Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUALA

KAPUAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCE


SCORECARD
MAKALAH PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Sektor Publik
di Program Pendidikan Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Binis Universitas
Gadjah Mada

Disusun Oleh :
MUHAMMAD FIKRI
13/JP031187/PEK/281240

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Revormasi keuangan negara di Indonesia ditandai dengan lahirnya UU No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan PP
No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah beberapa
undang-undang/peraturan lainnya tentang otonomi daerah. Keseluruhan dari perundangundangan dan peraturan ini digunakan sebagai pedoman untuk menyelenggarakan tata kelola
pemerintahan yang baik sebagai perwujudan good governance di tingkat pusat maupun daerah.
Transparansi dan akuntabilitas merupakan beberapa prinsip dasar yang wajib dilaksanakan oleh
pemerintah dalam mewujudkan good governance. Sehingga setiap instansi pemerintah dituntutan
untuk melaporkan penggunaan keuangan negara yang sesuai dengan aturan atau standar yang
berlaku, seperti penyajian laporan keuangan yang mengacu pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan penyajian Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang merupakan bagian dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP) berdasarkan Inpres No. Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Instansi Pemerintah serta PP No. 6 Tahun 2008 tentang Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah.
Evaluasi penyajian laporan keuangan dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
dengan mengacu pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara sesuai UU No. 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, sedangkan dalam
evaluasi kinerja pemerintah dilakukan oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Revormasi Birokrasi (Kemenpan-RB). Realitanya, evaluasi penyajian laporan keuangan yang
dilakukan oleh BPK nampaknya sudah cukup baik dan konsisten, jika ditinjau dari sejumlah
temuan audit BPK yang berujung pada terkuaknya kasus-kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN) di Indonesia. Namun untuk evaluasi kinerja intansi pemerintah yang dilakukan oleh

Kemenpan-RB, terlihat indikasi kontribusi yang sangat rendah terhadap kemajuan negara.
Terbukti dari hasil evaluasi kinerja yang diterbitkan oleh Kemenpan-RB, peningkatan jumlah
lembaga dan pemerintah provinsi yang mendapat nilai B (Baik) sangat rendah setiap tahunnya.
Hal ini tentu tidak sejalan dengan semangat revormasi birokrasi dalam menciptakan birokrasi
pemerintah yang profesional dengan karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan
bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilainilai dasar dan kode etik aparatur negara. Pembahasan tentang evaluasi kinerja organisasi sektor
publik memang merupakan topik yang hangat diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir di
instansi pemerintahan berbagai negara.
Menurut Maryanto dalam AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
(AKIP) DAN PENGUKURAN KINERJA, Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
adalah instrumen pertanggungjawaban yang pada pokoknya terdiri dari berbagai indikator dan
mekanisme kegiatan pengukuran, penilaian, dan pelaporan kinerja secara menyeluruh dan
terpadu untuk memenuhi kewajiban suatu instansi pemerintah dalam mempertanggungjawabkan
keberhasilan/kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, serta misi organisasi.
Terdapat lima komponen dalam mengevaluasi LAKIP dan masing-masing memiliki bobot
penilaian, dimulai dari perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi
kinerja dan pencapaian kinerja. Namun Nur Ana Sejati (2012) dalam artikelnya Mengapa Hasil
Evaluasi SAKIP Masih Rendah?, menyatakan bahwa rendahnya evaluasi atas sistem AKIP di
pemerintah daerah tak bisa dilepaskan dari peraturan perundangan yang belum mendukung
terwujudnya sistem tersebut secara sempurna. Penyelenggaraan pemerintahan daerah pada
dasarnya lebih dipengaruhi oleh peraturan perundangan yang mengatur daripada sebuah konsep
atau substansi yang diyakini kebenarannya dan praktik-praktik yang sehat. Sehingga peran
peraturan perundangan yang sinkron dengan penerapan suatu konsep sangat berpengaruh
terhadap kesediaan pemda untuk menerapkannya. Sama halnya dengan sistem AKIP yang hingga
tahun 2008 belum didukung oleh peraturan perundangan guna lebih mendorong pemerintah
daerah menerapkan konsep akuntabilitas dan manajemen kinerja. Bahkan hal tersebut diperkuat
oleh critical review yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Informasi
dan Otoriasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara (PUSLITBANG SIOLAN
LAN) yang menyimpulkan :

1. Penyelenggaraan SAKIP masih bersifat formalitas administratif yang berakibat pada


rendahnya kualitas (keselarasan dan sinergitas) dokumen SAKIP mulai perencanaan sampai
evaluasi.
2. Banyaknya regulasi yang mengatur aspek-aspek SAKIP sehingga menimbulkan
kebingungan pada pelaksanannya (terutama pemerintah daerah).
3. Pembagian peran aktor penyelenggara tidak lagi berdasarkan Impres No. 7 Tahun 1999

atau sentralisasi peran oleh Kemepan-RB.


