Anda di halaman 1dari 106

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH


BERBASIS SEKTOR UNGGULAN
KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWA TIMUR

OLEH:
MUHAMMAD GHUFRON
A14304013

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

RINGKASAN

Muhammad Ghufron. A14304013. Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis


Sektor Unggulan Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur. Di bawah
bimbingan Eka Intan Kumala Putri.
Era globalisasi sekarang ini, kota-kota besar maupun kawasan-kawasan
strategis di Indonesia akan berkembang menjadi sebuah sistem kewilayahan
dimana satu sama lain akan terikat dalam suatu sistem pengembangan dan saling
ketergantungan (complementarity and independency). Pembangunan nasional
yang diarahkan pada pembangunan daerah, berdasarkan UU 32 tahun 2004 pada
dasarnya adalah untuk memacu pemerataan pembangunan dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Di tingkat regional, pembangunan wilayah yang ditinjau dari aspek
ekonomi harus menjadi prioritas utama dalam menggerakkan ekonomi nasional.
Namun, pada kenyataannya Pemerintah Propinsi Jawa Timur masih mengalami
kekurangan, yaitu masih terbatasnya pemberian wewenang kepada pemerintah
lokal dalam mengelola potensi ekonominya. Untuk itu, agar pembangunan
wilayah secara regional berjalan optimal, maka Pemerintah Propinsi Jawa Timur
idealnya dapat mendelegasikan wewenang kepada daerah kabupaten/kota untuk
mengembangkan dan mengelola wilayahnya sendiri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sektor unggulan
Kabupaten Lamongan, dampak pengganda (Multiplier) pendapatan, besarnya
peranan sektor ungggulan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dan strategi
kebijakan yang tepat untuk membangun sektor unggulan daerah. Pengambilan
data dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2008, dengan
Kabupten Lamongan sebagai lokasi penelitian. Data yang digunakan berupa data
primer dari hasil wawancara dengan Pemerintah Kabupaten Lamongan dan data
sekunder time series 2002-2006 yang diperoleh dari BPS kabupaten dan propinsi,
Bappeda kabupaten dan dinas-dinas yang terkait dengan penelitian ini. Metode
analisis yang digunakan dalam menentukan sektor unggulan di Kabupaten
Lamongan adalah Location Quotient (LQ), multiplier pendapatan, analisis Shift
Share dan analisis kualitatif untuk merumuskan strategi kebijakan terhadap sektor
unggulan tersebut berupa analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan sektor yang memiliki nilai LQ > 1 adalah
sektor basis. Artinya sektor tersebut telah mampu untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri juga untuk memenuhi kebutuhan daerah lainnya. Selama kurun waktu
2002-2006 yang termasuk sektor basis terdapat pada sektor pertanian, sektor jasajasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor yang
memiliki nilai LQ < 1 adalah sektor non basis. Hal ini menunjukkan sektor
tersebut belum mampu untuk memenuhi kebutuhan daerah. Sektor tersebut adalah
sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik,
gas dan air bersih, sektor kontruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi dan
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Koefisien pengganda pendapatan (multiplier) sektor basis menunjukkan
nilai yang lebih besar dari pada pengganda pendapatan sektor non basis selama

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

tahun 2002-2006. Hal ini berarti bahwa masyarakat Kabupaten Lamongan dalam
menjalankan aktifitas ekonominya lebih berminat pada kegiatan sektor basis.
Pada analisis Shift Share laju pertumbuhan tertinggi di Kabupaten
Lamongan terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar
48,74 persen selama tahun 2002-2006. Hal ini disebabkan oleh semakin
meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Lamongan.
Hal yang sama juga dialami di tingkat Propinsi Jawa Timur, pertumbuhan paling
besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 41,11 persen..
Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur sebesar
22,96 persen atau Rp. 798.657,95 juta selama tahun 2002-2006 yang ditunjukkan
pada nilai KPP. Sektor yang memiliki nilai PP > 0 (cepat) yang terbesar terdapat
pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 18,15 persen. Sedangkan sektor
yang memiliki nilai PP dengan persentase negatif PP < 0 (lambat) terbesar
terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian (-23,69) persen. Selanjutnya,
jika PPW > 0 (daya saing yang baik) yang terbesar terdapat pada sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan yaitu 39,24. Sedangkan sektor yang memiliki nilai
PPW < 0 (daya saing yang tidak baik) yang terbesar terdapat pada sektor listrik,
gas dan air bersih (-8,06) persen.
Berdasarkan analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor
unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan potensi sumber daya alam
khususnya di sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasajasa. Hal ini mengingat dukungan dari pemerintah daerah, swasta/investor dan
masyarakat untuk memajukan sektor unggulan, dimana Kabupaten Lamongan
memiliki posisi dan letak geografis yang sangat strategis. Namun, pada
kenyataannya Kabupaten Lamongan masih menghadapi kendala berupa sumber
daya manusia petani dan nelayan yang rendah, sarana dan prasarana pembangunan
minim, bencana alam dan gagal panen serta beras impor yang masuk ke
Kabupaten Lamongan.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH


BERBASIS SEKTOR UNGGULAN
KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWA TIMUR

OLEH:
MUHAMMAD GHUFRON
A14304013

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya


Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2008

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Judul

: Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan


Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur

Nama

: Muhammad Ghufron

NRP

: A14304013

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri. MS


NIP. 131 918 659

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr


NIP. 131 124 019

Tanggal Kelulusan :

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI

TULISAN

PADA

SUATU

PERGURUAN

TINGGI

ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, 17 Juni 2008

Penulis

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara pasangan Bapak


Madulah dan Ibu Karyam. Penulis lahir di Kabupaten Lamongan pada tanggal 10
April tahun 1985. Penulis memulai pendidikan di TK Nasrul Ulum Maduran
Kabupaten Lamongan pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1992. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan di MI Nasrul Ulum Maduran Kabupaten
Lamongan pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998. Penulis memulai jenjang
pendidikan yang selanjutnya di MTS Fathul Hidayah Pangean Kabupaten
Lamongan pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2001. Selanjutnya, penulis
masuk di SMA BPPT Siman Kabupaten Lamongan pada tahun 2001 dan lulus
pada tahun 2004. Penulis selanjutnya diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas Pertanian
melalui jalur USMI pada tahun 2004. Selama menempuh pendidikan di IPB,
penulis juga aktif diberbagai organisasi, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Fakultas Pertanian, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) ) Fakultas
Pertanian, Keluarga Muslim Sosek (KMS) dan Forum Mahasiswa Kabupaten
Lamongan (FORMALA).

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas berkah dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul Analisis Pembangunan Wilayah
Berbasis Sektor Unggulan Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur.
Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai syarat kelulusan di Institut Pertanian
Bogor.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini. Bagi penulis, kesempurnaan skripsi ini adalah kesediaan pembaca yang
budiman untuk memberikan saran ataupun masukan. Meskipun demikian penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya
dan bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, 17 Juni 2008

Penulis

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... i
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah..................................................................... 5
1.3. Tujuan ........................................................................................ 11
1.4. Manfaat ...................................................................................... 11
1.5. Ruang Lingkup Penelitian........................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 13
2.1. Wilayah dan Pembangunan Wilayah........................................... 13
2.2. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................... 15
2.3. Sektor Unggulan dan Kriteria Sektor Unggulan .......................... 18
2.4. Teori Basis Ekonomi .................................................................. 20
2.5. Konsep Analisis Shift Share........................................................ 22
2.6. Penelitian Terdahulu................................................................... 25
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................... 28
3.1. Kerangka Teoritis ....................................................................... 28
3.1.1. Desentralisasi................................................................... 28
3.1.2. Location Quotient ............................................................ 29
3.1.3. Analisis Shift Share.......................................................... 30
3.2. Kerangka Operasional................................................................. 31
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 34
4.1. Daerah dan Waktu Penelitian...................................................... 34
4.2. Jenis dan Sumber Data................................................................ 34
4.3. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data................................ 35
4.4. Metode Analisis.......................................................................... 35
4.4.1. Analisis Kuantitatif ........................................................... 36
4.4.1.1. Location Quotient................................................. 36
4.4.1.2. Efek Pengganda.................................................... 38
4.4.1.3. Analisis Shift Share .............................................. 39
4.4.2. Analisis Kualitatif ............................................................ 45
4.4.2.1. Matriks SWOT ..................................................... 46
BAB V GAMBARAN UMUM PENELITIAN............................................ 48
5.1. Kondisi Geografi ......................................................................... 48
5.2. Kondisi Demografi ...................................................................... 48
5.3. Karateristik Wilayah.................................................................... 49
5.4. Administrasi Pemerintah.............................................................. 49

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

5.5. Potensi Ekonomi.......................................................................... 50


5.6. Kawasan Pembangunan Sektor Perekonomian............................. 53
BAB VI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN LAMONGAN ............... 55
6.1. Sektor Basis dan Non Basis ......................................................... 55
6.2. Multiplier Pendapatan ................................................................. 58
BAB VII ANALISIS SHIFT SHARE UNTUK MENGIDENTIFIKASI
PERTUMBUHAN EKONOMI..................................................... 60
7.1. Perubahan dan Rasio PDRB ........................................................ 60
7.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah ..................... 65
7.3. Pergeseran Sektor-Sektor Perekonomian ..................................... 68
7.4. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian.................................... 69
BAB VIII STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH
KABUPATEN LAMONGAN..................................................... 71
8.1. Strategi Strenghts-Opportunities (S-O) ........................................ 72
8.2. Strategi Weakness-Opportunities (W-O)........................................ 74
8.2. Strategi Strengths-Threats (S-T)..................................................... 76
8.4. Strategi Weakness-Threats (W-T) ................................................ 78
8.5. Badan Pengawas Daerah.............................................................. 82
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 83
9.1. Kesimpulan ................................................................................. 83
9.2. Saran ........................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 85
LAMPIRAN

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Lamongan dan Propinsi


Jawa Timur Tahun 2005 ......................................................................... 3
2. Penggunaan Metode Analisis Yang Digunakan ..................................... 35
3. Matriks SWOT...................................................................................... 47
4. Location Quotient (LQ) Kabupaten Lamongan Tahun 2002-2006.......... 55
5. Koefisien Pengganda Pendapatan Di Kabupaten Lamongan Tahun 20022006 ..................................................................................................... 59
6. Perubahan PDRB Kabupaten Lamongan dan Propinsi Jawa Timur Atasa
Dasar Harga Konstan`01 Menurut Sektor Perekonomian tahun 20022006 ..................................................................................................... 60
7. Rasio PDRB Kabupaten Lamongan dan Propinsi Jawa Timur ............... 63
8. Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Lamongan ...................... 65
9. Pergeseran Bersih Sektor Perekonomian Kabupaten Lamongan............. 68
10. Matriks SWOT Sektor Unggulan Kabupaten Lamongan....................... 80

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Model Analisis Shift Share...................................................................... 25
2. Skema Kerangka Penelitian Operasional ................................................. 33
3. Profil Pertumbuhan Sektor Ekonomi ....................................................... 44
4. Profil Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Lamongan .................... 69

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
Halaman
1. PDRB Kabupaten Lamongan................................................................... 87
2. PDRB Propinsi Jawa Timur..................................................................... 88
3. Location Quotient (LQ) Kabupaten Lamongan........................................ 89
4. Pengganda Pendapatan............................................................................ 89
5. Perubahan PDRB Kabupaten Lamonga dan Propinsi Jawa Timur........... 90
6. Rasio PDRB Kabupaten Lamongan dan Propinsi Jawa Timur ................ 91
7. Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Lamongan ........................ 91
8. Pergeseran Bersih sektor perekonomian Kabupaten Lamongan ............... 92
8. Peta Kabupaten Lamongan ...................................................................... 93

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Era globalisasi sekarang ini, kota-kota besar maupun kawasan-kawasan
strategis di Indonesia akan berkembang menjadi sebuah sistem kewilayahan
dimana satu sama lain akan terikat dalam suatu sistem pengembangan dan saling
ketergantungan (complementarity and independency). Sesuai dengan arahan dan
tujuan yang tertuang dalam Propenas (Program Pembangunan Nasional), kotakota dan wilayah lain di Indonesia dalam melaksanakan pembangunan
berkelanjutan harus mengantisipasi peluang dan tantangan yang akan ditimbul
oleh adanya kebijakan regionalisasi (Riyadi, 2002).
Pembangunan nasional yang diarahkan pada pembangunan daerah,
berdasarkan UU 32 tahun 2004 pada dasarnya adalah untuk memacu pemerataan
pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dimana peran serta
Pemerintah dan masyarakat sangat penting sekali dalam pendayagunaan potensi
daerah secara optimal dan terpadu. Sehingga upaya pemerataan pembangunan
diseluruh tanah air mulai dari daerah maju, berkembang dan terpencil perlu untuk
ditingkatkan demi tercapainya pembangunan wilayah secara nasional.
Di tingkat regional, pembangunan wilayah yang ditinjau dari aspek
ekonomi harus menjadi prioritas utama dalam menggerakkan ekonomi nasional.
Sebagai contoh, Propinsi Jawa Timur yang secara terus-menerus memetakan
potensi ekonomi dalam memajukan pembangunan wilayah, mengingat potensi
ekonomi regional yang ada di Propinsi Jawa Timur sangat besar. Potensi ekonomi
yang paling utama adalah sektor pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Namun, dalam melaksanakan pembangunan secara regional, Pemerintah Propinsi


Jawa Timur masih mengalami kekurangan, yaitu masih terbatasnya pemberian
wewenang kepada Pemerintah lokal dalam mengelola potensi ekonominya. Untuk
itu agar pembangunan wilayah secara regional berjalan, maka Pemerintah
Propinsi Jawa Timur idealnya dapat mendelegasikan wewenang yang luas kepada
daerah kabupaten/kota untuk mengembangkan dan mengelola wilayahnya sendiri.
Sebagaimana yang diamanatkan di dalam UU 32 tahun 2004 tentang
desentralisasi wilayah.
Dengan adanya desentralisasi maka muncullah otonomi daerah. Menurut
Sondakh

dalam

Pranata

(2004)

dengan

desentralisasi

diharapkan:

(1)

menanggulangi kemiskinan yang timbul karena adanya kesenjangan antar daerah,


(2) membantu kelompok masyarakat yang ada di perdesaan, (3) memudahkan
masalah-masalah pemungutan pajak, (4) mengurangi pengeluaran Pemerintah
secara umum, (5) memobilisasi sumber-sumber daerah, (6) mengurangi tugastugas Pemerintah yang sudah terlalu banyak, (7) mengenalkan perencanaan dari
bawah, dan (8) mengenalkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Salah satu wilayah yang telah mengalami proses desentralisasi adalah
Kabupaten Lamongan, yang terletak di Propinsi Jawa Timur. Posisi geografis
yang sangat menguntungkan membuat Pemerintah Kabupaten Lamongan sejak
dulu hingga sekarang terus berupaya untuk mengembangkan dan mengelola
wilayahnya sendiri yaitu dengan memajukan sektor unggulan daerah. Berbagai
program telah dicanangkan Pemerintah Kabupaten Lamongan. Adapun program
utama Kabupaten Lamongan adalah penentuan dan peningkatan pengembangan
kawasan-kawasan yang strategis dan cepat tumbuh, khususnya kawasan yang

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

memiliki produk unggulan atau sektor unggulan, sedangkan program yang lain
seperti: (a) peningkatan penyediaan sarana dan prasarana, (b) pemberdayaan
kemampuan Pemerintah daerah untuk membangun kawasan-kawasan unggulan
dan klaster-klaster industri, agroindustri yang berdaya saing di lokasi strategis di
luar jawa, (c) pertimbangan kemungkinan perlunya pemberian status wilayah
pembangunan strategis sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
(free port and trade zones), (d) penguatan Pemerintah daerah untuk
meningkatkan, mengefektifkan, dan memperluas kerjasama pembangunan
ekonomi regional yang saling menguntungkan, (e) peningkatan kerja sama antar
Pemerintah daerah melalui sistem jejaring kerja (networking) yang saling
menguntungkan, dan (f) pemberdayaan Pemerintah daerah dengan memfasilitasi
kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kegiatan/program pengembangan wilayah
(Bappeda Kabupaten Lamongan, 2006).
Jika dilihat dari struktur ekonomi, tampak jelas perbedaan antara struktur
ekonomi Kabupaten Lamongan dengan struktur ekonomi Propinsi Jawa Timur.
Tabel 1. Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Lamongan dan
Propinsi Jawa timur tahun 2005 (persen)
Sektor
Primer:
1. Pertanian
2. Pertambangan dan penggalian
Sekunder:
3. Industri Pengolahan
4. Listrikk, Gas dan Air Bersih
5. Kontruksi
Tersier:
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa
Total

Sumber: BPS Kabupaten Lamongan, 2005

Lamongan
40,99
40,71
0,28
10,39
5,20
1,44
3,75
48,62
30,11
1,84
3,58
13,09
100,00

Jawa Timur
19,07
17,06
2,01
35,74
30,07
2,06
3,61
45,19
27,23
5,54
5,36
8,06
100,00

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa sektor yang paling


dominan di Kabupaten Lamongan adalah sektor primer dan tersier, sedangkan di
Propinsi Jawa timur adalah sektor sekunder. Pada sektor primer Kabupaten
Lamongan menyumbang kontribusi ekonominya sebesar 40,99 persen dengan
kontribusi sektor pertanian 40,99 persen dan sektor pertambangan dan penggalian
sebesar 0,28 persen. Sementara di Propinsi Jawa Timur hanya menyumbang
19,07 persen dengan kontribusi sektor pertanian 17,06 persen dan sektor
pertambangan dan penggalian sebesar 2,01 persen. Sebaliknya, di Kabupaten
Lamongan peranan sektor sekunder hanya mencapai 10,39 persen dimana sektor
industri pengolahan memiliki peranan sebesar 5,20 persen, listrik, gas dan air
bersih 1,44 persen serta kontruksi 3,75 persen. Sedangkan di Propinsi Jawa
Timur, kontribusi sektor sekunder mencapai 35,74 persen yang dimotori industri
pengolahan sebesar 30,07 persen, listrik, gas dan air bersih 2,06 persen serta
kontruksi 3,61 persen. Sementara dari sektor tersier di kabupaten lamongan
mencapai 48,62 persen lebih besar bila dibandingkan di Jawa Timur yang hanya
mencapai 45,19 persen. Sektor tersier di Kabupaten Lamongan didominasi oleh
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan kontribusi sebesar 30,11 persen,
pengangkutan dan komunikasi 1,84 persen, keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan 3,58 persen serta jasa-jasa sebesar 13,09 persen. Sedangkan di
Propinsi Jawa Timur sektor tersier didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran dengan kontribusi sebesar 27,23 persen, pengangkutan dan komunikasi
5,54 persen, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 5,36 persen serta jasa-jasa
sebesar 8,06 persen.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Apabila dilihat dari segi PDRB Kabupaten Lamongan selama tahun 2005
menunjukkan hasil yang terus meningkat. Dari hasil perhitungan PDRB tahun
2005 atas dasar harga berlaku telah diketahui bahwa total nilai PDRB Kabupaten
Lamongan sebesar Rp. 5.274,93 milyar, mengalami kenaikan bila dibandingkan
tahun 2004 yang mencapai Rp. 4.711,13 milyar atau naik 11,97 persen.
Peningkatan PDRB ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan Pemerintah daerah
yang telah dibangun selama ini dalam menciptakan iklim usaha yang semakin
kondusif.
Untuk itu, pembangunan suatu wilayah harus menjadi prioritas Pemerintah
Kabupaten Lamongan, untuk memanfaatkan dan meningkatkan sektor unggulan.
Selama ini banyak sektor atau potensi wilayah di Kabupaten Lamongan belum
digunakan dan diekplorasi secara maksimal. Dengan berbagai dukungan dari
semua eleman masyarakat dan Pemerintah daerah, diharapkan pembangunan
wilayah Kabupaten Lamongan menjadi lebih baik dan menjadi contoh untuk
daerah-daerah yang lain.
1.2. Perumusan Masalah
Berbagai kebijakan yang disampaikan Pemerintah mengenai dimensi
pembangunan telah mendorong pembangunan di propinsi dan kabupaten dalam
melaksanakan

desentralisasi

sebagai

wujud

otonomi

daerah.

