. Fungsi perencanaan : melaksanakan tugas dalam hal merencanakan
kebutuhan, pengadaan, pengembangan dan pemeliharaan sumberdaya
manusia.
b. Fungsi pengorganisasian : menyusun suatu organisasi dengan membentuk
struktur dan hubungan antara tugas yang harus dikerjakan oleh tenaga
kerja yang dipersiapkan. Struktur dan hubungan yang dibentuk, harus
disesuaikan dengan situasi dengan kondisi organisasi yang bersangkutan.
c. Fungsi pengarahan : memberikan dorongan untuk menciptakan kemauan
kerja yang dilaksanakan secara efektif dan efesien.
d. Fungsi pengendalian : melakukan pengukuran antara kegiatan yang telah
dilakukan dengan standar yang ditetapkan dan fokusnya tenaga kerja.
2. Fungsi operasional, yaitu fungsi yang berkaitan langsung dengan aspek-aspek
yang operasional sumber daya manusia dalam organisasi atau perusahaan,
meliputi rekutmen, seleksi, penempatan, pengangkatan, pelatihan dan
pengembangan, kompensasi, pemeliharaan serta pemutusan hubungan kerja.
Manajemen sumber daya manusia menurut Mangkuprawira (2003)
merupakan penerapan pendekatan sumber daya manusia untuk mencapai dua
kepentingan tujuan yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan. Dua kepentingan
13
tujuan itu adalah tujuan untuk perusahaan dan tujuan untuk karyawan.
Menurutnya jika kepentingan yang satu tercapai sedangkan yang lain tidak, maka
pendekatan sumber daya manusia yang dilakukan gagal. Ada sejumlah prinsip
yang harus dipenuhi dalam pendekatan sumber daya manusia, antara lain :
a. Karyawan merupakan unsur investasi efektif yang jika dikelola dan
dikembangkan dengan baik akan berpengaruh pada imbalan jangka
panjang bagi perusahaan dalam bentuk produktivitas yang semakin tinggi.
b. Kebijakan, program dan pelaksanaan harus diciptakan dengan memuaskan
kedua pihak, yaitu untuk ekonomi perusahaan dan kebutuhan kepuasaan
karyawan.
c. Lingkungan kerja harus diciptakan, dimana karyawan terdorong untuk
mengembangkan dan memenfaatkan keahliannya semaksimal mungkin.
d. Program dan pelaksanaan manajemen sumber daya manusia, harus
dilaksanakan dalam kebutuhan seimbang antara pemenuhan tujuan
perusahaan dan karyawan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen sumber daya manusia memiliki peran yang sangat penting dalam
suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama, baik itu tujuan perusahaan
maupun tujuan karyawan sebagai individu. Tujuan bersama dapat tercapai jika
dan hanya jika, pengelolaan dalam pendekatan sumber daya manusia dilakukan
dengan baik dan dari sisi karyawan. Oleh karena itu, mengetahui dan mempelajari
kinerja kerja karyawan dalam pendekatan sumber daya manusia menjadi penting.
B. Pelatihan Karyawan
Menurut Notoatmodjo (2003) pelatihan meliputi metode pelatihan,
pengajar atau pelatih, fasilitas pelatihan, kebutuhan akan pelatihan, dukungan
perusahaan, manfaat pelatihan, materi pelatihan dan peserta pelatihan
Pelatihan atau latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai ketrampilan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan
rutin. Ranupandoyo dan Husnan (2000) mengemukakan definisi tentang pelatihan
sebagai berikut : pelatihan adalah kegiatan atau aktivitas untuk memperbaiki
kemampuan seseorang dalam kegiatannya dengan aktivitas ekonomi karena
14
untuk
mengembangkan
sumber
daya
manusia,
terutama
untuk
15
Meningkatkan produktivitas
Pelatihan dapat meningkatkan kinerja pada posisi jabatannya yang
sekarang. Kalau level of performance naik atau meningkat maka berakibat
peningkatan produktivitas dan peningkatan keuntungan bagi perusahaan.
16
informal
yaitu
pelatih
menyuruh
peserta
latihan
untuk
biasa
diselanggarakan
dalam
suatu
perusahaan
industri
untuk
17
d. Simulation
Simulasi merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip
mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan saja.
f. Apprenticeship
Metode ini adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian pertukangan
sehingga karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari segala aspek dari
pekerjaanya.
g. Classroom Methods
Metode pertemuan dalam kelas meliputi lecture (pengajaran), conference
(rapat), programmed instruction, metode studi kasus, role playing, metode
diskusi, dan metode seminar.
Selain metode pelatihan perusahaan harus memperhatikan jenis pelatihan
apa yang dibutuhkan oleh karyawan agar jenis pelatihan itu sesuai dengan
kebutuhannya. Menurut Ishak Arep dan Hendri Tanjung (2002), pelatihan itu ada
dua jenis yaitu :
a. Pelatihan Intern
Pelatihan yang dilaksanakan secara resmi oleh organisasi atau perusahaan
untuk para karyawannya sendiri. Pelatihan ini diadakan secara teratur, terjadwal
dengan mengacu pada kurikulum-silabus yang sudah ada, sehingga materi
pelatihan dapat meningkatkan kemampuan pelaksanaan pekerjaan sehari-hari
karyawan. Untuk karyawan operasional, materi pelatihannya mengenai bidang
pekerjaan yang bersifat operasional saja yang menunjang pelaksanaan tugas di
lapangan.
b. Pelatihan Ekstern
Pelatihan yang tidak dilaksanakan secara resmi oleh organisasi atau
perusahaan untuk para karyawannya sendiri. Biasanya pelatihan ini diikuti dengan
inisiatif karyawan sendiri. Yang paling sering pelatihan seperti ini adalah
pelatihan yang berkenaan dengan kepribadian.
18
19
1. Hasrat.
Pelatih harus memiliki kepribadian yang menawan, karena pelatih harus
memiliki keseimbangan emosi dan perilaku saat berada di antara yang
lain.
2. Menjadi pemimpin
Kepemimpinan bukan hanya urusan memimpin, tapi lebih sebagai seni
memahami orang lain atau dalam hal ini, peserta pelatihan. Ia harus
mengetahui alat dan metode terbaik agar peserta bisa menunjukan upaya
terbaiknya. Karena pelatih berhadapan dengan peserta, yang manusia juga
sebagaimana dirinya, maka ia harus terampil dalam merasakan gejolak
peserta pelatihan.
3. Rapi
Pelatih harus bersih, rapi, dan teratur. Perilakunya harus menyenangkan
tapi tetap tegas, penuh antusias tapi tetap teratur.
4. Rasa humor
Pelatih bisa menggunakan humor untuk memotivasi dan membuat
pelajaran jadi lebih menarik. Ini bisa membantu mencairkan suasana di
dalam kelas.
5. Adil
Pelatih harus cepat dan tidak memihak dalam mengambil keputusan.
Tindakannya harus adil, terpercaya dan bermakna.
6. Sehat fisik dan mental
Pelatih harus memiliki kesehatan fisik dan mental dalam mengemban
tugasnya.
C. Kinerja Karyawan
Kinerja atau prestasi kerja adalah terjemahan dari performance, dan
Sianipar dan Entang (2001) mengartikan performance atau kinerja kerja adalah
hasil kerja yang sangat dilakukan seseorang dan sekelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
rangka mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak mendengar hukum sesuai
dengan moral maupun etika.
20
21
target tersebut. Semakin besar pengaruh kontrol individu, dan semakin signifikan
pencapaian tujuan-tujuan khusus akan semakin berguna untuk organisasi. Sangat
penting memastikan bahwa tujuan yang dibuat berhubungan dengan tujuan pada
posisi-posisi yang lain. Oleh karena itu, pada saat menetapkan tujuan,
pembuatannya tidak boleh hanya untuk satu posisi saja tetapi harus
memperhitungkan posisi lain pada tim atau grup tertentu, juga orang-orang dan
grup-grup di mana akan selalu terjadi interaksi. Tujuan harus memperhitungkan
pengembangan diri individu. Hal ini bukan saja menjadi kepentingan individu tapi
juga menjadi kepentingan organisasi, karena pegawai yang bermotivasi dan ahli
dalam bidangnya merupakan hal yang baik bagi organisasi. Jika tujuan sudah
ditetapkan, manajer harus memastikan adanya dukungan dari seluruh komponen
perusahaan sehingga pencapaian tujuan dapat lebih maksimal.
