A. PENGERTIAN
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari pembukaan lengkap (10
cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam
pada multigravida. ( Sumarah, 2009 ).
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot
dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan reflek mengejan. Karena tekanan pada
rectum ibu seakan merasa ingin buang air besar, dengan tanda anus membuka. Pada waktu
his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his
mengejan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin.
B. TANDA DAN GEJALA
1.
2.
3.
4.
5.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam ( informasi objektif ) yang hasilnya
adalah :
1. Pembukaan serviks telaah lengkap, atau
2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
C. FASE KALA II (Aderhold dan Robert)
1. Fase I : fase tenang, mulai dari pembukaan lengkap sampai timbul keinginan untuk
meneran
2. FaseII : fase peneranan, mulai dari timbulnya kekuatan untuk meneran sampai kepala
crowning (lahirnya kepala)
3. Fase III : fase perineal, mulai sejak crowning kepala janin sampai lahirnya seluruh badan
bayi.
Kriteria
Fase I
Fase II
Fase III
KONTRAKSI
Periode tenang
Sangat kuat
Kekuatan
Fisiologis untuk
2- 2,5 menit
Ekspulsif
Frekuensi
semua criteria
1-2 menit
2-3 menit
PENURUNAN
Meningkat dan
Cepat
SHOW
refleks Ferguson
Kepala janin
menjadi aktif
terlihat pada
introitus, aliran
tua meningkat
darah menyetainya
Semakin meningkat
USAHA
Rasa mengedan
MENGEDAN
SPONTAN
puncak kontraksi
muncul
VOKALISASI
PERILAKU IBU
Tenang, khawatir
Suara keras,
Semakin keras,
tentang kemajuan
menhembuskan
mungkin memaki-
napas keras
maki
Menyatakan nyeri
sampai ke tahap 2,
mengedan,
mengybah pola
berdaya, penurunan
mengendalokan diri
nafas, mengeluarkan
konsentrasi dan
suara keras
pendengaran
1. Kontraksi Uterus
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot tekanan
pada ganglia dalam serviks dan Segmen Bawah Rahim (SBR), regangan dari serviks,
regangan dan tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi pada saat kontraksi. Adapun
kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus diperhatikan adalah lamanya kontraksi
berlangsung 60 90 detik, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba
apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam, interval antara kedua kontraksi
pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
2. Perubahan Perubahan Uterus
Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana SAR
dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif (berkontraksi) dan
dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain SAR
mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan SBR
dibentuk oleh isthimus uteri yang sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis
dengan majunya persalinan (disebabkan karena regangan), dengan kata lain SBR dan
serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi.
7. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan, metabolism karbohidrat meningkat dengan kecepatan tetap.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktivitas otot. Peningkatan aaktivitas
metaabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, denyut
jantung, dan cairan yang hilang.
8. Perubahan Suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan segara
setelah melahirkan. Perubahan suhu diaanggap normal bila peningkatan suhu tidak lebih
dari 0,5 1o C yang mencerminkan peningkatan metabolism selama persalinan.
frekuensi lazim diantara kontraksi. Penurunan yang mencolok selama kontraksi uterus
tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring bukan telentang. Frekuensi denyut
nadi diantara kontraksi sedikit lebih meningkat dibanding selama periode menjelang
persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolism yang terjadi selama
persalinan.
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang penting artinya dalam menimbulkan
kontraksi uterus.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
pegal-pegal di punggung atau kelelahan karena mencoba posisi yang lain, umumnya
dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat.
Normalnya, posisi ubun-ubun bayi berada didepan jalan lahir. Posisi kepala bayi
dikatakan tidak normal jika posisi ubun-ubunnya berada dibelakang atau disamping. Nah,
dalam kondisi tersebut biasanya dokter akan mengarahkan ibu untuk mengambil posisi
miring. Kearah mana posisi miring si ibu tergantung pada dimana letak ubun-ubun bayi.
Jika berada di kiri, maka ibu dianjurkan mengambil posisi miring kekiri sehingga bayi
diharapkan bisa memutar. Demikian pula sebaliknya.
6. Dalam Air
Hal yang harus diperhatikan ketika bersalin dalam air yaitu:
1) Kolam bersalin yang digunakan harruslah didesain khusus dan tidak boleh digunakan
oleh sembarang orang
2) Temperature airnya pun harus selalu sama persis dengan suhu tubuh si ibu saat
melahirkan.
3) Sterilitas air juga perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu
maupun bayinya.