Hal

ini

mengindikasikan bahwa daerah-daerah harus sudah tidak tergantung lagi pada


dana anggaran pusat dan harus dapat mendorong kontribusi sektor-sektor ekonomi
lokalnya dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya, sehingga
mendukung bagi suksesnya pelaksanaan pembangunan wilayah di daerah tersebut.
Dalam prespektif jangka panjang, konsep pembangunan wilayah harus menjadi

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

suatu upaya untuk menumbuhkan perekonomian wilayah (local economic


development) sehingga daerah otonom dapat tumbuh dan berkembang secara
mandiri (Hadianto, 2002).
Tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah pada umumnya dapat
dilihat dari berbagai sisi mulai dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan
semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar
sektor. Hal ini mengingat pembangunan dalam lingkup suatu wilayah kabupaten
secara spasial tidak selalu merata. Perbedaan tingkat pembangunan akan
membawa dampak tingkat kesejahteraan antar wilayah yang pada akhirnya
mengakibatkan ketimpangan regional antar wilayah semakin besar.
Kabupaten Lamongan memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan. Selama ini banyak potensi di wilayah Kabupaten Lamongan yang
belum sepenuhnya dimanfaatkan. Sehingga menjadi sulitnya bagi Pemerintah
daerah untuk menentukan prioritas sektor unggulan wilayah dalam mencanangkan
pembangunan daerahnya. Apabila tidak dikembangkan dan dikelola maka
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan akan menurun.
Walaupun Kabupaten Lamongan memiliki sumberdaya yang cukup besar,
namun kondisi tersebut tidaklah mampu untuk memecahkan berbagai masalah
pembangunan. Permasalahan yang dihadapi Pemerintah daerah, yaitu masih
kesulitan untuk menetapkan kebijakan pembangunan terhadap sektor unggulan
daerah. Seolah-olah Pemerintah daerah mengalami hambatan untuk memilih
sektor yang mana yang harus dibangun terlebih dahulu.
Adapun sektor perekonomian yang menjadi permasalahan adalah sektor
pertanian yang produktivitasnya (padi) hanya mencapai 58,52 kwintal per hektar

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

pada tahun 2006. Padahal Kabupaten Lamongan bisa mencapai 80,52 kwintal per
hektarnya. Permasalahan yang dihadapi yaitu mahalnya harga pupuk dan
pestisida, masuknya beras impor, minimnya teknologi, bencana banjir dan
konversi lahan. Sektor pertambangan dan penggalian misalnya, rendanya
teknologi, kelangkaan SDA, penambangan liar dan ekplorasi berlebihan. Sektor
industri pengolahan kurangnya bahan baku, rendahnya akses pasar, rendahnya
dukungan kelembagaan, modal usaha yang kurang dan teknologi masih minim.
Sektor listrik, gas dan air bersih belum memiliki energi alternatif dan
kurangnya persediaan air bersih. Sektor kontruksi, misalnya sengketa lahan,
sulitnya izin usaha, bangunan liar dan pajak bangunan yang tinggi. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran, misalnya menghadapi adanya meningkatnya
proteksi dan non tarif barier, tingginya ketergantungan ekspor pada pasar
tradisional, maraknya peredaran barang ilegal impor di pasar dalam negeri dan
terbatasnya sarana dan prasarana ekspor.
Sektor pengangkutan dan komunikasi, seperti mahalnya biaya angkutan,
jalan rusak dan kurangnya jaringan komunikasi. Sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan, seperti bunga bank yang relatif tinggi, jaminan keamanan rendah
dan lembaga keuangan yang belum merata di setiap daerah. Sektor jasa-jasa masih
menjadi masalah, seperti sarana dan prasarana belum memadai, investasi dan
anggaran yang minim serta kurangnya informasi/promosi khususnya di sub jasa
hiburan dan rekreasi/wisata.
Akibat

dari tidak dimanfaatkannya

sektor unggulan, Pemerintah

Kabupaten Lamongan telah menghadapi beberapa permasalahan yang lain,


diantaranya pendidikan yang secara umum tingkat pendidikan yang ditempuh

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

penduduk Kabupaten Lamongan rata-rata masih rendah dan jauh dari apa yang
diharapkan Pemerintah daerah, meskipun telah terjadi peningkatan. Pada tahun
2005 persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah
sebesar 14,94 persen, turun menjadi 12,66 persen pada tahun 2006. Sementara
untuk tidak/belum tamat SD dari 18,06 persen pada tahun 2005 turun menjadi
15,14 persen pada tahun 2006. Sedangkan untuk tamat SD dari 25,79 persen pada
tahun 2005 naik menjadi 30,43 persen pada tahun 2006. Untuk tamat SLTP
mengalami penurunan, dari 23,72 persen pada tahun 2005 turun menjadi 21,63
persen

pada

tahun

2006.

Jika

dibandingkan

dengan

tamat

SLTA

perkembangannya justru mengalami peningkatan, dari 14,80 persen pada tahun


2005 naik menjadi 17,25 persen pada tahun 2006, begitu juga sebalikanya dengan
tamat perguruan tinggi dari 2,70 persen pada tahun 2005 naik menjadi 2,89 persen
pada tahun 2006.
Dilihat dari segi kesehatan, Pemerintah Kabupaten Lamongan juga masih
terkendala, yaitu masih minimnya sarana dan prasarana kesehatan khususnya
untuk daerah pedalaman dan disertai dengan rendahnya partisipasi masyarakat
untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan. Menurut data BPS perkembangan
kesahatan penduduk Kabupaten Lamongan secara umum cenderung berubahubah. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada Angka Harapan Hidup (AHH).
Pada tahun 2002 Angka Harapan Hidup (AHH) sebesar 67,33 tahun, meningkat
menjadi 69,09 tahun pada tahun 2003 dan 69,43 tahun pada tahun 2004.
Sebaliknya pada tahun 2005 telah terjadi penurunan menjadi 67,40 tahun, namun
pada tahun 2006 meningkat kembali menjadi 67,50 tahun.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Dari segi Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kabupaten Lamongan


masih berada di bawah Propinsi Jawa Timur. Data BPS menunjukkan bahwa pada
tahun 2005 IPM Kabupaten Lamongan sebesar 66,06, mengalami penurunan
menjadi 65,99 pada tahun 2006. Sedangkan di Propinsi Jawa Timur pada tahun
2005 sebesar 66,84, mengalami kenaikan menjadi 66,87 pada tahun 2006.
Melemahnya angka IPM di Kabupaten Lamongan, disebabkan oleh kurangnya
daya beli masyarakan dan rendahnya kualitas sumberdaya manusianya.
Tingkat kemiskinan juga menjadi persoalan utama Pemerintah Kabupaten
Lamongan. Pada tahun 2002 tingkat kemiskinan sebesar 21,14 persen, mengalami
penurunan menjadi 15,72 persen pada tahun 2003. Sebaliknya, pada tahun 2004
tingkat kemiskinan di Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan menjadi
19,65 persen. Begitu juga pada tahun 2005 meningkat menjadi 26,92 persen dan
30,72 persen pada tahun 2006. Kemiskinan di Kabupaten Lamongan lebih
disebabkan oleh kurangnya kebutuhan pokok (Sembako), lingkungan kumuh,
keterbelakangan,

keterisolasian,

dan

ketidakmampuan

masyarakat

untuk

memanfaatkan berbagai kesempatan ekonomi.


Seperti halnya kemiskinan, tingkat pengangguran juga dialami Pemerintah
Kabupaten Lamongan. Pada tahun 2002 tingkat pengangguran sebesar 10,11
persen, mengalami penurunan menjadi 7,16 persen pada tahun 2003 dan 6,76
persen pada tahun 2004. Namun, pada tahun 2005 tingkat pengangguran di
Kabupaten Lamongan naik kembali menjadi 7,03 persen dan 9,12 persen pada
tahun 2006. Meningkatnya pengangguran di Kabupaten Lamongan disebabkan
oleh rendahnya kualitas dan ketrampilan tenaga kerja, minimnya lapangan
pekerjaan, investasi pemerintan dan swasta yang kurang, banyaknya Pemutusan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

10

Hubungan Kerja (PHK), rendahnya kualitas pendidikan dalam menghadapi


persaingan dunia kerja serta terbatasnya jiwa kewirausahaan.
Permasalahan banjir juga menjadi kendala utama Pemerintah Kabupaten
Lamongan. Banjir yang terjadi akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo pada
tahun 2008, telah mengakibatkan sejumlah daerah tergenang air, meningkatnya
pengungsian, rusaknya infrastruktur daerah, pelayanan masyarakat terganggu dan
perekonomian daerah menjadi terhenti. Hal ini membuktikan betapa sulitnya
pemerintah daerah untuk mengatur tata ruang wilayah, ditambah lagi dengan
kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, konversi lahan, dan masih
banyaknya aksi penjarahan hutan.
Dengan berbagai kekurangan dan kelebihan, maka Pemerintah Kabupaten
Lamongan perlu menggunakan dan mengoptimalkan sumberdaya yang ada, agar
program pembangunan yang selama ini dicita-citakan dapat berjalan sesuai
dengan rencana pembangunan. Sebagaimana visi dari Kabupaten Lamongan yakni
Terwujudnya

Kesejahteraan

Masyarakat

Lamongan

Melalui

Peningkatan Perekonomian dan Kualitas Sumberdaya Manusia Yang Lebih


Baik dan Maju Dengan Dilandasi Kebersamaan dan Pemberdayaan
Masyarakat dapat diwujudkan.
Dari uraian di atas permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini
adalah:
1. Sektor apa saja yang sebenarnya menjadi sektor unggulan Kabupaten
Lamongan dalam memprioritaskan pembangunan wilayah.
2. Bagaimana dampak pengganda (Multiplier) pendapatan sektor unggulan
Kabupaten Lamongan.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

11

3. Seberapa besar peranan sektor unggulan terhadap tingkat pertumbuhan


ekonomi wilayah Kabupaten Lamongan
4. Bagaimana strategi kebijakan yang tepat untuk membangun Kabupaten
Lamongan yang berbasis pada sektor unggulan daerah.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi sektor unggulan Kabupaten Lamongan dalam
memprioritaskan pembangunan wilayah.
2. Untuk mengidentifikasi dampak pengganda (Multiplier) pendapatan sektor
unggulan dalam menunjang pembangunan wilayah.
3. Untuk mengidentifikasi besarnya peranan sektor ungggulan terhadap
tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Lamongan
4. Untuk mengidentifikasi strategi kebijakan yang tepat dalam membangun
Kabupaten Lamongan yang berbasis pada sektor unggulan daerah.
1.4. Manfaat Penelitian
Harapan dari penelitian ini adalah dapat bermanfaat bagi semua pihak antara
lain sebagai:
1. Bahan masukan bagi Pemerintah daerah khususnya Pemerintah Kabupaten
Lamongan dalam menentukan arah dan prioritas kebijakan pembangunan
wilayah.
2. Bagi peneliti sendiri untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
3. Bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa yang lain untuk penelitian
selanjutnya dalam konteks yang lebih luas dan mendalam.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

12

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian tentang analisis pembangunan wilayah berbasis sektor unggulan
di Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur hanya difokuskan pada pendekatan
secara sektoral. Pendekatan sektoral merupakan suatu pendekatan yang
memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut.
Pada pendekatan sektoral, di mana seluruh kegiatan ekonomi di dalam wilayah
perencanaan dikelompokkan atas sektor-sektor. Selanjutnya setiap sektor di
analisis satu persatu.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Wilayah dan Pembangunan Wilayah


Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang pada permukaan bumi.
Pengertian permukaan bumi adalah menunjuk pada tempat atau lokasi yang dilihat
secara horizontal dan vertikal. Jadi, di dalamnya termasuk apa yang ada pada
permukaan bumi, yang ada di bawah permukaan bumi, dan yang ada di atas
permukaan bumi (Tarigan, 2005).
Glasson (1977) ada dua cara pandang yang berbeda tentang wilayah, yaitu
subjektif dan objektif. Cara pandang subjektif daerah dipandang sebagai alat
deskriptif, didefinisikan menurut kriteria tertentu, untuk tujuan tertentu. Dengan
demikian terdapat banyak daerah sebanyak kriteria yang digunakan untuk
mendefinisikannya. Dalam konteks ini konsep daerah melaksanakan suatu fungsi
yang sangat bermanfaat dan menghindari fungsi yang ekstrim. Sedangkan
pandangan objektif bahwa daerah itu benar-benar ada, dianut oleh banyak
akdemisi pada awal abad ke-20. Di dalam pandangan ini juga dinyatakan bahwa
wilayah bisa dibedakan berdasarkan musim/temperatur yang dimiliki atau
berdasarkan konfigurasi lahan, jenis tumbuh-tumbuhan, kepadatan penduduk atau
gabungan dari ciri-ciri di atas.
Lebih lanjut menurut Tarigan (2005) dasar dari perwilayahan dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Berdasarkan wilayah administrasi Pemerintah, di Indonesia dikenal
wilayah

kekuasaan

Pemerintah,

seperti

propinsi,

kecamtan, desa/kelurahan dan dusun/lingkungan.

kabupaten/kota,

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

14

2. Berdasarkan kesamaan kondisi (homogeneity), yang paling umum adalah


kesamaan kondisi fisik, misalkan wilayah pertanian dengan wilayah
industri dan wilayah perkotaan dengan daerah pedalaman. Cara pembagian
lainnya juga berdasarkan kesamaan sosial budaya. Misalkan, daerahdaerah dibagi menurut suku mayoritas, agama, adat istiadat, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan dan mayoritas masyarakat yang mendiami
wilayah tersebut.
3. Berdasarkan ruang lingkup pengaruh ekonomi. Perlu diterapkan terlebih
dahulu pusat pertumbuhan (growt pole atau growt centre) yang kira-kira
sama besarnya/rangkingnya, kemudian ditetapkan batas-batas pengaruh
dari setiap pusat pertumbuhan.
4. Berdasarkan wilayah perencanaan/program. Dalam hal ini ditetapkan
batas-batas wilayah ataupun daerah-daerah yang terkena suatu program
atau proyek di mana wilayah tersebut termasuk ke dalam suatu
perencanaan atau tujuan khusus.
Sedangkan pembangunan menurut Sajogyo (1985) diartikan sebagai suatu
proses yang menggambarkan adanya pengembangan, baik meliputi proses
pertumbuhan (growth) ataupun perubahan (change) dalam kehidupan bersama
(organisasi) sosial dan budaya. Hal ini tidak lain merupakan gambaran umum
masyarakat luas (society).
Tjokromidjojo (1979) mengemukakan bahwa pembangunan wilayah erat
kaitannya dengan perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan adalah
suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan (temasuk sumbersumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk mencapai keadaan sosial ekonomi

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

15

yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif. Selanjutnya Tjokromidjojo
membedakan suatu perencanaan pembangunan, yaitu dipenuhinya berbagai ciriciri tertentu serta adanya tujuan yang bersifat pembangunan. Adapun ciri dan
tujuan dari perencanaan pembangunan adalah:
1. Perencanaan pembangunan mencerminkan dalam rencana untuk mencapai
perkembangan sosial ekonomi yang tetap (steady social economic
growth). Hal ini dicerminkan dalam usaha peningkatan produksi nasional,
berupa tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang positif.
2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan
per kapita dan laju pertumbuhan ekonomi yang positif.
3. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini disebabkan
oleh karena pada umumnya negara-negara baru berkembang struktur
ekonominya berat ke sebelah agraris.
4. Perluasan kesempatan kerja. Kecuali usaha menanggulangi adanya
pengangguran dan pengangguran tak kentara di negara-negara baru
berkembang, juga diupayakan perluasan kesempatan kerja untuk
menampung masuknya golongan usia kerja baru dalam kehidupan
ekonomi.
5. Usaha pemerataan pembangunan yang seringkali disebut sebagai
distributife justice. Pemerataan pembangunan ini ditunjukkan kepada
pemerataan pendapatan antara golongan-golongan dalam masyarakat dan
pemerataan pendapatan antara daerah-daerah dalam negara.
6. Adanya usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang
lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

16

7. Peningkatan kemampuan membangun perlu dikembangkan bahwa tidak


saja harus dihitung dari segi modal, tetapi juga harus dilihat dari segi
pengalihan ketrampilan dan transfer teknologi.
8. Terdapatnya usaha secara terus menerus untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Salah satu usaha dibidang ini adalah dilakukannya perencanaan anti siklus.
9. Ada pula negara-negara yang mencantumkan sebagai tujuan pembangunan
hal-hal yang fundamental/ideal atau bersifat jangka panjang. Misalkan saja
perubahan perlembagaan masyarakat, pola pemilihan dan penguasaan
faktor-faktor produksi berdasarkan keadilan sosial dan peningkatan
kemampuan nasional.
Ciri dan tujuan perencanaan pembangunan di atas sangat terkait dengan
peranan Pemerintah sebagai pendorong pembangunan (agent of development).
Oleh karena itu perencanaan pembangunan umumnya dilakukan oleh negaranegara berkembang. Hal ini tidak menutup kenyataan bahwa banyak negaranegara lain terutama negara-negara sosialis, bahkan negara-negara maju dengan
sektor swasta yang kuat, juga melakukan suatu perencanaan pembangunan.
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Tarigan (2002) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah
adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu
kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di wilayah yang
bersangkutan. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai riil, artinya
dinyatakan dalam harga konstan. Hal itu juga sekaligus menggambarkan balas
jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal,

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

17

tenaga kerja dan teknologi) yang berarti secara kasar dapat menggambarkan
kemakmuran daerah.
Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat ditentukan oleh dua
faktor yaitu faktor lokal dan eksternal. Faktor lokal meliputi: ketersediaan sumber
daya alam, kualitas sumber daya manusia, kemampuan teknologi, permodalan dan
kewirausahaan. Sedangkan faktor eksternal diantaranya: perkembangan situasi
perekonomian nasional maupun internasional, dan berbagai kebijakan Pemerintah
baik yang berkaitan dengan sektor riil maupun moneter.
Menurut Glasson (1977) ada tiga konsep yang harus diperhatikan dalam
pertumbuhan ekonomi suatu daerah yaitu kutup pertumbuhan dan pusat
pertumbuhan antara lain:
a. Konsep leading industries

(industrice motric) dan perusahaan-

perusahaan propulsip, menyatakan pada pusat kutub pertumbuhan terdapat


perusahan-perusahaan propulsip yang besar, yang termasuk dalam
leading industries yang mendominasi unit-unit ekonomi lainnya. Ada
kemungkinan bahwa sesuatu kompleks industri hanya terdiri dari satu atau
segelintir perusahaan propulsip yang dominan.
b. Konsep polarisasi menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
leading industries (propulsip growth) mendorong polarisasi dari unitunit ekonomi lainnya ke dalam kutup pertumbuhan. Implisit dalam proses
polarisasi ini adalah berbagai macam keuntungan aglomerasi (keuntungan
intern dan ekstern dari skala).
c. Konsep spread effects menyatakan bahwa pada waktunya, kualitas
produksi dinamik dari kutup pertumbuhan akan memancar keluar dan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

18

memasuki ruang disekitarnya. Trickling down atau spreads effects ini


sangat menarik bagi perencanaan regional dan telah memberikan
sumbangan besar bagi ke populeran teori pada waktu belakangan ini
sebagai sarana kebijaksanaan.
2.3. Sektor Unggulan dan Kriteria Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah
berperan besar kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena
mempunyai keunggulan-keunggulan/kriteria. Selanjutnya faktor ini berkembang
lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuhan kegiatan ekonomi.
Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam
perekonomian daerah

(Sambodo dalam Usya, 2006). Oleh karena itu sektor

unggulan menjadi bagian penting dalam pembangunan ekonomi wilayah.


