Anda di halaman 1dari 79

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN KUANTAN


SINGINGI PROPINSI RIAU

SKRIPSI

Diajukan Kepada Tim Penguji Skripsi Prodi Manajemen Untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu (S1)

Oleh :
SYAFRIZAL
2003/44924

PROGDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2008

ABSTRAK
SYAFRIZAL, 2003/44924 : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi
Propinsi Riau, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Padang. Dibawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Bustari
Muchtar dan Ibu Novya Zulva Riani, SE, M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) Pengaruh Jumlah
Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi.
(2) Pengaruh Jumlah Investasi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Kuantan Singingi. (3) Pengaruh Jumlah Penduduk dan Jumlah
Investasi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi.
Jenis penelitian tergolong penelitian deskriptif dan asosiatif, sedangkan
menurut jenis datanya dalam penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif dengan
menggunakan jenis data sekunder dari tahun 2000-2006. Selanjutnya data tahunan
tersebut diolah kembali dengan menggunakan Interpolasi data untuk menambah
variasi data dari data tahunan menjadi data kwartalan, hal ini dilakukan karena
perkembangan jumlah penduduk dan jumlah investasi pada data bulanan bertujuan
untuk melihat variasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan variasi dari
hasil Interpolasi data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi
dokumentasi. Sedangkan analisis data dengan menggunakan (1) analisis deskriptif
dan (2) analisis induktif yang terdiri atas Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi,
Analisis Regresi Berganda, Uji t dan Uji F dengan = 0,05.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa (1) Jumlah Penduduk (X1)
berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Kuantan Singingi, probabilitas 0,014 < = 0,05. (2) Jumlah Investasi (X2)
berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Kuantan Singingi, probabilitas 0,000 < = 0,05. (3) Secara bersama-sama Jumlah
Penduduk dan Jumlah Investasi berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi, probabilitas 0,000 < = 0,05.
Sedangkan bersama-sama sumbangan Jumlah Penduduk dan Jumlah Investasi
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi sebesar
82,3 % sisanya 17,7 % merupakan faktor lain di luar model penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian, Penulis menyarankan agar Pemerintah
Daerah Kabupaten Kuantan Singingi dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah
investasi dan memperkuat kemampuan keuangan daerah dengan berbagai
kebijakan seperti kebijakan peningkatan perekonomian masyarakat, mendorong
sektor swasta dalam investasi, serta meningkatkan peranan perusahaan daerah
(BUMD) sehingga salah satu tujuan dari otonomi daerah yaitu untuk
meningkatkan PAD dan mengurangi ketergantungan keuangan dari pusat dapat
terlaksana. Kemudian diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan
Singingi dapat lebih meningkatkan kualitas penduduknya dan meningkatkan
pelayanan publik.

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilillah Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya dengan membukakan hati dan pikiran Penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul FAKTOR-FAKTOR
YANG

MEMPENGARUHI

PENERIMAAN

PENDAPATAN

ASLI

DAERAH (PAD) KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROPINSI RIAU .


Penulisan skripsi ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (SE) pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak,
untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa penghargaan dan
terimakasih kepada Pembimbing I Bapak Prof. Dr. Bustari Muchtar dan
Pembimbing II Ibu Novya Zulva Riani, SE. M.Si yang telah dengan ikhlas
menyediakan waktu, tenaga, pikiran serta kesabaran dalam membimbing Penulis
selama ini. Di samping itu Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak-bapak tim penguji skripsi ini yaitu : (1) Prof. Dr. Bustari Muchtar (2)
Novya Zulva Riani, SE. M.Si (3) Dr. Sri Ulfa Sentosa, MS (4) Drs. Alianis,
MS (5) Drs. Akhirmen, M.Si yang telah memberikan saran dan kritikan untuk
perbaikan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang yang telah membantu
memperlancar penyelesaian skripsi ini.

ii

3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas


Negeri Padang yang telah membantu dalam kelancaran skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang yang telah
memberikan pengetahuan yang bermanfaat selama ini.
5. Orang Tua dan Saudara Penulis yang selalu memberikan Doa dan dorongan,
baik secara moril maupun materil.
6. Bapak dan Ibu karyawan tata usaha dan perpustakaan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang yang telah membantu memperlancar skripsi ini.
7. Dan kepada Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan EP 2002 dan 2003.
Semoga bimbingan dan bantuan yang

Penulis terima, akan mendapat

balasan yang setimpal dari Allah SWT.


Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan dan
masih terdapat kekurangan, karena hal itu tidak luput dari keterbatasan baik
pengetahuan maupun kemampuan Penulis sendiri. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati, Penulis mengharapkan penyempurnaan lebih lanjut dari pihak
yang tertatik pada masalah yang sama, baik berupa kritikan maupun saran yang
membangun. Namun demikian Penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Februari 2008

Penulis

iii

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR................................................................................

iii

DAFTAR ISI...............................................................................................

DAFTAR TABEL ......................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR..................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

viii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ................................................................

A. Latar Belakang Masalah.................................................

B. Perumusan Masalah .......................................................

C. Tujuan Penelitian ...........................................................

D. Manfaat Penelitian .........................................................

10

KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL


DAN HIPOTESIS ................................................................

11

A. Kajian Teori ...................................................................

11

1. Konsep dan Teori Pendapatan Daerah .....................

11

2. Konsep dan Teori Investasi......................................

22

3. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap


Pendapatan Asli Daerah (PAD) ..............................

32

B. Temuan Penelitian Sejenis .............................................

34

C. Kerangka Konseptual .....................................................

35

D. Hipotesis.........................................................................

37

iv

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
........................................
v

39

A. Jenis Penelitian...............................................................

39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................

39

C. Jenis Data .......................................................................

39

D. Teknik Pengumpulan Data.............................................

41

E. Defenisi Operasional Variabel .......................................

41

F. Teknik Analisis Data......................................................

42

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................

49

A. Hasil Penelitian ..............................................................

49

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian .......................

49

2. Analisis Deskripsi Variabel .....................................

51

3. Analisis Inferensial ..................................................

56

a. Uji Multikolinearitas ..........................................

56

b. Uji Auto Korelasi ..............................................

56

c. Uji Heteroskedastisitas.......................................

57

d. Analisis Regresi Berganda .................................

58

e. Pengujian Hipotesis............................................

59

B. Pembahasan....................................................................

61

SIMPULAN DAN SARAN .................................................

66

A. Simpulan ........................................................................

66

B. Saran...............................................................................

67

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

69

BAB IV

BAB V

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Kuantan Singingi


Tahun 2000-2006 .....................................................................................

2. Jumlah dan Perkembangan Investasi Kabupaten Kuantan Singingi


Tahun 2000-2006 ....................................................................................

3. Jumlah dan Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2000-2006 ......................................

4. Klasifikasi Nilai d ..................................................................................... 47


5. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Kuantan Singingi Tahun
2000-2006 ................................................................................................. 52
6. Jumlah dan Perkembangan Investasi Kabupaten Kuantan Singingi
Tahun 2000-2006 ..................................................................................... 53
7. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi
Tahun 2000-2006 ........................................... .......................................... 55
8. Matrik Korelasi ......................................................................................... 56
9. Model Summary (Durbin-Watson) ........................................................... 57
10. Heteroskedastisitas.................................................................................... 57
11. Analisis Regresi ....................................................................................... 58
12. Analisis Coefficient Regression................................................................ 59
13. Analisis Of Variance (ANOVA)............................................................... 61

vi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

vi

1. Data Variabel Y ...........................................................................................

71

2. Data Variabel X1 .........................................................................................

72

3. Data Variabel X2 .........................................................................................

73

4. Tabulasi Data dan Data Logaritma .............................................................

74

5. Tabulasi Data Variabel Y, X1, X2 ................................................................

75

6. SPSS ............................................................................................................

78

7. Tabel T dan F ..............................................................................................

85

8. Dispenda, BPIPDL, dan BPS Kabupaten Kuantan Singingi .......................

87

vii

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1. Kerangka Konseptual Penelitian .............................................................. 37

viii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan
perbaikan yang secara terus menerus menuju pada pencapaian tujuan yang
diinginkan. Secara umum tujuan yang ingin dicapai adalah terciptanya
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara merata dan adil oleh karena itu,
dalam mencapai tujuan tersebut maka seluruh potensi dan sumber daya
pembangunan yang ada harus dapat dialokasikan secara efektif dan efisien guna
meningkatkan produksi secara kesuluruhan. Pembangunan suatu daerah sangat
ditentukan oleh sumber daya yang dimiliki oleh daerah terutama sumber
pendapatan daerah yang berguna untuk menutupi pembiayaan yang diperlukan
bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan tugasnya.
Sejak Januari 2000 pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia secara
resmi mulai dilaksanakan. Dua Undang-Undang tentang beberapa aspek (UndangUndang No 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan Undang-Undang No
25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah) telah dikeluarkan untuk mengatur pelaksanaan desentralisasi. Dengan
lahirnya kedua Undang-Undang tersebut yang sekarang dirubah dengan UU No
32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun 2004, maka pemerintah daerah mempunyai
peranan yang lebih penting dan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar
untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya dan memajukan daerah
dibandingkan dengan sistem sentralisasi.

Pemberian otonomi kepada daerah menimbulkan hak, wewenang dan


kewajiban bagi daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri di
mana pemerintah daerah mempunyai wewenang yang lebih besar untuk
mengalokasikan anggaran daerah sesuai dengan kebutuhan daerah, serta untuk
mendorong partisipasi masyarakat lokal dalam kegiatan pembangunan. Berkenaan
dengan hal ini, maka desentralisasi diharapkan dapat mendorong dan
mempercepat proses pembangunan daerah secara efektif dan efisien, berpihak
pada kelompok miskin dan menyediakan pelayanan publik yang lebih sesuai
dengan kebutuhan masyarakat lokal.
Menurut Josef (1991 : 10) otonomi daerah adalah otonomi untuk
memikirkan dan merancang sinergi bagi peran negara, pasar dan masyarakat yang
menghasilkan sistem yang optimal didalam kehidupan ekonomi bangsa di mana
daerah berdaya. Otonomi daerah maksudnya di sini adalah wewenang pemerintah
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Pemerintah
daerah dapat mengatur pengeluarannya sendiri serta pemerintah daerah dapat
melakukan berbagai tindakan pengawasan atau pengendalian yang tentu saja hal
ini akan berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki oleh daerah tersebut seperti
PAD (Pendapatan Asli Daerah). Walaupun sudah biasa melakukan tugas
pemerintah sendiri tetapi dalam prakteknya tidak semua tugas pemerintah itu
diserahkan kepada pemerintah daerah, tetapi masih ada tugas yang tidak
didelegasikan kepada pemerintah daerah.
Disamping UU No 22 dan 25 Tahun 1999 itu, ditetapkan pula UU No 34
Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai pengganti UU No

18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dengan


dikenalkannya format baru RAPBN sejak tahun 2000, maka RAPB Daerah
(RAPBD) pun berubah format.
Menurut Sujamto (1981 : 45) agar daerah dapat mengurus rumah
tangganya sendiri, maka perlu diberikan pembiayaan yang cukup. Tetapi
mengingat tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah, maka
perlu

diwajibkan

untuk

menggali

sumber-sumber

keuangannya

sendiri

berdasarkan peraturan yang berlaku.


Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber pendapatan atau keuangan
daerah terdiri atas :
1. Pendapatan Asli Daerah, yaitu :
a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah
c. Hasil perusahaan milik daerah
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
2. Dana perimbangan
3. Pinjaman daerah
4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Keuangan antar pemerintah merupakan suatu hal yang sangat penting
serta. Sangat peka bagi negara Indonesia. Dalam hal ini akan sangat diperlukan
sekali perencanaan daerah yang terpola dan selaras untuk memajukan
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Untuk melaksanakan pembangunan
yang telah direncanakan maka diperlukan dana. Persoalan yang dihadapi oleh
pemerintah daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri adalah bermula

dengan keterbatasan dana yang ada pada daerah itu sendiri dalam rangka
menyelenggarakan pembangunan.
Menurut Davey (1988 : 54) usaha pemerintah untuk mengembangkan dan
meningkatkan peranan dan kemampuan daerah dalam bidang ekonomi dan
pengelolaan keuangan daerah ini telah dicanangkan dan dimulai sejak Pelita I.
Pemberian otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah pada prinsipnya dimaksudkan untuk membantu
pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya.
Disamping itu, tujuan lain dari pemberian otonomi daerah adalah untuk
mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat
terutama dalam masalah keuangan.
Peranan

Pemerintah

Daerah

adalah

meningkatkan

keberhasilan

pembangunan nasional dan juga dalam mengefektifkan pemetikan manfaat dari


keberhasilan pembangunan nasional tersebut. Dalam pembangunan daerah banyak
hal yang mempengaruhi di antaranya yang sangat penting adalah keadaan
penduduk. Jumlah penduduk merupakan hal yang sangat mempengaruhi
penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Kenaikan kepadatan penduduk dalam
suatu dekade adalah sangat wajar mengingat dengan semakin berkembangnya
suatu daerah maka akan membuat daerah itu semakin berkembangnya suatu
daerah akan membuat daerah itu semakin diminati untuk ditempati. Jumlah
penduduk sangat mempengaruhi dalam peningkatan kemampuan daerah dalam hal
Pendapatan Asli Daerah ini disebabkan karena semakin besar jumlah penduduk

yang bertempat tinggal di suatu daerah, maka akan banyak macam dan jumlah
transaksi ekonomi yang terjadi di daerah tersebut.
Tabel 1
Perkembangan Jumlah Penduduk
Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2000-2006
Tahun
Jumlah
Laju
Penduduk
Pertumbuhan (%)
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

210.225
221.626
226.554
243.772
246.253
267.408
270.177

5,42
2,22
7,60
1,02
8,59
1,04

Sumber : BPS, Kab. Kuantan Singingi

Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa penduduk Kabupaten Kuantan


Singingi dari tahun 2000-2006 mengalami peningkatan. Pertumbuhan yang paling
tinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 8,59 %. Hal ini terjadi karena
dipengaruhi oleh faktor urbanisasi sebagai dampak mulai pesatnya pembangunan
di Kabupaten Kuantan Singingi, sehingga tersedianya sarana dan fasilitas yang
memadai. Sedangkan pertumbuhan yang palin rendah terjadi pada tahun 2004
sebesar 1,02 %, hal ini terjadi karena tingginya angka kematian bayi dan
banyaknya masyarakat yang berimigrasi khususnya ke Kota Pekanbaru.
Investasi adalah merupakan suatu bagian sektor pembangunan yang tidak
dapat diabaikan sebagai penyusun rencana pembangunan baik segi makro, sentral
maupun regional, pada dasarnya adalah ditentukan oleh kemampuan penyediaan
sumber daya investasi, guna mencapai laju pertumbuhan ekonomi. Investasi
adalah salah satu komponen utama dalam mencapai pertumbuhan ekonomi suatu
daerah. Dengan arti kata, besarnya laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai

ditentukan oleh kemampuan investasi, baik investasi secara agregat maupun


investasi pada masing-masing sektor ekonomi, sehingga keberhasilan peningkatan
Pendapatan Asli Daerah tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya jumlah
investasi di daerah tersebut.
Tabel 2
Jumlah dan Perkembangan Investasi
Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2000-2006
Tahun
Jumlah Investasi
Laju
(Rp 000)
Pertumbuhan (%)
2000
33.941.000,00
2001
43.592.343,30
28,44
2002
50.000.000,00
14,70
2003
77.000.000,00
54
2004
88.600.000,00
15,06
2005
143.680.092,18
62,17
2006
170.380.784,00
18,58
Sumber : BPIPDL Kab. Kuantan Singingi

Pada Tabel di atas terlihat bahwa selama periode 2000-2006 jumlah


investasi Kabupaten Kuantan Singingi mengalami peningkatan yang positif.
Peningkatan yang paling besar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 62,17 %.
Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 14,70 %.
Sejalan dengan pemberian otonomi daerah dan pelaksanaan azas
desentralisasi, maka subsidi dan bantuan dari pemerintah pusat pun mengalami
penurunan. Hal ini berarti bahwa kepada daerah diberi wewenang dan tugas untuk
merencanakan, menggali dan mengupayakan potensi dan dan sumber keuangan
sendiri sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu
pemerintah daerah betul-betul dituntut agar mampu membiayai operasi dan
pemeliharaan sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan kepada
masyarakat. Dengan demikian, maka masing-masing pemerintah kota dan

kabupaten perlu berupaya untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli


Daerah (PAD). Hal ini dapat dilakukan melalui pengelolaan dan manajemen
keuangan yang efektif dan efisien.
Sebagaimana daerah kabupaten dan kota lainnya di Indonesia, Kabupaten
Kuantan Singingi juga mengandalkan sumber pendapatan daerah untuk
menunjang pembangunan yakni untuk menutupi pembiayaan yang diperlukan
bagi pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi dalam melaksanakan tugasnya.
Salah satu sumber pendapatan daerah yang disebut dengan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sebagaimana tercantum dalam UU No 22 Tahun 1999 terdiri dari
pajak daerah, retribusi laba, laba BUMD, dan penerimaan lain-lain yang sah,
meskipun ada empat komponen PAD namun yang lebih dominan dan lebih
rasional untuk dijadikan sumber PAD adalah pajak dan retribusi daerah sedangkan
penerimaan dari laba BUMD dan penerimaan lain-lain yang sah pada prinsipnya
dapat dikatakan sebagai aksesoris PAD untuk menampung berbagai kemungkinan
penerimaan dari pengelolaan kas dan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Tabel 3
Jumlah dan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Kuantan Singingi
Berdasarkan Sumbernya Selama Tahun 2000-2006 (Rp 000)
Jenis Penerimaan
Tahun
Pajak Daerah

Retribusi
Daerah

2000
241.934,07
601.414,69
2001
576.939,23
1.247.972,25
2002
1.944.368,14
3.053.758,92
2003
1.193.236,42
2.731.546,41
2004
1.751.809,64
3.231.503,95
2005
1.602.613,44
3.899.504,12
2006
2.014.854,54
3.382.021,98
Sumber : Dispenda Kab. Kuantan Singingi

Penerimaan
lain-lain
130.103,37
1.826.716,17
1.354.183,39
1.798.767,39
4.087.805,25
6.196.540,37
17.438.537,07

Total PAD

973.452,14
3.651.627,65
6.352.310,45
5.723.550,22
9.171.118,84
11.698.657,88
22.833.413,58

%
Pertumbuhan
275,12
73,96
-9,90
60,24
27,56
95,18

Berdasarkan Tabel, dapat diketahui bahwa selama tahun 2000 sampai


tahun 2006 PAD Kabupaten Kuantan Singingi telah mengalami penungkatan
setiap tahunnya dari Rp 973.452,14 tahun 2000, menjadi Rp22.833.413,58 tahun
2006 dengan rata-rata peningkatan setiap tahun sebesar 87,1%. Pada tahun 2003
PAD Kabupaten Kuantan Singingi mengalami pertumbuhan minus yaitu sebesar 9,90% dari tahun 2002. Hal ini diduga disebabkan karena terjadi penurunan
penerimaan dari pajak, retribusi maupun penerimaan lain-lain yang sah.
Penerimaan lain-lain yang sah mengalami penurunan sebesar 46,75%. Untuk
tahun 2004 sampai tahun 2006 PAD kembali meningkat, dengan peningkatan
terbesar terjadi pada tahun 2006 yakni sebesar 95,18% dari tujuh tahun
pengamatan. Apakah berfluktuasinya data PAD dari tahun ke tahun disebabkan
oleh pajak, retribusi, dan penerimaan lain-lain yang sah perlu suatu penelitian.
Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik
untuk menelitinya yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul Faktor-Faktor
Yang

Mempengaruhi

Penerimaan

Pendapatan

Asli

Daerah

(PAD)

Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah yaitu
1. Sejauhmana pengaruh jumlah penduduk dalam meningkatkan PAD
Kabupaten Kuantan Singingi?

2. Sejauhmana pengaruh jumlah investasi dalam meningkatkan PAD


Kabupaten Kuantan Singingi ?
3. Sejauhmana

pengaruh

jumlah

penduduk

dan

investasi

dalam

meningkatkan penerimaan PAD Kabupaten Kuantan Singingi?

D. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan masalah penelitian yang dikemukakan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis :
1. Pengaruh jumlah penduduk terhadap PAD Kabupaten Kuantan Singingi.
2. Pengaruh jumlah investasi Kabupaten Kuantan Singingi terhadap PAD
Kabupaten Kuantan Singingi.
3. Pengaruh jumlah penduduk dan jumlah investasi dalam meningkatkan
penerimaan PAD Kabupaten Kuantan Singingi.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain :
1. Bagi penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang dan
menambah wawasan penulis dibidang penelitian dan tulisan ilmiah.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah dalam membuat
suatu kebijakan mengenai pembangunan daerah dengan sumber dana
yang terbatas adanya.

10

3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian


selanjutnya.
4. Penelitian ini diharapkan nantinya bermanfaat bagi pengembangan Ilmu
Pengetahuan, khususnya untuk Ilmu Ekonomi Regional, Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah.

BAB II
KAJIAN TEORI
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori
1. Konsep dan Teori Pendapatan Asli Daerah
Menurut Wajong (1980 : 11) pemerintah daerah adalah sebagai suatu
rumah tangga yang diberi wewenang untuk mengatur rumah tangganya sendiri,
tentu saja memerlukan sumber-sumber pembiayaan yang cukup. Untuk melihat
kemampuan daerah tersebut dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri adalah melalui kemampuan self supporting dalam bidang keuangan, di
mana keuangan merupakan faktor esensial dalam tingkat kemampuan daerah
dalam melaksanakan otonominya. Sehubungan dengan keuangan daerah,
pemerintah daerah tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien
tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Dan
keuangan merupakan salah satu dasar untuk mengetahui secara nyata kemampuan
daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.
Menurut Sudirwo (dalam Lains 1985 : 29) kemampuan daerah untuk
mengurus rumah tangganya dapat dilihat dari pengelolaan Pendapatan Asli
Daerah. Keuangan daerah merupakan suatu bagian atau kegiatan dalam
pemerintahan daerah yang menentukan besarnya pengeluaran maupun penerimaan
daerah untuk pembiayaan pembangunan, layanan masyarakat dan keperluan
daerah lainnya.

11

12

Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber keuangan daerah


yang terdiri dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan,
penerimaan

dari

dinas-dinas

dan

penerimaan

yang

terus

diupayakan

peningkatannya. Upaya peningkatan penerimaan pendapatan daerah tersebut


merupakan pencerminan dari usaha daerah dalam membiayai pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan di daerah.
Menurut Lains (1985 : 53) untuk dapat memenuhi keuangan yang
memadai dengan sendirinya, pemerintah daerah membutuhkan sumber-sumber
keuangan yang cukup pula. Dalam hal ini pemerintah dapat memperolehnya
melalui beberapa cara yakni :
a. Pemerintah dapat mengumpulkan dana dari pajak daerah,
yang sudah dapat izin dari pemerintah pusat.
b. Pemerintah dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga,
pasar uang atau Bank atau melalui pemerintah pusat.
c. Ikut mengambil bagian yang dipungut daerah, misalnya
sekian persen dari pendapatan sentral tersebut.
d. Pemerintah daerah dapat manambah tarif sentral tertentu,
misalnya pajak kekayaan atau pajak pendapatan.
e. Pemerintah dapat menerima bantuan atau subsidi dari
pemerintah pusat.
Menurut Tambunan (2000 : 201) bahwa tujuan UU No. 22 Tahun 1999
adalah untuk mengubah sistem alokasi anggaran daerah (regional) dari suatu
sistem pengeluaran anggaran menjadi sistem bagi hasil. Dalam konteks ini fungsi
desentralisasi fiskal merupakan ketetapan peran dan tanggung jawab pemerintah
di segala bidang, memfasilitasi transfer bantuan antar pemerintah daerah,
memperkokoh sistem penerimaan daerah melalui penetapan pelayanan yang lebih
baik, memberikan kepastian usaha pada pihak swasta, dan menjamin keselamatan
masyarakat sebagai bagian dari redistribusi pendapatan. UU No. 25 Tahun 1999,

13

dalam konteks ekonomi Indonesia merupakan peraturan tentang sumber


penerimaan daerah dan mengawasi anggaran (budged) oleh pemerintah daerah.
Pemerintah daerah mempunyai mempunyai sumber penganggaran, yaitu yang
berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan bantuan transfer dari anggaran
pemerintah pusat. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari pajak daerah,
retribusi daerah, perusahaan pemerintah daerah dan lain sebagainya.
Sumber-sumber pendapatan daerah digunakan untuk membiayai tugastugas otonomi daerah yang ditetapkan setahunnya berdasarkan pada peraturan
daerah dalam bentuk Anggaran Daerah. Anggaran daerah meliputi semua sumber
pendapatan daerah dan semua pengeluaran daerah untuk suatu tahun anggaran.
Anggaran daerah ini merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari anggaran rutin
dan anggaran pembangunan, yang terperinci lebih lanjut menurut bagian-bagian
pos-pos anggarannya.
a. Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah
Menurut Sumitro (2000 : 01) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Suparmoko (1980 : 91) pajak disamping sebagai sumber
penerimaan negara yang utama atau fungsi Budgetair juga mempunyai fungsi lain
yaitu sebagai alat pengatur atau fungsi Legulerend. Sebagai fungsi penerimaan,
dalam hal ini pajak digunakan sebagai alat mengumoulkan dana untuk membiayai
kegiatan pemerintah. Sedangkan sebagai alat pengatur di sini dimaksudkan

