Artritis Reumatoid
Gangguan kronik yang menyerang berbagai
sistem organ
Penyakit jaringan penyambung difus yang
diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui
sebabnya
Terjadi destruksi sendi secara progresif
2,5 kali lebih banyak terjadi pada wanita (usia
40-60th)
Penyebab AR
Belum diketahui secara pasti
Genetik (pada orang kulit putih)
wanita yang sedang hamil faktor
keseimbangan hormonal
Infeksi karena timbul secara mendadak, dan
terdapat gambaran inflamasi yang mencolok, agen
infeksius : bakteri, mikoplasma/virus
Heat shock protein (HSP) sekelompok protein
berukuran sedang yang merupakan respon
terhadap stres
Patofisiologi
Terjadi destruksi jaringan sendi melalui dua cara
1. Destruksi pencernaan melalui protease, kolagenasi
dan enzim-enzim hidrolotik lainnya.
Enzim ini memecahkan tulang rawan, ligamen,
tendon dan tulang pada sendi
dilepaskan bersama radikal oksigen dan
metabolit asam arakhidonat oleh leukosit
polimorfonuklear dalam cairan sinovial
proses ini adalah respon autoimun
2. Destruksi melalui kerja panus reumatoid
panus meruapakn jaringan granulasi vaskuler
yang terbentuk dari sinovium yang meradang
kemudian meluas ke sendi
Manifestasi klinis
Lelah hebat, anoreksia, berat badan menurun, demam
Kaku pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan sekitarnya,
sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 1 jam
sebelum perbaikan maksimal
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan
OAINS : untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi
aspirin dan ibuprofen
DMARD : untuk melindungi tulang rawan dan sendi
dari proses destruksi
klorokuin, sulfasalazin, D-penisilamin, garam emas, obat
imunosupresif atau imunoregulator, kortikosteroid
Rehabilitasi
pemakaian alat bidai, tongkat penyangga, walking
machine, kursi roda, sepatu, terapi mekanik,
pemanasan (hidroterapi)
pembedahan
Asuhan Keperawatan
Diagnosa
NOC
NIC
Nyeri terkontrol
-Manajemen Nyeri
-hidroterapi
Hipertermi berhubungan
dengan penyakitnya
-Pengelolaan nutrisi
(Nutrion Management )
-Nutrition Monitoring
-Weight Management
kelelahan
mobility
Gejala
Gejala Malam
Intermiten
mingguan
<= 2x sebulan
Persisten ringan
mingguan
> 2x seminggu
Persisten sedang
harian
Gejala harian
Menggunakan obat setiap hari
Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
Serangan2x/minggu, bisa berhari-hari
> Sekali
seminggu
Persisten berat
kontinu
sering
Patofosiologi
Gangguan saraf otonom meliputi saraf parasimpatis
(hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan saraf
simpatis dan hiperaktivitas adrenergik alfa. Hal ini
menimbulkan bronkostriksi
Gangguan reseptor kolinergik, rangsangan seperti
hawa dingin, asap rokok, partikel-partikel yang ada
dalam udara, tertawa dan sebagainya pada penderita
asma dapat menimbulkan serangan asma
Asma golongan ini bisa dicegah dengan obat-obatan
Asma bisa terjadi karena didapat
Manifestasi klinis
Bising mengi (wheezing)
Batuk produktif, seriing pada malam hari
Nafas atau dada seperti tertekan
Gejala bersifat paroksismal membaik pada
siang hari dan memburuk pada malam hari
Penatalaksanaan
Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
Mencegah kekambuhan
Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankannya
Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal
termasuk melakukan exercise
Menghindari efeksamping obat asma
Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
Obat-obatan :
Bronkodilator (agonis beta 2, metilxantin, antikolinergik)
Anti inflamasi (kortikosteroid, natrium kromolin)
Asuhan Keperawatan
Diagnosa
NOC
NIC
status pernafasan :
pertugaran gas adekuat
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan
Obstruksi jalan nafas :
Spasme jalan nafas
Airway Management
Oxygen Therapy
Respiratory Monitoring
Intoleransi aktivitas
Activity tolerance
Activity therapy
Energy enhancement
Bentuk kronik
Lebih dari 6 bulan
Orang berusia pertengahan
Cenderung kambuh ulang
Faktor imunologik
Mekanisme hipersensitifitas mendasari
terjadinya urtikaria
Reaksi hipersensitifitas tipe I dengan
perantara IgE
Diikuti terjadinya aktivasi komplemen dan
diikuti terbentuknya anafilaktoksin dan
merangsang pelapasan histamin