BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai macam cara untuk mendeteksi alkaloid di dalam jaringan tumbuhtumbuhan misalnya yang dilakukan oleh Ray (1960). Kesemuanya mengerjakan
secara ekonomis berbagai jenis tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi untuk
mendapatkan bahan obat yang bermanfaat. Banyak tumbuhan juga sudah diteliti
untuk memeriksa adanya alkaloid selain kandungan metabolit sekunder lainnya
(Lemes et al. 2003). Untuk mengisolasi alkaloid, senyawa yang bersifat nonpolar
dihilangkan terlebih dahulu dari tumbuh-tumbuhan dengan cara ekstraksi
menggunakan pelarut petroleum eter. Setelah itu berbagai prosedur untuk
mendapatkan alkaloid dapat digunakan. Jaringan tumbuh-tumbuhan dapat
diekstrak dengan menggunakan air, etanol, atau metanol, dengan campuran
alkohol encer yang sudah diasamkan. Untuk keparluan identifikasi, spektra IR
telah digunakan secara luas dalam penjabaran struktur molekul organik. Selain itu
penggunaan UV, GC, GC-MS,1HNMR juga akan memberi petunjuk adanya
senyawa alkaloid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Sapindales
Famili
: Meliaceae
Genus
: Swietenia
Spesies
: Swietenia mahagoni
Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan
diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris. Kulit luar berwarna
coklat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna
abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi coklat tua, beralur dan
mengelupas setelah tua. Mahoni baru berbunga setelah 7 tahun, mahkota
bunganya silindris, kuning kecoklatan. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk
lima, warnanya coklat. Bijinya pipih berwarna hitam atau coklat.
Kandungan yang terdapat pada biji mahoni digunakan sebagai obat untuk
penyakit diabetes. Banyak penelitian yang sudah membuktikan pada hewan
percobaan bahwa kandungan biji mahoni yang begitu mengandung banyak
manfaat. Dari pengembangannya didaerah pertanian biji mahoni juga digunakan
sebagai pupuk dengan ekstrak rempah lainnya.
reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat
juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian
terutama karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di
bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur.
Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai
berikut :
1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam
urat dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali,
sekarang tidak dianut lagi).
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan
nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami
metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan
parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa
bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan
konsep yang direka-reka dan bersifat manusia sentris.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur,
beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid
merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar
bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan
kesetimbangan ion dalam tumbuhan.
Perlu dicatat bahwa selama kimia organik berkembang pesat selama
periode tersebut, menjadi ilmu pengetahuan yang rumit pada saat ini, usaha
pengembangan dalam kimia bahan alam tumbuh sejalan, banyak reaksi yang
sekarang merupakan reaksi klasik dalam kimia organik adalah hasil penemuan
pertama dari studi yang cermat degradasi senyawa bahan alam.
Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi
(jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah
dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang
dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid.
Awal alkaloida diketahui hanya terdapat dalam tumbuhan, terutama
tumbuhan berbunga, Angiospermae. Selanjutnya ternyata terdapat dalam hewan,
serangga, biota laut, mikroorganisme dan tumbuhan rendah. Contoh : Sebangsa
rusa (muskopiridina), sejenis musang Kanada (kastoramina).
Teknik Pemisahan
1. Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metoda maserasi, partisi, perkolasi, dan
2. Kromatografi
Penjelasan terperinci tentang kromatografi pertama kali diberikan oleh
Michael Tswett, seorang ahli botani Rusia yang bekerja di Warsawa. Pada tahun
1906, dia mengumumkan cara pemisahan klorofil dan pigmen lainnya dalam
suatu seri tanaman. Larutan eter petroleum yang mengandung cuplikan diletakkan
pada ujung atas tabung gelas sempit yang telah diisi dengan serbuk kalsium
karbonat. Ketika ke dalam kolom itu dituangi eter petroleum maka akan terlihat
bahwa pigmen-pigmen itu terpisah dalam beberapa daerah. Setiap daerah bewarna
itu diisolasi dan diidentifikasi senyawa penyusunnya. Adanya pita bewarna itu
maka dia mengusulkan nama kromatografi yang berasal dari bahasa Yunani
kromatos yang berarti warna dan graphos yang berarti menulis.
gas-padat,
digunakan
sebelum
tahun
1800
untuk
memurnikan gas. Pada waktu dulu teknik ini tidak berkembang karena
keterbatasannya yang sama seperti halnya kromatografi cairan-padat, tetapi
penelitian lebih lanjut dengan macam fasa padat baru memperluas penggunaan
teknik ini.