Kelebihan : membuat semua otot tubuh relaksasi, terutama otot-oto yang berkaitan
dengan proses persalinan. Mengejan pun jadi lebih mudah dan konon rasa sakit selama
persalinan tidak dialami oleh pasien yang melahirkan dalam air. Meskipun belum
ditunjang oleh penelitian ilmiah, proses melahirkan dalam air bisa mencegah kepala bayi
cedera. Terhindar dari trauma atau cedera kepala memungkinkan IQ bayi menjadi lebih
tinggi dibanding sesame bayi yang laahir dengan posisi lainnya.
Kekurangannya : risiko air kolaam tertelan oleh bayi sangatlah besar. Oleh karena itu,
proses persalinan ini tidak hanya membutuhkan bantuan dokter, kebidanan, dan
kandungan saja, melainkan juga dokter spesialis anak yang akan melakukan pengecekan
langsung saat bayi lahir. Selain itu, bila prosesnya berjalan lama, bisa-bisa ibu mengalami
hipotermia.
7. Posisi Terlentang (Supine)
Posisis terlentang tidak dianjurkan bagi ibu sebab dapat menyebabkan hipotensi karena
bobot uterus daan isinya menekan aorta, vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh
darah lain sehingga menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurng, dimana
akhirnya ibu dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin.
Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lam, besar kemungkinan
terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan
punggung.
3. Fleksi
Dengan majunya kepala bisanya juga fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas lebih
rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala
yang lebih kecil melalui jalan lahir, yaitu diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm).
fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
pinggir atas panggul, cerviks, dinding panggul atau dasar paanggul.
4. Putaran Paksi Dalam
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adaalah pemutaraan dari bagian depan
memutar ke depan ke bawah symphisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk
kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah
panggul.
Sebab-sebab putaran paksi dalam:
a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala
b. Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah
depan atas dimana terdapat meatus genitalis antara muskulus levator ani kiri daan
kanan
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul adalah diameter antero posterior.
5. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadinlah ekstensi
dari kepala. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu baawah panggul
mengarah kedepan dan atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk
melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satuu mendesak kebawah dan
satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas. Resuitantenya
adalah kekuatan kea rah depan atas.
Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah symphisis maka yang dapat maju
karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan subocciput, maka
lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut
dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
6. Putar Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini
disebut putaran diteruskan hingga belakang kepala berhaapan dengan tuber ischiadicum
sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran pakssi luar yang sebenarnya dan
disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter anterposterior dari
pintu bawah panggul.
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah symphisis dan menjadi
hypomochlion untuk melahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan manyusul dan
selajutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
Pemantauan Ibu
Kontraksi
- Palpasi kontraksi uterus (kontrol tiap 10 menit)
- Frekuensi setiap 30 menit selama fase aktif
- Lamanya kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi
- Kekuatan kontraksi dalam detik
Tanda tanda kala II persalinan adalah
- Ibu merasa ingin meneren bersamaan dengan terjadinya kontraksi
- Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vagina
- Perineum menonjol
- Vulva vagina dan sfingter ani membuka
- Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah.
Keadaan umum
- Kesadaran
- Tekanan darah dan temperature : setiap 4 jam
- Nadi : setiap 1/2 jam
Pemantauan Janin
Saat bayi belum lahir
2
Teratur
1
Megap-Megap
0
Tidak Ada
>100/menit
<100/menit
Tidak Ada
Nilai
Kondisi yang harus diatasi sebelum penatalaksanaan kala II adalah sebagai berikut:
1. Syok
2. Dehidrasi
3. Infeksi
4. Preeklampsia dan atau eklampsia
5. Inersia uteri
6. Gawat janin
7. Penurunan kepala terhenti
8. Adanya gejala dan tanda distosia bahu
9. Pewarnaan mekonium pada cairan ketuban
10. Kehamilan ganda atau kembar
11. Dan tali pusat menumbung atau lilitan tali pusat
pada saat pelahiran sangat bervariasi di setiap rumah sakit. Lebih banyak rumah sakit yang
toleran mengizinkan saudara kandung hadir selama persalinan dan pada saat kelahiran.
Kebijakan rumah sakit yang membatasi telah menjadi salah satu alasan bagi pasangan untuk
mencari alternative tempat melahirkan diluar rumah sakit.
K. AMNIOTOMI
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan
kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya
tekanan didalam rongga amnion. Tindaka ini umumnnya dilakukan pada saat pembukaan
lengkap atau hampir lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana
mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, penilaian serviks,
penurunan bagian terbawah dan luas panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan
proses akselerasi persalinan. Penilaian yang salah, dapat menyebabkan cairan amniotomi
sangat berkurang sehingga menimbulkan distosia dan meningkatkan morbiditas atau
mortalitas ibu dan bayi yang dikandungnya.