Adapun kriteria sektor unggulan menurut (Sambodo dalam Usya, 2006)
bahwa sektor unggulan memiliki empat kriteria diantaranya: pertama sektor
unggulan memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kedua sektor unggulan
memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar, ketiga sektor unggulan
memiliki keterkaitan antara sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang,
dan keempat sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
Sedangkan menurut Ambardi dan Socia (2002) kriteria mengenai sektor
unggulan daerah lebih ditekankan pada komoditas-komoditas unggulan yang bisa
menjadi motor penggerak pambangunan suatu daerah, di antaranya:
1. Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama (prime
mover) pembangunan perekonomian. Artinya komoditas unggulan dapat

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

19

memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi,


pendapatan, maupun pengeluaran.
2. Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang
(forward and backward lingkages) yang kuat, baik sesama komoditas
unggulan maupun komoditas-komoditas lainnya.
3. Komoditas unggulan mampu bersaing (competitiveness) dengan produk
sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik
dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspekaspek lainnya.
4. Komoditas unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain
(complementarity), baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan
bahan baku (jika bahan baku di daerah sendiri tidak mencukupi atau tidak
tersedia sama sekali).
5. Komoditas unggulan memiliki status teknologi (state of the art) yang terus
meningkat, terutama melalui inovasi teknologi.
6. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara
optimal sesuai dengan skala produksinya.
7. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai
dari fase kelahiran (increasing), pertumbuhan (growth), puncak (maturity)
hingga penurunan (decreasing). Begitu komoditas unggulan yang satu
memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan lainnya harus
mampu menggantikannya.
8. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

20

9. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk


dukungan, misalkan dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan
peluan pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disinsentif, dan lain-lain.
10. Pengembangan

komoditas

unggulan

berorientasi

pada

kelestarian

sumberdaya dan lingkungan.


2.4. Teori Basis Ekonomi
Dalam membahas teori basis ekonomi, perekonomian suatu wilayah dibagi
menjadi dua, yaitu sektor basis dan non basis. Sektor basis adalah kegiatankegiatan yang mengekspor barang dan jasa ke luar batas perekonomian wilayah
yang bersangkutan. Sedangkan sektor non basis merupakan kegiatan-kegiatan
yang menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang
bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian wilayah tersebut. Implikasi
dari pembagian kegiatan seperti ini adalah adanya hubungan sebab akibat yang
membentuk suatu teori basis ekonomi. Teori ini dapat memperhitungkan adanya
kenyataan bahwa dalam suatu kelompok industri bisa saja terdapat kelompok
industri yang menghasilkan barang-barang yang sebagian diekspor dan sebagian
lainnya dijual ke pasar lokal. Disamping itu, teori ini juga dapat digunakan
sebagai

indikasi

dampak

pengganda

(multiplier

effect)

bagi

kegiatan

perekonomian suatu wilayah (Ambardi dan Socia, 2002).


Menurut Budiharsono (2001) ada beberapa metode untuk memilih antara
kegiatan basis dan nonbasis, yaitu:
1. Metode pengukuran langsung
Metode ini dapat dilakukan dengan survei langsung kepada pelaku usaha
ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

21

mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk


tersebut. Akan tetapi metode ini menguras biaya, waktu dan tenaga kerja
yang banyak. Mengingat kelemahan tersebut, maka sebagian besar para
ekonom wilayah menggunakan metode pengukuran tidak langsung.
2. Metode pengukuran tidak langsung
Metode dengan pengukuran tidak langsung terdiri dari:
a. Metode melalui pendekatan asumsi, biasanya berdasarkan kondisi di
wilayah tersebut (data sekunder), ada kegiatan tertentu yang
diasumsikan kegiatan basis dan non basis.
b. Metode Location Quotient dimana membandingkan porsi lapangan
kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah tertentu dengan
porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama di wilayah
atasnya.

Asumsi

yang

digunakan

adalah

produktivitas

rata-

rata/konsumsi rata-rata antar wilayah yang sama. Metode ini memiliki


beberapa kebaikan diantaranya adalah metode ini memperhitungkan
penjualan barang-barang antara, tidak mahal biayanya dan mudah
diterapkan.
c. Metode campuran merupakan penggabungan antara metode asumsi
dengan metode Location Quotient.
d. Metode kebutuhan minimum dimana melibatkan sejumlah wilayah
yang sama dengan wilayah yang diteliti, dengan menggunakan
distribusi minimum dari tenaga regional dan bukan distribusi rata-rata.
Pengertian basis ekonomi di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan
dinamis. Artinya pada tahun tertentu mungkin saja sektor tersebut merupakan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

22

sektor basis, namun pada tahun berikutnya belum tentu sektor tersebut secara
otomatis menjadi sektor basis. Sektor basis bisa mengalami kemajuan ataupun
kemunduran.

Adapun

sebab-sebab

kemajuan

sektor

perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi,

basis

adalah:

(1)

(2) perkembangan

pendapatan dan penerimaan daerah, (3) perkembangan teknologi, dan (4) adanya
perkembangan prasarana ekonomi dan sosial. Sedangkan penyebab kemunduran
sektor basis adalah: (1) adanya perubahan permintaan di luar daerah, dan (2)
kehabisan cadangan sumberdaya.
Semakin banyak sektor basis dalam suatu wilayah akan menambah arus
pendapatan ke wilayah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa
di dalamnya serta menimbulkan volume sektor non basis. Dengan kata lain sektor
basis berhubungan langsung dengan permintaan dari luar, sedangkan sektor non
basis berhubungan secara tidak langsung, yaitu melalui sektor basis telebih dahulu
(Glasson, 1977).
2.5. Konsep Analisis Shift Share
Analisis Shift Share pertama kali diperkenalkan oleh Perloff et all pada
tahun 1960. Analisis Shift Share adalah salah satu alat analisis yang digunakan
untuk mengindentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan
maupun dari sisi tenaga kerja pada suatu wilayah tertentu. Melalui analisis Shift
Share dapat dianalisis besarnya sumbangan pertumbuhan dari tenaga kerja dan
pendapatan pada masing-masing sektor di wilayah yang bersangkutan.
Keunggulan utama dari analisis Shift Share adalah dapat melihat
perkembangan produksi atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya dengan
menggunakn 2 titik waktu data. Data yang digunakan dalam anlisis Shift Share

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

23

dapat berupa data PDRB, PDB dan penyerapan tenaga kerja di masing-masing
sektor.
Analisis Shift Share mempunyai banyak kegunaan, diantaranya adalah
untuk melihat:
1. Perkembangan

sektor

perekonomian

di

suatu

wilayah

terhadap

perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas.


2. Perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara
relatif dengan sektor-sektor lainnya.
3. Perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya,
sehingga dapat membandingkan besarnya aktifitas suatu sektor pada
wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah.
4. Perbandingan laju sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan
laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya.
Terdapat 3 komponen utama dalam analisis Shift Share (Budiharsono,
2001). Ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut adalah komponen
pertumbuhan nasional/propinsi/kabupaten (PN), komponen pertumbuhan regional
dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Masing-masing komponen
tersebut dapat dijelaskan secara rinci pada bagian berikut:
a. Komponen Pertumbuhan Nasional (National Growth Component)
Komponen

pertumbuhan

nasional

(PN)

adalah

perubahan

produksi/kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan


produksi/kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi
nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian
semua sektor dan wilayah.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

24

b.

Komponen

Pertumbuhan

Proposional

(Proposional

Mix

Growth

Component)
Komponen pertumbuhan

proposional (PP)

tumbuh

karena

perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam


ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti
kebijakan perpajakan, subsidi dan price support) dan perbedaan dalam
struktur dan keragaman pasar.
c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Regional Share Growth
Component)
Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) timbul karena
peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu
wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya
pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya
ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan
kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional
pada wilayah tersebut.
Hubungan antara ketiga komponen tersebut secara lengkap dapat dilihat
pada gambar 1 di bawah ini. Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah
tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor
ekonomi pada suatu wilayah. Apabila PP + PPW 0, maka dapat dikatakan
bahwa pertumbuhan sektor ke i di wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok
progresif (maju). Sementara itu, PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan
sektor ke i pada wilayah ke j tergolong pertumbuhannya lambat.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

25

Komponen Pertumbuhan Nasional


Maju
PP + PPW 0
Wilayah ke-j
sektor ke-i

Wilayah ke-j
sektor ke-i
Lambat
PP + PPW < 0

Komponen Pertumbuhan
Proposional

Komponen Pertumbuhan
Pangsa Wilayah

Gambar 1. Model Analisis Shift Share.


Sumber: Budiharsono, 2001
2.6. Penelitian Terdahulu
Berikut ini disajikan beberapa jenis penelitian sebelumnya yang terkait
dengan penelitian ini. Vilona (2006) menganalisis pertumbuhan sektor-sektor
perekonomian di Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera barat pada masa otonomi
daerah periode 2000-2004. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis Shift
Share menunjukkan bahwa sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat
(PP>0), adalah sektor listrik dan air minum, sektor pertanian, sektor pengangkutan
dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor
bangunan. Sektor yang laju pertumbuhannya lambat (PP<0), sektor pertambangan
dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa, dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Sektor yang memiliki daya saing yang baik
(PPW>0), dan mampu bersaing dengan kabupaten lain di Propinsi Sumatera Barat
adalah sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

26

Sektor yang memiliki daya saing kurang baik (PPW<0) adalah sektor listrik dan
air minum, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pertanian,
sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan,
hotel dan restoran. Sedangkan pada pergeseran bersih (PBij) sebagian besar
sektor-sektor yang ada di Kabupaten Pasaman bernilai negatif. Sementara sektor
yang memiliki pergeseran bersih (PBij) yang positif hanya terdapat tiga sektor
yaitu sektor pertanian, sektor pengangkutan dan sektor komunikasi.
Santoso (2005) menganalisis peran sektor pertanian dalam pembangunan
wilayah di Kabupaten Boyolali. Hasil penelitian dengan menggunakan Kuosien
Lokasi (LQ) per komoditi adalah komoditi padi sawah, jagung, tembakau, kelapa,
padi ladang, ubi kayu, cabe, udang, wortel, dan daging sapi. Dari komoditi
tersebut hanya dua komoditi yang masuk dalam komoditi basis yaitu padi sawah
dan tembakau. Sedangkan pada surplus pendapatan terbesar untuk kecamatan
berada di Kecamatan Ampel (daging sapi) dan yang terkecil adalah Kecamatan
Boyolali (udang). Sedangkan pada efek pengganda pendapatan, kecamatan yang
memiliki efek pengganda pendapatan terbesar adalah Kecamatan Boyolali (udang)
dan Kecamatan Mojosongo (padi ladang).
Aidiyah (2005) menganalisis peran industri kecil dalam pembangunan
wilayah di Kabupaten Wonosobo Propinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian dengan
menggunakan Kuosien Lokasi (LQ) sebagian besar kecamatan di Kabupaten
Wonosobo untuk industri kecil makanan, minuman, dan tembakau sebagai sektor
basis, sedangkan industri tekstil pakaian jadi dan kulit menjadi sektor basis ke
dua, dan industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabot
menjadi sektor basis ketiga.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

27

Usya (2006) menganalisis struktur ekonomi dan identifikasi sektor


unggulan di Kabupaten Subang. Hasil penelitian dengan menggunakan metode
LQ terdapat 4 sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor bangunan/kontruksi,
sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa, dan 5 sektor non
basis yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,
sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan pada analisis Shift Share
menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten
Subang selama tahun 1993-2003.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
kajian penelitiannya sangat mendalam dan fokus/menitikberatkan pembangunan
wilayah secara sektoral. Selain itu penelitian ini juga mengkaji sektor-sektor yang
ada di wilayah secara umum, dan disertai dengan strategi dan kebijakan yang
nyata untuk mencanangkan pembangunan wilayah dari berbagai sektor.
Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah samasama menggunakan analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

28

BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis


3.1.1. Desentralisasi
Dalam waktu yang cukup lama sejak orde baru, Pemerintah Indonesia
telah tergiring untuk menjadikan paradigma pembangunan sebagai landasan nilai
yang menjadi acuan dari seluruh kebijakan pemerintah. GBHN dan Repelita
sebagai instrumen utama dari penyelenggaraan Pemerintah orde baru dengan
syarat konsep dan rencana pembangunan. Namun kebijakan yang penuh dengan
sentralisasi telah mendorong bangsa ini ke jurang krisis moneter. Akibatnya
banyak Pemerintah daerah (kabupaten/kota) tidak bisa berbuat banyak terhadap
dampak tersebut. Ini disebabkan bahwa pemerintah pusat telah menggunakan
banyak waktu dan energinya untuk mengurus masalah-masalah domestik yang
sebenarnya sudah bisa diurus oleh pemerintah daerah.
Salah satu bentuk untuk mewujudkan pembangunan wilayah agar tidak
tersentralisasi adalah dengan konsep pembangunan yang penuh desentralisasi.
Desentralisasi sebagai wujud otonomi daerah telah melahirkan paradigma baru
pembangunan

yang sebelumnya adalah sentralisasi. Di dalam

konteks

desentralisasi, konsep pembangunan wilayah dinyatakan bahwa pemerintah


daerah diberikan wewenang secara penuh untuk mengembangkan dan mengelola
wilayahnya sendiri, berdasarkan potensi yang ada di masing-masing daerah.
Sehingga tugas dari pemerintah pusat tidak terbebani dalam mencanangkan
pembangunan.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

29

Prioritas pembangunan yang tepat berarti Pemerintah daerah telah


membuat suatu kebijakan yang sesuai dengan potensi, kendala, dan kesempatan
yang dimiliki daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah bersungguhsungguh untuk membuat komitmen pembangunan yang sesuai dengan potensi
daerahnya. Untuk itu, pemerintah daerah perlu untuk mengidentifikasi potensipotensi yang dimiliki daerah, karena potensi tersebut sangat menentukan dalam
prioritas pembangunan. Potensi daerah dapat diwujudkan dalam bentuk sektorsektor yang ada di setiap wilayah. Salah satunya adalah sektor unggulan daerah.
Mengingat sektor unggulan memiliki perananan yang sangat penting dalam
memprioritaskan pembangunan. Dengan ditentukannya sektor unggulan maka
Pemerintah daerah dapat mengetahui setiap kondisi yang ada di daerahnya. Oleh
karena itu, sektor unggulan perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya. Selain itu sektor unggulan juga menjadi bagian penting di dalam basis
ekonomi.
3.1.2. Location Quotient (LQ)
Location Quotient (LQ) merupakan salah satu cara untuk mengetahui
apakah sektor itu basis atau non basis. Jika LQ suatu sektor lebih dari satu maka
sektor tersebut merupakan sektor basis, tetapi jika LQ suatu sektor kurang dari
satu maka sektor itu termasuk sektor non basis. Penggunaan metode LQ dapat
dimodifikasi menjadi multiplier/efek pengganda pendapatan. Pada konsep
pengganda ekonomi basis menunjukkan bahwa perkembangan pendapatan/tenaga
kerja

dalam wilayah, terjadi

karena

penggandaan (multifikasi)

jumlah

pembelanjaan kembali pendapatan dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam
wilayah dan dipasarkan ke luar wilayah (ekspor).