Menurut
Notoatmodjo
(2003),
hal
penting
dalam
menggunakan
22
Jadi pada intinya pada tahap ini yang dituntut adalah tanggung jawab
setiap individu terhadap kinerja mereka sendiri. Persyaratan ini berlaku bagi
manajer dan anak buahnya, dalam rangka mengembangkan budaya kerja yang
berorientasi pada hasil. Perlu juga diperhatikan gaya manajemen yang paling
efektif, yang berbeda untuk setiap bagian, namun bertujuan sama yakni
membekali individu dengan kekuatan sehingga dapat membuat keputusan sesuai
dengan kemampuannya.
3. Meninjau kinerja
Menurut Mangkuprawira (2003), peninjauan kinerja atau menilai kinerja
merupakan bagian dari proses manajemen kinerja. Proses ini dilaksanakan pada
setiap karyawan dan setiap pegawai berhak mengetahui bagaimana kinerja mereka
dan manajemen berkewajiban memberi tahu mereka. Penilaian kinerja atau
penilaian performance sering pula dikenal dengan istilah performance appraisal
merupakan proses yang dilakukan organisasi untuk mengevaluasi performance
pekerjaan. Penilaian (appraisal) seharusnya menghasilkan gambaran akurat dari
performance pekerjaan secara individu. Ukuran kinerja merupakan ukuran atau
standar kinerja yang dapat diandalkan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
kinerja. Agar terjadi penilaian yang kritis dalam menentukan kinerja, ukuran yang
handal juga hendaknya dapat dibandingkan dengan cara lain dengan standar yang
sama untuk mencapai kesimpulan sama tentang kinerja sehingga pada sistem
penilaian dapat diandalkan atau dipercaya.
Ukuran kinerja yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
23
dapat menjawab kebutuhan praktis dan strategis (kebutuhan jangka pendek dan
jangka panjang) :
a. Kebutuhan praktis
a. Menjawab kebutuhan mendesak yang mendasar.
b. Menyentuh kondisi kongkrit / nyata.
c. Menghindari persoalan struktur sosial yang timpang.
d. Kebutuhan-kebutuhan yang semata-mata yang berasal dari penguatan
peran reproduksi dan produksi kesehatan.
b. Kebutuhan strategis
a. Kebutuhan yang berbasis pada analisis.
b. Mengarah pada usaha mengubah relasi kekuasaan.
c. Kejelasan system.
d. Mengarah pada pembangunan tatanan baru (penataan usaha produksi
masyarakat).
Selanjutnya dikatakan oleh Scott dan Jaffe (1997) bahwa organisasi yang
melakukan pemberdayaan memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut :
24
Kepuasan pelanggan.
pemberdayaan adalah :
-
dapat dilihat dari elemen-elemen sebagai berikut (Scott dan Jaffe, 1997) :
-
Kejelasan tujuan.
Moral.
Keadilan.
Penghargaan.
Kelompok kerja.
Partisipasi.
Komunikasi.
25
dan
masing-masing
berkontribusi
pada
keseluruhan
konstruksi
26
pekerjaan
yang
memberi
kesempatan
menggunakan
antara
kepribadian-pekerjaan,
yaitu
seseorang
yang
27
terpuaskan adalah teori perbedaan (discrepancy theory). Teori ini pertama kali
dipelopori oleh Porter dan teori ini menyatakan bahwa mengukur kepuasan dapat
dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan
kenyataan yang dirasakan karyawan. Apabila yang didapat karyawan ternyata
lebih besar dari apa yang diharapkan, maka karyawan tersebut menjadi puas,
sebaliknya apabila yang didapat karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan,
maka akan menyebabkan ketidakpuasan pada diri karyawan (Mangkunegara,
2001).
Dalam menentukan apakah karyawan puas atau tidak puas, haruslah
terlebih dahulu diketahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kepuasan kerja
tersebut. Menurut Mangkunegara (2001), ada faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri pegawai dan faktor penjelasannya.
1.
2.
Faktor
Pekerjaan,
yaitu
jenis
pekerjaan,
struktur
organisasi,
28
normatif
merupakan
perasaan-perasaan
pegawai
29
pegawai
tampak
melalui
sikap
menyetujui
30
untuk
diperhatikan
karena
adanya
keterlibatan
pegawai
31
menyebabkan mereka akan mau dan senang bekerja sama baik dengan
pimpinan ataupun dengan sesama teman kerja. Salah satu cara yang dapat
dipakai untuk memancing keterlibatan pegawai adalah dengan memancing
partisipasi mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan yang
dapat menumbuhkan keyakinan pada pegawai bahwa apa yang telah
diputuskan adalah merupakan keputusan bersama. Di samping itu, dengan
melakukan hal tersebut maka pegawai merasakan bahwa mereka diterima
sebagai bagian yang utuh dari organisasi dan konsekuensi lebih lanjut,
mereka merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah
diputuskan karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka
ciptakan. Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat kehadiran mereka yang
memiliki rasa keterlibatan tinggi umumnya tinggi pula. Mereka hanya
absen jika mereka sakit hingga benar-benar tidak dapat masuk kerja. Jadi
tingkat kemangkiran yang disengaja pada individu tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan pegawai yang keterlibatannya lebih rendah.
Ahli lain, Beynon mengatakan bahwa partisipasi akan meningkat apabila
mereka menghadapi suatu situasi yang penting untuk mereka diskusikan
bersama dan salah satu situasi yang perlu didiskusikan bersama tersebut
adalah kebutuhan serta kepentingan pribadi yang ingin dicapai oleh
pegawai dalam organisasi. Apabila kebutuhan tersebut dapat terpenuhi
hingga pegawai memperoleh kepuasan kerja, maka pegawai pun akan
menyadari pentingnya memiliki kesediaan untuk menyumbangkan usaha
dan kontribusi bagi kepentingan organisasi. Sebab hanya dengan
pencapaian kepentingan organisasilah, kepentingan mereka pun akan lebih
terpuaskan.
3. Loyalitas
Loyalitas pegawai terhadap organisasi memiliki makna kesediaan
seseorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, jika
perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan
apapun. Kesediaan pegawai untuk mempertahankan diri bekerja dalam
organisasi adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen pegawai
terhadap organisasi di mana mereka bekerja. Hal ini dapat diupayakan bila
32
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka pelatihan merupakan unsur penting untuk
meningkatkan kinerja karyawan. Pelatihan diharapkan untuk mengurangi
kesenjangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki oleh karyawan
dengan dibutuhkan oleh perusahaan.
Dalam studi manajemen SDM kinerja dapat didekati dengan cara melihat
kepuasan karyawan, dan komitmennya terhadap organisasi. Meskipun kepastian
hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi dengan kinerja masih
banyak diperdebatkan namun kedua variabel diatas masih digunakan secara luas
dalam penelitian MSDM dan perilaku organisasi. Beberapa hasil penelitian
menunjukan adanya variabel antara yang mempengaruhi hubungan antara sistem
pelatihan dengan kepuasan kerja dan komitmen organisasi yaitu pemberdayaan
karyawan. Pemberdayaan yang dimaksud adalah pemberdayaan secara psikologi
yaitu dimana kondisi karyawan merasa berdaya.
Dengan prinsip-prinsip diatas kerangka penelitian ini disusun, sistem
pelatihan diduga akan mempengaruhi kepuasan kerja dan komitmen organisasi
secara langsung. Adapun secara tidak langsung melalui pemberdayaan karyawan
terlebih dahulu. Kerangka pemikiran yang dipakai dapat dilihat pada Gambar 1
berikut :
Kepuasan Kerja
Pelatihan
Pemberdayaan
Komitmen Organisasi
34
35
Komitmen afektif yang tinggi berarti karyawan memiliki keinginan dari dalam
dirinya sendiri untuk tetap menjadi anggota organisasi. Komitmen kontinuan
merupakan persepsi karyawan tentang kerugian jika meninggalkan organisasi.
Komitmen kontinuan yang tinggi berarti karyawan tetap bertahan karena
membutuhkan organisasi tersebut. Sedangkan komitmen normatif adalah
perasaan-perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus diberikan kepada
organisasi. Komitmen normatif yang tinggi artinya karyawan merasa harus
melakukan tanggung jawabnya di dalam perusahaan.
B. Tahapan Penelitian
Secara umum tahapan penelitian yang dilaksanakan mengikuti diagram
alir yang dapat dilihat pada Gambar 2 .
