Anda di halaman 1dari 4

Aspek teknis pembesaran vannamei

Persiapan Kolam Pembesaran


Dalam usaha pembesaran udang vannamei, perlu dilakukan persiapan kolam yang akan digunakan
dalam pembesaran udang vannamei. Dalam persiapan kolam, dilakukan pegolahan media tanah sebagai
syarat pengkondisian lingkungan yang cocok untuk kelansungan hidup udang. Kegiatan persiapan kolam
antara lain :
1.

Pengeringan tanah

Pada pembesaran udang vannamei, dilakukan penyemprotan air ke tanah guna membersihkan
lumpur. Tanah sebagai dasar pada persiapan satu kali siklus dibiarkan dalam kondisi terjemur matahari.
Dalam pengeringan ini, bertujuan untuk membunuh sisa-sisa bakteri pembusuk, sisa kotoran dan pakan
pada siklus sebelumnya, menghilangkan air-air yang tergenang yang mengandung gas-gas beracun dan
sisa plankton. Pengeringan dasar tambak dilakukan selama 1 bulan sesuai dengan terik matahari
hingga tanah menjadi kering. Diharapkan, setelah dilakukan pengeringan tanah tambak, sinar UV yang
ada pada sinar matahari dapat membunuh bakteri pembusuk, menaikkan pH tanah, serta memudahkan
dalam renovasi kolam agar tidak licin dan berlumpur.
2.

Penyesetan
Setelah proses pengeringan dasar tambak, dilakukan penyesetan dasar tambak dengan

menggunakan traktor jika dasar tambak berlumpur dan tidak rata sedangkan untuk dasar tambak yang
tidar berlumpur cukup dengan cara mencangkul saja. Fungsi dari penggunaan traktor dalam proses
penyesetan yaitu untuk mengangkat lumpur pada dasar tambak dan meratakannya. Selain itu, beberapa
perbaikan dilakukan di beberapa bagian tambak seperti tanggul, parit air, pintu air, menggali saluran
pembuangan air, serta memperbaiki alat-alat yang akan digunakan dalam budidaya udang seperti kincir
air, pompa dan alat operasional lainnya.
3.

Pengapuran

Pengapuran dilakukan setelah dilakukan pengeringan tanah dasar dan penyesetan. Pemberian
kapur ini bertujuan untuk menaikkan pH tanah dan mempertahankannya dalam kondisi yang stabil.
Selain itu, diharapkan, setelah pemberian kapur tanah dasar menjadi subur, reaksi kimia yang terjadi
didasar tanah menjadi baik, gas-gas beracun dapat terikat secara kimiawi. Pada umumnya, kapur yang
digunakan dalam pengapuran untuk persiapan tambak adalah kapur kaptan dan dolomite yang
mengandung unsur magnesium dengan dosis 20 ppm.

Menurut Amri (2008), kapur digunakan untuk meningkatkan kapasitas penyangga air dan menaikkan
pH. Beberapa jenis kapur yang biasa digunakan yaitu kapur pertanian/kaptan (CaCO3), kapur mati
(Ca(OH2)),

dan

dolomit

(CaMg(CO)3).

Dari

ketiga

jenis

kapur

tersebut,

yang

sering

digunakan pembudidaya di lapang adalah kaptan (CaCO3). Pengapuran dilakukan pada saat tanah
benar-benar kering dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasaman (pH) dan tekstur tanah. Kapur
tersebut disebar secara merata di seluruh permukaan tanah dasar tambak kemudian dibiarkan selama 23 hari. Setelah itu di aliri dengan air yang telah mengalami proses penyaringan. Dan dipasangi kincir.

Kolam yang digunakan dalam budidaya udang vannamei (litopaneaus vannamei) adalah pola intensif
yaitu kolam yang dilengkapi pompa air, kincir, pakan 100% pelet dan tingkat penebaran yang tinggi.
2,

Jumlah kolam yang ada 11 petak, masing masing petak berukuran 4500m .
Kedalamam kolam budidaya udang vannamei rata-rata 2,5 meter, ketinggian air dari dasar kolam
1,5 - 2 meter, setiap kolam memiliki 1 Center line yang berguna untuk menyedot lumpur, 8 jembatan
piling serta 4-5 anco untuk mengecek kondisi udang. Setiap kolam mempunyai saluran pengisian dan
pemasukan yang terpisah untuk keperluan penggantian, penyiapan kolam sebelum penebaran benih,
sirkulasi air dan pemanenan.
4

Persiapan benur udang vannamei


Benur merupakan bibit udang yang siap ditebar untuk usaha pembesaran. Jenis benur sangat
menentukan kualitas dari benur seperti ketahanan terhadap penyakit dan virus. Pada Usaha
pembesaran, benur yang digunakan diperoleh dari CP. Prima dan Japfa Comfeed. Digunakan benur
SPF (spesies pathogen free) yang artinya yang terbebas dari virus dan bakteri. Sehingga kelangsungan
hidup bisa dijaga tanpa adanya gangguan.
Menurut Soeseno (1993), benur yang baik selalu masih cerah warnanya dan langsing, padat berisi,
tidak bengkok kusam. Diciduk dengan gayung bersama airnya dan dituang ketempat lain, selalu
berusaha menempel didasar gayung, tidak mau hanyut begitu saja. Sungutnya jelas kembang kempis.
Kalau sungut ini sudah tidak rapat lagi, tapi membentuk huruf V, itu tanda benur sudah payah. Sebaiknya
tidak dibeli.
Penebaran benur vaname harus segera dilakukan setelah petakan tambak siap untuk pemeliharaan.
Waktu penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 08.00 atau pada malam hari atau
pada saat kondisi cuaca teduh. Karena pada waktu tersebut kondisi fluktuasi suhu tidak mencolok,
parameter air yang lain seperti pH, salinitas tidak banyak berubah. Kondisi lingkungan demikian
mengurangi tingkat stress pada benih yang akan ditebar.