MACAM-MACAM AMNIOTOMI BERDASARKAN TUJUAN
Induksi Amniotomi
Pemecahan selaput ketuban secara sengaja dapat digunakan untuk menginduksi persalinan,
tetapi hal ini mengisyaratkan komitmen yang pasti unuk melahirkan pervaginam. Kerugian
utama amniotomi apabila digunakan secara tunggal untuk induksi persalinan adalah interval
yang tidak dapat diperkirakan dan kadang berkepanjangan sampai timbulnya kontraksi.
Amniotomi Untuk Augmentasi
Amniotomi sering dilakukan apabila persalinan spontan berlangsung terlalu lambat.
Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji coba klinis pada persalinan spontan dan dari
induksi persalinan, besar kemungkinan bahwa amniotomi akan meningkatkan kemajuan
persalinan yang disfungsional.
Rouse dkk. (1994) melakukan sebuah studi teracak dan mendapatkan bahwa penambahan
amniotomi pada augmentasi oksitosin atas indikasi persalinan macet pada fase aktif dan
mempersingkat persalinan sebesar 44 menit. Tindakan ini juga secara bermakna
meningkatkan insidensi korioamnionitis. Amniotomi, sebagai tambahan untuk infuse
oksitosin, tidak mempengaruhi rute pelahiran dibandingkan dengan oksitosin saja. Alasan
dilakukannya amniotomi ini adalah bahwa keluarnya cairan amnion dapat mengurangi
perdarahan dari tempat implentasi dan mengurangi masuknya tromboplastin dan mungkin
faktor-faktor pembekuan aktif pada segmen dari bekuan getroplasenta kedalaam sirkulasi
ibu. Namun, tidak ada bukti bahwa keduanya tercapai dengan amniotomi. Apabila janin
sudah cukup matur, pemecahan selaput ketuban dapat mempercepat persalinan. Apabila janin
imatur, ketuban yang utuh mungkin lebih efisien untuk mendorong pembukaan servik
daripada tekanan yang ditimbulkan bagian tubuh janin yang berukuran kecil dan kurang
menekan serviks.
Beberapa Teori Mengemukakan Bahwa
Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehinggaa tenaga kontraksi rahim
dapat lebih kuat untuk membuka servik. Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah
didalam rahim kira-kira 40 menit setelah aaamniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnya
oksigenesi oto-otot rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.
Keuntungan Amniotomi
1. Memungkinkan pengamatan atas cairan amniotic terutama ada atau tidaknya mekonium,
dimana pemaantauan DJJ secara terus menerus diindikasikan, maka elektroda dapat
diletakkan langsung keatas kulit kepala janin, yang memungkinkan pelacakan yang lebih
baik dari pada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda di atas abdomen ibu.
2. Kateter perekam bisa titempatkan didalam uterus dan dapat mengukur tekanan
intrauterine secara langsung dan akurat.
3. Lamanya persalinan bisa diperpendek.
4. Bukti-bukti yang ditemukan akhir ini menunjukkan bahwa amniotomi dan stimulasi
saluran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini
selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus.
5. Bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta yang
berdarah dan perdarahan akan berkurang aatau berhenti.
6. Partus berlangsung lebih cepat
7. Bagaian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan SBR
sehingga tidak ada lagi plasenta lepas
Kerugian Amniotomi
1. Tekanan diferensial yang meningkat di sekitar kepala janin bisa menimbulkan cacatnya
tulang kepala janin.
2. Berkurangnya jumlah cairan amniotic bisa menambah kompresi tali pusat
3. Sementara itu amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun bisa pula
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. Jadi keuntungan dalam bentuk
persalinan yang lebih pendek bisa terelakkan oleh efek merugikan yang potensial bisa
terjadi pada janin, seperti misalnya penurunan angka ph darah. Beberapa penolong telah
mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah dilakukannya amniotomi.