Indentifikasi Variabel Penelitian
Perumusan Hipotesis
Penentuan Sampel
36
Variabel Indikator
Pelatihan (1)
Pemberdayaan (1)
Kemampuan (Y2)
Pilihan atau Penentuan Sendiri (Y3)
Dampak (Y4)
Nomor
Pertanyaan
1,2,3,4
5,6,7,8
9,10,11
12,13,14
15,16,17
18,19,20
21,22,23
24,25
1,2,3
4,5,6
7,8,9
10,11,12
Afektif (Y1)
Normatif (Y2)
Kontinuan (Y3)
1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11,
12
1,2,3,4
5,6,7,8
9,10,11,12
Variabel Laten ialah variabel yang tidak bisa diukur secara langsung dan
memerlukan beberapa variabel indikator sebagai proksi. Pada variabel pelatihan
(variabel laten bebas) terdiri dari delapan variabel indikator yaitu metode
pelatihan, materi pelatihan, pelatih, fasilitas pelatihan, kebutuhan akan pelatihan,
dukungan pelatihan, manfaat pelatihan dan persepsi peserta terhadap pelatihan.
Pada variabel laten tak bebas terbagi menjadi tiga variabel. Pertama ialah
pemberdayaan terdiri dari empat variabel indikator yaitu makna, kemampuan,
pilihan, dampak. Kedua ialah kepuasan kerja yang terdiri dari satu variabel
indikator yaitu kepuasan kerja menyeluruh. Ketiga ialah komitmen organisasi
yang terdiri dari tiga indikator yaitu afektif, normatif, kontinuan.
Kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan berbentuk tertutup yang
berjumlah 79, yaitu bentuk pertanyaan dimana responden dapat memilih alternatif
jawaban yang telah disediakan. Skala pengukuran yang digunakan untuk setiap
37
D. Perumusan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Sistem pelatihan berpengaruh positif terhadap pemberdayaan.
2. Sistem pelatihan memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan kerja
karyawan.
3. Sistem
pelatihan
memiliki
pengaruh
positif
terhadap
komitmen
perusahaan.
4. Pemberdayaan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan.
5. Pemberdayaan berpengaruh positif terhadap komitmen.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode pengambilan
sampel acak terstratifikasi (Stratified Random Sampling), yaitu pengambilan
sampel penelitian secara acak untuk setiap strata. Pengambilan sampel
menggunakan metode stratified random sampling, yaitu teknik pemilihan sampel
(contoh) dari sejumlah populasi dimana karakteristik populasi lebih dari satu
(Arep dan Tanjung, 2004).
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin,
yaitu :
N
n =
1 + Ne2
Dimana :
N =
Ukuran populasi
Jumlah sampel
38
Persen
kelonggaran
ketidaktelitian
karena
kesalahan
Ni
N
Dimana :
39
Strata
Pengamplasan
Penganyaman
Pemahatan
Pengecatan
Pengawasan mutu
Total
Jumlah Karyawan
(orang)
85
138
60
35
4
332
Fraksi sampel
0.256
0.4156
0.1807
0.1054
0.012
1
Sampel diambil
(orang)
21
33
15
9
1
79
Metode Survei
yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli. Metode ini memerlukan kontak atau hubungan dengan
responden yang menjadi subyek penelitian untuk memperoleh data yang
diperlukan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data metode
survei ini menggunakan kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan
memberikan daftar pertanyaan yang diajukan kepada pihak yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti (responden) untuk diisi, di
berikan kepada responden yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama mengenai pelatihan dan
bagian kedua mengenai dimensi yang mempengaruhi kinerja. Pemberian
kuisioner pada waktu jam pulang kerja.
2. Wawancara
merupakan teknik pengumpulan data menggunakan pertanyaan secara
lisan kepada subyek penelitian. Tidak berstruktur, dimaksudkan hanya
untuk melengkapi informasi yang tidak mungkin didapatkan melalui
kuesioner.
G. Pengolahan Data
Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data ini adalah (1)
mengumpulkan kuisioner yang disebarkan, (2) memberikan skor pada setiap
40
jawaban responden. (3) tabulasi nilai (skor) jawaban sebagai data, (4)
menganalisis dan mengolah data. Analisis data yang digunakan untuk
menjelaskan keeratan hubungan antara pelatihan terhadap kinerja karyawan.
Analisis data juga digunakan untuk menentukan indikator-indikator yang paling
dominan dari tiap unsur kinerja karayawan dan pelatihan.
Analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM), yaitu
suatu teknik variabel ganda yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan
keterkaitan hubungan linear secara simultan variabel-variabel pengamatan, yang
sekaligus melibatkan variabel laten yang tidak dapat diukur secara langsung.
Selanjutnya, Joreskog dan Sorborn (1996) menambahkan bahwa variabel
laten tak bebas dan variabel laten bebas mempunyai hubungan linear struktural
sebagai berikut :
= + +
dimana : = matriks koefisien variabel laten tidak bebas berukuran m x m
= matriks koefisien variabel laten bebas berukuran m x n
= vektor variabel laten tak bebas (endogenous) berukuran m x 1
= vektor variabel laten bebas (eksogenous) berukuran n x 1
= vektor sisaan acak berukuran m x 1
Terdapat dua persamaan matriks yang digunakan untuk menjelaskan
model pengukuran. Persamaan pertama untuk variabel penjelas tidak bebas, yaitu
(Joreskog dan Sorborn, 1996) :
y = y +
keterangan : y = vektor variabel penjelas tidak bebas yang berukuran p x 1
y = matriks koefisien yang mengindikasikan pengaruh
variabel laten tidak bebas terhadap variabel penjelas tak
bebas yang berukuran p x m
= vektor variabel laten tak bebas yang berukuran m x 1
= vektor kesalahan pengukuran variabel penjelas tak bebas
yang berukuran p x 1
41
Sebanyak 5-10 kali jumlah parameter yang ada di dalam model yang
akan diduga.
42
Mengkonstruksi Diagram
Path
Menilai Masalah
Identifikasi
43
44
akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Selain itu dapat
bersaing dengan perusahaan-perusahaan sejenis.
C. Struktur Organisasi
Suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya memerlukan suatu
organisasi yang baik, karena dalam struktur organisasi memiliki susunan,
hubungan, fungsi dan tugas serta tanggung jawab masing-masing bagian yang ada
dalam perusahaan untuk mencapai suatu sasaran yang telah ditetapkan. CV.
Kharisma Jaya merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan komanditer
(CV). Struktur organisasi yang digunakan adalah organisasi fungsional.
Ciri-ciri dari organisasi fungsional menurut Sondang (1995) adalah:
1. Para karyawan terlibat dalam kegiatan yang sangat spesialistik.
2. Diperlukan hubungan atasan-bawahan yang relatif lentur.
3. Otonomi satuan-satuan kerja dalam organisasi sangat besar.
4. Sifat pekerjaan menuntut daya inovasi dan kreativitas yang relatif tinggi.
5. Para karyawan tidak terlibat dalam kegiatan yang sangat repititif.
6. Tingkat pendelegasian wewenang, terutama pengambil keputusan teknis
dan operasional serta jenjang jabatan manajerial relatif lebih kecil
dibandingkan dengan berbagai tingkat jabatan fungsional.
Kelebihan dari tipe organisasi fungsional adalah mengoptimalkan arti
penting fungsional dalam unit departemen. Komunikasi dan jaringan keputusan
yang ada amat sederhana sehingga menghasilkan sumber daya yang efisien,
mempermudah mengukur pengeluaran, menyederhanakan pelatihan yang sangat
fungsional, mempertahankan pengendalian strategis pada tingkat manajemen
puncak. Kekurangan dari tipe ini adalah sulitnya melakukan koordinasi antar
bidang fungsional, biaya koordinasi antar departemen tinggi, mendorong
persaingan antar departemen dan akibatnya tingkat kepuasan departemen menjadi
rendah. Struktur organisasi CV. Kharisma dapat dilihat pada Gambar 4.
45
Direktur
Wakil Direktur
Bagian
Pemasaran
Bagian
Produksi
Bagian
Administrasi
Manajer
Unit Kerja
Kasir
Pengawas
Pengawas
Pengawas
Pengawas
Pengawas
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
46
D. Karakteristik Karyawan
Berdasarkan data sekunder dapat diperoleh karakteristik karyawan
berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja. CV. Kharisma Jaya
secara keseluruhan didominasi oleh karyawan laki-laki. Data menunjukan bahwa
dari 415 orang karyawan, 332 orang (80%) adalah karyawan laki-laki dan hanya
83 orang karyawan wanita (20%). Jika dilihat dari tingkat pendidikan karyawan,
dapat diketahui bahwa sumber daya yang dimiliki perusahaan terdapat 6 orang
karyawan mempunyai gelar sarjana, sedangkan selebihnya adalah lulusan SMA
yang berjumlah 94 orang, lulusan SMP yang berjumlah 123 orang dan SD
berjumlah 192 orang. Data penyebaran karyawan menurut jenis kelamin dan
tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.
