Analisa Dan Sintesa Bunyi Dawai Gitar Semi Akustik (Eko Rendra Saputra, Agus Purwanto, Sumarna) PDF
Analisa Dan Sintesa Bunyi Dawai Gitar Semi Akustik (Eko Rendra Saputra, Agus Purwanto, Sumarna) PDF
PENDAHULUAN
Gitar merupakan salah satu jenis alat musik petik. Gitar digolongkan
dalam tiga jenis, yakni: gitar akustik, elektrik dan gabungan keduanya (semiakustik).Suara dari masing-masing jenis tentu saja memiliki kekhasan tersendiri.
Suara gitar merupakan salah satu bentuk gelombang yang dihasilkan dari getaran
senar secara periodik. Oleh karena itu gelombang bunyi gitar merupakan fungsi
periodik. Suatu fungsi periodik dapat diuraikan dalam deret fungsi yang
mempunyai suku-suku harmonik. Deret fungsi suku-suku harmonik disebut juga
deret Fourier. Dengan menggunakan analisa deret Fourier diharapkan dapat
diketahui komponen-komponen penyusun sinyal suara dari gitar. Untuk dapat
mengetahui kebenaran data yang diperoleh dari hasil analisa bunyi maka perlu
rekonstruksi sinyal dengan menggunakan komponen-komponen yang telah
diperoleh, atau yang dikenal dengan sintesa bunyi.
Dipresentasikan dalam SEMINAR NASIONAL MIPA 2006 dengan tema Penelitian, Pendidikan, dan
Penerapan MIPA serta Peranannya Dalam Peningkatan Keprofesionalan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan yang diselenggarakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY,
Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 2006.
KAJIAN PUSTAKA
Senar pada gitar dapat diasumsikan sebagai dawai yang terikat pada x = 0
dan x = L. Saat senar bergetar, ada perubahan posisi yang biasa disebut dengan
simpangan F dari posisi setimbang yang bergantung pada waktu t dan posisi x.
Kita anggap simpangan ini sangat kecil. Dengan anggapan di atas maka
simpangan tersebut memenuhi persamaan gelombang 1 dimensi (Boas, 1983):
2 F ( x, t ) 1 2 F ( x, t )
dimana v =
= 2
x 2
v
t 2
(1)
v yang bergantung pada tegangan T dan kerapatan senar biasa disebut dengan
kecepatan gelombang pada senar. Persamaan (1) dapat diselesaikan dengan
menggunakan metode separasi variabel, yaitu:
F ( x, t ) = X (x ).T (t )
(2)
d 2T (t )
d 2 X (x ) 1
(
)
X
x
=
dt 2
dx 2
v2
1 d 2 X ( x ) 1 1 d 2T (t )
= 2
X ( x ) dx 2
v T (t ) dt 2
T (t )
(3)
Pada persamaan (3), ruas kiri hanya merupakan fungsi posisi dan ruas
kanan hanya merupakan fungsi waktu. Persamaan tersebut dipenuhi jika dan
hanya jika kedua ruas sama dengan konstanta, misal k 2 , sehingga persamaan (3)
menjadi :
1 d 2 X (x ) 1 1 d 2T (t )
= 2
= k 2 .
2
2
X ( x ) dx
v T (t ) dt
(4)
F-240
(5)
(6)
sin kvt
T (t )
cos kvt
dF
= 0 pada setiap titik saat t = 0, maka pola sin kvt
dt
tidak dipakai karena turunannya terhadap waktu tidak sama dengan nol saat t = 0.
Dengan memasukkan syarat batas dan syarat awal tersebut maka didapatkan
penyelesaian:
F ( x, t ) = X ( x ).T (t ) sin kx cos kvt .
(7)
F ( x, t ) = bn sin
n =1
n
n
x cos
vt
L
L
(8)
dengan :
bn :
koefisien Fourier
L :
panjang senar
n :
bilangan bulat ( 1, 2, 3, )
METODOLOGI PENELITIAN
Fisika
F-241
Berikut ini adalah tampilan gelombang sinyal suara gitar yang direkam
dengan menggunakan SOUND FORGE dari dua jenis senar, dengan durasi 1,090
detik untuk senar pertama dan 1,068 detik untuk senar kedua yang terlihat pada
Gambar 1 dan Gambar 2.