Cara Melakukan Amniotomi Menurut Sarwono (2006)
1. Persiapan alat :
a. Bengkok
b. Setengah kocker
c. Sarung tangan satu pasang
d. Kapas saflon %
2. Persiapan pasien :
Posisi dorsal rekumbent,
3. Persiapan pelaksanaan :
a. Memberitahu tindakan
b. Mendekatkan alat
c. Memeriksakaan DJJ dan mencatat pada partograf
d. Cuci tangan dan keringkan
e. Memakai sarung tangan pada dua tangan
f. Melakukan periksa dalam dengan hati hati di antara kontraksi. Meraba dengan hatihati selaput ketuban untuk memastikan apakah kepala sudah masuk kedalam panggul
dan memeriksa tali pusat atau bagian-bagian tubuh kecil janin tidak dipalpasi. Bila
selaput ketuban tidak teraba diantara kontraksi, tunggu sampai ada kontraksi
berikutnya sehingga selaput ketuban terdorong ke depan sehingga mudah dipalpasi.
g. Tangan kiri mengambil klem kocker yang telah dipersiapkan sedemikian rupa
sehingga dalam mengambilnya mudah.
h. Dengan menggunakan tangan kiri tempatkan klem kocker desinfeksi tingkat tinggi
atau steril dimasukkan ke dalam vagina menelusuri jari tangan kanan yang berada di
dalam vagina sampai mencapai selaput ketuban.
i. Pegang ujung klem kocker di antara ujung jari tangan kanan pemerika kemudian
menggerakkan jari dengan menggerakkan jari dengan lembut dan memecahkan
selaput ketuban dengan cara menggosokkan klem kocker secara lembut pada
selaput ketuban.
j. Kadang-kadang hal ini lebih mudah dikerjakan diantara kontraksi pada saat selaput
ketuban tidak tegang. Tujuannya adalah ketika selaput ketuban dipecah air ketuban
tidak menyemprot.
k. Biarkaan air ketuban membasahi jari pemeriksa
l. Ambil klem kocker dengan menggunaakan tangan kiri dan masukkan kedalam
larutan klorin % untuk dikontaminasi.
m. Jari tangan pemeriksa tetap berada didalam vagina melakukan pemeriksaan adakah
tali pusat atau bagian kecil janin yang teraba dan memeriksa penurunan kepala janin.
n. Bila hasil pemeriksaan tidak didapatkan adanya tali pusat atau bagian tubuh janin
yang kecil dan hasil pemeriksaan penurunan kepala sudah didapatkan, maka
keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam vagiana
o. Lakukan pemeriksaan warna cairan ketuban adakah mekonium, darah apakah jernih.
p. Lakukan langkah-langkah gawat darurat apabila terdapat mekonium atau darah
q. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin
% kemudian lepaskan saarung tangan ke dalam laarutan klorin % kemudian
lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan biarkan terndam selama 10 menit.
r. Cuci tangan
s. Periksa DJJ
t. Lakukan dokumentasi pada partograafi tentang warna ketuban, kapan pecahnya
ketuban, dan DJJ
L. EPISIOTOMI
Tindakan episiotomy dilakukan secara rutin terutama pada primipara. Tindakan ini bertujuan
utuk mencegah trauma pada kepala janin, mencegah kerusakan pada spinter ani serta lebih
mudh untuk menjahitnya. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang
mendukung manfaat episotomi (Enkim, Keirse, Renfew dan Nelson, 1995;Wooley, 1995).
Pada kenyaataannya episotomi menyebabkan peningkatan jumlah kehilangan darah ibu,
bertambah dalam luka perineum bagian posterior, meningkatkan kerusakan pada spinter ani
dan peningkatan raa nyeri pada hari-hari pertama post partum (Sumarah, dkk.,2009).
Episotomi adalah sebuah irisan bedah pada pereineum untuk memperbesar muara vagina
yang dilkukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eienberg, A., 1996).
Episiotomy, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam
keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang
oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestesi local, kecuali bila
pasien sudah diberi anestesi epidural. Insisi episotomi dapat dilakukan digaris tengah atau
mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh
darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Episiotomy adalah suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan lebih lebar
sehingga bayi dapat keluar dengaan lebih mudah. Dapat dimengerti jika kaum wanita
khawatir kalau-kalau ayatan atau robekan akan memengaruhi vagaina dan perineum (kulit
antara vagina daan anus) sehingga kelak hubungan seksual aakan menyakitkan, atau area
tersebut menjadi jelek, atau tidak memungkinkan penggunaan tampon. Wanita yang pernah
mengalami pelecehan seksual erring taakut jika mendengar penyayatan karena ini
mengingatkan pada kerusakan yang oernah mereka alami (Marry Nolan, 2003).
Dianjurkan untuk melakukan episiotomy pada primiggravida atau pada wanita dengan
perineum yang kaku. Episiotomy ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin
tidak masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala janin akan mengalami defleksi dengaan
ubokiput dibawah simfisis sebagai hipomoklion, sebaiknya tangan kiri menahan bagian
belakang kepala dengan maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat. Dengan demikian,
rupture perinea dapat dihindari. Untuk mengawasi perineum ini posisi miring lebih
menguntungkan dibandingkan dengan posisi biasa. Akan tetapi, bila perineum jelas telah tipi
dan menunjukkan akan timbul rupture perinea, maka sebaiknya dilakukan episiotomy.