47
Pendidikan
Laki-laki
Persentase
(%)
Total
Perempuan
SD
144
48
192
46.26
SMP
104
19
123
29.63
SMA
80
14
94
22.65
1.44
332
83
415
100
Sarjana
Total
Sumber : Data Perusahaan (2006).
Lama Bekerja
Jumlah
Persentase (%)
< 2 Tahun
55
13.25
2-5 Tahun
163
39.27
6-8 Tahun
117
28.19
9-11 Tahun
48
11.56
> 12 Tahun
32
7.71
415
100
Jumlah
Sumber : Data Perusahaan (2006).
menjadi
48
karyawan dapat termotivasi dan pada akhirnya akan tercapai tujuan perusahaan
yang telah ditetapkan.
E. Hari dan Jam Kerja
Hubungan kerja antara karyawan dengan pihak perusahaan tertuang dalam
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yang mengacu kepada UU No.13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan, dan bertujuan untuk mencapai Hubungan Industrial
Pancasila (HIP) sebagai salah satu syarat terciptanya hubungan yang harmonis
antara pengusaha dan pekerja dalam upaya mewujudkan kepentingan bersama
sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
Karyawan CV. Kharisma Jaya bekerja selama enam hari dalam seminggu
tanpa shift. Adapun waktu kerjanya yaitu hari kerja mulai dari Senin hingga Sabtu
dan mulai bekerja dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB dengan waktu
istirahat pukul 12.15 WIB hingga pukul 13.00 WIB dan pukul 15.30 WIB hingga
pukul 15.45 WIB. Adapun untuk hari Jumat mulai bekerja pada pukul 08.00 WIB
hingga pukul 17.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 11.15 WIB hingga pukul
13.00 WIB karena seluruh karyawan melaksanakan shalat Jumat.
Sedangkan karyawan yang berhubungan dengan kegiatan produksi,
bekerja selama enam hari dalam seminggu dan terbagi dalam lima bagian yaitu
bagian
pengamplasan,
bagian
penganyaman,
bagian
pemahatan,
bagian
pengecatan dan bagian pengawasan mutu quality control (QC). Karyawan bagian
produksi mempunyai lembur apabila perusahaan mendapatkan pesanan yang
cukup banyak dan harus diselesaikan dalam waktu secepatnya.
F. Produksi Perusahaan
1. Jenis Produk dan Sumber Bahan Baku
CV. Kharisma Jaya menghasilkan produk berupa bahan baku rotan olahan
dan produk-produk furniture rotan. Jenis-jenis produk furniture yang dihasilkan
oleh CV. Kharisma Jaya untuk tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 5.
49
Nama produk
1
Lido P. D
2
York P. D
3
New England
4
Fasifik
5
Fasifik love seat
6
Sourt Park
7
Summer A,B
8
Napa
9
Kenza
10
Mina
11
Asia
12
Lipari
13
Elba
14
Golf
15
Sula
16
Jawa
17
Bali
18
Grasia
19
RD 67
20
Zanzibar
Sumber: CV Kharisma Jaya (2006).
Asal
Penamaan
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
Italia
No
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Nama produk
Lymang-lyang
Lyang stool
Purple Fashion
Lidia
Daniel
Danal
Sheraton
Bistro
Tetro
Tetro Arm
Shara Arm
Shara
Shararidan
Danny
Arabesk
Word Cup
Philipine
Pensa Cola
Madona
-
Asal
Penamaan
Italia
Italia
Italia
Jerman
Jerman
Jerman
Jerman
Belgia
Belgia
Belgia
Belgia
Belgia
Belgia
Belgia
Belgia
Belgia
Belgia
Belgia
Belgia
-
Jenis produk furniture yang dihasilakan CV. Kharisma Jaya sesuai dengan
tingkatan kualitasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nama dan Asal Penamaan Furniture Kualitas Tinggi.
No
Nama
Asal Penamaan No
Nama
Asal Penamaan
1
Lido P
Italia
10 Mina
Italia
2
York P
Italia
11 Asia
Italia
3
New England
Italia
12 Lipari
Italia
4
Fasifik
Italia
13 Elba
Italia
5
Fasifik
Italia
14 Golf
Italia
6
Sourt Park
Italia
15 Sula
Italia
7
Summer A
Italia
16 Jawa
Italia
8
Napa
Italia
17 Bali
Italia
9
Kenza
Italia
18 Grasia
Italia
Sumber: Data Perusahaan (2006).
50
badan perwakilan penjualan di Pieve Soligo, Italia. Nama dan asal penamaan
furniture kualitas menengah dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nama dan Asal Penamaan Furniture Kualitas Menenggah
Asal
No
Nama
No
Nama
Asal Penamaan
Penamaan
1
Lido D
Italia
10
Purpe F
Italia
2
York D
Italia
11
Lidia
Jerman
3
New England
Italia
12
Daniel
Jerman
4
Fasifik
Italia
13
Danal
Jerman
5
Summer B
Italia
14
Sheraton
Jerman
6
RD 67
Italia
15
Tetro Arm
Belgia
7
Zanzibar
Italia
16
Shara
Belgia
8
Lyamng-Lyang
Italia
17
Pensa C
Belgia
9
Lyang-Stool
Italia
18
Madona
Belgia
Sumber: Data Perusahaan (2006).
51
52
pengerjaan
produk
pada
umumnya
masih
menggunakan
permesinan padat karya, dapat dilihat pada Gambar 5. Adapun urutan proses
pengerjaan produk adalah:
1. Pengukuran (meteran)
Suatu proses awal dalam pembuatan produk, di mana bahan baku diukur
dan disesuaikan dengan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dengan
bentuk yang akan dibuat.
2. Pemotongan (mesin gergaji)
Proses pemotongan terhadap bahan yang diukur.
3. Pemanasan (steam)
Proses perlakuan panas terhadap bahan. Proses ini dilakukan selama
kurang lebih dari 15 menit di dalam steam dengan sumber panas uap air
yang dipanaskan. Proses ini bertujuan agar bahan menjadi lentur dan
mudah dibentuk (ditekuk, dibengkokkan, dll).
4. Pembentukan (mall steam)
Proses pembentukan bahan dengan mempergunakan suatu jig menjadi
bentuk yang diinginkan (ditekuk, dibengkokkan, dll).
53
54
55
G. Pemasaran
Pemasaran merupakan bagian kegiatan perusahaan yang sangat penting
karena dapat menentukan keberhasilan perusahaan. Bagaimanapun tinggi mutu
suatu produk tetapi bila tidak dapat memasarkan hasil produksinya maka
perusahaan tidak akan berkembang seperti yang diharapkan.
Penetapan harga merupakan suatu masalah disaat perusahaan menentukan
harga untuk pertama kali. Hal ini bisa terjadi ketika perusahaan mengembangkan
atau memperoleh suatu produk baru, ketika perusahaan memperkenalkan produk
lamanya ke saluran distribusi baru atau ke daerah geografis baru, dan ketika
perusahaan melakukan tender memasuki suatu tawaran kontrak kerja yang baru.
Dalam menetapkan harga jual, pertama perusahaan akan memutuskan apa
yang akan dicapai dengan produk yang akan dipasarkan ini. Langkah kedua
56
adalah membuat sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan, semakin jelas
sasaran perusahaan maka penetapan harganya akan semakin mudah. Setelah
penetapan harga dengan mempertimbangkan kedua hal tersebut dalam
menetapkan harganya perusahaan tersebut juga mempertimbangkan berdasarkan
harga dari permintaan, dalam hal ini yang menentukan harga adalah pihak
perusahaan yang membeli bahan baku yang disediakan atau dipasarkan.
Distribusi fisik dimulai dengan pesanan pelanggan. Kunci yang diperlukan
dalam perusahaan adalah untuk memperpendek siklus pesanan sampai pengiriman
uang, yaitu waktu antara penerimaan pesanan dan pembayaran. Siklus ini meliputi
banyak tahap, termasuk pengiriman pesanan oleh wiraniaga, pemasukan pesanan
dan permeriksaan kredit pelanggan, penjadwalan persediaan dan produksi,
pengiriman pesanan dan faktur serta penerimaan pembayaran. Semakin panjang
siklus ini maka semakin rendah kepuasan pelanggan dan laba perusahaan.