14

terutama untuk mengatur perekonomian guna menuju pada pertumbuhan ekonomi


yang lebih cepat. Menurut Sutrisna (1981 : 81) pajak adalah iuran yang oleh
pengusaha ditentukan secara sepihak dan tidak diimbangi dengan suatu jasa
istimewa yang diperlukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Menurut Sumitro (2000 : 86) pajak merupakan sumber keuangan pokok
bagi daerah-daerah disamping retribusi daerah. Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah)
berdasarkan undang-undang dan dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa
balik, sebagai alat pencegah dan pendorong untuk mencapai tujuan yang ada di
luar bidang keuangan. Sedangkan pengertian dari pajak daerah adalah pajak yang
dipungut oleh daerah atau Swatantra seperti Propinsi, Kota Praja, Kabupaten dan
sebagainya. Menurut Siagian (1983 : 70) merumuskan pajak sebagai pajak negara
yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah dengan
undan-undang.
Pajak daerah menurut UU No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan undangundang No. 18 Tahun 1997, tentang pajak daerah dan retribusi daerah pada pasal
1 ayat 6 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang untuk digunakan membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Berdasarkan
pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pemungutan pajak daerah
oleh pemerintah kota/kabupaten kepada masyarakat pada dasarnya bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan

15

pembinaan kemasyarakatan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam upaya
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah
pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang dipergunakan untuk membiayai pengeluaran
daerah sebagai badan hukum publik.
Dalam UU No. 34 Tahun 2000 tentang pajak dan retribusi daerah, maka
jenis pajak daerah dapat dibagi atas dua kelompok yaitu :
a. Jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah propinsi yakni :
1) Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
2) Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
3) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
4) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
b. Jenis pajak yang dikelolah dan dipungut oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota adalah :
1) Pajak hotel
2) Pajak restoran
3) Pajak hiburan
4) Pajak reklame
5) Pajak penerangan jalan
6) Pajak pengambilan bahan galian golongan C
7) Pajak parkir

16

Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah


kabupaten/kota dalam mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan
ekonomi daerah di masa yang akan datang yang mengakibatkan perkembangan
potensi pajak dengan memperhatikan aspirasi masyarakat dan memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan.
Menurut Davey (1988 : 31) dengan peraturan dapat jenis pajak lain selain
yang telah disebutkan dengan kriteria :
a. Bersifat pajak bukan retribusi
b. Objek dan dasar pengeluaran pajak tidak bertentangan
dengan kepentingan umum
c. Potensi memadai
d. Tidak memberikan dampak yang negative
e. Memperlihatkan aspek keadilan dan kemampuan
masyarakat
f. Menjaga kelestarian lingkungan
Menurut Simanjuntak (dalam Halim, 2001 : 96) dilihat dari sisi
pendapatan, keuangan daerah yang berhasil adalah keuangan daerah secara
berkesinambungan

seiring

dengan

perkembangan

perekonomian

tanpa

memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan keadilan serta dengan sejumlah


biaya administrasi tertentu. Indikator keuangan daerah yang berhasil adalah Daya
Pajak (Tax Effort).
Daya pajak adalah rasio antara penerimaan pajak dengan kapasitas atau
kemampuan bayar pajak di suatu daerah. Salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk mengetahui kemampuan membayar masyarakat adalah Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB).
Jika PDRB suatu daerah meningkat, maka kemampuan daerah dalam
membayar pajak juga akan meningkat. Ini mengandung arti bahwa administrasi

17

penerimaan daerah dapat meningkatkan daya pajaknya agar penerimaan pajak


meningkat.
c. Fungsi Pajak
Menurut Brotodiharjo (dalam Halim, 2000 : 145) pajak dilihat dari
pemungutannya mempunyai dua fungsi :
1. Fungsi Budgeter
Fungsi ini terletak dan lazim dilakukan pada sektor publik dan pajak di
sini merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk memasukkan
uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara/daerah sesuai dengan
waktunya dalam rangka membiayai seluruh pembangunan pemerintah
pusat atau daerah.
2. Merupakan fungsi yang dipergunakan oleh pemerintah pusat atau
daerah untuk

mencapai tujuan tertentu yang berada di luar sektor

keuangan negara atau daerah, konsep ini paling sering dipergunakan


pada sektor swasta.
Berdasarkan kedua jenis fungsi pajak tersebut di atas, dapat dipahami
bahwa fungsi budgeter pajak dikaitkan dengan anggaran pendapatan dan belanja
negara umumnya dan anggaran pendapatan belanja daerah pada khususnya
dimaksudkan untuk mengisi kas negara atau daerah sebanyak-banyaknya dalam
rangka membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah pusat atau
daerah.

18

b. Retribusi Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah


Menurut Devas (1988 : 95) kebijaksanaan memungut bayaran untuk
barang dan layanan yang disediakan pemerintah berawal pada efisiensi ekonomi.
Dalam hal orang perorangan bebas menentukan besar layanan tertentu yang
hendak dinikmatinya, harga layanan itu memainkan peranan penting dalam
menjatah permintaan dan mengurangi penghamburan. Teori ekonomi mengatakan
bahwa harga barang atau layanan yang disediakan oleh pemerintah kepada
masyarakat hendaknya didasarkan kepada biaya tambahan (marginal cost), yakni
biaya untuk melayani konsumen terakhir. Tujuannya adalah agar harga yang akan
muncul di dalam pasar, ada persaingan yang bebas.
Undang-undang darurat tahun 1957 tentang peraturan umum retribusi
daerah menyatakan bahwa retribusi daerah adalah imbalan jasa yang diterima atas
pemakaian atau pemanfaatan yang diperoleh secara langsung oleh seseorang atau
suatu badan atas pelayanan, pekerjaan, pemakaian barang atau izin yang diberikan
oleh pemerintah daerah. Pungutan ini dikenakan pada kegiatan yang memperoleh
manfaat tertentu. Dan pemerintah daerah berkewajiban untuk mengadakan
pengawasan atas kegiatan tersebut dengan tujuan untuk melindungi kepentingan
umum.
Sedangkan UU No. 34 Tahun 2000 dalam pasal 1 dinyatakan bahwa
retribusi daerah itu adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

19

Menurut Davey (1988 : 31) pengertian retribusi secara umum dapat


diartikan sebagai pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang
menggunakan jasa-jasa negara atau merupakan iuran kepada pemerintah yang
dapat dipaksakan dan jasa balik langsung dapat ditunjuk. Paksaan di sini bersifat
ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah tidak
dikenakan iuran itu. Retribusi adalah sumber penerimaan yang sudah umum dan
menjadi sumber utama dari pendapatan untuk pembangunan daerah.
Retribusi menurut Friedman adalah penerimaan yang diterima oleh
pengusaha publik dari rumah tangga swasta, berdasarkan norma-norma umum
yang ditetapkan dan yang berhubungan dengan prestasi-prestasi yang diberikan
pengusaha kepada kepentingan rumah tangga swasta.
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa retribusi daerah tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah
b. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis
c. Adanya kontraprestasi langsung dapat ditunjuk
d. Pembayaran retribusi dapat dilaksanakan apabila ada jasa atau aset daerah
yang langsung dinikmati oleh penggunanya.
e. Pemakaian jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah bisa orang pribadi
atau suatu badan.
Untuk memberikan kemudahan dalam menerapkan prinsip dasar retribusi
sehinnga dapat menggambarkan hubungan yang nyata antara tarif retribusi dengan
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah, maka dalam UU No. 34 Tahun

20

2000 tentang pajak dan retribusi daerah ini , maka jenis retribusi daerah dibagi
atas 3 (tiga) kelompok yaitu :
a. Retribusi Jasa Umum
Merupakan retribusi yang dipungut atas jasa yang disediakan atau yang
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan umum serta dapat
dinikmati oleh setiap badan pribadi atau usaha.
Retribusi jasa umum terdiri atas :
1) Retribusi pelayanan kesehatan
2) Retribusi layanan persampahan
3) Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akte catatan sipil
4) Retribusi penguburan dan pengabuan
5) Retribusi parkir ditepi jalan umum
6) Retribusi pasar
7) Retribusi air bersih
8) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
9) Retribusi penggantian biaya cetak peta
10) Retribusi pengujian kapal perikanan
b. Retribusi Jasa Usaha
Merupakan retribusi atas jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta.

21

Retribusi jasa usaha terdiri atas :


1) Retribusi penilaian kekayaan daerah
2) Retribusi pasar grosir atau pertokoan
3) Retribusi terminal dan tempat parkir khusus
4) Retribusi tempat penitipan anak
5) Retribusi tempat penginapan
6) Retribusi penyedotan kakus
7) Retribusi rumah potong hewan
8) Retribusi tempat pendaratan kapal
9) Retribusi tempat rekreasi dan olah raga
10) Retribusi tempat penyeberangan di atas air
11) Retribusi pengolahan limbah cair
c. Retribusi Perizinan Tertentu
Merupakan kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau badan usaha yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, sarana, prasarana atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Retribusi perizinan tertentu terdiri atas :
1) Retribusi izin peruntukkan penggunaan tanah
2) Retribusi izin mendirikan bangunan (IMB)
3) Retribusi izin pengambilan hasil hutan

22

4) Retribusi izin trayek


5) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
Dalam penetapan retribusi daerah, haruslah memiliki kriteria sebagai
berikut :
a. Adanya pelayanan langsung yang diberikan sebagai imbalan pungutan
yang dikenakan.
b. Terdapat kebebasan dalam memilih.
c. Ongkos pelayanan tidak melebihi dari pungutan yang dikenakan untuk
pelayanan yang diberikan.
2. Konsep dan Teori Investasi
Menurut Dumairy (1999 : 132) penanaman modal merupakan langkah
awal kegiatan produksi. Dengan posisi semacam itu, investasi pada hakekatnya
juga merupakan langkah awal pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman
modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan
marak lesunya pembangunan. Artinya dalam upaya menumbuhkan perekonomian,
setiap daerah senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan
investasi.
Menurut Tandellin (2001 : 3) Investasi adalah komitmen atas sejumlah
dana atau sumber dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini,
dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Di mana sumber
dana investasi bisa berasal dari aset-aset yang dimiliki, pinjaman dari pihak lain
ataupun dari tabungan.

23

Sedangkan menurut Keynes, Investasi merupakan suatu variabel yang


selalu berubah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertambahan dalam
bidang investasi, maka akan mengakibatkan pula pertambahan dalam bidang
pendapatan.
Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan guna meningkatkan PAD,
adalah dengan berusaha menggalakkan investasi swasta yang dilakukan oleh
dunia usaha terutama penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman
modal asing (PMA). Di mana nilai investasi diharapkan dapat mendorong
kemajuan pembangunan ekonomi.
Berdasarkan kepada sumber modal yang dapat dipergunakan untuk
pembangunan, usaha pengerahan modal dapat dibedakan (Sukirno, 2001 : 351) :
a. Pengerahan modal dalam negeri. Modal ini berasal dari tiga
sumber yaitu :
1. Tabungan sukarela masyarakat
2. Tabungan pemerintah
3. Tabungan paksa
b. Pengerahan modal dari luar negeri
a. Pembiayaan pemerintah pusat
b. Bantuan atau pinjaman luar negeri dan penanaman modal
asing, yang terdiri dari tiga jenis yaitu :
1. Penanaman modal langsung (direct foreign
investment)
2. Penanaman modal portfolio (portfolio investment)
3. Pinjaman ekspor
Dengan adanya pengerahan modal dalam dan luar negeri, dapat
meningkatkan pembangunan dan memajukan suatu daerah. Pengerahan modal ini
lebih dikenal dengan investasi, di mana investasi itu ada yang dari pemerintah dan
dari pihak swasta.