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

30

Metode ekonomi basis akan sangat baik untuk daerah yang belum
berkembang, kecil, dan tertutup. Semakin luas wilayahnya maka model ini akan
semakin kurang untuk diterapkan. Daerah yang belum berkembang adalah daerah
yang perekonomianya hanya terdiri dari beberapa sektor saja. Daerah kecil adalah
daerah yang cakupannya tidak lebih dari wilayah kabupaten, akan tetapi dapat
juga propinsi asal tidak terlalu luas. Daerah tertutup adalah daerah yang keluar
masuknya barang-barang atau jasa dapat diketahui, misalkan pulau. Selain itu,
dengan adanya sektor basis ini sektor tersebut dapat dijual ke luar daerah,
sehingga akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus
pendapatan dari luar daerah menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan
investasi daerah tersebut, dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan
kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tidak hanya menaikkan
permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga menaikkan permintaan terhadap
sektor non basis.
Selain sektor unggulan sebagai basis ekonomi, hal yang perlu diperhatikan
di dalam sektor unggulan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah.
Pertumbuhan ekonomi yang semakin menurun akan mengakibatkan penerimaan
daerah menjadi berkurang begitu juga sebaliknya. Akibatnya, Pemerintah daerah
menjadi tergantung kebutuhannya kepada daerah lain.
3.1.3. Analisis Shift Share
Dengan menggunakan analisis Shift Share (SS) tingkat pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah dapat diketahui. Penggunaan analisis ini akan sangat
bermanfaat bagi Pemerintah daerah untuk mengetahui besarnya tingkat
pertumbuhan ekonomi di wilayah yang bersangkutan. Pada analisis Shift Share

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

31

dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu


wilayah selama 2 periode waktu. Penerapan analisis Shift Share dapat dilakukan
di tingkat kabupaten, propinsi maupun nasional. Di tingkat kabupaten analisis
dapat dilakukan untuk melihat kecamatan-kecamatan apa saja yang memberikan
kontribusi pertumbuhan paling besar terhadap perekonomian kabupaten. Selain
itu, melalui analisis ini juga dapat diketahui sektor-sektor apa saja yang
mengalami perkembangan yang paling cepat di masing-masing wilayah
kecamatan. Di tingkat propinsi dapat diketahui kabupaten-kabupaten apa saja
beserta sektor-sektornya yang memberikan kontribusi paling besar terhadap
pertumbuhan ekonomi di tingkat propinsi. Sedangkan di tingkat nasional yang di
analisis adalah kontribusi pertumbuhan ekonomi propinsi-propinsi di Indonesia
terhadap pertumbuhan Indonesia.
Untuk itu agar program pembangunan wilayah dapat berjalan secara
optimal, maka diperlukannya strategi dan kebijakan yang tepat untuk menerapkan
pembangunan wilayah. Strategi dan kebijakan menjadi bagian penting untuk
dilaksanakan demi tercapainya pembangunan baik ditingkat lokal, regional dan
nasional. Sehingga pembangunan wilayah yang sesuai dengan sektor unggulan
daerah dapat tercapai.
3.2. Kerangka Operasional
Agar pembangunan wilayah dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
harapan, maka Pemerintah pusat perlu memberikan kewenangan yang luas kepada
daerah. Salah satunya dengan konsep desentralisasi wilayah. Hal ini, sesuai
dengan apa yang diamanatkan di dalam UU 32 tahun 2004.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

32

Banyaknya potensi daerah yang belum dimanfaatkan telah menimbulkan


beberapa permasalahan, misalkan sektor pertanian yang produktivitasnya rendah,
kelangkaan SDA dan ekplorasi penambangan yang berlebihan di sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan terjadi kekurangan
bahan baku, modal usaha dan sarana yang lainnya, sektor listrik, gas dan air bersih
yang belum memiliki energi alternatif dan persediaann air bersih, banyaknya
bagunan liar dan sulitnya mendirikan usaha di sektor kontruksi, sektor
perdagangan yang masih kurang terhadap sarana dan prasarana khususnya di
bidang ekspor, belum meratanya jaringan komunikasi, lembaga keuangan yang
belum merata di setiap daerah serta kurangnya informasi di sektor jasa pariwisata.
Potensi daerah dapat berupa sektor-sektor yang ada di daerah, terutama
adalah sektor unggulan daerah. Sektor unggulan memiliki peranan yang sangat
penting di dalam basis ekonomi, selain itu sektor unggulan juga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Adapun untuk mengetahui sektor unggulan daerah sebagai basis ekonomi,
dapat dilakukan dengan pendekatan Location Quotient (LQ). Pada pendekatan LQ
dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis. Selanjutnya, sektor
basis dapat dimodifikasi menjadi multiplier pendapatan. Sedangkan untuk
mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi daerah, dapat dilakukan dengan
pendekatan Shift Share.
Tahap

terakhir

dari

penentuan

sektor

unggulan

daerah

adalah

diperlukannya strategi kebijakan yang tepat untuk membangun wilayah dengan


menggunakan analisis SWOT, yaitu dengan memprioritaskan sektor unggulan
daerah sebagai bentuk untuk mewujudkan pembangunan wilayah.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

33

Pembangunan Wilayah Kabupaten Lamongan

Rendahnya
produktivitas
pertanian yang
kkkkkkkkk
dihasilkan

Kelangkaan SDA dan


ekplorasi
penambangan yang
berlebihan

Kurangnya bahan
baku dan modal
usaha di dalam
industri pengolahan

Belum memiliki
energi alternatif dan
kurangnya
persediaan air bersih

Banyaknya bangunan
liar dan sulitnya
mendirikan usaha

Sarana dan
prasarana
perdagangan yang
masih terbatas

Belum meratanya
jaringan komunikasi
dan informasi di
setiap daerah

Bunga bank yang


relatif tinggi serta
akses lembaga
keuangan yang belum
merata

Minimnya anggaran
dan kurangnya
informasi di
subsektor jasa
pariwisata

Potensi Wilayah
Sektor Unggulan

Basis Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi

Pendekatan LQ

Pendekatan Shift Share

Sektor Basis

Sektor Non basis

Multiplier Pendapatan
Implikasi Strategi Kebijakan (SWOT)
Sektor Unggulan Prioritas Utama
Pembangunan
Gambar 2. Skema Kerangka Penelitian Operasional

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

34

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Daerah dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur.
Penelitian ini dimulai pada bulan Januari sampai Mei 2008. Pemilihan daerah
dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan dari hasil analisis yang dilakukan
oleh Bappeda Kabupaten Lamongan.

Pertimbangan pertama Kabupaten

Lamongan merupakan wilayah yang sangat potensial untuk dikembangkan karena


letaknya berada di jalur pantai utara jawa (Pantura), kedua Kabupaten Lamongan
juga merupakan jalur utama perdagangan yang menghubungkan secara langsung
dengan Kabupaten Gresik menuju ke Kota Surabaya, dan ketiga sektor unggulan
masih menjadi kajian strategis Pemerintah Kabupaten Lamongan. Diharapkan
perekonomian Kabupaten Lamongan menjadi lebih maju dan mempunyai pasar
yang besar untuk mengembangkan sektor unggulannya.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan informan dari
instansi terkait sebagai pelengkap data sekunder. Sedangkan data sekunder
dikumpulkan dari berbagai sumber antara lain Kantor BPS Kabupaten Lamongan,
Bappeda, BPS Propinsi Jawa Timur serta instansi atau lembaga lain di Kabupaten
Lamongan. Data yang dibutuhkan dari data sekunder merupakan data time series
tahun 2002 2006. Keseluruhan data yang digunakan untuk analisis dalam
penelitian ini meliputi: (1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), (2)

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

35

kependudukan, (3) potensi wilayah, dan (4) hasil wawancara dengan Bappeda dan
dinas-dinas yang terkait di Kabupaten Lamongan.
4.3. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data sekunder diperoleh dari Kantor BPS Kabupaten Lamongan, Bappeda,
BPS Propinsi Jawa Timur serta instansi atau lembaga lain yang terkait dalam
penelitian. Data sekunder ini selanjutnya diolah dengan menggunakan program
Microsoft Excel. Penelitian ini difokuskan ditingkat kabupaten, dengan tujuan
untuk memperoleh gambaran tentang sektor unggulan perekonomian dalam
menentukan prioritas pembangunan wilayah.
4.4. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
analisis, yaitu analisis kuantitatif dan kualitatif.
Tabel 2. Penggunaan Metode Analisis Yang Digunakan
Tujuan
1. Mengidentifikasi sektor
unggulan daerah.

Alat Analisis
Location
Quotient (LQ)

Jenis Data
Sumber Data
BPS kabupaten
PDRB
kabupaten dan dan propinsi
propinsi

2. Mengidentifikasi besarnya
pengganda pendapatan.

Multiplier
pendapatan

Hasil analisis
LQ

BPS kabupaten
dan propinsi

3. Mengidentifikasi besarnya
peranan sektor unggulan
terhadap tingkat
pertumbuhan ekonomi.

Shift Share

PDRB
kabupaten dan
propinsi

BPS kabupaten
dan propinsi

4. Mengidentifikasi strategi dan


kebijakan wilayah berbasis
sektor unggulan.

Kualitatif
(SWOT)

Hasil
wawancara
dengan
pemerintah
daerah

Bappeda dan
dinas-dinas
yang terkait di
Kabupaten
Lamongan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

36

Berdasarkan tabel 2 di atas, untuk menentukan sektor unggulan daerah


dapat menggunakan analisis Location Quotient (LQ), kemudian hasil analisis
tersebut digunakan untuk menentukan besarnya efek pengganda pendapatan.
Sedangkan untuk menentukan besarnya peranan sektor unggulan terhadap tingkat
pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Shift Share.
Hasil akhir dari analisis ini adalah menentukan strategi dan kebijakan untuk
membangun sektor unggulan daerah dengan menggunakan analisis SWOT.
Keseluruhan data yang digunakan adalah data PDRB kabupaten dan propinsi serta
data kualitatif hasil wawancara dengan Pemerintah daerah. Data tersebut
diperoleh dari instansi masing-masing daerah.
4.4.1. Analisis Kuantitatif
Penggunaan metode kuantitatif bertujuan untuk menghitung beberapa hal
yang terkait dengan tujuan penelitian, dalam melakukan perhitungan tersebut
digunakan beberapa asumsi dasar. Asumsi yang berkaitan dengan pembangunan
wilayah adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan perekonomian wilayah Kabupaten Lamongan bersifat homogen.
2. Terdapat pola permintaan yang sama antara kabupaten dan propinsi.
3. Sistem perekonomian setiap kabupaten adalah tertutup, artinya setiap
kebutuhan barang yang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi
sendiri dan kekurangannya akan diperoleh dari kabupaten lain yang berada
di wilayah Propinsi Jawa Timur.
4.4.1.1. Location Quotient
Langkah awal dari model ini adalah dengan cara membagi kegiatan
ekonomi suatu wilayah ke dalam dua bagian, yaitu sektor basis dan bukan sektor

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

37

basis. Metode Location Quotient merupakan suatu model yang dapat membantu
dalam menunjukkan (keunggulan) ekspor perekonomian suatu daerah atau derajat
self sufficiency pada suatu sektor. Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah
dibagi menjadi dua golongan:
1. Kegiatan sektor basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani kebutuhan
di wilayah sendiri maupun di daerah luar yang bersangkutan.
2. Kegiatan non basis adalah kegiatan yang melayani kebutuhan hanya di
daerah tersebut dan bahkan belum mencukupi wilayahnya, sehingga
dibutuhkan bantuan dari daerah atau sektor lainnya.
Dalam penelitian ini data yang digunakan untuk perhitungan LQ adalah
data PDRB berdasarkan harga konstan. Metode LQ ini juga merupakan
perbandingan antara pendapatan relatif suatu sektor dalam suatu daerah dengan
total pendapatan relatif sektor tertentu pada tingkat daerah yang lebih luas. LQ
juga efisiensi relatif wilayah, serta terfokus pada subtitusi impor yang potensial
atau produk dengan potensi ekspansi ekspor. Untuk mengidentifikasi sektor basis
dan non basis perekonomian adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Tiebout 1966, dalam Budiharsono).
LQ =

Si / Ni
Si / S
=
S/N
Ni / N

Keterangan:
LQ = Besarnya kuosien lokasi suatu sektor ekonomi
Si = Jumlah pendapatan sektor i pada tingkat kabupaten (wilayah bawah)
S = Jumlah total pendapatan sektor perekonomian ditingkat kabupaten
Ni = Jumlah pendapatan sektor i pada wilayah propinsi (wilayah atas)
N = Jumlah total pendapatan sektor perekonomian pada tingkat propinsi.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

38

Hasil dari perhitungan LQ apabila menunjukkan LQ > 1, maka sektor


tersebut termasuk sektor basis, artinya sektor tersebut mampu memenuhi
kebutuhan bagi perekonomian di wilayahnya dan sektor tersebut lebih berorientasi
pada ekspor. Sebaliknya jika LQ < 1, maka sektor tersebut termasuk sektor non
basis, artinya sektor tersebut belum mampu untuk memenuhi kebutuhan di
wilayahnya sehingga diperlukan tambahan dari sektor atau daerah lainnya. Sektor
non basis juga bisa digolongkan ke dalam sektor yang berorientasi pada impor.
Tedapat dua asumsi utama yang digunakan dalam metode LQ adalah:
1. Pola konsumsi rumah tangga di wilayah bawah identik (sama dengan) pola
kunsumsi rumah tangga di wilayah atasnya.
2. Baik wilayah atas maupun wilayah bawah mempunyai fungsi produksi
yang linier dengan produktivitas di setiap sektor yang sama besarnya.
4.4.1.2. Efek Pengganda
Pengganda ekonomi basis menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan
atau tenaga kerja dalam wilayah karena penggandaan (multifikasi) jumlah
pembelanjaan kembali (dalam wilayah) pendapatan dari barang dan jasa yang
diproduksi di dalam wilayah dan dipasarkan keluar wilayahnya (ekspor). Menurut
Tiebout dalam Tarigan (1962) terdapat perbandingan dalam bentuk pendapatan
dan faktor-faktor yang terkait dengan pengganda basis. Dalam bentuk pendapatan
maka hubungan antara perubahan pendapatan basis dengan perubahan total
pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Yt = K . Yb
dimana:
Yt = Pendapatan total (total income)

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

39

Yb = Pendapatan basis
Yn = Pendapatan non basis
K = Pengganda basis
= Perubahan pendapatan
Adapun pengganda basis dalam satuan pendapatan adalah:

Pendapatan total
Pengganda basis =

Yt
atau dalam bentuk simbol K =

Pendapatan basis

Yb

Oleh karena itu pendapatan total = pendapatan basis + pendapatan non basis.
Maka rumus pengganda basis tersebut di atas dapat dimodifikasi menjadi sebagai
berikut:

Yt
K=

1
=

Yb

1
=

Yb

=
Yt Yn

=
Yt

Yn

Yn
1

Yt

Yt

Yt

Yt

Yt

4.4.1.3. Analisis Shift Share


Penggunaan analisis Shift Share untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
di suatu wilayah, terdapat 7 langkah utama dalam menggunakan analisis Shift
Share. Ke-7 langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan indikator kegiatan ekonomi seperti pendapatan dan
kesenpatan kerja. Di Indonesia pendapatan di suatu wilayah dicerminkan
oleh nilai PDRB (tingkat kabupaten, kota dan propinsi) dan PDB (tingkat
nasional).

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

40

2. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Misalnya semua sektorsektor perekonomian di suatu wilayah seperti sektor pertanian,
pertambangan dan galian, listrik, gas dan air bersih, perdagangan, hotel
dan restauran serta sektor-sektor lainnya.
3. Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi (PDRB/kesempatan
kerja) dari sektor i pada wilayah j. Misalkan dalam suatu negara terdapat
m daerah/kabupaten/propinsi ( j = 1,2,3.m) dan n sektor ekonomi ( i =
1,2,3n), maka produksi/kesempatan kerja (propinsi) dari sektor i pada
tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
a. Perubahan produksi/kesempatan kerja sektor i pada wilayah j dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Yij = Y'ij Yij
dimana:
Yij = Perubahan produksi/kesempatan kerja sektor i pada wilayah j.
Y'ij = Produksi/kesempatan kerja dari sektor i pada wilayah j pada tahun
akhir analisis.
Yij = Produksi/kesempatan kerja dari sektor i pada wilayah j pada tahun
dasar analisis.
b. Persentase perubahan PDRB adalah sebagai berikut:
% Yij =

(Y ' ij Yij )
*100%
Yij

4. Menghitung Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi (Produksi/kesempatan


kerja). Rasio produksi/kesempatan kerja digunakan untuk melihat
perbandingan produksi/kesempatan kerja sektor ekonomi di suatu wilayah
tertentu. Rasio produksi/kesempatan kerja terbagi atas ri, Ri dan Ra.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

41

a. ri
ri

Y ' ij Yij
Yij

dimana:
Yij = Produksi/kesempatan kerja dari sektor i pada wilayah j pada
tahun dasar analisis.
Y'ij = Produksi/kesempatan kerja pada sektor i pada wilayah ke j pada
tahun akhir analisis.
b. Ri
Ri =

Y ' i Yi
Yi

dimana:
Y'i = Produksi/kesempatan kerja (propinsi) dari sektor i pada tahun
akhir analisis.
Yi = Produksi/kesempatan kerja (propinsi) dari sektor i pada tahun
dasar analisis.
c. Ra
Ra =

Y '... Y ...
Y ...

dimana:
Y'... = Produksi/kesempatan kerja (propinsi) pada tahun akhir analisis.
Y... = Produksi/kesempatan kerja (propinsi) pada tahun dasar analisis.
5. Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah
Komponen pertumbuhan wilayah terdiri atas komponen pertumbuhan
Propinsi (KPP), komponen pertumbuhan proposional (PP) dan komponen
pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).
a. Komponen Pertumbuhan Propinsi (KPP)
KPPij

= (Ra) Yij

dimana:
KPPij

= Komponen pertumbuhan propinsi sektor i untuk wilayah j

Yij

= Produksi/kesempatan kerja dari sektor i pada wilayah j

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

42

pada tahun dasar analisis.


Ra

= Rasio produksi/kesempatan kerja (propinsi)

b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)


PPij = (Ri Ra) Yij
dimana:
PPij = Komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah j
Yij = Produksi/kesempatan kerja dari sektor i pada wilayah j pada
tahun dasar analisis.
Ri

= Rasio produksi/kesempatan kerja (propinsi) dari sektor i

Ra = Rasio produksi/kesempatan kerja (propinsi)


Apabila:
PPij < 0, Menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya
lambat.
PPij > 0, Menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya
cepat.
c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
PPWij = (ri Ri) Yij
PPWij = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada
wilayah j pada tahun dasar analisis.
Yij

= Produksi/kesempatan kerja dari sektor i pada wilayah j


pada tahun dasar analisis.

ri

= Rasio produksi/kesempatan kerja sektor i pada wilayah j

Ri

= Rasio produksi/kesempatan kerja (propinsi) dari sektor i

Apabila:
PPWij > 0, berarti sektor/wilayah j mempunyai daya saing yang baik
dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya untuk sektor i.
PPWij < 0, berarti sektor/wilayah j tidak mempunyai daya saing yang
baik dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya.
Rumus-rumus penting lain yang dapat digunakan adalah:
a. Perubahan dalam PDRB sektor i pada wilayah ke j dirumuskan sebagai
berikut:
Yij = KPPij + PPij +PPWij........................................................(1)

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

43

Yij = Y'ij Yij...........................................................................(2)


b. Rumus ketiga komponen pertumbuhan wilayah adalah:
KPPij = Yij (Ra)............................................................................ (3)
PPij

= Yij (Ri Ra)..................................................................... (4)

PWij = Yij (ri Ri)...................................................................... (5)


c. Apabila persamaan (2), (3), (4) dan (5) disubtitusikan kepersamaan (1),
maka didapatkan:
Yij

= KPPij + PPij +PPWij

Y'ij Yij

= Yij (Ra) +Yij (Ri Ra) +Yij (ri Ri)

d. Persentase ketiga pertumbuhan wilayah tersebut dapat dirumuskan:


% KPPij

= Ra

% PPij

= Ri Ra

% PWij

= ri Ri

atau
% KPPij

= (KPPij) Yij * 100 %

% PPij

= (PPij) Yij * 100 %

% PWij

= (PWij) Yij * 100 %

6. Mengevaluasi Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian


Profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi
pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada
kurun waktu yang telah ditentukan, dengan cara mengekspresikan persen
perubahan komponen pertumbuhan proposional (PNij) dan pertumbuhan
pangsa wilayah (PWij). Pada sumbu horizontal, terdapat PP sebagai absis
sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

44

Kuadran IV

Kuadran I

PP
Kuadran III

Kuadran II
45o
PPW

Gambar 2. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian


Sumber: Budiharsono, 2001
Kuadran-kuadran yang terdapat pada gambar 2 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
(i) Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang
bersangkutan memiliki pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya
saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik apabila dibandingkan
dengan

wilayah-wilayah

lainnya.