CV. Kharisma Jaya memilih dua bentuk saluran distribusi untuk
menyalurkan produk-produknya :
1. Produsen Konsumen
Bentuk saluran distribusi dari produsen ke konsumen ini merupakan
saluran yang paling pendek, dan disebut sebagai saluran distribusi langsung,
biasanya saluran distribusi langsung ini dipakai oleh produsen apabila transaksi
penjualan kepada konsumen industri relatif cukup besar. Saluran distribusi ini
digunakan oleh perusahaan untuk melayani pesanan-pesanan dari penjualan rutin,
jadi penggunaan bentuk saluran distribusi ini terbatas untuk melayani pesanan
yang jumlah pembeliannya relatif cukup besar. Kebijakan ini dilakukan atas
pertimbangan-pertimbangan berikut:
57
Untuk menjalin hubungan baik dengan konsumen yang telah kenal dengan
produk perusahaan.
AGEN
KONSUMEN
Gambar 6. Saluran Distribusi CV. Kharisma Jaya
Promosi penjualan terdiri dari kumpulan kiat insentif yang berbeda-beda.
Kebanyakan berjangka pendek dan dirancang untuk mendorong pembelian yang
lebih cepat dan atau lebih besar dari suatu produk jasa tertentu oleh konsumen
atau perdagangan tersebut. Tujuan dari promosi bagi perusahaan adalah untuk
memperkenalkan dan sekaligus menarik minat konsumen untuk membeli produk
yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam menetapkan srategi pemasaran
perusahaan mengambil strategi promosi secara langsung dengan pihak konsumen.
Adapun berbagai cara promosi, mulai dari promosi melalui pameran atau promosi
melalui internet.
CV. Kharisma Jaya lebih mengorientasikan pada produk-produk furniture
yang berkualitas dan tahan lama dalam upaya untuk mempertahankan posisinya
58
sebagai eksportir rotan berkualitas. Selain itu, CV. Kharisma Jaya dituntut untuk
meningkatkan volume penjualan dan mempertahankan kualitas. Hal ini
dikarenakan semakin banyak persaingan dalam industri rotan di sekitar
Tegalwangi dan Plumbon yang berorientasi ekspor.
Proses produksi CV. Kharisma Jaya dilaksanakan ketika ada pesanan dari
para pembeli (buyer). Hal ini menyebabkan tinggi rendahnya volume penjualan
untuk tiap tahun tergantung pada tinggi rendahnya pesanan yang diperoleh
perusahaan tersebut. Kelebihan produksi berdasarkan pesanan adalah tidak adanya
barang yang menumpuk di gudang akibat resiko tidak laku, akan tetapi di samping
karena kelebihan produksi. Kelemahan dalam memproduksi sesuai atau
berdasarkan pesanan adalah tidak dapat melayani pembeli yang memerlukan
produk pada saat itu juga sehingga mengakibatkan hilangnya peluang
bertambahnya volume penjualan.
Tujuan penjualan CV. Kharisma Jaya adalah memperoleh atau mencapai
volume penjualan tertentu sesuai dengan yang direncanakan. Rencana volume
penjualan CV. Kharisma Jaya adalah minimal sama dengan volume penjualan
yang telah dicapai pada tahun sebelumnya. Untuk dapat mencapai atau melebihi
volume yang direncanakan CV. Kharisma Jaya harus dapat mempertahankan atau
menambah pembeli (buyer) dan meningkatkan kualitas produk maupun harga
produk yang bersaing serta meningkatkan promosi dan mempunyai saluran
distribusi yang baik.
Pada Tabel 9 ini akan disajikan perkembangan volume penjualan CV.
Kharisma Jaya selama kurun waktu enam tahun terakhir (2001-2006) yang
dikelompokkan berdasarkan tingkatan kualitas furniture yang ada di CV.
Kharisma Jaya.
59
High/middle up
US($)
Middle
US($)
Total
Low
%
US($)
US($)
2001
746225
489883
267438
1503546
2002
785999
5.33
512164
4.55
307852
15.11
1606015
6.82
2003
825773
5.06
534445
4.35
348266
13.13
1708484
6.38
2004
945095
14.45
601288
12.51
469508
34.81
2015891
17.99
2005
905321
-4.21
579007
-3.71
429094
-8.61
1913422
-5.08
2006
865547
-4.39
556726
-3.85
388680
-9.42
1810953
-5.36
kepada
karyawan
baru
tersebut,
tentang
60
61
pemahaman
yang
komprehensif
terutama
tentang
62
63
Usia (thn)
Jumlah
< 20
10
12.65
20-29
40
50.63
30-39
18
22.78
40-49
10
12.65
> 50
1.26
79
100
Jumlah
Persentase (%)
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa banyak responden yang memiliki masa
kerja antara 2-5 tahun yaitu 29 orang atau sebesar 36.70 persen dan antara 6-8
tahun yaitu 19 orang atau sebesar 24.05 persen kemudian < 2 tahun sebanyak 16
orang 20.25 persen. Sisanya sebanyak 8 orang yang masa kerjanya masing-masing
> 12 tahun atau sebanyak 10.12 dan 7 orang 9-11 tahun atau sebanyak 8.86
persen.
64
Jumlah
16
29
19
7
8
79
Persentase (%)
20.25
36.70
24.05
8.86
10.12
100
Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
SD
15
18.98
SMP
25
31.64
SMA
35
44.30
Sarjana
5.06
79
100
Jumlah
sebagian besar
memiliki tanggungan keluarga sebanyak satu dan dua orang dengan jumlah 13
dan 19 orang responden atau sebesar 16.45 persen dan 24.05 persen. Responden
yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 dan lebih dari empat
adalah 11.39 persen dan 8.89 persen. Jumlah ini berbeda jauh dengan responden
yang tidak mempunyai tanggungan dengan persentase sebanyak 39.24 persen (31
responden). Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat
dilihat pada Tabel 13.
65
Jumlah Responden
31
13
19
9
7
79
1
2
3
>4
Jumlah
Persentase (%)
39.24
16.45
24.05
11.39
8.86
100
Pelatihan
Jumlah Responden
1-2
19
24.05
3-4
27
34.17
33
41.77
Jumlah
79
100
B.
Persentase (%)
66
Minimum
Maksimum
Mean
Std. Deviation
79
79
79
79
79
1
1
2
2
2
3.076
2.987
3.025
2.975
3.063
.4167
.3753
.3571
.3571
.4032
79
79
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
3.089
2.975
.4583
.2985
79
79
3
1
4
4
3.633
3.152
.4851
.7526
Kepuasan Kerja
Komitmen Organisasi
- Komitmen Afektif
79
2.853
.3225
79
2.816
.5200
Valid N (listwise)
79
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai-nilai yang tertera di dalamnya. Nilai
skala Likert yang digunakan di dalam kuesioner adalah minimum 1 dan
maksimum 4. Variabel pelatihan meliputi metode pelatihan, pelatih, fasilitas
pelatihan, kebutuhan akan pelatihan, manfaat pelatihan, materi pelatihan dan
peserta pelatihan. Metode Pelatihan memiliki mean sebesar 3.076 yang berarti
metode yang dilakukan pada saat melakukan pelatihan baik bagi karyawan.
Materi pelatihan memiliki mean sebesar 2.987 yang berarti materi pelatihan yang
digunakan dalam menjalankan pelatihan ialah materi yang sesuai dengan
keinginan perusahaan dan karyawannya. Pelatih memiliki mean sebesar 3.025
yang berarti sistem pelatihan di dalam perusahaan dengan menggunakan pelatih
dari perusahaan menghasilkan kepuasan yang baik terhadap pegawainya. Fasilitas
pelatihan memiliki mean sebesar 2.975 yang berarti fasilitas yang disediakan oleh
perusahaan untuk melakukan pelatihan sangat memadai. Kebutuhan akan
pelatihan memiliki mean sebesar 3.063 yang berarti memberi dampak atau
pengaruh yang berarti bagi perusahaannya dan pekerjanya. Manfaat pelatihan
memiliki mean sebesar 3.089 yang berarti manfaat yang sangat baik terhadap
pekerjanya agar kemampuan dalam melakukan pekerjaan meningkat. Peserta
67
pelatihan memilki mean sebesar 2.975 yang berarti peserta pelatihan dapat
mengikuti pelatihan dengan baik pada saat pelatihan.