24

Menurut Sukirno (1994 : 532) aliran modal dari luar negeri dapat
dibedakan atas dua kelompok yaitu :
1. Dana luar negeri yang bersifat bantuan dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Merupakan aliran modal yang bukan didorong oleh
tujuan untuk mencari keuntungan.
b. Dana tersebut dipinjamkan atau diberikan dengan
syarat yang lebih dari pada yang berlaku di pasar
internasional.
2. Dana luar negeri yang dicantumkan dalam anggaran
negara. Dana luar negeri ini berupa pinjaman dari pihakpihak swasta dan badan-badan keuangan swasta dan
PMA.
Investasi merupakan suatu bagian sektor pembangunan yang tidak dapat
diabaikan sebagai penyusun rencana pembangunan baik segi makro, sentral
maupun regional, pada dasarnya adalah ditentukan oleh kemampuan penyediaan
sumber daya investasi guna mencapai laju pertumbuhan ekonomi. Investasi dalam
artian makro, bisa diartikan sebagai pengeluaran masyarakat untuk memperoleh
alat-alat kapital baru. Oleh karena itu, investasi total yang terjadi dalam suatu
perekonomian sebagian berupa pemilihan alat-alat baru untuk mengganti alat-alat
kapital yang sudah tidak ekonomis lagi dan sebagian lagi berupa pembelian alatalat kapital baru untuk memperbesar kapital.
Menurut Sukirno (2000 : 366) teori ekonomi mengartikan atau
mendefenisikan investasi sebagai :
Pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang modal
dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan mengganti
dan terutama untuk menambah barang-barang modal dalam
perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi
barang dan jasa di masa depan.

25

Menurut Lepsey dkk (1997 : 97) menyebutkan bahwa investasi


merupakan:
Salah satu dari determinasi terpenting dalam
pertumbuhan ekonomi, yang pada hakekatnya juga
merupakan langkah awal bagi kegiatan pembangunan
ekonomi. Investasi akan menambah sumber daya
produktif suatu negara, investasi juga sering merupakan
satu-satunya cara bagi teknologi baru untuk
meningkatkan kinerja ekonomi, karena investasi harus
dibiayai dengan tabungan. Dalam jangka panjang tingkat
tabungan suatu negara melalui efeknya pada investasi
dapat menimbulkan pengaruh penting pada pertumbuhan
ekonomi.
Dari beberapa pengertian investasi yang penulis kutip di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pengertian investasi adalah pengeluaran yang dilakukan
untuk membeli barang-barang modal yang diperlukan dalam proses produksi dan
hasilnya akan diperoleh pada masa yang akan datang.
Menurut Keynes dan ahli-ahli ekonomi dalam analisisnya menunjukkan
beberapa faktor yang menentukan investasi yaitu (Sukirno, 2000 : 106) :
a. Suku bunga. Hubungan diantara investasi dan suku
bunga adalah bersifat berbalikan, yaitu apabila suku
bunga tinggi maka gairah perusahaan untuk melakukan
investasi merosot dan sebaliknya apabila suku bunga
rendah maka gairah untuk melakukan investasi
meningkat. Hubungan diantara investasi dan suku
bunga bersifat demikian karena alasan-alasan penting
dari perusahaan-perusahaan untuk memperoleh
keuntungan.
b. Ekspektasi mengenai kegiatan ekonomi di masa depan
sangat penting dalam menentukan investasi pada masa
sekarang. Apabila diramalkan bahwa ekonomi akan
semakin pesat perkembangannya di masa depan, para
pengusaha akan lebih bergairah untuk melakukan
investasi. Sebaliknya, apabila diramalkan kegiatan
ekonomi akan semakin lesu, maka ini akan mengurangi
gairah untuk melakukan investasi.

26

c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan


meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya
produksi. Dengan demikian kemajuan teknologi yang
berlaku diberbagai kegiatan ekonomi akan mendorong
lebih banyak investasi.
Investasi adalah satu komponen utama dalam mencapai pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Dengan arti kata, besarnya laju pertumbuhan ekonomi
yang dicapai ditentukan oleh kemampuan investasi, baik investasi secara agregat
maupun investasi pada masing-masing sektor ekonomi. Sehingga, keberhasilan
pertumbuhan PDRB tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi. Karena
investasi disamping akan menarik kenaikan output secara signifikan, juga secara
otomatis akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari
meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat.
Menurut Sukirno (2000 : 367-368) kegiatan investasi memungkinkan suatu
masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meingkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat. Peranannya ini bersumber dari tiga fungsi penting dalam
perekonomian, yaitu :
a. Investasi merupakan salah satu komponen dari
pengeluaran agregat. Maka kenaikan investasi akan
meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan
nasional. Peningkatan seperi ini akan selalu diikuti oleh
pertambahan dalam kesempatan kerja.
b. Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan
menambah kapasitas memprodiksi di masa depan dan
perkembangan ini akan menstimulir pertambahan
produksi nasional dan kesempatan kerja.
c. Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.
Perekembangan ini akan memberi sumbangan penting
atas kenaikan produktivitas dan pendapatan perkapita
masyarakat.

27

Hubungan di antara pendapatan nasional dan investasi dijelaskan oleh


teori Akselerasi, yang dikembangkan oleh Keynes dalam Sukirno (2000 : 377).
Teori Akselerasi merupakan teori investasi yang didasarkan kepada hubungan
yang rigid atau kaku di antara jumlah barang modal (capital stock) dengan tingkat
pendapatan nasional yang dapat diciptakannya. Menurut teori ini, rasio di antara
nilai stok modal dengan produksi yang dapat diwujudkannya adalah tetap.
Misalnya nilai rasio tersebut adalah 4, nilai ini berarti barang modal yang bernilai
Rp 4 akan dapat mewujudkan produksi yang bernilai satu rupiah atau seperempat
dari nilai modal pada satu periode tahun tertentu.
Menurut Sukirno (2000 : 377) pandangan utama dari teori Akselerasi dapat
dinyatakan dalam dua rumusan yaitu :
a. Terdapat hubungan yang proposional di antara jumlah
barang modal yang tersedia dengan tingkat produksi
nasional yang dapat diwujudkannya.
b. Kebutuhan untuk meningkatkan produksi di masa depan
memerlukan investasi yang beberapa kali nilainya dari
peningkatan produksi yang perlu dilakukan.
Aspek kedua dari pandangan ini menyebabkan teori investasi ini lebih
dikenal sebagai prinsip akselerasi atau prinsip percepatan (acceleration principle).
Investasi merupakan suatu kegiatan untuk menambah barang modal dalam
perekonomian. Walau bagaimanapun pada setiap perode investasi tidak akan
menambah barang modal sebanyak nilai investasi tersebut. Sebagian dari investasi
dilakukan untuk menggantikan barang modal yang telah didepresiasikan dan tidak
digunakan lagi.
Menurut Rosyidi (1996 : 168-170) membagi investasi menjadi delapan jenis
yang dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu :

28

a. Autonomous Investment dan Induced Investment


Autonomous Investment adalah investasi yang besar
kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tapi dapat
berubah oleh adanya perubahan-perubahan faktor di
luar pendapatan misalnya teknologi, kebijakan
pemerintah dan sebagainya.
Sedangkan Induced Investment, investasi yang sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.
b. Public Investment dan Private Investment
Public Investment adalah investasi yang dilakukan oleh
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Public Investment ini tidak dilakukan oleh
pihak-pihak yang bersifat personal, tetapi bersifat
impersonal. Sedangkan Private Investment adalah
investasi yang dilaksanakan oleh pihak swasta di mana
unsur-unsur seperti keuntungan yang akan diperoleh,
masa depan penjualan dan sebagainya memainkan
peranan yang sangat penting dalam menentukan
volume investasi. Sedangkan pemerintah dalam
menentukan volume investasi lebih diarahkan kepada
melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat
banyak.
c. Domestic Investment dan Foreign Investment
Domestic Investment adalah penanaman modal dalam
negeri. Sedangkan Foreign Investment adalah
penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki
banyak sekali faktor produksi alam dan faktor produksi
tenaga kerja namun tidak memiliki faktor modal yang
cukup untuk mengolah sumber daya yang ada, maka
akan mengundang modal asing agar sumber-sumber
yang ada di dalam negeri dapat dimanfaatkan
sepenuhnya.
d. Gross Investment dan Net Investment
Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh
investasi yang dilaksanakan pada suatu ketika dapat
bernilai positif atau nol, tetapi tidak akan bernilai negatif.
Maksudnya investasi bruto ini adalah semua jenis
investasi yang dilaksanakan di suatu negara pada peride
waktu tertentu. Dalam pada itu selama suatu periode
pemakaian investasi ini akan mengalami penyusutan,
yaitu hilangnya nilai sebagian atau seluruhnya bendabenda modal atau barang tersebut dalam proses produksi.
Net Investment adalah selisih antara investasi bruto
dengan penyusutan.

29

Dari kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa investasi dapat dibagi
menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :
1. Investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan dan
investasi yang sangat dipengaruhi oleh pendapatan.
2. Investasi yang dilakukan oleh pemerintah dan investasi yang dilakukan
oleh pihak swasta.
3. Penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing.
4. Investasi bruto dan investasi netto.
Investasi memegang peranan penting dalam menentukan maju mundurnya
perekonomian, karena investasi merupakan cerminan dari produksi. Sehingga
tanpa adanya investasi yang memadai maka tidaklah berlebihan bila dikatakan
bahwa produksi akan menurun, sekalipun juga tidak seluruhnya benar jika
dikatakan produksi macet.
Menurut BPS (2003) dilihat dari institusi yang melakukan investasi, dapat
dibedakan atas
1. Investasi Pemerintah
Investasi pemerintah adalah pembelian, penambahan dan pembentukan
barang modal serta perubahan stok oleh pemerintah yang menyelenggarakan
administrasi umum. Investasi pemerintah dapat diartikan sebagai pengeluaran
pemerintah untuk pengeluaran pembangunan. Menurut Sukirno (1994 : 38)
pengeluaran pemerintah dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan utama yaitu :
a. Pengeluaran konsumsi pemerintah adalah pembelian
atas barang dan jasa yang akan dikonsumsi seperti
membayar gaji pegawai negeri, membeli alat-alat
kantor dan lain-lain.

30

b. Investasi pemerintah adalah pengeluaran untuk


membangun prasarana jalan, sekolah, rumah sakit dan
lain-lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah
menyangkut untuk membiayai kegiatan-kegiatan sosial, di mana kegiatan ini
ditujukan agar terciptanya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Pengeluaran pemerintah tersebut ditujukan untuk investasi pemerintah dalam
kaitannya dengan pembangunan ekonomi,sehingga hasilnya dapat dirasakan
secara keseluruhan yang dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi
yang cepat dan semakin besar.
2. Investasi Swasta
Investasi swasta adalah investasi secara murni yang meliputi pembelian,
penambahan dan pembentukan barang modal dan penambahan stok. Pengeluaran
investasi oleh swasta menurut Deliarnov (1995 : 82) mencakup :
a. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau material
mesin dan peralatan pabrik, serta semua modal lain
yang diperlukan dalam proses produksi.
b. Pengeluaran untuk keperluan bangunan, kantor pabrik,
tempat tinggal karyawan, dan bangunan konstruksi
lainnya.
c. Perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai
akibat perubahan jumlah dan harga.
Dalam perhitungan pendapatan nasional investasi meliputi hal-hal sebagai
berikut :
a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan
produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

31

b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor,


bangunan pabrik dan bangunan lainnya.
c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan-bahan
yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun pendapatan nasional.
Dalam pengertian pembangunan, investasi adalah total dari pembentukan
modal tetap (fixed capital formation) dan stok barang yang terdiri atas gedung,
mesin dan perlengkapan, kendaraan, stok bahan baku dan sebagainya. Nilai-nilai
yang diperhitungkan dalam investasi meliputi : (a) Pembelian barang modal baru,
(b) Pembuatan atau perbaikan barang sifatnya menambah umur atau
meningkatkan kemampuan barang modal, (c) Penjualan barang modal lama
(bekas) dan (d) perubahan stok.
Dalam investasi ada yang disebut dengan investasi bruto dan investasi
netto. Investasi bruto adalah sejumlah investasi yang dilakukan sebelum dikurangi
penyusutan nilai dari alat-alat modal yang berlaku dalam tahun tersebut.
Sedangkan investasi netto adalah sejumlah investasi yang dilakukan setelah
dikurangi penyusutan nilai atas barang-barang modal yang lama sehingga terjadi
pertambahan barang-barang modal yang efektif.
3. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah
Penduduk merupakan faktor utama dalam realisasi penerimaan PAD,
karena penduduk merupakan subjek dan wajib pajak atau wajib pungut atas pajak
daerah dan retribusi daerah. Jumlah penduduk merupakan variabel ekonomi yang
mempengaruhi penerimaan daerah. Ini disebabkan karena semakin besar jumlah
penduduk yang bertempat tinggal di suatu daerah, maka akan banyak macam dan