Hal ini

menunjukkan bahwa

sektor/wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah progresif (maju).


(ii) Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di
wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing
untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak
baik.
(iii) Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di
wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi
daya saing wilayah untuk sektor-sektor baik jika dibandingkan dengan
wilayah lainnya.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

45

(iv) Pada Kuadran II dan Kuadran IV terdapat garis miring yang membentuk
sudut 45o dan memotong kedua kuadran tersebut. Bagian atau garis
tersebut menunjukkan bahwa

sektor/wilayah yang bersangkutan

merupakan sektor/wilayah yang progresif (maju), sedangkan di bawah


garis

berarti

sektor/wilayah

yang

bersangkutan

menunjukkan

sektor/wilayah yang lamban.


7. Menghitung Pergeseran Bersih
Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilayah
dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan sektor perekonomian.
Pergeseran bersih sektor i pada wilayah j dapat dirumuskan sebagai
berikut:
PBij

= PPij + PPWij

dimana:
PBij

= Pergeseran bersih sektor i pada wilayah j

PPij

= Komponen pertumbuhan proposional sektor i pada wilayah j

PPWij = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah j


apabila:
PBij > 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke dalam
kelompok progresif (maju)
PBij < 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk lamban
4.4.2. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang
terjadi. Analisis yang dimaksud adalah deskripsi daerah penelitian, deskripsi

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

46

tentang implikasi terhadap strategi kebijakan pembangunan wilayah dengan


sektor-sektor yang ada di wilayah tersebut, misalkan kegiatan ekonomi wilayah.
Selain itu analisis kualitatif dapat berupa keadaan umum wilayah seperti
pemerintahan, jumlah penduduk, tenaga kerja, potensi ekonomi, sistem sosial dan
hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
4.4.2.1. Matriks SWOT
Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dan dapat
menyelaraskan faktor-faktor dari lingkungan internal dan eksternal serta dapat
mengarahkan dan berperan sebagai kaatalisator dalam proses perencanaan
startegis. Analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu
peluang dan ancaman serta identifikasi kekuatan dan kelemahan intern. Analisis
ini didasarkan pada asumsi bhwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan
kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman (Perce dan
Robinson dalam yuledyane, 2003).
Unsur-unsur SWOT meliputi S (strenght) yang berrti mengacu kepada
keunggulan kompetitif dan kompetensi lainnya, W (weakness) yaitu hambatan
yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan strategi, O (opportunity)
yakni menyediakan kondisi yang menguntungkan atau peluang yang membatasi
penghalang dan T (threat) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat
menghalangi atau ancaman dalam mencapai tujuan. Matriks ini dapat
menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O,
strategi W-O, strategi W-T dan strategi S-T.
Terdapat delapan tahap dalam membentuk matriks SWOT, yaitu:
1. Membuat daftar kekuatan kunci internal wilayah.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

47

2. Membuat daftar kelemahan kunci internal wilayah.


3. Membuat daftar peluang ekternal wilayah.
4. Membuat daftar ancaman ekternal wilayah.
5. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang ekternal
dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-O.
6. Menyesuaikan

kelemahan-kelemahan

internal

dengan

peluang-peluang

eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-O.


7. Menyesuaikan

kekuatan-kekuatan

internal

dengan

ancaman-ancaman

eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-T.


8. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan ancaman-ancaman
eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-T.
Tabel 3. Matriks SWOT
Internal

STRENGTH (S)
Daftar Kekuatan
Internal

WEAKNESS (W)
Daftar Kelemahan
Internal

OPPORTUNITIES (O)
Daftar Peluang
Eksternal

STRATEGI S-O
Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang

STRATEGI W-O
Mengatasi kelemahan
dengan memanfaatkan
peluang

THREATS (T)
Daftar Ancaman
Eksternal

STRATEGI S-T
Gunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman

STRATEGI W-T
Meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman

Ekternal

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

48

BAB V
GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1. Kondisi Geografi


Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak antara 6o 51 54 sampai
dengan 7o 23 6 lintang selatan dan antara 112o 441 sampai dengan 122o 33
12 bujur timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara

: Laut Jawa

Sebelah Timur

: Kabupaten Gresik

Sebelah Selatan

: Kabupaten Mojokerto dan Jombang

Sebelah Barat

: Kabupaten Tuban dan Bojonegoro

Luas wilayah Kabupaten Lamongan 1.812, 80 Km2 atau setara 181.280


Ha, terdiri dari dataran rendah berawa dengan ketinggian 0 25 m, seluas 50,17
% dari luas Kabupaten Lamongan. Dataran dengan ketinggian 25 100 m, seluas
45,68 % dan sisanya 4,15 % merupakan dataran dengan ketinggian di atas 100 m.
Wilayah Kabupaten Lamongan tergolong beriklim tropis, dengan Musim
Penghujan yang terjadi antara Bulan Nopember sampai dengan April dan Musim
Kemarau yang terjadi antara Bulan Mei dan Oktober, dengan Tipe iklim C serta
Curah Hujan rata-rata 3916,5 mm per tahun.
5.2. Kondisi Demografi
Berdasarkan hasil regristrasi penduduk akhir tahun, jumlah penduduk
Kabupaten Lamongan menurut jenis kelamin pada tahun 2006 sebanyak
1.393.131 jiwa, terdiri laki-laki sebanyak 694.143 jiwa dan perempuan 698.988
jiwa. Dilihat dari tingkat persebaran dan kepadatan penduduknya, Kabupaten
Lamongan pada tahun 2006 mencapai 768 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

49

tertinggi ada di Kecamatan Paciran yang mencapai 1.873 jiwa/km2. Sedangkan


tingkat kepadatan penduduk terendah ada di Kecamatan Sambeng sebesar 267
jiwa/km2.
5.3. Karateristik Wilayah
Secara karateristik Kabupaten Lamongan dibedakan dalam 3 bagian, yaitu
1. Bagian Tengah Selatan merupakan dataran rendah yang relatif subur.
Bagian ini membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sugio,
Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung, Sarirejo dan Kembangbahu.
2. Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu dan
tingkat kesuburan tanahnya termasuk sedang. Bagian ini mulai dari
Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo,
Brondong, Paciran dan Solokuro.
3. Bagian Tengah Utara merupakan daerah bonorowo yang termasuk daerah
rawan banjir. Bagian ini membentang mulai dari Kecamatan Sekaran,
Maduran, Laren, Karanggenengg, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan
Glagah.
5.4. Administrasi Pemerintah
Secara administratif, Kabupaten Lamongan terbagi Menjadi 27 kecamatan,
serta 462 desa dan 12 kelurahan. Desa dan kelurahan tersebut merupakan yang
terbesar diantara seluruh kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur. Bupati
Lamongan dipilih untuk jangka waktu lima tahun dan dibantu oleh seorang Wakil
Bupati.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

50

5.5. Potensi Ekonomi


Secara umum potensi ekonomi Kabupaten Lamongan dinyatakan di dalam
sektor-sektor yang ada di dalam wilayah. Potensi ekonomi yang sangat besar
diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian daerah. Sektor tersebut
meliputi:
1. Sektor Pertanian Tanaman Pangan.
Dalam struktur ekonomi pangan di Kabupaten Lamongan, sektor pertanian
tetap menjadi andalan. Sebagai sektor yang menjadi basis utama mata pencaharian
rakyat, sektor pertanian memberikan kontribusi yang sangat besar bagi stabilitas
komoditi pangan di Lamongan, bahkan untuk kawasan Jawa Tmur. Para petani
lamongan yang dikenal ulet dan gemar bekerja keras berhasil mengantarkan
Lamongan sebagai lumbung pangan Nasional dengan menyandang predikat
penghasil beras terbesar nomor 2 (dua) di Jawa Timur. Di kabupaten Lamongan,
total produksi padi pada tahun 2006 dengan luas panen sawah 132.661 hektar
mencapai 776.285 ton. Rata-rata produksi padi mencapai 58,52 kwintal setiap
hektarnya.
2. Sektor Perkebunan
Sektor perkebunan di Kabupaten Lamongan turut memberikan andil yang
cukup besar bagi perekonomian rakyat. Dari segi produksi, komoditi kapas
Lamongan menempati urutan nomor 1 (satu) se-Jawa Timur dan nomor 5 (lima)
di Indonesia. Pada tahun 2006, dari luas areal sekitar 762,8 Hektar menghasilkan
produksi kapas sebesar 153,0 ton dengan rata-rata produksi mencapai 200,6
kg/hektar.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

51

3. Sektor Peternakan
Sektor peternakan di Kabupaten Lamongan diarahkan pada kegiatan
peningkatan produksi ternak, peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan
kesejahteraan para petani peternak. Jenis ternak yang diusahakan meliputi sapi
potong, sapi perah, kerbau, kuda, kmbing, domba, ayam buras, ayam ras, itik dan
itik manila.
4. Sektor Perikanan
Kabupaten Lamongan merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur.
Kondisi alam di Kabupaten Lamongan sangat mendukung bagi upaya
pengembangan sektor perikanan. Kekayaan lau yang membentang dengan panjang
pantai sekitar 47 km, menjadikan kabupaten Lamongan sebagai daerah yang
potensial bagi produksi ikan tangkap.Berbagai jenis hasil tangkapan nelayan
Kabupaten Lamongan antara lain ikan layang, kuningan, tongkol, tengiri, kakap
merah, dorang dan cumi-cumi. Kontribusi yang diberikan sebesar 15,25% dari
total produksi ikan di Jawa Timur yaitu sekitar 65.874,984 ton.
5. Sektor Kehutanan
Sekitar 20 persen wilayah Lamongan terdiri dari hutan. Hutan negara yang
luasnya hampir 34.000 hektar tersebut tentu saja tidak dapat di jamah oleh rakyat.
Agar tidak terjadi penebangan hutan secara liar, Pemerintah Kabupaten Lamongan
telah mengaktifkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di wilayah desa
yang memiliki hutan. Selain ikut menjaga hutan, para anggota LMDH juga bisa
mendapatkan penghasilan dari pengelolaan hutan dalam sistem Pengelolaan Hutan
Bersama masyarakat (PHBM).

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

52

6. Sektor Perdagangan dan Industri


Sektor Perdagangan dan Industri di Kabupaten Lamongan semakin
berkembang pesat seiring dengan usaha keras Pemerintah yang selalu melibatkan
peran warganya dalam upaya menunjukkan kesiapan sebagai daerah penyangga
bagi Kota Metropolitan Surabaya. Kabupaten Lamongan mampu merubah diri
secara cepat dalam menghadapi laju perkembangan ekonomi global. Sektor
perdagangan sebagai urat nadi perekonomian diarahkan demi efektifitas distribusi
dan sistem pemasaran barang serta berkembangnya perusahaan-perushaan kecil
dan menengah.
7. Sektor Pertambangan
Pada sektor pertambangan, Kabupaten Lamongan telah memulai babak
baru dalam perkembangannya. Ekplorasi kekayaan alam perut bumi tersebut
semakin memberikan harapan yang besar bagi peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Sumber minyak yang terdapat di Desa Balongwangi Kecamatan
Tikung yang diekplorasinya dikerjakan perusahaan PT. JOP P-PEJ (Joint
Operating Body Pertamina-Petro China East Java).
8. Sektor Perhubungan
Pembangunan pada sektor perhubungan sangat penting untuk mendukung
dan memperlancar dinamika perekonomian yang tengah dijalankan. Pemerintah
Kabupaten Lamongan sadar betul bahwa untuk membuka isolasi suatu derah serta
untuk memperlancar hubungan antar daerah terkait dengan semakin meningkatnya
mobilitas

penduduk

dalam

aktivitas

perekonomiannya

maupun

sosial

kemasyarakatan lainnya, pembangunan jalur transportasi merupakan kebutuhan


mendesak untuk diutamakan.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

53

9. Sektor Pariwisata
Pembangunan sektor kepariwisataan di Kabupaten Lamongan diarahkan
pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan
kegiatan ekonomi. Obyek-obyek wisata yang saat ini menjadi andalan Kabupaten
Lamongan. Yakni, Wisata Bahari Lamongan (WBL) merupakan pengembangan
dari obyek wisata Tanjung Kodok yang telah ada sebelumnya, Goa Maharani, dan
Waduk Gondang.
5.7. Kawasan Pembangunan Sektor Perekonomian
Sesuai dengan kondisi geografinya, Pemerintah Kabupaten Lamongan
telah menetapkan 3 (tiga) zona pembangunan sektor perekonomian yang
diharapkan dapat mempercepat pembangunan ekonomi daerah. Ketiga zona
tersebut adalah:

Zona I
Zona I merupakan kawasan yang cocok untuk pembangunan sektor primer

yang meliputi sektor pertanian, pertambangan dan penggalian. Kawasan tersebut


meliputi Kecamatan Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Sugio, Modo, Tikung, Glagah,
Karangbinanggun, Turi, Sekaran, Solokuro, Maduran, Laren dan Brondong. Jenis
usaha yang akan dilakukan pada sektor pertanian adalah sub sektor tanaman
pangan dan perikanan. Sedangkan pada sektor pertambangan dan penggalian
berupa ekplorasi pada sub sektor migas dan non migas.

Zona II
Zona II merupakan kawasan yang cocok untuk pembangunan sektor

sekunder yang meliputi sektor industri khususnya makanan dan kerajinan


tangan/anyaman, listrik, gas dan air bersih serta kontruksi. Adapun kawasan yang

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

54

berada pada zona II meliputi Kecamatan Sukorame, Mantup, Sambeng,


Kembangbahu, Pucuk, Sukodadi, Lamongan, Kalitengah, Glagah dan Sarirejo.

Zona III
Zona III merupakan kawasan yang cocok untuk pembangunan sektor

tersier yang meliputi sektor perdagangan, pengangkutan, keuangan, komunikasi


dan Jasa-jasa. Kawasan yang berada pada zona III adalah Kecamatan
Kedungpring, Babat, Lamongan, Deket, Karanggeneng dan Brondong.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

55

BAB VI
SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN LAMONGAN

Untuk mengetahui sektor apa yang menjadi sektor unggulan daerah serta
berapa besar dampak sektor tersebut maka harus dilakukan suatu perhitungan
lebih lanjut. Umumnya dengan melihat data PDRB suatu wilayah kesejahteraan
penduduk dan kemajuan wilayah dapat diketahui, namun data PDRB hanya
memberikan sebagian kecil informasi. Oleh karena itu, diperlukannya suatu kajian
yang mendalam dengan menggunakan data dan analisis yang ada.
6.1. Sektor Basis dan Non Basis
Sektor unggulan daerah, pada dasarnya adalah sektor tersebut dapat
memberikan kontribusi yang besar pada daerah, bukan hanya untuk daerah itu
sendiri namun juga untuk memenuhi kebutuhan daerah lain. Dengan melihat data
PDRB maka beberapa sektor unggulan daerah dapat diketahui.
Indikator suatu sektor dikatakan menjadi sektor unggulan daerah adalah
ketika sektor tersebut menjadi sektor basis, yakni memiliki nilai LQ yang lebih
besar dari satu. Adapun perhitungan nilai LQ suatu sektor dapat dilihat pada tabel
5 berikut ini.
Tabel 4. Location Quotient (LQ) Kabupaten Lamongan Tahun 2002-2006
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Kontruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

2002
2,47
0,41
0,18
0,86
0,74
1,09
0,29
0,58
1,52

Sumber: BPS Kabupaten Lamongan Tahun 2002-2006, diolah

2003
2,46
0,45
0,17
0,94
0,73
1,06
0,30
0,59
1,36

2004
2,53
0,46
0,17
0,84
0,78
1,01
0,29
0,64
1,37

2005
2,50
0,46
0,18
0,80
0,80
1,03
0,29
0,68
1,40

2006
2,33
0,42
0,18
0,72
0,76
1,04
0,29
0,72
1,49

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

56

Bardasarkan tabel 4 di atas, terdapat tiga sektor yang menjadi sektor basis
di Kabupaten Lamongan yang merupakan sektor unggulan daerah dan enam
sektor lainnya menjadi sektor non basis sebagai sektor penunjang dari keberadaan
sektor basis. Sektor unggulan tersebut adalah sektor pertanian, sektor
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa.
Pada kurun waktu 2002-2006 ketiga sektor tersebut memiliki nilai LQ > 1,
artinya ketiga sektor tersebut merupakan sektor basis yang cenderung dapat
mengekspor ke daerah lain. Sektor yang memiliki nilai LQ paling besar terdapat
pada sektor pertanian, dengan kisaran nilai LQ secara berturut-turut adalah 2,47;
2,46; 2,53; 2,50 dan 2,33. Hal ini disebabkan karena produksi sektor pertanian di
Kabupaten Lamongan telah mampu memenuhi kebutuhannya sendiri juga untuk
memenuhi kebutuhan daerah lainnya, misalnya dengan adanya Sungai Bengawan
Solo sebagai cadangan irigasi untuk menghadapi musim kemarau, Kabupaten
Lamongan telah mampu untuk memasok kebutuhan air untuk daerah pertanian
yang mengalami kekeringan. Selain itu terdapat Waduk Gondang untuk
memenuhi kebutuhan air di daerah lain, seperti Kabupaten Mojokerto dan
Jombang.
Adapun sektor pertanian yang paling menonjol terdapat pada sub sektor
tanaman pangan dan perikanan. Pada sub sektor tanaman pangan Kabupaten
Lamongan mampu memberikan kontribusi produksi gabah sebesar 776.085 ton
GKG atau 7,14 % dari total produksi gabah di Jawa Timur dan terbesar ke-2 di
Jawa Timur. Sedangkan untuk sub sektor perikanan, Kabupaten Lamongan
mampu memberikan kontribusi sebesar 15,25 % dari total produksi ikan di Jawa

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

57

Timur atau merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur, yaitu sekitar
65.874,984 ton.
Sektor jasa-jasa yang berada di urutan kedua dengan kisaran nilai LQ
adalah 1,52; 1,36; 1,37; 1,40 dan 1,49. Hal ini dipengaruhi oleh sub sektor hiburan
dan rekreasi yang menunjukkan suatu perkembangan yang nyata, dengan
memberikan kontribusi yang semakin meningkat terhadap perokonomian daerah
Kabupaten Lamongan. Pembangunan Wisata Bahari Lamongan (WBL) telah
memberikan pengaruh langsung terhadap besarnya kontribusi sub sektor ini
terhadap PDRB. Dengan kunjungan wisatawan mencapai kurang lebih 850.000
per tahun merupakan suatu potensi daerah yang besar untuk terus dikembangkan
dan disinergikan dengan obyek wisata lainnya seperti wisata religi/ziarah Makam
Sunan Drajat dan Goa Maharani.
Sejak dibuka tahun 2004, Wisata Bahari Lamongan (WBL) mampu
memberikan kontribusi pada PAD yang terus meningkat, adapun kontribusi WBL
pada tahun 2005 sebesar Rp 4.500.000.000; tahun 2006 sebesar Rp.
4.750.000.000; tahun 2007 sebesar Rp. 6.450.000.000 dan tahun 2008 ditargetkan
sebesar Rp. 8.000.0000.000. Secara tidak langsung memberikan multiplayer effect
terhadap berkembang tumbuhnya kegiatan ekenomi produktif lainnya di
masyarakat.
Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan
kisaran nilai LQ adalah 1,09; 1,06; 1,01; 1,03 dan 1,04. Perkembangan tersebut
masih dipengaruhi oleh besarnya volume perdagangan di Kabupaten Lamongan
khususnya komoditi pertanian dan hasil industri yang merupakan suatu potensi
unggulan daerah yang perlu didukung dengan sistem pemasaran yang efisien dan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

58

dukungan sarana prasarana (infrastruktur) yang baik. Surplus beras pada tahun
2006 yang kurang lebih mencapai 358.000 ton merupakan salah satu komoditi
perdagangan unggulan daerah, demikian juga komoditi perikanan air tawar
(sawah tambak) dan perikanan laut yang memberikan kontribusi besar terhadap
perekonomian daerah. Selain itu Kabupaten Lamongan telah menyediakan
kawasan khusus untuk pariwisata, hotel dan restoran.
Sedangkan sektor yang memiliki nilai koefisien LQ < 1, artinya sektor
tersebut merupakan sektor non basis adalah sektor pertambangan dan penggalian
sebesar 0,41; 0,45; 0,46; 0,46 dan 0,42, sektor industri pengolahan sebesar 0,18;
0,17; 0,17; 0,18 dan 0,18, sektor listrik, gas dan air bersih 0,86; 0,94; 0,84; 0,80
dan 0,72, sektor kontruksi sebesar 0,74; 0,73; 0,78; 0,80 dan 0,76, sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,29; 0,30; 0,29; 0,29 dan 0,29 dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0,58; 0,59; 0,64; 0,68 dan 0,72.
Selama kurun waktu 2002-2006 sektor yang memiliki nilai LQ paling
kecil adalah sektor industri pengolahan. Hal ini disebabkan sektor industri
pengolahan masih terpusat di kabupaten/kota tertentu yang ada di Jawa Timur.
Sebagai contoh Kabupaten Gresik, selama ini aktivitas industri banyak dilakukan
di daerah tersebut. Sehingga menjadikan Kabupaten Gresik sebagai kota industri.
6.2. Multiplier Pendapatan
Adanya efek pengganda (multiplier), maka pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah dapat diketahui. Efek pengganda sebagai siklus dari pembelanjaan
kembali pendapat diperoleh melalui penjualan barang dan jasa yang dihasilkan
oleh wilayah yang bersangkutan. Pengganda pendapatan basis dihitung dengan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

59

membandingkan total pendapatan wilayah dengan pendapatan dari sektor basis.