Variabel pemberdayaan memiliki dua dimensi yang terdiri dari
kemampuan, dan keberpengaruhan. Kemampuan memiliki mean sebesar 3.633
yang berarti para karyawan yakin akan kemampuan dan keterampilan yang
mereka miliki untuk dapat melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya dengan
baik. Keberpengaruhan memiliki mean sebesar 3.152 yang berarti dampak
keberadaan para karyawan di dalam perusahaan sudah cukup baik terhadap
perusahaan.
Variabel kepuasan kerja memiliki mean sebesar 2.853 dengan nilai
minimum sebesar 1 dan nilai maksimum sebesar 4. Hal ini berarti karyawan
merasa puas akan pekerjaan yang mereka lakukan dan dengan kepuasan kerja
yang mereka peroleh maka mereka merasa bangga atas pekerjaannya.
Variabel komitmen organisasi memiliki dua dimensi yang terdiri dari
komitmen afektif dan komitmen normatif. Komitmen afektif memiliki mean
sebesar 2.816 yang berarti keinginan karyawan secara emosional untuk tetap
berada di dalam perusahaan adalah karena keinginannya dari dalam diri sendiri.
68
69
Pada hasil estimasi akhir dengan model yang telah dimodifikasi dan diberi
variabel patokan dapat dilihat pada Gambar 8. Nilai chi-square yang tercantum
adalah sebesar 25.68 df (degrees of freedom) sebesar 36, p-value sebesar 0.89894
dan nilai RMSEA sebesar 0.000. Modifikasi yang dilakukan ialah dengan
menambahkan korelasi error pada hubungan variabel 1 dan 3, 3 dan 4, 1 dan 7.
Model ini memiliki kecocokan model yang fit.
Hal ini sesuai dengan aturan yang terdapat di dalam LISREL, bahwa untuk
mendapatkan model yang fit (tepat), p-value harus lebih besar atau sama dengan
0.05 dan nilai RMSEA (Root Mean Square Error of Aproximation) yang kurang
daripada 0.05 mengindikasikan adanya model yang fit, sedangkan nilai chi-square
yang diperoleh tidak jauh berbeda dari derajat bebasnya. Dikarenakan ukuran
sampel yang kecil, maka uji chi-square akan menunjukkan data secara signifikan
tidak berbeda dengan model dan teori-teori yang mendasarinya (Ghozali, 2005).
Ukuran validitas model yang lain dapat dilihat dari nilai GFI, ECVI, AIC,
CAIC, NFI, IFI dan RFI seperti yang terdapat pada Lampiran 5. Menurut Sitinjak
dan Sugiarto (2006) Goodness of Fit Index (GFI) harus nilainya berkisar antara 01, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik GFI 0,90 adalah good-fit, sedang
0,80 GFI 0,90 adalah marginal fit. Goodness of Fit Indices (GFI) merupakan
suatu ukuran mengenai ketepatan model dalam menghasilkan observed matriks
kovarians. Nilai GFI ini harus berkisar antara 0 dan 1. Meskipun secara teori GFI
mungkin memiliki nilai negative tetapi hal tersebut seharusnya tidak terjadi
karena model yang memiliki GFI negatif adalah model yang paling buruk dari
seluruh model yang ada. Nilai GFI yang lebih besar daripada 0.9 menujukkan fit
suatu model yang baik. Hasil yang didapat pada data ini ialah memiliki GFI
sebesar 0.95. Jadi, model ini menunjukan ketetapan model yang fit. Expected
Cross Validation Index (ECVI) digunakan untuk menilai kecenderungan bahwa
model, pada sample tunggal, cross validates (dapat divalidasi silang) pada ukuran
sample dan populasi sama. ECVI mengukur penyimpangan antara fitted (model)
covariance matrix pada sample yang dianalisis dan kovarians matriks yang akan
diperoleh pada sample lain tetapi yang memiliki ukuran sample yang sama besar.
Model yang memiliki ECVI terendah berarti model tersebut sangat potensial
70
71
untuk direplikasi. Karena koefisien ECVI tidak dapat direndahkan, maka kita
tidak dapat memberikan suatu judgement nilai ECVI berapa yang diharuskan agar
model dapat dikatakan baik. Namun, nilai ECVI model yang lebih rendah
daripada ECVI yang diperoleh pada saturated model dan independence model,
mengindikasikan bahwa model adalah fit. Dapat dilihat pada Lampiran 5, nilai
ECVI model adalah sebesar 1.23, sedangkan nilai ECVI pada saturated model dan
independence model secara berturut-turut adalah 1.69 dan 4.83. Hal ini
mengindikasikan bahwa model tersebut merupakan model yang fit.
AIC dan CAIC digunakan untuk menilai mengenai masalah parsimony
dalam penilaian model fit. Meskipun nilai AIC tersebut tidak sensitif terhadap
kompleksitas model, dan demikian juga dengan CAIC, namun AIC lebih sensitive
dan dipengaruhi oleh banyaknya jumlah sample yang digunakan. Sedangkan
CAIC tidak sensitive terhadap jumlah sample. AIC dan CAIC digunakan dalam
perbandingan dari dua atau lebih model, dimana nilai AIC dan CAIC yang lebih
kecil dari AIC model saturated dan independence berarti memiliki model fit yang
lebih baik. Nilai AIC dan CAIC berturut-turut adalah sebesar 85.68 dan 186.77.
Kedua nilai ini lebih rendah daripada model saturated dan independence-nya,
maka model tersebut merupakan model yang fit. Normed Fit Index (NFI) yang
ditemukan oleh Bentler dan Bonetts merupakan salah satu alternatif untuk
menentukan model fit. Namun, karena NFI ini memiliki tendensi untuk
merendahkan fit pada sampel yang kecil, Bentler merevisi indeks ini dengan nama
Comparative Fit Index (CFI).
Nilai NFI dan CFI berkisar antara 0 dan 1 dan diturunkan dari
perbandingan antara model yang dihipotesiskan dan independence model. Suatu
model dikatakan fit apabila memiliki nilai NFI dan CFI lebih besar daripada 0.9
dan nilai yang diperoleh oleh model ini untuk NFI dan CFI adalah sebesar 1.00.
Sedangkan Non-Normed Fit Index (NNFI) digunakan untuk mengatasi
permasalahan yang timbul akibat kompleksitas model. Tetapi karena NNFI adalah
non-normed, maka nilainya dapat lebih besar daripada 1 sehingga susah untuk
diinterpretasikan. Meskipun ketiga indeks tersebut dihasilkan pada output
LISREL, tetapi Bentler menganjurkan penggunaan CFI sebagai ukuran fit. Pada
72
hasil yang didapat, nilai NFI dan CFI ialah 1 maka mengindikasikan bahwa model
ini merupakan model yang fit.
Incremental Fit Index (IFI) digunakan untuk mengatasi masalah parsimony
dan ukuran sampel, dimana hal tersebut berhubungan dengan NFI. Batas cut-off
IFI adalah 0.9. Hasil yang didapat ialah memiliki nilai 1.11 maka batasnya ialah
fit. Sedangkan Relative Fit Index (RFI) digunakan untuk mengukur fit dimana
nilainya adalah 0 sampai 1, dimana nilai yang lebih besar menunjukkan adanya
superior fit. Hasil yang didapat RFI nilanya ialah 1.00 maka dikatakan superior
fit. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) adalah sama seperti GFI, tetapi telah
menyesuaikan pengaruh degrees of freedom pada suatu model. Sedangkan model
yang fit adalah yang memiliki nilai AGFI adalah 0.9. GFI yang didapat ialah 0.95
maka model tersebut fit, sedangkan nilai AGFI memiliki nilai 0.91 maka model
tersebut fit. Ukuran yang hampir sama dengan GFI dan AGFI adalah Parsimony
Goodness of Fit Index (PGFI). Interpretasi PGFI ini sebaiknya diikuti dengan
indeks model fit lainnya. Model yang baik apabila memiliki nilai PGFI jauh lebih
besar daripada 0.6. Hasil PGFI yang didapat ialah 0.52 menunjukan parsimoni
yang rendah, ukuran ini digunakan untuk perbandingan diantara model-model.