32

jumlah transaksi ekonomi yang terjadi di daerah tersebut. Dengan demikian


semakin banyak pula ragam pungutan yang dapat ditarik oleh pemerintah daerah
yang bersangkutan, karena pungutan tersebut dikenakan pada aktivitas ekonomi
yang dilakukan masayarakat. Selain itu pertambahan jumlah penduduk
memerlukan tambahan sarana dan prasarana pelayanan publik, hal ini berarti
pengeluaran pemerintah juga meningkat. Meskipun, demikian jumlah penduduk
yang besar dapat merupakan potensi sumber daya dan modal dasar bagi
pelaksanaan pembangunan di daerah bila penduduk tersebut memiliki kualitas
yang terampil, terdidik, sehingga mampu memproduksi produk yang berkualitas.
Menurut Simanjuntak dalam Halim (2004 : 99) jika jumlah penduduk
meningkat, maka pendapatan yang dapat ditarik akan meningkat. Kemudian
seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa salah satu indikator keuangan
daerah yang berhasil adalah adanya elastisitas PAD, akibat perubahan jumlah
penduduk. Semakin elastis penerimaan PAD maka semakin baik kinerja keuangan
daerah tersebut atau dapat memenuhi indikator keuangan daerah yang berhasil.
Menurut Sukirno (2001 : 83) dikaitkan dengan teori permintaan, jumlah
penduduk dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa secara tidak
langsung. Jumlah penduduk yang bertambah jika diikuti dengan kesempatan kerja
yang lebih luas, akan mengakibatkan lebih banyak orang yang menerima
pendapatan. Ini berarti akan menambah daya beli yang pada gilirannya akan
menambah permintaan atas barang dan jasa.
Bertambahnya jumlah penduduk berarti terjadinya peningkatan luas pasar.
Besarnya luas pasar dari barang-barang atau jasa yang dihasilkan oleh pemerintah

33

tergantung kepada pendapatan dan jumlah penduduk. Maka apabila penduduk


bertambah maka luas pasar bertambah pula sehingga akan mendorong
pertambahan produksi barang dan jasa serta kegiatan ekonomi, kemudian akan
dapat meningkatkan PAD karena dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan
penduduk di suatu daerah akan terdapat pajak daerah dan retribusi daerah.
Penduduk sebagai pemilik faktor produksi dapat berperan sebagai
produsen maupun konsumen. Sehingga jika ada sebagian penduduk berperan
sebagai produsen seperti pengusaha, maka dalam melaksanakan usahanya
pengusaha tersebut akan dikenakan pajak atau retribusi. Sebagai contoh
pengusaha perhotelan, merupakan wajib pajak dari pajak hotel. Sedangkan jika
penduduk sebagai konsumen, akan dikenakan pajak atau retribusi sebagai wajib
pungut. Seperti seseorang hendak mengunjungi objek wisata atau penduduk kota
dikenakan pajak penerangan jalan.
Menurut Sukirno (2000 : 163) fungsi yang dapat menggambarkan
pengaruh antara jumlah penduduk terhadap PAD diambil dari persamaan
keseimbangan pendapatan nasional yaitu :
Y = C + I + G ......................................................................(1)
Di mana : Y = Pendapatan Nasional
C = Konsumsi yang dilakukan masyarakat
I = Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
Dari persamaan di atas diketahui bahwa konsumsi yang dilakukan oleh
masyarakat atau penduduk turut mempengaruhi pendapatan nasional, jika jumlah

34

penduduk bertambah maka konsumsi juga akan meningkat. Sehubungan dengan


itu, dalam penelitian ini penulis ingin mengkaji tentang pengaruh jumlah
penduduk terhadap PAD. Dimisalkan PAD = Y, maka fungsi yang
menggambarkan pengaruh jumlah penduduk terhadap PAD dirumuskan sebagai
berikut :
PAD = f (C,u) .......................................................................(2)
PAD = 0 + 1 C + U .............................................................(3)
Jadi dapat dikatakan bahwa semakin besar konsumsi yang dilakukan oleh
penduduk atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah, maka juga akan
menambah penerimaan pemerintah daerah, khususnya yang berbentuk pungutanpungutan terhadap masyarakat yang mengkonsumsi barang dan jasa yang
dihasilkan pemerintah daerah.

B. Temuan Penelitian Sejenis


Dalam penelitiannya Lestari (2000 : 78) Mengenai pengaruh PDRB dan
jumlah penduduk terhadap PAD kota Bukittinggi, menemukan bahwa jumlah
penduduk berpengaruh signifikan terhadap PAD kota Bukittinggi. Sedangkan
koefisien regresi atau elastisitas PAD terhadap jumlah penduduk kota Bukittinggi
bersifat elastis (3,871). Hal ini juga berarti peningkatan PAD relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk.
Sedangkan penelitian Amar (2003 : 106) mengenai analisis kinerja
keuangan daerah propinsi Sumatera Barat, menemukan bahwa secara kuantitatif
daerah-daerah yang memiliki pertumbuhan jumlah investasi relatif tinggi

35

memiliki peluang untuk memperoleh PAD relatif lebih tinggi yaitu sebesar 1,03
kali jika dibandingkan dengan daerah-daerah yang memiliki pertumbuhan jumlah
investasi (di bawah 7% dari PDRB)

C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan,
mengungkapkan dan menentukan persepsi-persepsi keterkaitan antara variabelvariabel yang akan diteliti berdasarkan permasalahan keterkaitan maupun antara
variabel yang akan diteliti berpijak dari teori yang dikemukakan.
Pembangunan suatu daerah sangat ditentukan oleh sumber daya yang
dimiliki oleh daerah, terutama sumber pendapatan daerah yang berguna untuk
menutupi pembiayaan yang diperlukan bagi pemerintah daerah dalam
melaksanakan tugasnya.
Sebagaimana daerah kabupaten dan kota lainnya di Indonesia, Kabupaten
Kuantan Singingi juga mengandalkan sumber pendapatan daerah untuk
menunjang pembangunan yakni untuk menutupi pembiayaan yang diperlukan
bagi pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi dalam melaksanakan tugasnya.
Salah satu sumber pendapatan daerah yang disebut Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebagaimana tercantum dalam UU No. 22 Tahun 1999 yang terdiri dari
pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD dan penerimaan lain-lain yang sah.
Meskipun ada empat komponen PAD namun yang lebih dominan dan lebih
rasional untuk dijadikan sumber PAD adalah pajak dan retribusi daerah.

36

Pajak dan retribusi daerah sebagai komponen PAD yang memberikan


sumbangan terbesar bagi penerimaan daerah yang cukup dapat diandalkan sebagai
penerimaan rutin tentu sangat berpengaruh terhadap PAD, di mana semakin besar
penerimaan daerah dari pajak dan retribusi maka akan dapat meningkatkan PAD
daerah tersebut. Kedua komponen ini dianggap sebagai faktor positif yang dapat
meningkatkan pendapatan daerah.
Selain kedua komponen di atas, ada faktor lain yang diduga
mempengaruhi pendapatan daerah yaitu jumlah penduduk dan jumlah investasi.
Penduduk merupakan faktor utama dalam realisasi penerimaan PAD, karena
penduduk merupakan subjek dan wajib pajak atau wajib pungut atas pajak daerah
dan retribusi daerah. Apabila penduduk bertambah maka luas pasar bertambah
pula sehingga akan mendorong pertambahan produksi barang dan jasa serta
tingkat kegiatan ekonomi, kemudian akan dapat meningkatkan PAD karena dalam
kegiatan ekonomi yang dilakukan penduduk di suatu daerah akan terdapat pajak
dan retribusi daerah.
Untuk meningkatkan jumlah kapital yang ada, perlu dilakukan investasi
maka akan terjadi suatu siklus investasi yang cukup besar menaikkan jumlah
kapital.
Kapital yang meningkat akan meningkatkan pula pendapatan dan
pendapatan yang semakin besar akan menambah kemampuan untuk melakukan
investasi yang lebih besar lagi, keadaan ini sudah merupakan suatu proses
pembangunan ekonomi di suatu negara atau daerah.

37

Untuk lebih jelasnya, maka dapat dikemukakan skema atau bagan yang dijadikan
pedoman dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Variabel Bebas (X)

Variabel Terikat (Y)

Jumlah Penduduk (X1)


PAD (Y)
Jumlah Investasi (X2)

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PAD Kabupaten


Kuantan Singingi

D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual di atas, maka penulis
dapat mengemukakan hipotesis yang ingin dibuktikan yaitu :
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah penduduk Kabupaten
Kuantan Singingi dengan PAD Kabupaten Kuantan Singingi.
Ho : 1 = 0
Ha : 1 0
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah investasi Kabupaten
Kuantan Singingi dengan PAD Kabupaten Kuantan Singingi.
Ho : 2 = 0
Ha : 2 0

38

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah penduduk,dan jumlah


investasi Kabupaten Kuantan Singingi.
Ho : 1 = 2 = 0, Ha : Salah satu koefisien 0

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini
dapat digolongkan pada penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bermaksud mendeskripsikan variabel-variabel penelitian,
sedangkan penelitian asosiatif yaitu di mana penulis akan mempelajari ada
tidaknya hubungan atau pengaruh antar variabel. (Kuncoro, 2003 : 197).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan

di Kabupaten Kuantan Singingi dengan

mengambil data dari Badan Pusat Statistik (BPS), DISPENDA, dan BPIPDL
Kabupaten Kuantan Singingi, yang dilaksanakan pada bulan Desember 2007
sampai Januari 2008.
C. Jenis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini digolongkan menjadi 4 (empat) jenis,
yaitu :
1. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui lembaga atau
instansi pemerintah resmi, yaitu data tentang jumlah penduduk, jumlah
investasi, PAD Kabupaten Kuantan Singingi dan pajak daerah.
2. Berdasarkan sifatnya, data penelitian ini merupakan data kuantitatif
karena data jumlah penduduk, jumlah investasi dan PAD Kabupaten
Kuantan Singingi diperoleh dalam bentuk angka.

39

40

3. Dari segi waktu data ini dikumpulkan berdasarkan data dari tahun ke
tahun (time series) dari tahun 2000-2006.
4. Interpolasi Data
Supaya data tentang Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kuantan
Singingi lebih bervariasi dan untuk melihat perkembangan jumlah
penduduk dan jumlah investasi dari triwulan ke triwulan selanjutnya.
Karena data yang diperoleh berupa data tahunan dari tahun 2000 2006.
Selanjutnya data tahunan tersebut diolah kembali dengan menggunakan
metode interpolasi data untuk menambah variasi data dari data tahunan
menjadi data kwartalan.
Untuk melihat data yang dikwartalan tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut :

{
{
{
{

}
}
}
}

Y1 = 1 Yt 4,5 (Yt Yt 1 ) ......................................................(4)


4
12
Y2 = 1 Yt 1,5 (Yt Yt 1 ) .......................................................(5)
4
12
Y3 = 1 Yt + 1,5 (Yt Yt 1 ) .......................................................(6)
4
12
4
,
5
(Y Yt 1 ) ......................................................(7 )
Y4 = 1 Yt +
4
12 t
Insukindro (1990)
Di mana : Y
Yt

= Kuartal
= Tahun Dasar

Yt-1 = Tahun Sebelumnya


Hal ini dilakukan karena perkembangan jumlah penduduk dan investasi
pada data bulanan yang bertujuan untuk melihat variasi Pendapatan Asli
Daerah berdasarkan variasi dari hasil interpolasi data.

41

Untuk melihat hasil dari pengolahan data tersebut dapat dilihat pada
lampiran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu


mengumpulkan data yang diperoleh dari lembaga atau instansi pemerintah yaitu
Badan Pusat Statistik (BPS), DISPENDA dan BPIPDL Kabupaten Kuantan
Singingi.

E. Defenisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebagai variabel terikat (dependent) sedangkan jumlah penduduk dan
investasi sebagai variabel bebas (independent).
Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap konsep
yang digunakan dalam penelitian ini, dirasakan perlu untuk memberi pembatasan
pengertian dari konsep yang digunakan beserta penggunaannya. Dengan demikian
diharapkan terdapat persamaan penafsiran terhadap konsep yang digunakan.
1. Pendapatan Asli Daerah (Y)
Merupakan sumber-sumber penerimaan daerah yang berasal dari daerah
itu sendiri seperti pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD,
penerimaan dari dinas-dinas dan penerimaan lain-lain yang dipacu
pertumbuhannya agar tercapai pembangunan daerah yang diinginkan
yang diukur dengan satuan rupiah pertahun.

42

2. Jumlah Penduduk (X1)


Penduduk Kabupaten Kuantan Singingi, yang tercatat di Badan Pusat
Statistik (BPS) dari tahun 2000 sampai dengan 2006 dengan unit orang.
3. Jumlah Investasi (X2)
Merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak
swasta untuk menambah stok kapital atau modal yang tujuannya untuk
meningkatkan pendapatan yang diukur dengan satuan rupiah pertahun.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisa data yang diperoleh dalam penulisan ini, maka teknik
penganalisaan data dilakukan dengan metode sebagai berikut :
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan masing-masing
variabel yaitu dalam bentuk penyajian data dalam tabel distribusi
frekuensi, kemudian dilakukan analisis persentase dan menghitung nilai
pemusatan dan dispersi serta memberikan interpretasi terhadap analisis
tersebut.
2. Analisis Induktif
Didalam melakukan penafsiran terhadap suatu tingkat permintaan
diperlukan asumsi-asumsi sebagai penyederhanaan, agar variabel bebas
(independent variable) yang menjelaskan variabel terikat (dependent
variable) benar-benar variabel yang sangat berpengaruh atas variabel yang
dicari.