10
zat uap kimia pada kromatogram atau dengan pencelupan kedalam pereaksi
penampak warna.
Pada kromatografi lapis tipis, dikenal istilah atau pengertian Rf untuk tiap
tiap noda kromatogram yang didefenisikan sebagai berikut :
Rf = Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal
Jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal
Sastrohamidjojo
(1985)
mengemukakan
faktor
faktor
yang
4. Kromatografi kolom
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi
(gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang
dilengkapi dengan keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur
aliran pelarut. Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam, tetapi biasanya
panjangnya sekurang- kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin saja
sampai 100 kali.
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan
berupa pita pada bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca,
tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut (fasa gerak) dibiarkan mengalir
melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong oleh
11
tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda,
memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom.(Gritter,
1991).
b. Teknik Spektroskopi
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia-fisika yang
mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.
Ada dua macam instrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan
spektrofotometer. Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada
bidang fokus disebut sebagai spektrometer. Apabila spektrometer tersebut
dilengkapi
dengan
detektor
yang
bersifat
fotoelektrik
maka
disebut
12
2. Vibrasi Lentur
Terjadi perubahan sudut antara dua ikatan kimia. Ada dua macam vibrasi
lentur yaitu vibrasi lentur dalam bidang (scissoring dan rocking) dan
vibrasi luar bidang (wagging dan twisting).(Noerdin, 1985).
Hanya getaran yang menghasilkan perubahan momen dwikutub secara
berirama saja yang teramati di dalam inframerah. Medan listrik yang bergantiganti, yang dihasilkan oleh perubahan penyebaran muatan yang menyertai getaran
menjodohkan getaran molekul dengan medan listrik pancaran elektromagnet yang
berayun.(Silverstein, 1984).
2. Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri ultraviolet adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai
panjang
gelombang
antara
200-400
nm.
Pengukuran
menggunakan
yang
cukup
besar
pada
molekul
yang
dianalisis,
sehingga
13
14
BAB III
METODE PENELITIAN
b. Ekstraksi
Biji mahoni yang telah dicincang selanjutnya dilakukan ekstraksi sokhlet
menggunakan petroleum sebanyak 300 mL selama 8 jam. Ekstrak petroleum eter
diuapkan sampai semua pelarut hilang. Ampas hasil ekstraksi dibebaskan dari
pelarutnya dengan cara diangin-anginkan, kemudian dilakukan penggerusan.
15
16
pereaksi Dragendorff 130 dan 132. Fraksi yang positif terhadap pereaksi
Dragendorff dianggap sebagai fraksi yang mengandung alkaloid. Kemudian fraksi
ini dianalisis lebih lanjut untuk identifikasi struktur dengan menggunakan GC,
spektrometer IR, UV, dan 1HNMR.
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Ekstrak yang diperoleh seberat 1,13 gram dengan titik didih 2080C. Untuk
mengetahui adanya komponen alkaloid dalam ekstrak (selanjutnya disebut ekstrak
N), mula-mula dilakukan uji warna dengan KLT menggunakan eluen kloroform:
metanol (95:5), pereaksi Dragen-dorff 130 dan 132 dan diperoleh empat spot.
Harga Rf disajikan dalam Tabel 1.
18
Setelah
itu
dilakukan
pemisahan
dengan
kromatografi
kolom
19
20
21
HNMR untuk
menentukan strukturnya.
Analisis spektrometer IR digunakan untuk menentukan jenis gugus
fungsional yang terdapat dalam senyawa. Spektra IR ekstrak N18.7 ditampilkan
22
23
HNMR dengan
diperkirakan senyawa alkaloid yang terdapat dalam ekstrak metanol - asam nitrat
adalah 5-etil-6-metoksimetil-2-metil- 1,2-dihidro-piridin (C13H23NO) dengan
struktur seperti dalam Gambar 8.