Dalam mengevaluasi model pengukuran difokuskan pada hubunganhubungan antara variabel laten dan indikatornya (variabel manifest). Tujuan
dalam mengevaluasi model pengukuran ini adalah untuk menentukan validitas
dan reliabilitas indikator-indikator dari suatu konstruk. Uji validitas merupakan
suatu uji yang bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu indikator dalam
mengukur variabel laten tersebut. Sedangkan uji reliabilitas adalah suatu
pengujian untuk menentukan konsistensi pengukuran indikator-indikator dari
variabel laten. Dari berbagai ukuran validitas di atas yang menjadi indikatorindikator model fit maka dapat disimpulkan bahwa model ini merupakan model
yang valid dan fit untuk digunakan pada penelitian ini.
3. Hubungan Antar Variabel
Hasil analisa t-value pada Gambar 9, menunjukkan besarnya koefesien
konstruk () atau gamma yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel laten
bebas terhadap variabel laten tak bebas (terikat). Semakin besar t-value, maka
73
74
variabel laten bebas tersebut semakin berpengaruh terhadap variabel laten tak
bebas (terikat). Koefisien konstruk () variabel laten pelatihan sebesar 6.60
terhadap pemberdayaan, pelatihan terhadap kepuasan kerja ialah 2.78, pelatihan
terhadap komitmen organisasi 0.88 yang berarti tidak nyata pada tingkat
signifikansi 5% (lebih besar dari 1.96). Sesuai dengan ilmu statistik, bahwa nilai
1.96 merupakan nilai kritis uji-t pada taraf nyata 5%. Komitmen organisasi yang
dipengaruhi oleh adanya pemberdayaan ialah sebesar 0.59 dan kepuasan kerja
yang dipengaruhi oleh pemberdayaan ialah sebesar -0.63 yang berarti tidak nyata
pada tingkat signifikansi 5%.
besar
dalam mempengaruhi
pelatihan
bila
dibandingkan
dengan
pemberdayaan dan komitmen organisasi. Hal ini diperkuat oleh Umar (2005)
bahwa penelitian merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian upaya yang
dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada karyawan
yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan
tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi.
Di perusahaan CV. Kharima Jaya ini, pekerja yang telah melakukan pelatihan
merasa lebih merasa memiliki kemampuan yang dapat mendukung perusahaan
agar lebih baik. Oleh karena itu, perusahaan juga memberikan upah kerja yang
sesuai dengan yang dihasilkan pekerjannya. Adapun pengaruh pelatihan terhadap
kepuasan kerja dan komitmen melalui pemberdayaan yang tidak terbukti
signifikan, menunjukkan bahwa sekalipun pemberdayaan terhadap perusahaan
tinggi akan tetapi belum tentu secara langsung dapat berpengaruh terhadap
kepuasan kerja dan komitmen.
75
76
77
(Loading
Factor)
t-value
SMC
Sistem Pelatihan
Metode Pelatihan (x1)
0.72
8.05
0.51
0.69
9.56
0.48
Pelatih (x3)
0.53
6.50
0.28
0.53
7.02
0.28
0.50
7.32
0.25
0.62
8.97
0.39
0.65
8.62
0.43
78
menggunakan
peta-peta,
gambar-gambar,
sampel
masalah,
dan
79
2. Materi Pelatihan
Setelah metode pelatihan maka selanjutnya ialah menentukan materi
pelatihan yang akan diberikan kepada karyawan, materi pelatihan merupakan
bahan atau topik yang akan dibicarakan pada saat melakukan pelatihan. Peubah
pada
80
sebesar 0.53, hal ini menunjukan bahwa responden menganggap materi pelatihan
memiliki 19% lebih rendah daripada metode pelatihan dengan squared multiple
correlation sebesar 0.28 atau 28% yang menunjukkan bahwa faktor pelatih cukup
mempengaruhi adanya sistem pelatihan di perusahaan. Keterangan ini
menunjukan bahwa responden pada saat melakukan pelatihan dapat memahami
informasi yang disampaikan oleh pelatih atau pengajar. Pelatih yang berasal dari
perusahaan memiliki kemampuan yang memadai dalam berkomunikasi dan cara
penyampaian yang mudah dipahami dalam melakukan pelatihan mengakibatkan
karyawan yang dilatih pun merasa nyaman dalam bertanya kepada pelatih.
Menurut Umar (2005) menyatakan bahwa pelatih merupakan bahwa pelatih
merupakan tenaga kerja yang profesional, sehingga dia ahli sebagai pelatih dan
memiliki dedikasi, loyalitas, dan berdisiplin dalam melaksanakan tugas
pekerjaanya. Pelatih sebagai tenaga profesional dituntut harus memiliki
kemampuan
dalam
proses
pembelajaran,
kemampuan
kepribadian,
dan
kemampuan kemasyarakatan.
CV. Kharisma Jaya memberikan tenaga pelatih berasal dari perusahaan
sendiri sehingga memudahkan untuk berkomunikasi dengan karyawan yang
mengikuti pelatihan. Pemberian materi dengan baik dan dengan banyaknya
pengalaman dalam menyampaikan mengakibatkan karyawan merasa senang
dengan mengikuti pelatihan dan proses belajar-mengajar berjalan dengan sesuai
tujuan perusahaan.
4. Fasilitas pelatihan
Fasilitas pelatihan merupakan suatu komponen yang penting dalam sistem
pelatihan manajemen, karena berfungsi sebagai unsur penunjang proses
pembelajaran, menggugah gairah dan motivasi belajar. Fasilitas pelatihan yang
dibutuhkan seperti tempat pelatihan, perlengkapan, dan peralatan yang digunakan
pada saat pelatihan. Fasilitas pelatihan memiliki peubah berkontribusi
lebih
81
0.28 atau 28% yang menunjukkan bahwa faktor pelatih ini cukup mempengaruhi
adanya sistem pelatihan di perusahaan. Dengan melihat hasil data ini bahwa
fasilitas memberikan pengaruh yang berarti terhadap pelaksanaan pelatihan.
Responden merasa atau
dengan yang dibutuhkan karyawannya. CV. Kharisma Jaya telah dengan baik
mempersiapkan peralatan, tempat, perlengkapan setiap akan diadakannya
pelatihan. Menurut Notoatmodjo (2003), Fasilitas pelatihan berupa gedung, bukubuku referensi, alat bantu dan sebagainya sangat besar pengaruhnya terhadap
proses pelatihan tersebut Perlengkapan dan peralatan untuk pelatihan telah
disiapkan oleh manager unit kerja yang merupakan bagian dari tugas perusahaan.
Adapun tempat untuk melakukan pelatihan, CV. Kharisma Jaya telah memiliki
tempat yang dapat disesuaikan dengan materi pelatihan yang akan melakukan
pelatihan. Dengan kata lain bahwa CV. Kharisma Jaya telah memenuhi syarat
sebagai tempat diadakannya pelatihan.
5. Kebutuhan akan Pelatihan
Kebutuhan akan pelatihan merupakan kekurangan dalam bidang
pengetahuan, sikap, perilaku, ataupun kecakapan dan keterampilan pada karyawan
yang hendak dipenuhi melalui pelatihan. Kebutuhan akan pelatihan memiliki
peubah yang berkontribusi lebih rendah dibandingkan dengan metode pelatihan.
Peubah pada kebutuhan akan pelatihan memberikan muatan faktor sebesar 0.50,
hal ini menunjukan bahwa responden menganggap materi pelatihan memiliki 22%
lebih rendah daripada kepada pelatihan dengan squared multiple correlation
sebesar 0.25 atau 25% yang menunjukkan bahwa faktor pelatih atau pengajar ini
cukup mempengaruhi adanya sistem pelatihan di perusahaan. Dari data yang
didapat menunjukan bahwa rata-rata responden kurang memahami akan
pentingnya kebutuhan pelatihan. Karyawan mengetahui akan kebutuhan pelatihan
yang membuat dirinya menambah pengetahuan, memperbaiki sikap dalam
bekerja, dan menambah keterampilan pada dirinya, oleh karena itu kebutuhan
karyawan atas pelatihan memilki peran yang dapat memberikan manfaat kepada
perusahaan itu sendiri dan kepada karyawannya.
82
83
1. Sisi individu
2. Sisi Organisasi
84
Karyawan baru yaitu yang baru diterima bekerja pada perusahaan itu.