43

Menurut Supranto (1983 : 19) berdasarkan hipotesis dan pendekatan teori,


maka digunakan analisis regresi berganda. Analisis ini digunakan untuk melihat
hubungan lebih dari dua variabel regresi, yaitu dua atau lebih variabel independen
dan satu variabel dependen. Fungsi persamaannya adalah :
Y = f (X1, X2,, Xn) ............................................................. (8)
Dengan model bersamaannya adalah sebagai berikut :
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + U .. (9)
Persamaan tersebut juga digunakan sebagai alat dalam menganalisis
pengaruh jumlah penduduk dan jumlah investasi terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Dari persamaan tersebut di atas dapat dibuat model persamaan Cobb
Douglas sebagai berikut :
Y = 0X11X22eU . (10)
Menurut Gujarati (1998 : 32) untuk mengukur elastisitas masing-masing
variabel, maka persamaan (6) ditransformasikan dalam persamaan double
logaritma sebagai berikut :
Log Y = log 0 + 1 logX1 + 2 logX2 + logU ......................... (11)
Di mana :
Y

= Pendapatan Asli Daerah (PAD)

X1

= Jumlah penduduk

X2

= Jumlah investasi

1, 2 = Koefisien regresi
U

= Kesalahan pengganggu

44

Pengujian hasil regresi digunakan untuk menyelidiki bagaimana


keterkaitan antar variabel dependen dengan variabel independen, yang dapat
dilihat dari besarnya nilai R2, F-Test, t-test. Nilai dari masing-masing komponen
tersebut adalah merupakan metode yang dapat digunakan :
a. Untuk mengetahui proporsi variasi variabel dependen yang dijelaskan
oleh variabel dependen lainnya secara bersama-sama (gabungan) dan
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang kuat antara
keseluruhan variabel independen dengan variabel dependennya, dapat
dilihat dari nilai Koefisien Determinasi (R2 atau disebut juga R
Square) dengan menggunakan rumus :
R2 =

1 x3 y + x 3 y + 3 x3 y
y2

.................................. (12)

Di mana :
i = Koefisien determinasi
X = Variabel bebas (independent variabel)
Y = Variabel tidak bebas (dependent variabel)
Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu, jika R2

= 1

menjelaskan bahwa 100 persen sumbangan variabel bebas terhadap


variansi naik turunnya variabel tidakbebas, kalau nilainya nol berarti
tidak menjelaskan sedikitpun variansi naik turun variabel terikatnya.
Koefisien determinasi yang cocok dalam model ini adalah yang
mendekati satu.

45

b. T-test digunakan untuk menguji apakah masing-masing koefisien


regresi signifikan atau tidak pada tingkat kepercayaan tertentu yang
dipilih. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengujian ttest dapat
dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel independen
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan (penting secara
statistik). Jika nilai ttest lebih besar dari nilat ttabel berarti suatu variabel
independent signifikan mempengaruhi variabel dependen dan berlaku
sebaliknya. Untuk mendapat ttest dapat digunakan rumus (Algifari,
1997 : 27) :
t=

i
Se i

.......................................................................... (13)

Di mana :
i

= Parameter yang ditaksir

Sei = Kesalahan standar atas koefisien regresi


c. F-test digunakan untuk melihat ketepatan pengujian persamaan regresi
secara keseluruhan atau melihat pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependennya. Untuk pengujian

dilakukan dengan membandingkan nilai Ftest dengan Ftabel. Nilai Ftest


dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (Sudjana, 1996 : 358) :

R2 / K
(1 R 2 )( N k 1)

Ftest =

Di mana :
R2

= Koefisien determinasi

....................................................... (14)

46

= Jumlah variabel

= Jumlah tahun pengamatan

K-1

= V1 (degree of freedom homerator)

n-k

= V2 (degree of freedom domerator)

Bila Ftest > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima


Bila Ftest < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Di mana jika Ftest yang lebih besar dari Ftabel berarti secara bersamasama variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependennya.
3. Uji Persyaratan Analisis
a.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas yaitu melakukan analisis uji multikolinearitas

dengan rumus korelasi product moment yang dijabarkan dalam bentuk


matrik korelasi. Analisis ini bertujuan untuk melihat korelasi sesama
variabel bebas tersebut dieliminir (dikeluarkan dari analisis regresi
berganda). Untuk menentukan ada atau tidaknya multikolinearitas
dilakukan dengan cara membandingkan koefisien korelasi dengan nilai
kritisnya = 0,05 dengan rumus :
rxy =

n( X 1Y1 ) ( X 1 )( Y1 )

[n{ X } { X } ][n{ X } { X } ]
2

Jika | r0 > r tab |

......................(15)

maka terdapat multikolinearitas

Jika | r0 < r tab | maka tidak terdapat multikolinearitas

47

b.

Uji Auto Korelasi


Autokorelasi berarti terdapatnya korelasi antara data pengamatan

yang diukur berdasarkan waktu,sehingga satu datum dipengaruhi oleh


datum

sebelumnya.

Autokorelasi

muncul

pada

regresi

yang

menggunakan data berkala (time series). Uji ini memakai rumus Durbin
Watson, yaitu :

(u n u n1 ) 2
d=
u n2

............................................................. (16)

Di mana :
d = Statistik Durbin Watson
U = Nilai Residu
Tabel 4 : Klasifikasi Nilai d
Nilai dengan
Keterangan
d < d1
Ada autokorelasi
d1 d < du
Tidak ada kesimpulan
du d < 4 d1
Tidak ada autokorelasi
4 du d < 4 d1
Tidak ada kesimpulan
4 d1 < d 4
Ada autokorelasi
Sumber : (Gujarati : 1995 : 320)

c. Uji Heteroskedasitas
Menurut Gujarati (1955 : 67) Heteroskedasitas adalah suatu asumsi
yang terkait dengan hubungan ketergantungan di antara variabel. Selain
itu Heteroskedasitas adalah variabel pengganggu memiliki varians
lainnya. Menurut Sumodiningrat (2002 : 26) Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi Heteroskedasitas. Untuk mendeteksi adanya gejala
Heteroskedasitas digunakan uji Gleyser, jika nilai signifikan lebih besar

48

dari

0,05

berarti

tidak

terdapat

Heteroskedasitas.

Untuk

menghilangkannya dapat dilakukan transformasi dengan cara membagi


variabel independent dengan standar deviasi variabel independent.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
a. Keadaan Geografis Kabupaten Kuantan Singingi

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan suatu Kabupaten di wilayah


daerah Propinsi Riau. Sebelumnya Kabupaten Kuantan Singingi merupakan
bagian dari wilayah daerah Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau sebagai salah
satu kecamatan dan setelah dikeluarkannya UU No. 53 Tahun 1999 tentang
pemekaran wilayah dan pembentukan Kabupaten baru, maka Kabupaten Indragiri
Hulu dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Indragiri Hulu dan
Kabupaten Kuantan Singingi. Sehingga saat ini Kuantan Singingi menjadi sebuah
Kabupaten defenitif di wilayah Propinsi Riau dengan Ibu Kota kabupatennya
Teluk Kuantan, yang berjarak berkisar 170 km dari Ibu Kota Propinsi Riau. Luas
wilayah Kabupaten Kuantan Singingi adalah 7.656,03 km2
dengan :
Sebelah Utara dengan Kabupaten Kampar dan Pelalawan
Sebelah Selatan dengan Propinsi Jambi
Sebelah Barat dengan Propinsi Sumatera Barat
Sebelah Timur dengan Kabupaten Indragiri Hulu

49

yang berbatasan

50

Wilayah Administrasi Kabupaten Kuantan Singingi terletak pada posisi


antara :
00 00 - 10 00 Lintang Selatan
1010 02 1010 55 Bujur Timur
Secara topografis, wilayah Kabupaten Kuantan Singingi merupakan daerah
perbukitan yang memiliki ketinggian elevasi bervariasi, di mana elevasi tertinggi
mencapai 804 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lereng sangat
bervariasi. Umumnya daerah ini merupakan daerah pegunungan dan dataran
sungai. Terdapat dua sungai besar yang melintasi wilayah Kabupaten Kuantan
Singingi yaitu Sungai Kuantan dan Sungai Singingi. Peranan sungai tersebut
sangat penting terutama sebagai sarana transportasi, sumber air bersih, budi daya
perikanan dan dapat dijadikan sumber daya buatan untuk menghasilkan suplai
listrik tenaga air.
Kabupaten Kuantan Singingi pada umumnya beriklim tropis dengan suhu
udara maksimum berkisar antara 19,20 c 22,00c. Curah hujan antara 43,17376,50 mm per tahun dengan keadaan musim berkisar :
Musim hujan jatuh pada bulan September s/d Februari
Musim kemarau jatuh pada bulan Maret s/d Agustus
Dengan iklim seperti ini menjadikan Kabupaten Kuantan Singingi daerah
yang subur untuk bidang pertanian.
b. Sejarah Kabupaten Kuantan Singingi

Menurut sejarah pada awalnya ( Abad 7-16 M) di Kuantan Singingi suatu


kerajaan bernama Kandis yang beribu kota di Kandis (Wilayah Kecamatan

51

Kuantan Mudik sekarang) dan pada masa tertentu ibu kota pindah ke Sintuo di
seberang Teluk Kuantan. Sejak itu kerajaan diberi nama Kuantan. Masa
permulaan Kandis masyarakatnya mendapat pengaruh Hindu.
Pada saat itu wilayah Kuantan

meliputi wilayah yang dialiri Batang

Kuantan, yaitu dari Hulu Kuantan, Lubuk Ambacang sampai ke Pesikaian Cerenti.
Bukti-bukti peninggalan tentang keberadaan kerajaan tersebut masih dapat
disaksikann, yaitu Padang Candi di Lubuk Jambi dan Cerenti.
Belanda baru masuk menguasai Kuantan sejak tahun 1905. Masuknya
Belanda ke Kuantan dihadapi dengan perlawanan oleh masyarakat seperti terkenal
dengan Perang Manggis. Dan di peperangan ini, Kuantan mengalami kekalahan.
Akibat kekalahan ini, maka para pemangku adat tidak mempunyai wewenang lagi
dan mereka dijadikan Belanda sebagai pembantu atau Demang di Teluk Kuantan.
Para Datuk yang mendukung Belanda diberi kewenangan sebagai pemungut emas
dan penerima upeti lainnya. Namun demikian para Datuk tetap mempunyai
kharisma kepada masyarakat dalam mengatur pemerintahan. Pada masa Belanda
itu sampai tahun1942 Kuantan menjadi bagian dari keresidenan Riau yang
berpusat di Tanjung Pinang.
Pada masa kemerdekaan Kuantan menjadi suatu kewedanan dengan ibu kota
kewedanan di Teluk Kuantan, kewedanan ini bagian dari Kabupaten Indragiri.
2. Analisis Deskripsi Variabel

Pada deskripsi variabel akan dijelaskan tentang gambaran umum data-data


yang telah diperoleh di lapangan. Penelitian ini membahas 3 variabel yaitu : 1
variabel terikat (Y) dan 2 variabel bebas (X). Variabel terikat adalah Pendapatan

52

Asli Daerah (PAD) dan variabel bebas terdiri dari jumlah penduduk (X1) dan
jumlah investasi (X2).
a. Deskripsi Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Kuantan
Singingi

Dalam hal perkembangan jumlah penduduk, dipengaruhi oleh angka


kelahiran, kematian dan migrasi. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten
Kuantan Singingi pada tahun 2000 hingga tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 5
Perkembangan Jumlah Penduduk
Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2000-2006
Jumlah
Laju
Tahun
Penduduk
Pertumbuhan (%)
2000
210.225
2001
221.626
5,42
2002
226.554
2,22
2003
243.772
7,60
2004
246.253
1,02
2005
267.408
8,59
2006
270.177
1,04
Mean
4,32
Standar Deviasi
3,36
Koefisien Variasi
77,77
Sumber : BPS, Kuantan Singingi Dalam Angka (Data diolah),2008

Pada Tabel 3 terlihat bahwa setiap tahun jumlah penduduk Kabupaten


Kuantan Singingi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dalam 7 tahun
pengamatan pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Kuantan Singingi rata-rata
4,32 %. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 8,59 %. Hal ini
terjadi karena dipengaruhi oleh faktor urbanisasi sebagai dampak dari mulai
pesatnya pembangunan di Kabupaten Kuantan Singingi, sehingga tersedia sarana
dan fasilitas yang memadai. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun

53

2004 sebesar 1,02 %. Hal ini di duga tingginya angka kematian bayi dan
banyaknya masyarakat yang berimigrasi khususnya ke Kota Pekanbaru.
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata perkembangan
jumlah penduduk Kabupaten Kuantan Singingi sebesar 4,32 % dengan tingkat
penyimpangan jumlah penduduk dari nilai pemusatannya adalah sebesar 3,36 %.
Sedangkan koefisien variasi variabel jumlah penduduknya adalah sebesar 77,77
%. Hal ini berarti bahwa tingkat keragamannya cukup tinggi karena besar dari 50
% artinya masing-masing data pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten
Kuantan Singingi berbeda dengan reratanya.
b. Dekripsi Perkembangan Jumlah Investasi Kabupaten Kuantan
Singingi

Investasi adalah satu komponen utama dalam mencapai pertumbuhan


ekonomi suatu daerah. Jumlah investasi Kabupaten Kuantan Singingi dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut.
Tabel 6
Jumlah dan Perkembangan Investasi
Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2000-2006
Jumlah Investasi
Laju
Tahun
(Rp 000)
Pertumbuhan (%)
2000
33.941.000,00
2001
43.592.343,30
28,44
2002
50.000.000,00
14,70
2003
77.000.000,00
54
2004
88.600.000,00
15,06
2005
143.680.092,18
62,17
2006
170.380.784,00
18,58
Mean
33,16
Standar Deviasi
20,85
Koefisien Variasi
64,82
Sumber : BPIPDL Kab. Kuantan Singingi (Data diolah),2008

54

Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa selama periode 2000-2006 jumlah


investasi Kabupaten Kuantan Singingi mengalami perubahan yang positif,
walaupun laju pertumbuhannya dari tahun ke tahun mengalami turun naik. Hal itu
terlihat pada tahun 2001 laju pertumbuhan sebesar 28,44 %. Tetapi pada tahun
2002 menurun menjadi 14,70 %. Hal ini diduga berkurangnya kepercayaan
investor, terhadap keamanan seiring pesatnya pembangunan di Kabupaten
Kuantan Singingi. Namun pada tahun 2003 kembali meningkat sebesar 54 %.
Tahun 2004 juga mengalami penurunan sebesar 15,06 % dan terjadi lagi
peningkatan yang sangat positif pada tahun 2005 sebesar 62,17 % dan ini adalah
peningkatan yang paling besar. Hal ini diduga Pemerintah Daerah telah
melakukan perbaikan terutama peningkatan sektor keamanan dan makin
mudahnya pengurusan investor dalam menanamkan modalnya. Dilihat dari rataratanya, perkembangan jumlah investasi Kabupaten Kuantan Singingi adalah
sebesar 33,16 % dengan tingkat penyimpangan jumlah investasidari nilai
pemusatannya adalah sebesar 20,85 %. Sedangkan koefisien variasi variabel
jumlah investasi ini adalah sebesar 18,58 %.
c. Deskripsi Perkembangan Pendapatan Asli Daerah

Perkembangan PAD merupakan refleksi dari perkembangan penerimaan


komponen-komponen pembentukan PAD yaitu pajak daerah, retribusi daerah,
bagian laba BUMD dan penerimaan lain-lain yang sah. Perkembangan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi.

55

Tabel 7
Realisasi PAD
Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2000-2006 (Rp 000)
PAD
Laju
Tahun
(Rupiah)
Pertumbuhan (%)
2000
973.452,14
2001
3.651.627,65
275,12
2002
6.352.310,45
73,96
2003
5.732.550,22
-9,90
2004
9.171.118,84
60,23
2005
11.698.657,90
27,56
2006
22.833.413,58
95,18
Mean
87,01
Standar Deviasi
99,25
Koefisien Variasi
114,07
Sumber : Dispenda Kabupaten Kuantan Singingi (Data diolah), 2008

Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa selama tahun 2000-2006 Pendapatan


Asli Daerah telah mengalami peningkatan setiap tahunnya dari Rp 973.452.135,tahun 2000 menjadi Rp 22.833.413.575,- tahun 2006 dengan rata-rata peningkatan
sebesar 87,01 %. Untuk tahun 2003 PAD Kabupaten Kuantan Singingi mengalami
pertumbuhan minus yaitu sebesar -9,90 % dari tahun 2002. Hal ini disebabkan
karena terjadinya penurunan penerimaan pajak dan penerimaan retribusi daerah.
Penerimaan dari pajak daerah mengalami penurunan yang cukup tajam sebesar
38,63 %. Untuk tahun 2004 penerimaan PAD kembali meningkat dan peningkatan
yang terbesar terjadi pada tahun 2006 yakni sebesar 95,18 % dari 7 tahun
pengamatan.
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata perkembangan PAD
Kabupaten Kuantan Singingi sebesar 87,01 % dengan tingkat penyimpangan PAD
dari nilai pemusatannya adalah sebesar 99,25 %. Sedangkan koefisien variasi
variabel PAD ini adalah sebesar 114,07 %.

56

3. Analisis Inferensial
a. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk melihat korelasi antar variabel


bebas, apabila terdapat korelasi yang signifikan sesama variabel bebas tersebut,
maka salah satu variabel bebas harus dieleminir atau dikeluarkan dari analisis
regresi berganda. Setelah data dari masing-masing variabel dianalisis maka dapat
dilihat hubungan masing-masing variabel bebas seperti yang terlihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 8
Matrik Korelasi
LOG X1
1
LOG X1 Pearson Correlation
.
Sig. (2-tailed)
28
N
0,040
LOG X2 Pearson Correlation
0,841
Sig. (2-tailed)
28
N

LOG X2
0,040
0,841
28
1
.
28

Sumber : Olahan Data Sekunder 2008

Pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa log X1 dengan log X2 diperoleh nilai


korelasi sebesar 0,040 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,841. Semua koefisien
ini level signya besar dari = 0,05.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas karena
koefisien korelasi di atas besar dari nilai krisisnya atau level sig (2-tailed) > 0,05.
b. Uji Auto Korelasi (Durbin-Watson)

Dengan melakukan uji autokorelasi akan dapat dilihat korelasi antara data
yang diurut berdasarkan waktu, sehingga satu datum dipengaruhi oleh datum
sebelumnya. Dari analisis data penelitian, uji autokorelasi dilakukan dengan
rumsus Durbin-Watson sebagai berikut :

57

Tabel 9
Model Summary (Durbin Watson)
Model
R
R Square
Adjusted Std. Error of DurbinThe Estimate Watson
R
Square
1
0,907
0,823
0,809
0,18331224 1,951
Sumber : Olahan Data Sekunder 2008

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa nilai uji Durbin-Watson diperoleh


nilai dL adalah 0,95 dan nilai du adalah 2,46. Sedangkan olah data dengan SPSS
dapat diketahui bahwa nilai uji Durbin-Watson adalah 1,951 didapat nilai uji
Durbin-Watson berada pada interval du < d < 4 du sehingga tidak terdapat
autokorelasi antara data yang diurutkan berdasarkan waktu sehingga tidak
dipengaruhi oleh data sebelumnya.
c. Uji Heteroskedastisitas

Uji melihat adanya gejala Heteroskedasitas maka dilakukan uji Gleyser.


Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 berarti tidak terdapat
Heteroskedasitas.
Tabel 10
Uji Heteroskedasitas
Variabel
Nilai Signifikansi
Y
1,518
X1
3,000
X2
1,075
Sumber : Data Olahan Sekunder 2008

Dari Tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 Hal
ini berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat Heteroskedasitas.
d. Analisis Regresi Berganda

Analisis ini maksudnya adalah untuk mengetahui pengaruh masing-masing


variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Hasil analisis data regresi linear
berganda dapat dilihat pada Tabel 11

58

Model

Tabel 11
Analisis Regresi
Regression
Std Error
Coefficient
1,148
-5,942
0,177
0,468
0,150
1,361

Constant
Log X1
Log X2
R2 = 0,823
Adjusted R2 = 0,809
F = 58,163
Sig pada = 0,05

Partial (r)

R2

0,466
0,875

0,218
0,766

Sumber : Olahan Data Sekunder 2008

Berdasarkan Tabel 11 dapat dituliskan ke dalam persamaan Regresi


Berganda sebagai berikut :
Log Y = Log 0 + 1 Log X1 + 2 Log X2 + U .......................... (17)
Log Y = -5,942 + 0,468 Log X1 + 1,351 Log X2 ...................... (18)
Dari persamaan (18) terlihat bahwa angka constanta sebesar -5,942 Hal ini
berarti bahwa begitu jeleknya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan
Singingi tanpa ada peranan dari jumlah penduduk dan jumlah investasi.
Bentuk pengaruh jumlah penduduk (X1) terhadap PAD (Y) Kabupaten
Kuantan Singingi positif. Maksudnya jika jumlah penduduk naik 1 % maka PAD
naik 0,468 % dengan asumsi cateris paribus. Secara parsial pengaruh jumlah
penduduk terhadap PAD sebesar 0,466 % dan secara parsial sumbangan jumlah
penduduk tehadap PAD sebesar 21,8 % dengan asumsi cateris paribus.
Bentuk pengaruh jumlah investasi (X2) terhadap PAD (Y) Kabupaten
Kuantan Singingi positif. Maksudnya jika jumlah investasi naik 1 % maka PAD
naik 1,361 % dengan asumsi cateris paribus. Secara parsial pengaruh jumlah
investasi terhadap PAD sebesar 87,5 % dan secara parsial sumbangan jumlah
investasi terhadap PAD sebesar 76,6 % dengan asumsi cateris paribus.

59

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai Koefisien Determinasi atau R2 =


0,823 dengan Adjusted R2 = 0,809 yang menunjukkan bahwa sumbangan secara
bersama-sama variabel bebas jumlah penduduk (X1) dan jumlah investasi (X2)
terhadap variabel terikat PAD (Y) Kabupaten Kuantan Singingi sebesar 82,3 %
selebihnya 17,7 % PAD ditentukan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam
penelitian ini.
d. Pengujian Hipotesis
1. Uji t (t test)

Uji ini digunakan untuk menghitung tingkat keberartian masing-masing


variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui tingkat keberartian
masing-masing variabel bebas yaitu jumlah penduduk dan jumlah investasi
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi dapat
dilihat pada Tabel 12

Konstanta
dan
Variabel
Constant
Log X1
Log X2

Tabel 12
Analisis Coefficient Regression
Regression
t hitung
Sig
Coefficient

-5,942
0,468
1,361

-5,174
2,636
9,049

0,000
0,014
0,000

Ket

Ho ditolak
Ho ditolak

Sumber : Olahan Data Sekunder 2008

a) Uji Hipotesis 1
Hipotesis pertama yang akan diuji yaitu terdapat pengaruh yang
signifikan antara jumlah penduduk terhadap PAD Kabupaten Kuantan Singingi.
Jika dilihat pada Tabel 12, t hitung 2,636 > t

tabel

2,365 (DF=7) atau sig = 0,014 <

= 0,05. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, hal ini berarti Ho ditolak dan Ha

60

diterima. Sehingga hipotesis pertama terbukti bahwa terdapat pengaruh yang


signifikan antara jumlah penduduk terhadap PAD Kabupaten Kuantan Singingi.
b) Uji Hipotesis 2
Hipotesis kedua yang akan diuji yaitu terdapat pengaruh yang
signifikan antara jumlah investasi terhadap PAD Kabupaten Kuantan Singingi.
Jika dilihat dari Tabel 12, t hitung 9,049 > t tabel 2,365 (DF=7) atau sig 0,000 < =
0,05. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, hal ini berarti Ho ditolak dan Ha
diterima. Sehingga hipotesis kedua terbukti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara jumlah investasi terhadap PAD Kabupaten Kuantan Singingi.
2. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui hipotesis ketiga yaitu untuk


mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
terikat. Hipotesis ketiga yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah
penduduk dan jumlah investasi terhadap PAD Kabupaten Kuantan Singingi.
Untuk menguji hipotesis ini dapat dilihat pada Tabel 13

Model
Regression
Residual
Total

Tabel 13
Analisi Of Variance (ANOVA)
DF
F
Sum of
Mean
Square
Square
1,954
58,163
2
3,909
0,034
25
0,840
27
4,749

Sig

Ket

0,000

Ho
ditolak

Sumber : Olahan Data Sekunder 2008

Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa F hitung 58,163 > F tabel 4,74 atau sig =
0,000 < = 0,05 hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga
hipotesis ketiga terbukti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah
penduduk dan jumlah investasi terhadap PAD Kabupaten Kuantan Singingi.