F-242
Dengan menggunakan analisa FFT maka dapat kita peroleh spektrum sinyal
tersebut seperti dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
Fisika
F-243
Dengan memperhatikan Gambar 3 dan Gambar 4 dapat kita peroleh komponenkomponen penyusun sinyal tersebut (lampiran)
Dari tabel 1 dan 2 (lampiran) nilai dB di atas dapat kita asumsikan sebagai
amplitudo sehingga perbandingan nilai-nilai dB dapat juga diasumsikan sebagai
rasio amplitudo. Apabila kita amati besarnya frekuensi dari tiap-tiap harmonik
maka akan terlihat pola f n = n f1 , dengan n adalah harmonik ke-n dan f1
merupakan frekuensi dasar atau yang dikenal dengan frekuensi fundamental. Dari
komponen-komponen di atas dapat terlihat bahwa perbedaan mendasar atau yang
paling signifikan dari kedua sinyal adalah rasio amplitudo. Karena dengan
berubahnya rasio amplitudo akan berubah pula warna bunyi walaupun jumlah
harmonik maupun frekuensinya tetap dan nada yang kita gunakan sama yakni
D#4.
Untuk dapat membuktikan secara fisis kebenaran hasil analisis maka
dilakukan proses sintesa bunyi, yakni dengan merekonstruksi sinyal suara
berdasarkan komponen-komponen yang telah diperoleh. Dengan mengasumsikan
sinyal suara yang kita dengar memiliki persamaan :
Y (t ) = bn cos 2f nt
(9)
n =1
F-244
Y (t ) = bn cos 2f nt exp( t )
n =1
(10)
Gambar 5. Spektrum sinyal suara hasil sintesa dari data senar pertama
Hasil rekonstruksi sinyal suara dari suara senar pertama dengan suara
senar kedua diperoleh suara yang dapat kita dengar mendekati sama dengan suara
asli yang dihasilkan oleh gitar. Hal ini dapat ditunjukkan dengan melihat spektrum
sinyal hasil rekonstruksi dan membandingkannya dengan spektrum sinyal alami
seperti terlihat pada tabel 3 (lampiran) atau dengan mendengarkan suara alami
yang dihasilkan oleh gitar dan dibandingkan dengan suara hasil sintesa bunyi.
Fisika
F-245
KESIMPULAN
Dari dua senar yang diteliti, warna bunyi ditentukan oleh rasio amplitudo.
Suara yang dihasilkan dari rekonstruksi sinyal yang tersusun atas frekuensi
fundamental, frekuensi harmonik, amplitudo, dan rasio amplitudo sudah cukup
mendekati atau sama dengan suara yang dihasilkan oleh gitar. Dengan menambah
faktor redaman maka suara sinyal hasil sintesa bunyi akan lebih menyerupai
sinyal suara alami gitar semi-akustik.
DAFTAR PUSTAKA
Boas, Mary L., 1983, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John
Wiley & Sons, Toronto.
F-246
LAMPIRAN :
0.000 - 1.090
harmonik
10
11
12
13
14
15
16
nada
d#4
d#5
a#5
d#6
g6
a#6
c#7
d#7
f7
g7
a7
a#7
c8
c#8
d8
d#8
frekuensi
316
635
952
1268
1584
1902
2219
2536
2853
3172
3490
3808
4125
4444
4760
5081
dB
-43
-56
-51
-57
-60
-53
-51
-67
-73
-62
-63
-67
-84
-75
-86
-83
13
14
15
16
0.000 - 1.068
harmonik
10
11
12
nada
d#4
d#5
a#5
d#6
g6
a#6
c#7
d#7
f7
g7
a7
a#7
c8
c#8
d8
d#8
frekuensi
312
626
937
1250
1564
1878
2191
2505
2820
3135
3451
3767
4085
4402
4721
5101
dB
-46
-53
-61
-61
-57
-70
-77
-58
-67
-80
-65
-70
-87
-77
-77
-91
14
15
16
harmonik
0.000 - 1.090
1
s
3
10
11
12
13
nada
d#4
d#5
a#5
d#6
g6
a#6
c#7
d#7
f7
g7
a7
a#7
c8
c#8
d8
d#8
frekuensi
316
633
948
1264
1580
1896
2213
2528
2844
3160
3476
3791
4108
4424
4740
5057
dB
-43
-56
-51
-57
-60
-53
-51
-67
-73
-62
-63
-67
-84
-75
-86
-83
Dipresentasikan dalam SEMINAR NASIONAL MIPA 2006 dengan tema Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA serta Peranannya Dalam Peningkatan
Keprofesionalan Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang diselenggarakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY, Yogyakarta pada tanggal 1
Agustus 2006.