Mereka diberi pemngembangan agar memahami, terampil dan ahli dalam
mengerjakan pekerjaannya, sehingga para karyawan itu dapat bekerja
lebih efesien pada pekerjaannya.
ialah pelatihan yang bersifat internal sehingga peserta pelatihan merasa bosan
dengan aktivitas tersebut karena pelatihan yang dilakukan menggunakan orang
yang sama walaupun cara penyampaiannya baik. Hasil wawancara dengan
responden didapat bahwa pemberian pelatihan yang tidak merata setiap divisinya,
dengan melihat hal ini maka peserta pelatihan mengikuti pelatiahan bukan karena
keinginan sendiri akan tetapi tuntutan dan keinginan dari perusahaan.
b. Pemberdayaan
Variabel yang diamati sebagai pembentuk pemberdayaan ada empat yaitu,
pengertian, kemampuan, pilihan atau penentuan sendiri, dampak. Dari keempat
variabel tersebut, dua variabel yang berpengaruh terhadap pemberdayaan karena
mempunyai t-value di atas 1.96 (tingkat signifikasi 5 %). Berdasarkan analisa
data, bahwa kemampuan mempunyai kontribusi yang rendah berarti memiliki
konstribusi rendah dalam mempengaruhi pemberdayaan, dan dampak memiliki
kontribusi tinggi yang artinya bahwa dampak mempunyai pengaruh yang tinggi
dalam pembentuk pemberdayaan. Hasil estimasi untuk variabel pemberdayaan
dapat dilihat pada Tabel 17 berikut.
85
(Loading Factor)
t-value
SMC
Pemberdayaan
Kemampuan (y1.2)
0.61
Keberpengaruhan (y1.4)
0.91
0.37
2.12
0.84
86
dasarnya merupakan hal yang bersifat individual, setiap individu akan memilki
kebahagian yang berbeda sesuai dengan karakteristik pribadi yang dimilikinya.
Variabel yang diamati sebagai pembentuk kepuasan kerja hanya terdapat
satu variabel saja yang mewakili keseluruhannya. Kepuasan kerja dipengaruhi
sebesar 1.01 oleh kepuasan kerja menyeluruh (overall). Nilai SMC variabel ini
adalah sebesar 1.02 atau 102% bagian variabel ini menjelaskan variabel kepuasan
kerja. Dengan demikian terlihat bahwa pelatihan pada perusahaan memilki peran
yang positif agar karyawannya merasa puas atas pekerjaannya. Pekerja yang
mengikuti pelatihan akan menambah keterampilannya dalam bekerja dan dapat
bekerja secara terampil dan efesien. Hal ini dikuatkan oleh Handoko (2000),
kepentingan terwujudnya kepuasan kerja dapat dihubungkan dengan tingkat
kebutuhan. Ini berarti bila kebutuhan manusia sudah terpenuhi, maka paling tidak
akan tercapai dalam kepuasan bekerja.
Dalam hal ganjaran, perusahaan telah menyediakan tambahan upah kerja
yang telah disesuaikan pekerjaan, apabila adanya penambahan jam kerja atau
mengikuti lembur maka pekerja diberikan tambahan upah kerjannya. Diperkuat
oleh Robbins (1998) sebagai suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang,
87
yaitu selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seseorang pekerja dan
banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.
d. Komitmen Organisasi
Variabel indikator yang teramati untuk mengukur komitmen organisasi
ada tiga yaitu, Afektif, Normatif, Kontinuan. Dari ketiga varabel tersebut, satu
variabel yang berpengaruh terhadap komitmen organisasi karena mempunyai tvalue di atas 1.96 (tingkat signifikasi 5%), yaitu komitmen Normatif. Komitmen
Normatif merupakan kewajiban yang harus terpenuhi oleh karyawannya terhadap
organisasi ataupun perusahaan. Kewajiban ini merupakan timbal balik dari
karyawannya
kepada
perusahaan
disebabkan
perusahaan
memberikan
88
DAFTAR PUSTAKA
Allen, N. J.
89
90
Communication
Satisfaction
and
Organizational
91
Bagian dari skripsi yang disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian dan Ujian akhir S1 Teknologi Industri
Pertanian IPB
2
Mahasiswa S1 Teknologi Industri Pertanian IPB
3
Staf Pengajar pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB
Menurut
Notoatmodjo
(2003)
pelatihan meliputi metode pelatihan, pelatih,
fasilitas pelatihan, kebutuhan akan pelatihan,
dukungan perusahaan, manfaat pelatihan,
materi pelatihan dan persepsi peserta
pelatihan. Metode pelatihan ialah tatacara
pelaksanaan saat melakukan pelatihan.
Pelatih ialah orang yang membantu peserta
pelatihan. Fasilitas pelatihan ialah sarana
dan prasarana yang disediakan pada saat
pelatihan. Kebutuhan akan pelatihan ialah
kebutuhan para pekerja dan perusahaan
untuk diadadaknnya pelatihan. Dukungan
perusahaan
ialah
perusahaan
yang
mendukung adanya pelatihan dengan
menyiapkan segala sesuatu yang akan
dibutuhkan
pada
saat
dilakukannya
pelatihan. Manfaat pelatihan ialah hasil yang
positif setelah diadakaannya pelatihan.
Materi pelatihan ialah bahan atau topik yang
akan dibicarakan pada saat melakukan
pelatihan.
Persepsi
peserta
terhadap
pelatihan ialah adanya perubahan sikap dan
keterampilan setelah melakukan pelatihan.
Untuk
konsep
keberdayaan
karyawan, dalam penelitian ini digunakan
konsep Spreitzer (1995) yang membatasi
keberdayaan dalam empat dimensi, yaitu
rasa
kebermaknaan,
kemampuan,
kemandirian
dan
keberpengaruhan.
Kebermaknaan berarti keyakinan seseorang
terhadap nilai dari tujuan dan sasaran
pekerjaan ditimbang dalam kaitannya
dengan cita-cita dan standar masing-maing
individu. Kemampuan artinya keyakinan
seseorang bahwa ia memiliki keterampilan
dan kemampuan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Kemandirian berkaitan dengan perasaan
memiliki pilihan dalam menginisiasi dan
mengatur kegiatan atau perasaan memiliki
kontrol
terhadap
pekerjaannya.
Keberpengaruhan
adalah
keyakinan
seseorang bahwa ia memiliki pengaruh
penting terhadap hasil atau keluaran dalam
pekerjaan, baik yang bersifat strategis,
administratif ataupun operasional.
Konsep kepuasan kerja yang
digunakan ialah konsep Sefton (1999), yaitu
kepuasan kerja menyeluruh, konsep ini
berarti mewakili semua perasaan yang
dirasakan oleh karyawan tersebut terhadap
pekerjaannya.
Konsep komitmen organisasi yang
digunakan adalah konsep dari Allen dan
Meyer (1990). Komitmen organisasi ini
memiliki tiga dimensi, yaitu komitmen
afektif, komitmen kontinuan dan komitmen
Profil Responden
karakteristik responden berdasarkan
tingkat usia. Sebagian besar responden
berada pada usia 20 29 tahun yaitu
sebanyak 40 orang. Kemudian usia
responden yang berkisar antara 30 39
tahun adalah sebanyak 18 orang. Jumlah
responden adalah berkisar pada usia 40 49
tahun sebanyak 10 orang dan responden
berusia < 20 tahun sebanyak 10 orang dan
karyawan berusia > 50 tahun berjumlah 1
orang.
Responden yang memiliki masa kerja
antara 2-5 tahun yaitu 29 orang atau sebesar
36.70 persen dan antara 6-8 tahun yaitu 19
orang atau sebesar 24.05 persen kemudian <
2 tahun sebanyak 16 orang 20.25 persen.
Sisanya sebanyak 8 orang yang masa
kerjanya masing-masing > 12 tahun atau
sebanyak 10.12 dan 7 orang 9-11 tahun atau
sebanyak 8.86 persen.
Responden apabila ditinjau dari segi
pendidikan adalah berpendidikan SMA
sebanyak 35 orang. Responden yang
berpendidikan SMP sebanyak 25 orang,
kemudian responden yang berpendidikan
sarjana berjumlah 4 orang dan SD berjumlah
15 orang atau masing-masing sebesar 5.06
persen dan 18.98 persen.
Jumlah tanggungan keluarga karyawan
perusahaan
sebagian besar memiliki
tanggungan keluarga sebanyak satu dan dua
orang dengan jumlah 13 dan 19 orang
responden atau sebesar 16.45 persen dan
24.05 persen. Responden yang memiliki
jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 dan
lebih dari empat adalah 11.39 persen dan
8.89 persen. Jumlah ini berbeda jauh dengan
responden
yang
tidak
mempunyai
memilki
peran
yang
karyawannya
merasa
pekerjaannya.
positif
puas
agar
atas
10