61

B. Pembahasan

Berdasarkan analisa data, dapat dijelaskan bahwa persamaan regresi dalam


penelitian ini mempunyai Koefisien Determinasi atau R2 yang cukup besar yaitu
0,823 yang berarti bahwa variabel bebas (jumlah penduduk dan jumlah investasi)
mampu menjelaskan variabel terikat (Pendapatan Asli Daerah) secara keseluruhan
sebesar 82,3 % dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan
dalam penelitian ini. Pengaruh masing-masing variabel bebas tersebut akan
dibahas dibawah ini.
1. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Kuantan Singingi

Hasil Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang


signifikan antara jumlah penduduk dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Kuantan Singingi dengan tingkat keyakinan 95 %. Berarti adanya
peran serta yang tinggi penduduk atau masyarakat dalam membayar pajak dan
retribusi daerah, yang berarti juga tingginya konsumsi penduduk terhadap barang
atau jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Begitu juga dengan daerah,
jika konsumsi yang dilakukan masyarakat atas barang atau jasa publik meningkat,
maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) daerah tersebut juga akan meningkat.
Keberadaan penduduk akan melatar belakangi Pemerintah Daerah dalam
menyediakan sarana-sarana pelayanan publik yang lebih besar lagi, karena dengan
bertambahnya jumlah penduduk akan memerlukan penyediaan pelayanan publik
yang lebih besar juga, seperti pelayanan kesehatan, pasar, terminal, tempat
rekreasi dan lain-lain. Selain itu pengeluaran Pemerintah Daerah dalam
penyediaan pelayanan publik akan semakin besar seiring dengan bertambahnya

62

jumlah penduduk. Pengeluaran Pemerintah Daerah tersebut akan ditutupi dengan


penarikan pajak dan retribusi kepada masyarakat. Semakin tinggi pendapatan
masyarakat di suatu daerah akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk
membayar (ability to pay) berbagai kewajibannya kepada Pemerintah Daerah.
Selanjutnya apabila banyak penduduk yang menggunakan jasa-jasa yang
disediakan Pemerintah Daerah, maka akan semakin banyak pula penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak dan retribusi. Hal ini sejalan dengan
teori yangdisampaikan oleh Simanjuntak dalam Halim (2004 : 99) bahwa jika
jumlah penduduk meningkat, maka pendapatan yang ditarik akan meningkat.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan Lestari (2000 : 75) menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah penduduk dengan Pendapatan
Asli Daerah Kota Bukittinggi dengan tingkat keyakinan 95 %. Berarti adanya
peran serta yang tinggi penduduk atau masyarakat dalam membayar pajak atau
retribusi daerah.
2. Pengaruh Jumlah Investasi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Kuantan Singingi

Hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima atau terbukti bahwa tedapat
pengaruh yang signifikan antara jumlah investasi terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi dengan tingkat keyakinan 95 %.
Investasi adalah satu komponen utama dalam mencapai pertumbuhan ekonomi
suatu daerah. Besarnya laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai ditentukan oleh
kemampuan investasi, baik investasi secara agregat maupun investasi pada
masing-masing sektor ekonomi. Sehingga keberhasilan pertumbuhan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya jumlah
investasi.Karena investasi disamping akan menarik kenaikan out put secara

63

signifikan, juga secara otomatis akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat


sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat.
Kemudian temuan ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Sukirno
(2000 : 367-368) bahwa kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus
menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan
pendapatan nasional dan pendapatan daerah dan meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan Amar (2003 : 106) menemukan
bahwa secara kuantitatif ternyata daerah-daerah yang memiliki pertumbuhan
jumlah investasi relatif tinggi memiliki peluang untuk memperoleh Pendapatan
Asli Daerah relatif lebih tinggi, yaitu sebesar 1,03 kali jika dibandingkan dengan
daerah yang memiliki pertumbuhan jumlah investasi ( dibawah 7 % dari PDRB).
Menurut pandangan Keynesian (dalam Dumary, 1999 : 14) akan relevansi
campur tangan pemerintah dalam perekonomian, maka dibentuklah suatu identitas
Pendapatan Nasional yaitu :
Y = C + I + G + (X-M)........................................................................ (19)
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa besar kecilnya jumlah pendapatan
nasional (Y) akan dipengaruhi oleh besarnya konsumsi masyarakat (C), investasi
(I), pengeluaran pemerintah (G) dan besar kecilnya jumlah ekspor dikurangi
impor (X-M). Dalam persamaan di atas terdapat komponen investasi yang
dilambangkan dengan I. Maka persamaan di atas dapat diartikan bahwa kenaikan
atau penurunan investasi akan menaikkan atau menurunkan pendapatan nasional.
Bila dilihat koefisien regresi dari jumlah investasi Kabupaten Kuantan
Singingi yang memiliki tanda positif, hal ini berarti dengan semakin
meningkatnya jumlah investasi maka juga akan meningkatkan Pendapatan Asli

64

Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi. Jadi untuk meningkatkan


Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi, maka harus
ditingkatkan pula jumlah investasi.
3. Pengaruh Jumlah Penduduk dan Jumlah Investasi terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi.

Secara bersama-sama pengaruh variabel bebas jumlah penduduk dan jumlah


investasi berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat PAD. Pengaruh yang
signifikan jumlah penduduk dan jumlah investasi terhadap PAD Kabupaten
Kuantan Singingi memberi gambaran bahwa kedua variabel tersebut mempunyai
peranan yang penting dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Semakin tinggi
pendapatan masyarakat di suatu daerah akan semakin tinggi pula kemampuannya
untuk membayar berbagai kewajibannya kepada Pemerintah Daerah. Selanjutnya
apabila banyak penduduk yang menggunakan jasa-jasa yang disediakan
pemerintah, maka akan semakin banyak pula penerimaan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) melalui pajak dan retribusi. Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan
oleh Simanjuntak (dalam Halim, 2004 : 99) bahwa jika jumlah penduduk
meningkat, maka pendapatan yang ditarik akan meningkat.
Jumlah investasi yang meningkat akan berpengaruh kepada perekonomian
daerah dan selanjutnya akan berpengaruh kepada kegiatan-kegiatan ekonomi yang
ada di daerah tersebut. Perkembangan jumlah investasi yang baik akan
mempengaruhi tingkat pendapatan angkatan kerja khususnya dan penduduk pada
umumnya.

Membaiknya

tingkat

kehidupan

masyarakat

berarti

tingkat

kesejahteraan hidupnya juga meningkat, sehingga kemampuan penduduk untuk


membayar (ability to pay). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amar
(2003 : 106) bahwa secara kuantitatif daerah-daerah yang memiliki pertumbuhan

65

jumlah investasi relatif tinggi memiliki peluang untuk memperoleh PAD yang
relatif tinggi juga, yaitu sebesar 1,03 kali jika dibandingkan dengan daerah yang
memiliki

pertumbuhan

jumlah

investasi

dibawah

dari

PDRB.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah


dikemukakan pada bab terdahulu, dapat Penulis kemukakan simpulan dari
penelitian ini yaitu :
1. Jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi. Ini terbukti dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, di mana t

hitung

lebih besar dari t

tabel

(2,636 > 2,365). Hal ini berarti peningkatan PAD relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk dengan tingkat
pengaruh sebesar 46, 6 %.
2. Jumlah investasi berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan asli Daerah
(PAD) Kabupaten Kuantan Singingi. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa t

hitung

lebih besar dari t

tabel

(9,049 >

2,365). Hal ini berarti peningkatan PAD relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan peningkatan jumlah investasi dengan tingkat pengaruh sebesar
87,5 %.
3. Secara bersama-sama jumlah penduduk dan jumlah investasi berpengaruh
signifikan terhadap Pendapatan asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan
Singingi. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian di mana F
lebih besar dari F

tabel

hitung

(58,163 > 4,74) dengan tingkat sumbangan sebesar

82,3 %.

66

67

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil dari penelitian ini maka Penulis


mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Dengan terdapatnya pengaruh yang signifikan antara jumlah penduduk
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi
berarti penduduk telah berperan serta dalam pembangunan daerah.
Kemudian tantangan yang akan dihadapi oleh pemerintah adalah
bagaimana cara untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan peran
serta masyarakat khususnya dalam hal pemungutan pajak dan retribusi
daerah tanpa mendapat tantangan dari masyarakat itu sendiri, misalnya
dengan merancang peraturan daerah yang sesuai dengan keadaan
sosial ekonomi masyarakat. Selain itu barang atau jasa publik yang
disediakan oleh pemerintah daerah hendaknya berkembang sesuai
dengan perkembangan jumlah penduduk karena hal ini akan berkaitan
dengan kualitas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah daerah
terhadap warganya.
2. Dengan terdapatnya pengaruh yang signifikan antara jumlah investasi
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuantan Singingi,
diharapkan untuk masa yang akan yang datang pemerintah daerah
dapat lebih meningkatkan jumlah investasi, memperkuat kemampuan
keuangan daerah dengan melakukan berbagai kebijakan seperti
kebijakan peningkatan perekonomian masyarakat, antara lain dengan
memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja, mendorong sektor

68

swasta dalam berinvestasi dan membantu pengusaha kecil. Kebijakan


untuk menggairahkan investasi antara lain melalui perbakan kualitas
sarana dan prasarana ekonomi yang ada di daerah, memberi rasa aman
kepada para investor untuk menanamkan modalnya di daerah.
Kemudian, jika dilihat dalam komponen pembentukan PAD
Kabupaten Kuantan Singingi, retribusi daerah dan penerimaan lainlain yang sah merupakan penyumbang terbesar terhadap PAD. Tetapi
dalam jangka panjang sumber tersebut tidak dapat terlalu diandalkan,
karena cara tersebut hanya sebagai transfer beban pemerintah kepada
masyarakat. Oleh sebab itu untuk masa yang akan datang upaya
peningkatan peranan BUMD perlu digali lagi, sehingga kinerja
keuangan daerah kabupaten Kuantan Singingi dapat lebih baik lagi.
3. Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor
yang mempengaruhi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Kuantan Singingi, karena diperkirakan masih ada faktorfaktor lain selain jumlah penduduk dan jumlah investasi yang
mempengaruhi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Kuantan Singingi.

69

DAFTAR PUSTAKA

Amar, Syamsul. 2003. Analisis Kinerja Keuangan Daerah Propinsi Sumatera


Barat. Jurnal Ekonomi FE Universitas Borobudur.
Badan pusat Statistik. Kuantan Singingi Dalam Angka Tahun 1997 2006. Teluk
Kuantan.
Davey, KJ. 1988. Pembiayaan Pemerintah Daerah, Praktek-praktek Internasional
dan Relevansinya Bagi Dunia ke Tiga. Jakarta : Universitas Indonesia.
Deliarnov. 1995. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Universitas Indonesia.
Devas, Nick, Brian Binder, Anne Both, Keneth Davey, Roy Kekky. 1989.
Keuangan Pemerintahan Daerah di Indonesia. Penerjemah Masri Maris,
Sri Edi Swasono. Jakarta : UI-Press.
Dumairy. 1999. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga.
Halim, Abdul. 2001. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta :
UPP AMP YKPN.
-------,---------. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta :
UPP AMP YKPN.
Kuncoro, Mudjarad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta :
Erlangga.
Lains, Alvian. 1985. Pendapatan Daerah dalam Ekonomi Orde Baru. 1985. No.4.
Jakarta : LP3ES.
Lestari. 2006. Pengaruh PDRB dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kota Bukittinggi. Padang : Universitas Negeri Padang (Skripsi).
Mankiw, Gregory. 1997. Pengantar Ekonomi (Terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Rosydi, Suherman. 1996. Pengantar Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Siagian, Sondang. 1983. Filsafat Administrasi. Jakarta : Gunung Agung.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito.

69

70

Suhardi. 1980. Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja


Daerah. Surabaya : Penerbit Karya Anda.
Sujamto. 1981. Undang-Undang No.5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah. Jakarta : Bima Aksara.
Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Modern. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
---------,-----------. 2001. Ekonomi Mikro. Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Sumitro, Rachmat. 2000. Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pendapatan. Jakarta :
Cetakan IX Eresco.
Suparmoko, M. 1980. Azas-Azas Ilmu Keuangan Negara. Yogyakarta : Penerbit
Fakultas Ekonomi UGM.
Supranto, J. 1983. Ekonometrika. Jakarta : Fakultas Ekonomi UI.
Sutrisna. 1981. Perpajakan. Jakarta : Bima Aksara.
Tambunan, Tulus. 2000. Keuangan Negara dan Pemerintah Daerah. Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Todaro, P, Michael. 2000. Pembangunan ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta :
Erlangga.
Wajong, J. 1980. Administrasi Keuangan Daerah. Cetakan IV. Jakarta : Ikhtisar.

Anda mungkin juga menyukai