Padat penebaran yang dilakukan pada pembesaran secara intensif di UD. Dwi Devi Lancar ini kolam
yang berukuran masing-masing 4500 m dengan jumlah tebar benih yaitu pada masing-masing
2

petak sekitar 110-115 ekor/m dengan berat benur 0,001 gr yaitu PL 7-9 dengan jenis benur F1.
Penebaran dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.00-08.00 karena fluktuasi beberapa parameter
kualitas air tidak terlalu mencolok. Begitu benur datang, benur langsung di angkut dan di masukkan ke
dalam tambak yang telah diisi air 80 cm, kemudian benur melalui proses aklimatisasi yaitu proses
adaptasi terhadap parameter kualitas air (suhu, salinitas, pH, dan parameter kualitas lainnya) secara
perlahan-lahan. Aklimatisasi benur dimaksudkan untuk mencegah tingginya tingkat kematian (mortalitas)
benur pada saat dan setelah penebaran. Aklimatisasi benur dilakukan dengan cara menempatkan
kantong yang berisi benur pada permukaan selama 15-30 menit. Setelah itu tali pengikat kantong satu
per satu kemudian dibuka dan memasukkan air tambak sedikit demi sedikit ke dalam kantong benur
tersebut sampai parameter kualitas air tambak relatif sama atau mendekati parameter kualitas air pada
kantong. Hal ini ditandai dengan keluarnya benur dengan sendirinya saat kantong dimiringkan.
Pemeliharaan
1 1. Pengontrolan Kualitas Air
Air yang merupakan media hidup bagi udang vannamei, memiliki peran yang sangat vital karena
akan menentukan kelangsungan hidup udang yang akan dibudidayakan karena mahluk hidup memiliki
ambang toleransi terhadap beberapa zat-zat sebagai kebutuhan hidup. Ada beberapa parameter yang
selalu dijaga dan dikontrol dalam pelaksanaan pembesaran, diantaranya adalah :

Salinitas
Pada umumnya budidaya udang vannamei, air yang digunakan dalam tambak adalah air payau,
yaitu campuran air laut dan air tawar pada perbandingan tertentu. Tetapi pada lokasi praktek kerja lapang
ini hanya mengandalkan air payau dengan salinitas dalam pemebesaran udang vannamei berkisar antara
20 25 ppt.

Oksigen
Oksigen pada air, yang sering disebut dissolved oksigen adalah oksigen terlarut dalam air yang
sangat dibutuhkan biota perairan. Kuantitas DO dijaga dengan pemberian kincir dengan jumlah mengikuti
jumlah tebaran benur yang ditebar. Hal ini dilakukan karena, akan menentukan seberapa besar jumlah
kebutuhan oksigen terlarut. Parameter ini dijaga hingga diatas 4 ppm, karena pada kondisi dibawah
angka itu, udang sudah tidah dapat lagi bertoleransi yang bisa mengakibatkan kematian.
Menurut Tebbut (1992) dalam Effendi (2006) menjelaskan bahwa, kadar oksigen terlarut yang tinggi
tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan

oksigen terlarut dalam jumlah cukup. Kebutuhan oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, dan bervariasi
antar organisme.

pH air
Pada pembesaran udang vannamei, parameter pH dilakukan pengecekan setiap hari di pagi hari dan
sore hari dengan menggunakan pH meter. Karena menurut Effendi (2006), sebagian besar biota akuatik
sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses
biokimiawi

perairan,

misal

proses

nitrifikasi

akan

berakhir

jika

pH

rendah.

2. Sampling
Sampling untuk mengetahui biomassa udang dapat dilakukan ketika udang telah berumur 40 hari.
Alat yang disarankan untuk sampling adalah jala tebar dengan ukuran mess size disesuaikan dengan
besar udang. Waktu sampling pada pagi atau sore hari, agar udang tidak mengalami tingkat stress yang
tinggi, penentuan titik sampling disesuaikan dengan luasan tambak, jumlah titik sampling 2 4 titik, titik
lokasi sampling berada di sekitar kincir dan di wilayah antara kincir.
Sampling dilakukan untuk mengetahui size udang yang akan di panen. Proses sampling dilakukan
dengan cara menjaring udang dengan menggunakan jala sampling, setelah itu udang di timbang untuk
mengetahui jumlah berat udang yang terjala, kemudian dilakukan proses sampling untuk menghitung
berapa

banyak

udang

yang

terjala.

3. Pemberian Pakan
Menurut Soeseno (1993), untuk benur dipakai pakan berbentuk crumble halus yang butirannya ratarata 0,5 mm. Sesudah umur 2 bulan, makanan diganti dengan yang berbentuk crumble kasar yang
butirannya

rata-rata

sebesar

mm.

seudah

bulan,

pakan

diganti

lagi

dengan

yang

berbentukpellet seperti potongan obat nyamuk bergaris tengah 3 mm sependek 2 cm itu. Sesudah
berumur 3,5 bulan pelletnya lebih kasar, bergaris tengah 1 cm dengan panjang potongan 5 cm.

Anda mungkin juga menyukai