Besarnya efek pengganda ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Tabel 5. Koefisien Pengganda Pendapatan Sektor Basis di Kabupaten
Lamongan Tahun 2002-2006.
Pendapatan
Multiplier
Pendapatan
sektor non
Total
Multiplier
sektor non
Tahun sektor basis
basis
basis
pendapatan
sektor basis
2002
2003
2004
2005
2006

2941649
3297449
3345710
3513544
4041103

536730
551855
578213
622320
666983

3478379
3849304
3923923
4135864
4708086

1,1825
1,1674
1,1728
1,1771
1,1650

0,1543
0,1434
0,1474
0,1505
0,1417

Sumber: BPS Kabupaten Lamongan Tahun 2002-2006, diolah.


Keterangan:
Sektor basis: Pertanian, Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Jasa-jasa.
Sektor non basis: Pertambangan dan Penggalian, Industri pengolahan, Listrik, Gas dan Air bersih,
Kontruksi, Pengangkutan dan Komunikasi serta Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan.

Pada tabel 5 di atas koefisien pengganda pendapatan sektor basis


menunjukkan nilai yang lebih besar dari pada pengganda pendapatan sektor non
basis selama tahun 2002-2006. Hal ini berarti bahwa masyarakat Kabupaten
Lamongan dalam menjalankan aktifitas ekonominya lebih berminat pada kegiatan
sektor basis. Secara berturut-turut nilai pengganda pendapatan/multiplier basis
tersebut adalah 1,1825; 1,1674; 1,1728; 1,1771 dan 1,1650. Sedangkan pada
pendapatan non basis adalah 0,1543; 0,1434; 0,1474; 0,1474 dan 0,1417.
Koefisien pengganda pendapatan basis selama tahun 2002-2006 cenderung
berubah-ubah.

Rendahnya

multiplier pendapatan basis

yang dihasilkan,

menunjukkan bahwa keberadaan sekktor non basis sebagai penunjang kegiatan


sektor basis masih kurang. Meskipun koefisien pengganda pendapatan yang
dihasilkan terlihat kecenderungan penurunan selama tahun 2002-2006, tetapi
dapat dikatakan nilai koefisien pengganda tersebut relatif stabil karena
penurunannya sangat kecil.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

60

BAB VII
ANALISIS SHIFT SHARE UNTUK MENGIDENTIFIKASI
PERTUMBUHAN EKONOMI

Analisis Shift Share memiliki peranan yang sangat penting untuk


mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan analisis ini dapat
digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah
selama 2 periode waktu.
7.1. Perubahan dan Rasio PDRB
Berdasarkan tabel 6, secara umum laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Lamongan mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 35,35 persen
selama tahun 2002-2006, dari pada Propinsi Jawa Timur yang hanya mencapai
22,96 persen.
Tabel 6. Perubahan PDRB Kabupaten Lamongan dan Propinsi Jawa Timur
Menurut Sektor Perekonomian Atas Dasar Harga Konstan `01
Tahun 2002-2006 (juta rupiah).
Sektor

1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total

PDRB Kabupaten
Lamongan
2002
1.524.740
35.419
177.380
59.133
96.931
991.130
60.995
106.872
425.779
3.478.379

2006
1.973.582
39.151
218.160
57.490
119.115
1.474.250
75.508
157.559
593.271
4.708.086

Perubahan
PDRB Kabupaten
Lamongan
448.842 (29,44)
3.732 (10,54)
40.780 (22,99)
-1.643 (-2,78)
22.184 (22,89)
483.120 (48,74)
14.513 (23,79)
50.687 (47,43)
167.492 (39,34)
1.229.707 (35,35)

PDRB Propinsi Jawa


Timur
2002
2006
39.354.488 49.012.233
5.495.073
5.455.159
63.396.901 71.786.972
4.378.885
4.610.041
8.293.319
9.030.294
57.926.650 81.739.125
13.245.296 15.104.139
11.656.351 12.611.228
17.785.422 23.048.439
221.532.385 272.397.630

Perubahan
PDRB Propinsi
Jawa Timur
9.657.745 (24,54)
-39.914 (-0,73)
8.390.071 (13,23)
231.156 (5,28)
736.975 (8,89)
23.812.475 (41,11)
1.858.843 (14,03)
954.877 (8,19)
5.263.017 (29,59)
50.865.245 (22,96)

Sumber: BPS Kabupaten Lamongan Tahun 2002 dan 2006, diolah


Keterangan:
1 = Sektor Pertanian; 2 = Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3 = Sektor Industri Pengolahan; 4
= Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; 5 = Sektor Kontruksi; 6 = Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran; 7 = Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; 8 = Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan; 9 = Sektor Jasa-jasa; () = Persentase perubahan PDRB sektor perekonomian di
masing-masing wilayah.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

61

Tabel 6 di atas, menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Lamongan


menunjukkan perkembangan yang positif. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada
sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 48,74 persen. Hal ini
disebabkan oleh semakin meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran di
Kabupaten Lamongan. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk,
menyebabkan

Pemerintah

Kabupaten

Lamongan

terus

meningkatkan

pelayanannya di sektor tersebut. Selain itu, dengan banyaknya wisatawan untuk


berkunjung ke Kabupaten Lamongan,

menyebabkan pemerintah daerah

menyediakan jasa perhotelan sebagai tempat penginapan dan menyediakan


beberapa rumah makan untuk mencicipi makanan khas Kabupaten Lamongan.
Pada urutan kedua ditempati oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan dengan pertumbuhan 47,43 persen, ketiga adalah sektor jasa-jasa
39,34 persen. Pada urutan keempat adalah sektor pertanian dengan pertumbuhan
29,44 persen. Urutan kelima adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dengan
pertumbuhan 23,79 persen. Urutan keenam adalah sektor industri pengolahan
dengan

pertumbuhan

22,99

persen.

Urutan

ketujuh

adalah

sektor

kontruksi/bangunan dengan pertumbuhan 22,89 persen. Urutan kedelapan adalah


sektor pertambangan dan penggalian dengan pertumbuhan 10,54 persen.
Selanjutnya pada urutan kesembilan ditempati oleh sektor listrik, gas dan
air bersih dengan pertumbuhan terkecil yaitu (-2,78) persen. Hal ini menunjukkan
bahwa Kabupaten Lamongan kurang berpotensi di sektor tersebut. Selain itu
produksi yang dihasilkan juga semakin menurun dan kurangnya sarana dan
prasarana pendukung.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

62

Secara

terpisah pada perekonomian Propinsi Jawa Timur,

laju

pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mengalami pertumbuhan yang positif yaitu


sebesar 22,96 persen (Tabel 6). Pertumbuhan paling besar adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 41,11 persen. Kemudian diikuti oleh
sektor jasa-jasa, sektor pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
industri pengolahan, sektor kontruksi, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pertambangan dan
penggalian dengan nilai secara berturut-turut sebesar 29,59 persen, 24,54 persen,
14,03 persen, 13,23 persen, 8,89 persen, 8,19 persen, 5,28 persen dan (-0,73)
persen.
Jika nilai pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan meningkat konstan
dari tahun ke tahun sebesar angka nominal yang terdapat pada tabel 6,
diperkirakan Kabupaten Lamongan akan memiliki sektor unggulan yang baru
yang tidak hanya berasal dari sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan
restoran dan sektor jasa-jasa, namun juga dari sektor lainnya.
Sebagian besar kontribusi sektor perekonomian antara Kabupaten
Lamongan dan Propinsi Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang baik pada
tahun 2002-2006. Jika setiap sektor perekonomian antara PDRB kabupaten dan
propinsi dibandingkan, maka setiap sektor akan memiliki rasio yang berbedabeda. Rasio sektor perekonomian antara Kabupaten Lamongan dan Propinsi Jawa
Timur dinyatakan dalam bentuk nilai Ra, Ri dan ri.
Nilai Ra didasarkan atas perhitungan selisih antara total PDRB propinsi
tahun akhir analisis yaitu tahun 2006 dengan PDRB tahun dasar analisis yaitu
tahun 2002 dibagi dengan PDRB tahun dasar analisis. Secara umum rasio

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

63

pertumbuhan PDRB antara Kabupaten Lamongan dengan Propinsi Jawa Timur


selama kurun waktu 2002-2006 yaitu sebesar 0,23 (Sebagai acuan). Nilai Ra yang
diperoleh setiap sektor memiliki nilai yang sama besar untuk menunjukkan satuan
wilayah yang diperoleh pada daerah tersebut.
Nilai Ri dihitung berdasarkan selisih antara PDRB propinsi dari sektor i
pada tahun akhir analisis dengan PDRB propinsi dari sektor i pada tahun dasar
analisis dibagi dengan PDRB propinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis.
Hasil perhitingan pada nilai Ri di seluruh sektor menunjukkan nilai yang positif.
Tabel 7. Rasio PDRB Kabupaten Lamongan dan Propinsi Jawa Timur
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Kontruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Total

Ri
0,25
-0,01
0,13
0,05
0,09
0,41
0,14
0,08
0,30
0,23

ri
0,29
0,11
0,23
-0,03
0,23
0,49
0,24
0,47
0,39
0,35

Sumber: BPS Kabupaten Lamongan dan Jawa Timur 2002 dan 2006, diolah
Keterangan:
Ri = Rasio produksi (propinsi) dari sektor i
ri = Rasio produksi sektor i pada wilayah j (kabupaten)

Nilai Ri terbesar terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran


yaitu sebesar 0,41, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa hal ini
disebabkan oleh semakin meningkatnya pelayanan sektor tersebut di Kabupaten
Lamongan. Selain itu, dalam menghadapi era globalisasi Kabupaten Lamongan
telah meningkatkan hasil produksinya dan siap untuk menuju ke pasar ekspor.
Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 0,30, sektor pertanian sebesar
0,25, sektor pengangkutan dan kumunikasi sebesar 0,14, sektor industri

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

64

pengolahan 0,13, sektor kontruksi sebesar 0,09, sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan sebesar 0,08 dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,05.
Sedangkan sektor yang memiliki nilai Ri terkecil diperoleh pada sektor
pertambangan dan penggalian yaitu sebesar (-0,01). Hal ini diakibatkan oleh
kurangnya infrastruktur daerah yang mendukung, selain itu juga akibat dari
rendahnya investasi di sektor tersebut.
Nilai ri dihitung berdasarkan selisih antara PDRB dari sektor i di
Kabupaten Lamongan pada tahun akhir analisis dengan PDRB dari sektor i di
Kabupaten Lamongan pada tahun dasar analisis dibagi dengan PDRB dari sektor i
di Kabupaten Lamongan pada tahun dasar analisis. Berdasarkan tabel 7 di atas
sektor yang memiliki nilai ri paling besar adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran sebesar 0,49. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya peningkatan
tersebut diakibatkan oleh semakin meningkatnya lembaga perdagangan di sektor
tersebut. Kemudian diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
sebesar 0,47, sektor jasa-jasa 0,39, sektor pertanian sebesar 0,29, sektor
pengangkutan dan komunikasi 0,24, sektor kontruksi dan industri pengolahan
masing-masing sebesar 0,23 dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar
0,11.
Sedangkan nilai ri terkecil terdapat pada sektor listrik, gas dan air bersih
yaitu sebesar (-0,03). Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa
rendahnya sektor tersebut diakibatkan oleh kurangnya sarana dan prasarana yang
mendukung. Selain itu, Kabupaten Lamongan juga kurang memiliki potensi pada
sektor listrik, gas dan air bersih.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

65

7.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah.


Pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Lamongan
dipengaruhi oleh tiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Komponen
Pertumbuhan Propinsi (KPP), Pertumbuhan Proporsional (PP) dan Pertumbuhan
Pangsa Wilayah (PPW).
Pertumbuhan regional/propinsi digunakan untuk menjelaskan kebijakan
ekonomi regional (Jawa Timur) yang mempengaruhi perekonomian ditingkat
kabupaten/kota, dalam hal ini adalah Kabupaten Lamongan. Perhitungan
pertumbuhan propinsi dihitung berdasarkan perkalian antara rasio produksi (Ra)
regional dengan produksi di masing-masing sektor. Hasil perhitungan tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 8. Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Lamongan (juta
rupiah)
Sektor

KPP
(Ra) *Yij

1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total

350.090,00
8.132,43
40.727,58
13.577,31
22.255,97
227.569,75
14.004,84
24.538,49
97.761,57
798.657,95

PP
(Ri-Ra)
*Yij
24.087,14
-8.389,70
-17.252,76
-10.455,75
-13.642,33
179.863,76
-5.444,81
-15.783,64
28.233,88
161.215,79

persen
(PP)/Yij
*100%
1,58
-23,69
-9,73
-17,68
-14,07
18,15
-8,93
-14,77
6,63
4,63

PPW
(ri-Ri) *Yij
74.664,85
3.989,27
17.305,18
-4.764,56
13.570,35
75.686,49
5.952,97
41.932,15
41.496,56
269.833,26

persen
(PPW)/Yij
*100%
4,90
11,26
9,76
-8,06
14,00
7,64
9,76
39,24
9,75
7,76

Sumber: BPS Kabupaten Lamongan Tahun 2002 dan 2006, diolah


Keterangan:
1 = Sektor Pertanian; 2 = Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3 = Sektor Industri Pengolahan; 4
= Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; 5 = Sektor Kontruksi; 6 = Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran; 7 = Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; 8 = Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan; 9 = Sektor Jasa-jasa. KPP = Komponen pertumbuhan propinsi sektor i untuk wilayah
j, PP = Komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah j dan PPW = Komponen
pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah j. Yij = Produksi dari sektor i pada wilayah
kabupaten (tahun dasar analisis). Ra = 0,23 untuk mengambarkan satuan wilayah

Berdasarkan tabel tersebut, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di


Propinsi Jawa Timur sebesar 22,96 persen atau Rp. 798.657,95 juta. Pertumbuhan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

66

tersebut sangat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten


Lamongan. Secara sektoral kontribusi terbesar terdapat pada sektor pertanian
yaitu sebesar Rp. 350.090,00 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan
tersebut sangat dipengaruhi oleh kebijakan di tingkat regional, artinya bila terjadi
perubahan kebijakan maka kontribusi sektor pertanian akan mempangaruhi sektor
tersebut. Sebagai contoh, Pemerintah daerah memberikan izin usaha untuk
membangun proyek-proyek pertanian kepada investor baik asing maupun
domestik. Sedangkan nilai KPP paling kecil terdapat pada sektor pertambangan
dan penggalian yaitu sebesar Rp. 8.132,43 juta.
Komponen Pertumbuhan Proporsional sebagai komponen pertumbuhan
ekonomi, menjelaskan perbedaan kenaikan PDRB tingkat propinsi dengan PDRB
tingkat kabupaten/kota. Tingkat pertumbuhan ekonomi secara regional telah
mengakibatkan pertumbuhan proporsional di Kabupaten Lamongan mengalami
pertumbuhan yang positif yaitu sebesar Rp. 161.215,79 juta atau 4,63 persen
(Tabel 8).
Berdasarkan Pertumbuhan Proporsional (PP) sektor-sektor ekonomi di
Kabupaten Lamongan ada yang memberikan nilai kontribusi secara positif
maupun negatif. Sektor yang memiliki pertumbuhan proporsional yang positif jika
PP > 0, yaitu sektor pertanian sebesar 1,58 persen, sektor perdagangan, hotel dan
restoran 18,15 persen, sektor jasa-jasa 6,63 persen. Artinya ketiga sektor tersebut
memiliki laju pertumbuhan yang cepat.
Sektor yang mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB jika PP < 0,
yaitu terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian (-23,69) persen, sektor
industri pengolahan (-9,73) persen, sektor listrik, gas dan air bersih (-17,68)

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

67

persen, sektor kontruksi (-14,07) persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi
(-8,93) persen dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (-14,77)
persen. Artinya keenam sektor tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi yang
lambat.
Pada tabel tersebut, sektor yang memiliki nilai PP terbesar terdapat pada
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah
daerah serius untuk meningkatkan sarana dan prasarana dibidang sektor tersebut,
sebagai bentuk kebijakan pemerintah dalam membangun wilayah. Sedangkan
sektor yang memiliki nilai PP dengan persentase negatif terbesar terdapat pada
sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini dikarenakan sarana dan prasarana
pembangunan yang masih minim terhadap sektor tersebut.
Selanjutnya, untuk mengetahui komponen pertumbuhan wilayah lain
adalah Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Komponen PPW timbul karena
peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah
dibandingkan dengan wilayah lainnya. Jika PPW > 0 maka sektor yang
bersangkutan memiliki daya saing yang baik bila dibandingkan dengan wilayah
lainnya yang ada di Propinsi Jawa Timur. Adapun sektor yang memiliki daya
saing yang baik adalah sektor pertanian sebesar 4,90 persen, sektor pertambangan
dan penggalian sebesar 11,26 persen, sektor industri pengolahan sebesar 9,76
persen, sektor kontruksi/bangunan 14,00 persen, sektor perdagangan, hotel dan
restoran sebesar 7,64 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,76
persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 39,24 persen dan sektor
jasa-jasa 9,75 persen (Tabel 8).