24
BAB V
PENUTUP
25
DAFTAR PUSTAKA
Astuti P, Alam G, Hartati, Mae S, Sari D & Wahyuono S. 2005. Uji Sitotoksik
Senyawa Alkaloid dari Spons Petrosia sp : Potensial Pengembangan
sebagai Antikanker. Majalah Farmasi Indonesia 16: 58 62
Dalimartha S. 2001. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Diabetes Mellitus
(cetakan ke-6). Jakarta: Penebar Swadaya
Eicher T & Hauptmann S. 1995. The Chemistry of Heterocycles: Structure,
Reactions, Synthesis, and Applications. New York : Georg Thieme
Verlag
Lemes MR, Gribel R, Proctor J & Grattapaglia D. 2003. Population genetic
structure of mahogany (Swietenia macrophylla King, Meliaceae) across
the Brazilian Amazon, based on variation at microsatellite loci:
implications for conservation. Mol Ecol 12: 2875-2883
Li D, Chen J, Chen Q, Li G, Chen J, Yue J, hen Min-li, Wang X, Shen J, Shen X
& Jiang H. 2005. Swietenia mahagony extract shows agonistic activity to
ppar and give ameliorative effects on diabetic Db/Db mice. Acta
Pharmacol Sin 26: 220-222
Maiti A, Dewanjee S & Mandal SC. 2007. In vivo evaluation of antidarrhoeal
activity of the seed of Swietenia macrophylla King (Meliaceae). Tropical
J Pharm Res 6: 711-716
Marianti A. 2003. Aktivitas hipoglikemik ekstrak herba tapak dara bunga putih
pada tikus putih normal dan diabetik karena aloksan. J MIPA Unnes 26:
79-90
Marianti A. 2005. Kadar glukosa dan trigliserida serum darah tikus diabetik
induksi streptozotosin yang diperlakukan dengan ekstrak daun sambung
nyawa. J MIPA Unnes 28: 24-31
Marsono Y, Noor Z, Rahmawati F. 2003. Pengaruh diet kacang merah terhadap
kadar gula darah tikus diabetik induksi aloksan. J Teknologi dan Industri
Pangan 14: 1-6
Matsuura H. 2001. Saponin in garlic as modifiers of the risk of cardiovascular
disease. J Nutr 131: 1000-1005
26
Mursiti S. 2004. Identifikasi Senyawa alkaloid dalam biji mahoni bebas minyak
(Swietenia macrophylla King) dan efek biji mahoni terhadap penurunan
kadar glukosa darah tikus putih (Rattus Novergicus). Tesis. UGM.
Yogyakarta.
Ray LL. 1960. Alkaloid the Worlds Pain Killers. J Chem Educ 37: 451
Sangster AW. 1960. Determination of alkaloid structures. J Chem Educ 69: 2250
2250
Sayekti S, Muhtadi A & Supriyatna. 2008. Aktivitas hipoglikemik daun salam dan
herba bulu lutung. Cermin Dunia Kedokteran. 30: 28-31
Soetarno S, Sukandar, Yulinah E, Sukrasno, & Yuwono A. 2005. Aktivitas
hipoglisemik ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata, Nees,
Acanthaceae). JMS 4: 62-69
Sujono, Azizah T, Wahyuni AS. 2005. Pengaruh decocta daun lidah buaya (Aloe
vera, L) terhadap kadar glukosa darah kelinci yang dibebani glukosa. J
Penelitian Sains & Teknologi 6: 26-34
Sukadana IM, Santi SR, Juliarti NK. 2008. Aktivitas antibakteri senyawa
golongan triterpenoid dari biji pepaya (Carica papaya, L.). J Kimia 2:
15-18
Sunarsih ES, Djatmika & Utomo RS. 2007. Pengaruh pemberian infusa umbi
gadung (Dioscorea hispida, Dennst) terhadap penurunan kadar glukosa
darah tikus putih jantan diabetes yang diinduksi aloksan. Majalah
Farmasi Indonesia 18: 29-33
Tan BKH, Fu P, Chow PW & Hsu A. 1996. Effect of A. bilimbi on blood sugar
and food intake in streptozotocin-induced diabetic rats. Phytomed 3: 271
Yulinah E, Sukrasno & Fitri MA. 2001. Aktivitas antidiabetika ekstrak etanol
herba sambiloto (Andrographis paniculata, Nees, Acanthaceae). JMS 6:
13-20