Sehingga diperlukan suatu evaluasi kinerja instansi pemerintah yang dapat mengakomodasi
beberapa kelemahan dalam pengimplementasian SAKIP. Menurut Wibisono (2008) dalam
artikelnya yang berjudul Mengukur Kinerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dari
beberapa kerangka rancangan penilaian kinerja yang ada saat ini, Balanced Scorecard (BSC)
merupakan pendekatan yang paling populer diterapkan. Pendekatan yang diperkenalkan oleh
Prof. Kaplan dari Harvard University Dan David P. Norton, Presiden Renaissance Solutions Inc.
pada tahun 1992 ini telah diterapkan di berbagai perusahaan dan pemerintahan. Salah satu
pemerintahan yang mengunakan pendekatan ini untuk mengukur kinerjanya adalah pemerintah
kota Charlotte di North Carolina, Amerika Serikat. Kebutuhan sistem baru penilaian kinerja
pemerintah saat ini merupakan salah satu hal yang tidak terelakkan.
Evaluasi dengan menggunakan balance scorecard memiliki beberapa keunggulan. Mulyadi
(2001) menjelaskan beberapa keunggulan balanced scorecard, yaitu :
1. Komprehensif berarti bahwa Balanced Scorecard memperluas perspektif yang sebelumnya

hanya terbatas pada keuangan saja. Perluasan itu kearah tiga perspektif yang lain
yaitu: customer, proses bisnis intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan itu
menghasilkan manfaat sebagai berikut:
a. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang
b. Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks
2. Koheren berarti Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan
sebab akibat diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam perencanaan

strategis. Kekoherenan itu akan memotivasi personel untuk bertanggung jawab dalam
mencari inisiatif strategis yang menghasilkan sasaran strategis yang bermanfaat untuk
menghasilkan kinerja keuangan.
3. Seimbang berarti empat perspektif yang ada di dalam Balanced Scorecard mencerminkan
keseimbangan antara pemusatan ke dalam (internal focus) dengan ke luar (external focus).
Keseimbangan antara proses bisnis intern dan pertumbuhan dan pembelajaran
sebagai internal focus dengan kepuasan customer dan kinerja keuangan sebagaiexternal
focus.
4. Terukur berarti sasaran strategis yang sulit diukur secara tradisional dalam Balanced
Scorecard dilakukan pengukuran agar dapat dikelola dengan baik. Sasaran strategis yang
sulit diukur adalah customer, proses bisnis intern serta pertumbuhan dan pembelajaran.
Mengenai kesesuaian dengan kondisi lingkungan bisnis saat ini, Balanced Scorecard juga
menampakkan kelebihannya dibandingkan pengukuran kinerja tradisional. John Corrigan
(1996) menjelaskan The Balanced Scorecard represents an opportunity for organizations
to develop a measurement systems that enhances performance within the dynamics of
todays business environment.
Penerapan balance scorecard dapat berfungsi sebagai pelengkap atau bahkan
menggantikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang berlaku dalam menunjang
perbaikan hasil kualitas evaluasi kinerja dan kemudahan dalam penerapannya di instansi
pemerintah. Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan kajian lebih lanjut
dengan judul penelitian Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuala Kapuas
Ddengan Menggunakan Pendekatan Balance Scorecard.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Evaluasi kinerja organisasi sektor publik, khususnya pemerintah daerah yang mengacu
pada Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dianggap belum cukup komplek
dalam memetakan indikator keberhasilan. Sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut dengan
menggunakan alternatif evaluasi kinerja yang dapat mengukur aspek keuangan dan
nonkeuangan, yaitu salah satunya menggunakan pendekatan balance scorecard. Mahmudi (2007)

menyatakan, hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang menempatkan laba bukan hanya
sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan
nonkeuangan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana evaluasi kinerja di organisasi sektor publik dengan menggunakan pendekatan
balance scorecard.
1.3. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, berikut ini adalah pertanyaan penelitian tentang bagaimana
evaluasi kinerja organisasi sektor publik dengan menggunakan pendekatan balance scorecard :
1. Apakah pendekatan balance scorecard bisa digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja di
Pemerintah Daerah Kabupaten Kuala Kapuas?
2. Bagaimana evaluasi kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuala Kapuas sebelum
menggunakan pendekatan balanced scorecard?
3. Bagaimana evaluasi kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuala Kapuas sesudah
menggunakan balanced scorecard?
4. Bagaimana perbedaan kualitas informasi dari evaluasi kinerja setelah dan sebelum
menggunakan pendekatan balance scorecard?
1.4. METODE PENELITIAN
1.4.1.

Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sifat keadaan ( attributes) dari sesuatu benda, orang, atau
keadaan, yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa
berupa sifat, kuantitas, dan kualitas (benda, orang, dan lembaga), bisa berupa perilaku, kegiatan,
pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra atau simpati-antipati, keadaan batin, dsb.
(orang), bisa pula berupa proses dan hasil proses (lembaga).
Objek penelitian ini adalah evaluasi kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuala Kapuas
dengan menggunakan pendekatan balance scorecard.

1.4.2. Jenis dan Sumber Data


1.

Jenis Data
Jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk

kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi.
Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman
video. Data kualitatif berfungsi untuk mengetahui kualitas dari sebuah objek yang akan diteliti.
2.

Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data
primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang
digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Data primer dan sekunder diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kuala Kapuas,
instansi pemerintahan lain, jurnal, LAKIP, SAKIP, LHP, literatur, laporan dan dokumen lain yang
sesuai dan menunjang dalam penelitian ini.
1.4.3. Teknik Pengumpulan Data
1.

Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan

panca indra. Tetapi observasi sebenarnya adalah kegiatan mengumpulkan data yang digunakan
untuk menghimpun data dalam penelitian melalui panca indra atau diartikan sebagai pengamatan
dalam pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi

dalam penelitian ini akan difokuskan pada evaluasi kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuala
Kapuas.
2.

Interview (wawancara)
Interview atau wawancara adalah sebuah percakapan langsung (face to face) antara peneliti

dan informan, dalam proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
wawancara yang terstruktur. Maksudnya adalah proses wawancara dilakukan secara terencana.
Dalam hal ini, peneliti terlebih dahulu menyiapkan interview guide sebagai panduan dalam
mewawancarai informan untuk mendapatkan informasi.
3.

Studi Pustaka
Dokumentasi atau studi pustaka adalah metode yang digunakan untuk menelusuri

data history atau mengkaji literatur-literatur dan laporan-laporan yang berkaitan dengan judul
penelitian.
1.4.4. Metode Analisis Data
Moleong (1991) menyatakan bahwa prinsip penelitian kualitatif adalah menemukan teori
dan data. Peranan teori baru atau verifikasi teori baru akan tampak sewaktu analisis data ini
mulai dilakukan. Tahapan analisis data merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dengan
tahapan-tahapan lainnya. Data primer dan sekunder dianalisis secara kualitatif, melalui verstehen
atau interpretasi atau juga disebut dengan tafsir. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kualitatif dan menggunakan teknik analisis diskriptif kualitatif dan interpretatif.

REFERENSI

Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


Moleong (1991) menyatakan bahwa prinsip penelitian kualitatif adalah menemukan teori dan
data
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang
Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah
PP No. 6 Tahun 2008 tentang Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
http://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/11/25/data-kualitatif-data-kuantitatif-populasi-dansampel-dalam-penelitian/ (21:04, 27/02/2014)
http://atcontent.com/Publication/869668844195999av.text/-/Model-Model-Teknik-Analisis-DataPenelitian-Kualitatif (20:14, 27/02/2014)
http://businesslounge.co/2013/12/07/keunggulan-balanced-scorecard/ (15:46, 26/02/2014)
http://dermawanwibisono.wordpress.com/2008/07/15/mengukur-kinerja-pemerintah-danpemerintah-daerah/ (15:32, 26/02/2014)
http://e-performance.dephub.go.id/portal/page/news_det/35 (12:01, 26/02/2014)
http://firmaninhu.blogspot.com/2012/07/contoh-skripsi-sederhana-dengan-metode.html
27/02/2014)

(22:31,

http://indrinovii.blogspot.com/2013/05/sistematika-proposal-penelitian.html (22:31, 27/02/2014)


http://www.academia.edu/5765488/Analisis_Penelitian_Kualitatif (02:27, 27/02/2014)
http://www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang/images/unduh/akuntabilitas

kinerja

instansi

pemerintah dan pengukuran kinerja.ppt (15:50, 26/02/2014)


http://www.docstoc.com/docs/163157185/Critical-Review-SAKIP (17:31, 26/02/2014)
http://www.google.co.id/tanya/thread?clk=relqtp&tid=0def426a93e2263d (14:11, 26/02/2014)
http://www.menpan.go.id/kedeputian-reformasi-birokrasi/530-makna-dan-tujuan
26/02/2014)
https://anasejati.wordpress.com/2012/04/23/mengapa-hasil-evaluasi-sakip-masih-rendah/?
relatedposts_exclude=530 (13:27, 26/02/2014)

(11:29,

Anda mungkin juga menyukai