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

68

Sedangkan sektor yang memiliki daya saing yang tidak baik jika PPW < 0
sektor listrik, gas dan air bersih (-8,06) persen. Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya kurangnya daya saing di sektor tersebut diakibatkan oleh kurangnya
penerapan teknologi dan sarana prasarana pendukung. Selain itu juga diakibatkan
kurangnya akses pasar dan dukungan kelembagaan.
7.3. Pergeseran Sektor-Sektor Perekonomian
Pergeseran bersih diperoleh dari hasil penjumlahan antara Pertumbuhan
Proporsional (PP) dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) di setiap sektor
perekonomian. Apabila PB > 0, maka pertumbuhan sektor perekonomian
Kabupaten Lamongan termasuk ke dalam kelompok yang progresif (maju).
Sedangkan PB < 0, artinya sektor perekonomian Kabupaten Lamongan termasuk
kelompok yang lamban.
Tabel 9. Pergeseran Bersih Sektor Perekonomian Kabupaten Lamongan
No

Sektor

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Kontruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Total

Pergeseran Bersih (PB)


Rp (juta)
persen
98.752,00
6,48
-4.400,43
-12,42
52,42
0,03
-15.220,31
-25,74
-71,97
-0,07
255.550,25
25,78
508,16
0,83
26.148,51
24,47
69.730,43
16,38
431.049,05
12,39

Sumber: BPS Kabupaten Lamongan Tahun 2002 dan 2006, diolah

Berdasarkan tabel tersebut, sektor yang memiliki PB > 0 adalah sektor


pertanian sebesar 6,48 persen, sektor industri pengolahan 0,03 persen, sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,78 persen, sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 0,83 persen dan sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan sebesar 24,47 persen dan sektor jasa-jasa sebesar 16,38 persen.
Sedangkan sektor yang memiliki nilai PB < 0 adalah sektor pertambangan dan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

69

penggalian (-12,42) persen, sektor listrik, gas dan air bersih (-25,74) persen,
sektor kontruksi (-0,07) persen. Secara keseluruhan

pergeseran bersih di

Kabupaten Lamongan menghasilkan nilai yang positif yaitu Rp. 12,39 persen.
7.4. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian
Profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian merupakan identifikasi
dari persentase nilai pertumbuhan proporsional dan nilai pertumbuhan pangsa
wilayah. Nilai ini akan menunjukkan pada kuadran mana pertumbuhan masingmasing sektor. Pada sumbu horizontal terdapat PP sebagai absis dan pada sumbu
vertikal terdapat PPW sebagai ordinat.
Gambar 3. Profil Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kabupaten Lamongan
Pertanian

50

Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan

40
30

Listrik, Gas dan Air


Bersih
Kontruksi

20

PP

10

-30

0
-20

-10

0
-10
-20

10

20

30

Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

PPW

Sumber: BPS Kabupaten Lamongan Tahun 2004 dan 2006, diolah


Kuadran I, menunjukkan sektor ekonomi yang ada di wilayah Kabupaten
Lamongan pertumbuhaanya cepat (PP > 0) dan daya saingnya baik (PPW > 0).
Sektor yang berada pada kuadran I adalah sektor pertanian, sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor jasa-jasa. Ketiga sektor tersebut memiliki pertumbuhan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

70

yang cepat dan daya saingnya baik dibandingkan dengan wilayah lainnya,
sehingga sektor tersebut tergolong ke dalam sektor progresif (maju).
Kuadran II, menunjukkan sektor ekonomi di Kabupaten Lamongan
pertumbuhannya cepat (PP > 0), tetapi daya saing untuk wilayah tersebut tidak
baik dibandingkan dengan wilayah lainnya (PPW < 0). Pada gambar di atas
menunjukkan tidak terdapat sektor perekonomian Kabupaten Lamongan yang
berada di kuadran tersebut. Hal ini menunjukkan rata-rata sektor perekonomian
Kabupaten Lamongan memiliki daya saing yang baik.
Kuadran III, menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang ada di wilayah
Kabupaten Lamongan pertumbuhannya lambat (PP < 0), juga daya saing wilayah
untuk sektor tersebut juga tidak baik dibandingkan dengan wilayah lainnya (PPW
< 0). Sektor yang berada pada kuadran III adalah sektor listrik, gas dan air bersih.
Artinya sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat dan daya saing yang
tidak baik dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga sektor tersebut
tergolong ke dalam sektor yang lambat.
Kuadran IV, menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang ada di Kabupaten
Lamongan pertumbuhannya lambat (PP < 0), tetapi daya saing wilayah untuk
sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya (PPW > 0). Sektor
yang berada pada kuadran IV adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri pengolahan, sektor kontruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi serta
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
kelima sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat tetapi memiliki daya
saing yang baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

71

BAB VIII
STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH
KABUPATEN LAMONGAN

Kabupaten Lamongan yang dikenal dengan julukan kota soto membuat


pemerintah daerah bersama masyarakat semakin giat untuk berkreatifitas dan
berinovasi dalam menentukan arah dan wujud pembangunan daerah sendiri, agar
pengelolaannya dapat lebih terfokus dan berhasil guna sesuai dengan tuntutan
pembangunan daerah. Sebagaimana amanah dari UU No 32 Tahun 2004 tentang
desentralisasi wilayah.
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Lamongan perlu menciptakan iklim
usaha yang kondusif dan menarik bagi berbagai kalangan. Kemampuan menarik
investor maupun sumberdaya manusia yang andal merupakan dua hal utama untuk
dapat mengembangkan dan mengelola sumberdaya yang ada termasuk di
dalamnya sumberdaya alam.
Sejalan dengan hal tersebut, Pemkab Lamongan sangat menyadari bahwa
salah satu faktor keberhasilan pembangunan daerah harus didukung oleh 3 (tiga)
pilar utama, yakni pemerintah Daerah, Masyarakat dan Swasta. Hal ini
mengandung makna bahwa pembangunan daerah Kabupaten Lamongan tidak
hanya merupakan tanggung jawab pemerintah tetapi juga merupakan tanggung
jawab masyarakat dan dunia usaha, secara bersama-sama ketiganya memberikan
kontribusi dan berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pembangunan daerah.
Pemerintah daerah berusaha membatasi diri pada hal-hal yang menjadi
kewenangannya, sedangkan untuk hal-hal yang dapat dilaksanakan oleh
masyarakat diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat baik dalam perencanaan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

72

maupun dalam pelaksanaannya. Demikian pula dengan pelaksanaan pembangunan


yang dipandang memerlukan keterlibatan pihak dunia usaha (swasta), Pemerintah
Kabupaten Lamongan tidak hanya memfasilitasi dalam administrasinya saja tetapi
juga berperan aktif dan progresip dalam pelaksanaan pembangunannya guna
menjamin kepercayaan dari dunia usaha (investor).
Pembangunan yang telah diraih oleh Kabupaten Lamongan salah satunya
didukung oleh langkah-langkah yang strategis dalam membangun daerah.
Perencanaan pembangunan wilayah akan terwujud, jika Pemerintah daerah
menetapkan suatu keputusan yang tepat, sesuai dengan arah dan tujuan
pembangunan. Dalam hal ini adalah memanfaatkan sektor unggulan daerah.
8.1. Strategi Strenghts-Opportunities (S-O)
Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal
untuk memanfaatkan peluang eksternal guna memperoleh keuntungan bagi
Kabupaten Lamongan dalam pembangunan wilayahnya. Beberapa alternatif
strategi S-O yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan potensi SDA terutama pada sektor yang menjadi basis
utama Kabupaten Lamongan, berdasarkan hasil analisis LQ >1 yang
merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, perdagangan, hotel dan
restoran serta sektor jasa-jasa dan memiliki multiplier pendapatan yang
besar selama tahun 2002-2006. Berdasarkan hasil analisis Shift Share
sektor unggulan juga memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing
yang baik, yaitu dengan ditunjukkan pada nilai PP > 0 dan PPW > 0.
Untuk itu diperlukannya dukungan dari pemerintah pusat atau propinsi
serta

mengoptimalkan perkembangan teknologi di sektor basis dalam

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

73

mencanangkan pembangunan wilayah guna meningkatkan perekonomian


daerah. Strategi ini merupakan rekomendasi dari peluang adanya
dukungan yang sangat besar dari pemerintah pusat atau propinsi agar
pemerintah daerah memajukan sektor unggulannya. Selain itu, Kabupaten
Lamongan juga memiliki kekuatan berupa potensi SDA yang besar di
sektor basis yang diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian
daerah.
2. Memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki untuk menarik investor
serta kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lain.
Strategi ini didasarkan atas peluang berupa minat investor yang besar
untuk menanamkan modalnya di sektor basis khususnya adalah sektor
pertanian, perdagangan dan jasa (pariwisata) serta kemitraan dan
kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lain. Selama tahun 2005-2006
jumlah investasi yang ditanamkan mencapai Rp. 354.461.000.000. Selain
itu, Kabupaten Lamongan juga memiliki kekuatan berupa potensi SDA
yang besar, Letak geografis kabupaten yang berada di jalur Pantai Utara
Jawa (Pantura), daerah penyangga utama kota metropolitan Surabaya dan
ditunjuk sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk sektor
pertanian,

perdagangan

dan

pariwisata

yang

diharapkan

dapat

menggerakkan roda perekonomian daerah.


3. Mengoptimalkan koordinasi antar lembaga dan dinas dalam meningkatkan
produksi pertanian, kemitraan/kerjasama dengan pihak swasta atau pihak
lain serta pemanfaatan perkembangan teknologi. Strategi ini didasarkan
atas peluang bahwa Kabupaten Lamongan merupakan daerah untuk sentra

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

74

produksi pertanian khususnya pada tanaman pangan dan perikanan. Pada


tanaman pangan yaitu padi telah menghantarkan Lamongan sebagai
lumbung pangan nasional dengan menyandang prediket penghasil beras
terbesar nomor dua di Jawa Timur, dengan produksi mencapai 819.823 ton
pada tahun 2007 mengalami kenaikan dari pada tahun sebelumnya yang
hanya mencapai 776.286 pada tahun 2006. Sedangkan pada sub sektor
perikanan (laut) Kabupaten Lamongan mampu menghasilkan produksi
sebesar 41.568,33 ton pada tahun 2007 mengalami peningkatan
dibandingkan pada tahun 2006 yang hanya mencapai 37.618,32 ton.
Peluang yang lain berupa kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta
atau pihak lain yang selama ini sangat antusias untuk menanamkan
modalnya di sektor basis serta memanfaatkan perkembangan teknologi di
sektor basis. Peluang-peluang tersebut dapat diraih dengan memanfatkan
kekuatan yang dimiliki oleh Kabupaten Lamongan berupa kebijakan
pemerintah daerah dan koordinasi antar lembaga, dinas atau institusi yang
terkait seperti dinas pertanian daerah dan pusat, dinas perindustrian dan
perdagangan, dinas perhubungan dan lain-lain sebagainya.
8.2. Strategi Weakness-Opportunities (W-O)
Strategi W-O merupakan strategi yang disusun untuk mengatasi
kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Beberapa alternatif strategi
yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan SDA untuk menciptakan
lapangan kerja khususnya di sektor basis, dengan memanfaatkan adanya
minat investor yang besar serta membangun kemitraan dan kerjasama

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

75

dengan pihak swasta atau pihak lain. Strategi ini direkomendasikan untuk
mengatasi kelemahan Kabupaten Lamongan berupa pemanfaatan dan
pengelolaan SDA belum optimal khususnya di sektor pertanian, tenaga
penyuluhan pertanian lapangan (PPL) yang dirasa kurang optimal dalam
menghadapi persoalan yang dihadapi petani dan nelayan, misalkan soal
hama dan penyakit. Sealain itu, kelemahan yang dihadapi Pemerintah
Kabupaten Lamongan yaitu kurangnya informasi di sub sektor pariwisata,
padahal sektor ini memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
Kabupaten Lamongan. Selama tahun 2007 sektor ini memberikan
kontribusi sebesar Rp. 6.450.000.000. Dengan memanfaatkan peluangpeluang berupa kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta atau pihak
lain dan minat investor yang besar serta menggunakan perkembangan
teknologi yang semakin pesat di sektor basis maka diharapkan kelemahankelemahan tersebut dapat diatasi.
2. Meningkatkan kualitas SDM petani dan nelayan, tenaga penyuluhan
pertanian lapangan (PPL), mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan
SDA serta peningkatan produksi dan pemanfaatan perkembangan
teknologi. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan
Kabupaten Lamongan berupa Kualitas SDM petani dan nelayan yang
rendah, selama ini petani dan nelayan masih kurang untuk jiwa
ketrampilan dan berwirausaha, tenaga PPL masih minim/belum merata di
setiap daerah serta pemanfaatan dan pengelolaan SDA yang belum
optimal. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan peluang
yang berupa sentra untuk produksi pertanian khususnya pada sub sektor

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

76

tanaman pangan (padi) dan perikanan serta memanfaatkan adanya


perkembangan teknologi, khususnya untuk teknologi di sektor basis yaitu
pertanian seperti traktor dan mesin penggiling padi.
3. Memperbaiki sarana dan prasarana pembangunan di sektor basis,
meningkatkan ketersediaan dana pembangunan dan mengoptimalkan
informasi di sub sektor jasa dengan memanfaatkan adanya minat investor
yang besar dan kerjasama dengan pihak swasta serta peningkatan
teknologi di sektor basis. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi
kelemahan

Kabupaten

Lamongan

berupa

sarana

dan

prasarana

pembangunan yang masih kurang, ketersediaan dana pembangunan yang


masih terbatas dan kurangnya sumber informasi di sub sektor pariwisata,
seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa sektor ini telah
memberikan kontribusi yang besar pada daerah. Dengan memanfaatkan
peluang yang ada yaitu kondisi perekonomian daerah yang membaik,
kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lain dan minat
investor yang besar serta memanfaatkan perkembangan teknologi di sektor
basis maka diharapkan kelemahan tersebut dapat teratasi.
8.3. Strategi Strengths-Threats (S-T)
Strategi S-T merupakan strategi yang dibuat dengan menggunakan
kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal
bagi pembangunan wilayah Kabupaten Lamongan. Beberapa alternatif strategi ST yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Pemberdayaan kelembagaan daerah dalam menghadapi persaingan antar
wilayah dan era globalisasi. Strategi ini didasarkan atas tanggapan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

77

kekuatan koordinasi antar lembaga, dinas atau instansi terkait. Faktorfaktor kekuatan tersebut dimanfaatkan dan dikembangkan untuk
menghindari ancaman berupa persaingan antar wilayah terutama adalah
sektor perekonomian yang belum mampu bersaing (sektor non basis) dan
menghadapi era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi.
2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk mendorong investasi.
Strategi ini didasarkan atas tanggapan kekuatan dari potensi SDA yang
besar di sektor basis yang memiliki nilai LQ >1, pertumbuhan cepat (PP
>0) dan memiliki pangsa wilayah yang sangat baik (PPW >0) serta letak
geografis kabupaten yang berada di jalur Pantura. Kekuatan-kekuatan
tersebut dimanfaatkan dalam rangka menciptakan iklim usaha yang
kondusif untuk menghindari kondisi politik dan keamanan daerah yang
tidak stabil serta bencana alam yang selama ini terjadi yaitu banjir
musiman yang mengakibatkan perekonomian daerah terganggu dan terjadi
gagal panen di sektor pertanian.
3. Memperkuat kelembagaan perdagangan dan membuat manajemen
pembangunan sektor unggulan (kawasan pertanian) secara nyata dalam
menghadapi era globalisasi, peredaran barang ilegal impor dan mengatasi
beras impor yang berakibat pada turunnya harga beras. Strategi ini
didasarkan atas tanggapan kekuatan dari koordinasi antar lembaga, dinas
atau instansi terkait yang bertujuan untuk menghindari ancaman berupa
era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi, maraknya peredaran
barang ilegal impor misalkan pupuk tanpa bersertifikat dan masuknya
beras impor yang berakibat pada turunnya harga beras.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

78

8.4. Strategi Weakness-Threats (W-T)


Strategi W-T merupakan strategi yang diusulkan untuk mengurangi
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Beberapa
alternatif strategi W-T yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas SDM dalam menghadapi era globalisasi dengan
priorits utama adalah petani dan nelayan serta perbaikan jaringan
informasi dalam menghadapi era globalisasi. Strategi ini disusun untuk
mengantisipasi kelemahan Kabupaten Lamongan berupa kualitas SDM
yang rendah dan kurangnya sumber informasi di sub sektor jasa.
Kelemahan-kelemahan tersebut perlu ditingkatkan untuk menghindari
ancaman berupa era globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi.
Dengan meningkatnya SDM petani dan nelayan serta perbaikan jaringan
komunikasi, diharapkan Kabupaten Lamongan memiliki daya saing yang
tinggi.
2. Memperbaiki sarana dan prasarana pembangunan serta mengoptimalkan
pemanfaatan SDA untuk menghadapi persaingan antar wilayah. Strategi
ini disusun untuk mengantisipasi kelemahan Kabupaten Lamongan berupa
sarana dan prasarana pembangunan yang masih kurang, khususnya adalah
ekspor yang masih terbatas di sektor basis dan pemanfaatan SDA yang
belum optimal. Kelemahan-kelemahan tersebut perlu diatasi agar dapat
menghindari persaingan antar wilayah.
3. Pemberdayaan SDM petani dan nelayan serta peningkatan tenaga
penyuluhan (PPL) secara optimal dalam menghadapi era globalisasi dan
mengatasi bencana alam (banjir) dan gagal panen. Strategi ini disusun

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

79

untuk mengantisipasi kelemahan Kabupaten Lamongan berupa kualitas


SDM petani dan nelayan yang rendah serta kurangnya tenaga penyuluhan.
Kelemahan-kelemahan tersebut perlu diatasi agar dapat menghindari era
globalisasi yang menuntut daya saing yang tinggi serta untuk mengatasi
terjadinya bencana alam (banjir) dan gagal panen. Hasil analisis Matriks
SWOT dapat dilihat pada tabel 10.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

80

Tabel 10. Matriks SWOT Pembangunan Sektor Unggulan Kabupaten


Lamongan
INTERNAL

EKSTERNAL
OPPORTUNITIES/P
ELUANG (O)
1. Sentra produksi
pertanian (tanaman
pangan dan
perikanan)
2. Dukungan
pemerintah pusat
atau propinsi dalam
memajukan sektor
basis
3. Kemitraan dan
kerjasama dengan
pihak swasta atau
pihak lain
4. Minat investor
yang besar di
sektor basis
5. Perkembangan
teknologi di sektor
basis

THREATS/ANCAMA
N (T)
1. Kondisi politik dan
keamanan yang
tidak stabil
2. Persaingan antar
wilayah
3. Era globalisasi
yang menuntut
daya saing yang
tinggi
4. Bencana alam dan
gagal panen
5. Peredaran barang
ilegal impor
6. Beras impor

STRENGTH/KEKUATAN (S)
1. Potensi SDA yang besar di sektor basis
(LQ >1, PP >0 dan PPW >0 )
2. Koordinasi antar lembaga dan dinas
(sektor pertanian dan perdagangan)
3. Letak geografis kabupaten yang berada
di jalur Pantura
4. Daerah
penyangga
utama
kota
metropolitan Surabaya
5. Ditunjuk sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK)

STRATEGI S-O
1. Meningkatkan potensi SDA dengan
memanfaatkan dukungan dari
pemerintah pusat atau daerah serta
mengoptimalkan perkembangan
teknologi di sektor basis dalam
mencanangkan pembangunan (S1, O2,
O5)
2. Memanfaatkan potensi sumberdaya yang
dimiliki dan menarik minat investor serta
kemitraan dan kerjasama dari pihak
sawasta atau pihak lain (S1, S3, S4, S5,
O3, O4)
3. Mengoptimalkan koordinasi antar
lembaga dan dinas dalam meningkatkan
produksi pertanian, kemitraan/kerjasama
dengan pihak swasta atau pihak lain serta
pemanfaatan perkembangan teknologi
(S2, O1, O3, O5)

STRATEGI S-T
1. Pemberdayaan kelembagaan daerah
dalam menghadapi persaingan antar
wilayah dan era globalisasi (S4, T2, T3)
2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif
untuk mendorong investasi (S1, S2, S3,
T1,T4)
3. Memperkuat kelembagaan perdagangan
dan membuat manajemen pembangunan
sektor unggulan (kawasan pertanian)
secara nyata dalam menghadapi era
globalisasi, peredaran barang ilegal
impor dan mengatasi beras impor yang
berakibat pada turunnya harga beras
(S2,T3,T5,T6)

WEAKNESS/KELEMAHAN (W)
1. Kualitas SDM petani dan nelayan yang
rendah
2. Sarana dan prasarana pembangunan di
sektor basis masih minim
3. Pemanfaatan dan pengelolaan SDA belum
optimal
4. Alokasi dana pembangunan di sektor basis
masih terbatas
5. Belum optimalnya tenaga penyuluhan
(PPL)
6. Kurangnya informasi di sub sektor jasa
(wisata)
STRATEGI W-O
1. Mengoptimalkan pemanfaatan
dan pengelolaan SDA untuk menciptakan
lapangan kerja dengan memanfaatkan adanya
minat investor yang besar serta membangun
kemitraan dan kerjasama dengan pihak
swasta atau pihak lain (W3, W5, W6, O2,
O4, O5)
2. Meningkatkan kualitas SDM petani dan
nelayan, tenaga PPL, mengoptimalkan
pemanfaatan dan pengelolaan SDA serta
peningkatan produksi dan pemanfaatan
perkembangan teknologi (W1,W3, W5, O1,
O6)
3. Memperbaiki sarana dan prasarana,
meningkatkan ketersediaan dana
pembangunan dan mengoptimalkan informasi
di sub sektor jasa dengan memanfaatkan
adanya minat investor yang besar dan
kerjasama dengan pihak swasta dan
peningkatan teknologi (W2, W4, W6, O3,
O4, O5)
STRATEGI W-T
1. Meningkatkan kualitas SDM petani dan
nelayan serta perbaikan jaringan informasi
dalam menghadapi era globalisasi (W1, W6,
T3)
2. Memperbaiki sarana dan prasarana
pembangunan serta mengoptimalkan
pemanfaatan SDA untuk menghadapi
persaingan antar wilayah (W2, W3, T1, T2)
3 Pemberdayaan SDM petani dan nelayan serta
peningkatan tenaga penyuluhan secara
optimal dalam menghadapi era globalisasi
dan mengatasi bencana alam dan gagal panen
(W1, W5, T3,T4)

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

81

Untuk itu agar sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran
serta sektor jasa-jasa dapat berkembang dan tumbuh maka perlu didukung oleh
sektor lainnya. Sektor tersebut adalah sektor non basis sebagai penunjang
keberadaan sektor basis. Kebijakan yang bisa dilakukan misalnya pada sektor
pertambangan dan penggalian perlu penguasaan teknologi, peningkatan produksi,
ekplorasi sumberdaya mineral dan penelitian bahan galian yang lain. Sedangkan
pada sektor industri pengolahan, kebijakan yang perlu diambil adalah
mengikutsertakan masyarakat luas dalam kegiatan industri, khususnya melalui
pengembangan usaha industri kecil dan menengah. Selanjutnya adalah pembinaan
industri pedagang kecil dan menengah, melalui kelompok usaha bersama dengan
pengembangan usaha yang maju dan modern serta peningkatan industri
pengolahan terhadap pendapatan maupun tenaga kerja yang tidak hanya
memperhatikan teknologi padat modal, namun juga memperhatikan teknologi
bersifat padat karya.
Pada sektor listrik, gas dan air bersih diperlukan suatu kebijakan dan
dorongan pengembangan, baik dari Pemerintah pusat maupun daerah yaitu dengan
meningkatkan penyediaan tenaga listrik yang meliputi peningkatan sarana
distribusi PLN. Selama ini Kabupten Lamongan masih mengalami kekurangan,
karena sektor tersebut masih memusat di daerah-daerah tertentu di Jawa Timur.
Sedangkan pada sektor kontruksi/bangunan, kebijakan yang perlu diambil adalah
mempermudah persyaratan pendirian bangunan, perpajakan, asuransi dan lembaga
keuangan agar dinamika perekonomian dapat berjalan lancar.
Selanjutnya pada sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu dengan
melakukan pengembangan transportasi khususnya transportasi darat, dengan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

82

melalui kegiatan seperti pemasangan pagar pengaman jalan, lampu lalu lintas,
pembangunan terminal, peningkatan jalan kereta api dan sebagainya. Sedangkan
untuk sistem komunikasi diperlukan pembangunan stasiun pemancar seperti radio,
televisi, telepon, internet dan sebagainya. Sementara itu untuk sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan perlu untuk ditingkatkan lagi. Selama ini sektor
tersebut masih belum merata di setiap daerah yang ada di Kabupaten Lamongan.
8.5. Badan Pengawas Daerah (Bawasda)
Badan

Pengawas

Kabupaten

Lamongan

telah

diberikan

mandat

sebagaimana tertuang dalam peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 06


Tahun 2000 dan Keputusan Bupati Lamongan No 26 tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Badan Pengawas Kabupaten Lamongan. Badan ini
memiliki peran sebagai badan untuk mengawasi berbagai bentuk pembangunan
yang terkait dengan sektor perekonomian daerah yang akan dilaksanakan. Untuk
itu, dalam rangka pelaksanaan pembangunan Kabupaten Lamongan yang
transparan dan akuntabel, maka Pemerintah Kabupaten Lamongan memberikan
saluran aspirasi bagi masyarakat dalam rangka menyampaikan kritik dan saran
kepada Pemerintah daerah Kabupaten Lamongan, melalui 3 (tiga) saluran yaitu :
Short Massage Service (SMS ) Center : 0322-7705633
Website

: www.lamongan.go.id

Kotak saran di Kantor Perijinan Kabupaten Lamongan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

83

BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN

9.1. Kesimpulan
1. Terdapat tiga sektor unggulan Kabupaten Lamongan yang menjadi basis
ekonomi daerah, yaitu sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan enam sektor lainnya termasuk
ke dalam sektor non basis yaitu sektor pertambangan dan penggalian,
sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
kontruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan.
2. Pada efek pengganda pendapatan sektor basis yang dihasilkan menujukkan
bahwa koefisien pengganda pendapatan selama tahun 2002-2006 lebih
besar dari pada efek pengganda pendapatan di sektor non basis. Hal ini
menunjukkan minat msyarakan terhadap aktifitas ekonomi di sektor basis
lebih besar.
3. Hasil analisis Shift Share menunjukkan sektor pertanian memiliki
pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang baik begitu juga pada sektor
jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran.
4. Inti dari strategi kebijakan pembangunan adalah untuk meningkatkan
potensi ekonomi daerah dengan memperdayakan masyarakat dalam
mengelola

dan

memanfaatkan

sektor

unggulan

daerah

dan

mengikutsertakan sektor non basis sebagai penunjang sektor unggulan


daerah.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

84

9.2. Saran
1. Pemerintah daerah sebaiknya memprioritaskan sektor basis yaitu sektor
pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa
sebagai sektor unggulan daerah dalam mencanangkan pembangunan
daerah dan mengikutsertakan sektor non basis sebagai penunjang
keberadaan sektor basis.
2. Dalam mencanangkan pembangunan, pemerintah daerah sebaiknya
mengunakan kekuatan dan peluang sebaik-baiknya untuk mengurangi
kelemahan dan menghindari ancaman yang selama ini menjadi beban
pembangunan daerah.
3. Saran penelitian lanjutan perlu dilakukan pendekatan secara regional untuk
menentukan aspek lokasi yaitu di daerah mana sektor tersebut akan
dibangun atau dilaksanakan selain itu juga perlu dikaji sektor unggulan
ditingkat propinsi.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

85

DAFTAR PUSTAKA

Aidiyah, S. 2005. Peran Industri Kecil Dalam Pembangunan Wilayah Di


Kabupaten Wonosobo Propinsi Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor.
Ambardi, Urbanus M dan Socia Prihawantoro. 2002. Pengembangan Wilayah dan
Otonomi Daerah. Pusat pengkajian kebijakan pengembangan wilayah
(P2KTPW BPPT). Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2006. Kabupaten Lamongan Dalam Angka. BPS Kabupaten
Lamongan. Lamongan.
Badan Pusat Statistik. 2006. Propinsi Jawa Timur Dalam Angka. BPS Propinsi
Jawa Timur. Surabaya.
Bappeda Kabupaten Lamongan. 2006. Rencana Pembangunan Kabupaten
Lamongan 2004-2012. Bappeda Kabupaten Lamongan. Lamongan.
Budiharsono, S. 2001. Teknik Pengembangan Wilayah Pesisir dan Lautan.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Dinas Pertanian Kabupaten Lamongan. 2006. Produksi Beras Kabupaten
Lamongan. Dinas Pertanian Kabupaten Lamongan. Lamongan.
Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Sitohang.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Haris, S. 2005. Desentralisasi dan Otonomi daerah. LIPI Press. Jakarta.
Hadianto, A. 2002. Potensi Ekonomi Kabupaten Bogor Dalam Menunjang
Pembangunan Wilayah. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Kantor Catatan Sipil Kabupaten Lamongan. 2006. Jumlah dan Kepadatan
Penduduk. Kantor Catatan Sipil Kabupaten Lamongan. Lamongan.
Lemhanas. 1997. Pembangunan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.
Pranata, Erfin W. 2004. Analisis Sektor Basis Perekonomian Dalam
Pembangunan Wilayah Di Era Otonomi Daerah. Skripsi. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor.
Riyadi, D. S. 2005. Dampak Globalisasi Ekonomi dan Kebijakan Regionalisasi
Terhadap Pengembangan Wilayah Indonesia. Pusat pengkajian
kebijakan pengembangan wilayah (P2KTPW BPPT). Jakarta.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

86

Susenas. 2006. Jumlah Pengangguran dan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan.


Susenas Jatim. Surabaya.
Sajogyo, Pujiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. Fakultas Pasca Sarjana IKIP
Jakarta. Jakarta.
Sahara, 2004. Modul Kuliah Ekonomi Regional. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB. Bogor.
Santoso, J. 2005. Analisis Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah
Di Kabupaten Boyolali. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Tarigan, R. 2002a. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Pendekatan Ekonomi
dan Ruang. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional. Medan.
Tarigan, R. 2005b. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara. Jakarta.
Tjokroamidjojo, B. 1979. Perencanaan Pembangunan. Gunung Agung. Jakarta.
Usya, Nurlatifa. 2006. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor
Unggulan Di Kabupaten Subang. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB. Bogor.
Vilona, H. 2006. Analisis Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Di
Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat Pada Masa Otonomi
Daerah Periode 2000-2004. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

87

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

87

Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupataen Lamongan Atas Dasar Harga Konstan`01 Tahun 2002-2006 (Juta
Rupiah)
No
Sektor
2002
2003
2004
2005
2006
1
Pertanian
1524740
1740533
1777544
1800286
1973582
2
Pertambangan dan Penggalian
35419
34400
34338
37072
39151
3
Industri Pengolahan
177380
180914
190309
204491
218160
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
59133
58868
56627
57421
57490
5
Kontruksi
96931
103410
108928
115120
119115
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
991130
1113781
1122063
1239623
1474250
7
Pengangkutan dan Komunikasi
60995
64342
65264
69051
75508
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
106872
109921
122747
139165
157559
9
Jasa-jasa
425779
443135
446103
473635
593271
Total
3478379
3849304
3923923
4135864
4708086

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

88

Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan`01 Tahun 2002-2006 (Juta
Rupiah)
No Sektor
2002
2003
2004
2005
2006
1 Pertanian
39354488 42143435
43331493
44700984
49012233
2 Pertambangan dan Penggalian
5495073
4512702
4595921
5024241
5455159
3 Industri Pengolahan
63396901 64133626
67520434
70635868
71786972
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
4378885
3717168
4171615
4429541
4610041
5 Kontruksi
8293319
8447765
8604401
8903497
9030294
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
57926650 62512781
68295968
74546735
81739125
7 Pengangkutan dan Komunikasi
13245296 12953457
13830439
14521814
15104139
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
11656351 11037400
11783343
12666393
12611228
9 Jasa-jasa
17785422 19426120
20095274
20945649
23048439
Total
221532385 228884454
242228888
256374722
272397630

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

89

Tabel 5. Perubahan PDRB Kabupaten Lamongan dan Propinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan`01 Menurut Sektor
Perekonomian Tahun 2002-2006 (juta rupiah).
Sektor

1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total

PDRB Kabupaten Lamongan


2002
1.524.740
35.419
177.380
59.133
96.931
991.130
60.995
106.872
425.779
3.478.379

2006
1.973.582
39.151
218.160
57.490
119.115
1.474.250
75.508
157.559
593.271
4.708.086

Perubahan
PDRB Kabupaten
Lamongan
448.842 (29,44)
3.732 (10,54)
40.780 (22,99)
-1.643 (-2,78)
22.184 (22,89)
483.120 (48,74)
14.513 (23,79)
50.687 (47,43)
167.492 (39,34)
1.229.707 (35,35)

PDRB Propinsi Jawa Timur


2002
39.354.488
5.495.073
63.396.901
4.378.885
8.293.319
57.926.650
13.245.296
11.656.351
17.785.422
221.532.385

2006
49.012.233
5.455.159
71.786.972
4.610.041
9.030.294
81.739.125
15.104.139
12.611.228
23.048.439
272.397.630

Perubahan
PDRB Propinsi
Jawa Timur
9.657.745 (24,54)
-39.914 (-0,73)
8.390.071 (13,23)
231.156 (5,28)
736.975 (8,89)
23.812.475 (41,11)
1.858.843 (14,03)
954.877 (8,19)
5.263.017 (29,59)
50.865.245 (22,96)

Sumber: BPS Kabupaten Lamongan Tahun 2002 dan 2006, diolah


Keterangan:
1 = Sektor Pertanian; 2 = Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3 = Sektor Industri Pengolahan; 4 = Sektor Listrik, Gas dan Air
Bersih; 5 = Sektor Kontruksi; 6 = Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7 = Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; 8 = Sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; 9 = Sektor Jasa-jasa; () = Persentase perubahan PDRB sektor perekonomian di masingmasing wilayah.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

90

Lampiran 6. Rasio PDRB Kabupaten Lamongan dan Propinsi Jawa Timur


No Sektor
Ri
ri
1
Pertanian
0,25
0,29
2
Pertambangan dan Penggalian
-0,01
0,11
3
Industri Pengolahan
0,13
0,23
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,05
-0,03
5
Kontruksi
0,09
0,23
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,41
0,49
7
Pengangkutan dan Komunikasi
0,14
0,24
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,08
0,47
9
Jasa-jasa
0,30
0,39
Total
0,23
0,35
Keterangan:
Ri = Rasio produksi (propinsi) dari sektor i
ri = Rasio produksi sektor i pada wilayah j (kabupaten)

Lampiran 7. Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Lamongan (juta rupiah)


Sektor
KPP
PP
persen
PPW
persen
(Ra) *Yij
(Ri-Ra)
(PP)/Yij
(PPW)/Yij
*Yij
*100%
(ri-Ri) *Yij
*100%
1
350.090,00
24.087,14
1,58
74.664,85
4,90
2
8.132,43
-8.389,70
-23,69
3.989,27
11,26
3
40.727,58
-17.252,76
-9,73
17.305,18
9,76
4
13.577,31
-10.455,75
-17,68
-4.764,56
-8,06
5
22.255,97
-13.642,33
-14,07
13.570,35
14,00
6
227.569,75 179.863,76
18,15
75.686,49
7,64
7
14.004,84
-5.444,81
-8,93
5.952,97
9,76
8
24.538,49
-15.783,64
-14,77
41.932,15
39,24
9
97.761,57
28.233,88
6,63
41.496,56
9,75
Total
798.657,95 161.215,79
4,63
269.833,26
7,76

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

91

Keterangan:
1 = Sektor Pertanian; 2 = Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3 = Sektor Industri Pengolahan; 4 = Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; 5 = Sektor Kontruksi; 6
= Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7 = Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; 8 = Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; 9 = Sektor Jasajasa. KPP = Komponen pertumbuhan propinsi sektor i untuk wilayah j, PP = Komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah j dan PPW =
Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah j. Yij = Produksi dari sektor i pada wilayah kabupaten. Ra = 0,23 menggambarkan satuan
wilayah.

Lampiran 8. Pergeseran Bersih Sektor Perekonomian Kabupaten Lamongan


No Sektor
Pergeseran Bersih (PB)
Rp (juta)
persen
1
Pertanian
98.752,00
6,48
2
Pertambangan dan Penggalian
-4.400,43
-12,42
3
Industri Pengolahan
52,42
0,03
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
-15.220,31
-25,74
5
Kontruksi
-71,97
-0,07
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
255.550,25 25,78
7
Pengangkutan dan Komunikasi
508,16
0,83
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
26.148,51
24,47
9
Jasa-jasa
69.730,43
16,38
Total
431.049,05 12,39

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software


http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

92

Lampiran 9 Gambar Peta Kabupaten Lamongan

Anda mungkin juga menyukai