Sayatan episiotomy umumnya menggunakan gunting khusus, tetapi dapat juga sayatan
dilakukan dengan pisau. Berdasarkan lokasi sayatan maka dikenal 4 jenis episiotomi yaitu:
Episiotomi Medialis
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus kebawah tetapi tidak sampai
mengenai serabut sfingter ani. Keuntungan dari episiotomy medialis ini adalah:
1. Perdarahan yang timbul dari luka epiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan daerah
yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
2. Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan
penyembuhan lebih memuaskan.
Kerugiannya adalah dapat terjadi rupture perinea tingkat III inkomplet (laserasi m.fingter ani)
atau komplet (lserai dinding rektum).
Episiotomi Mediolateralis
Sayatan disini dimulai daribagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan
samping. Arah sayatan dapat dilakukan kea rah kanan ataupun kiri, tergantng pada kebiasaan
orang yang melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm.
Sayatan disini sengaja dilakaukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah rupture
perinea tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak
pembuluh arahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar.
Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus
simetris.
Episiotomi Lateris
Sayatan disini dilakukan kearah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum
jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak menimbulkan
perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang
menggangu penderita.
Insisi Schuchardt
Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis, tetapi sayatannya melengkung kea
rah bawah lateral, melingkari rectum, serta sayatannya lebih lebar.
Tujuan Episiotomi
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998, tindakan upaya episiotomi merupakan salah satu
upaya:
1.
2.
3.
4.
mempercepat proses persalinan, jalan lahir yang lebih luas mempermudah bayi keluar
mencegaah vagina robek akibat kulit yang menipis dan meregang, ditambah dorong bayi
dari dalam yang ingin keluar
melindungi wanita dari mengendurnya otot-otot dasar panggul
proses penyembuhan yang lebih cepat daripada robekan vagina yang bentuknya tidak
beraturan
semua alasan diatas tampak masuk akal dan dapat diterima. Akan tetapi, pada kenyataannya
tidaak ada penelitian medis yang memperkuat keuntungan episiotomy diatas. Justru banyak
kasus membuktikan sebaliknya, episiotomi memberi efek samping yang cukup berbahaya,
antara lain:
infeksi
rasa nyeri yang lebih hebat
laserasi vagina dapat meluas hingga derajat tiga dan empat
waktu penyemvuhan yang lebih lama
rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual meningkat.
M. PENATALAKSANAAN
Berikut ini adalah alur untuk penatalaksanaan kala dua persalinan :
1. Mulai Mengejan
Jika sudah didapatkan tanda pasti kala II tunggu ibu sampai merasakan adanya dorongan
spontan untuk meneran. Meneruskan pemantauan ibu dan bayi.
2. Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan
Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua
persalinan secara berkala. Memeriksa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan
lama kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai meneran, penurunan
kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi
majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua pemeriksaan dan
intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
3. Posisi Ibu saat Meneran
Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti
posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali mempercepat
kemajuan persalinan.
a. Posisi terlentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya akan
menekan aorta, vena kava inferior serta pembuluh lain dari sistem vena tersebut.
hipotensi ini bisa menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia
janin
b. Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung dan
akan ada rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa postpartum(nifas)
c. Posisi berjongkok, menggunakan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi serta
dapat melebarkan rongga panggul
d. Posisi duduk, memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi, serta
memberi kesempatan bagi ibu untuk istirahat diantara kontraksi
e. Posisi berlutut, dapat mengurangi rasa sakit serta membantu bayio dalam mengadakan
rotasi posisi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga untuk mengurangi
keluhan haemoroid
f. Posisi berjongkok atau berdiri, dapat memudahkan dalam pengosongan kandung kemih.
kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin.
g. posisi berjalan, berdiri dan bersandar. efektif dalam membantu stimulasi kontraksi uterus
serta dapat memanfaatkan gaya gravitasi.
dengan kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilhnya, ibu akan lebih merasa aman.
karena fokus utama kita adalah berpusdat kepada kenyamanan klien(ibu) bukan nakes
4. Melahirkan kepala
Bimbing ibu untuk meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub occiput tampak
dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah
bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncat kepala agar tidak terjadi defleksi yang
terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka
janin dari lendir dan darah.
5. Memeriksa Tali Pusat
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat. Raba leher
bayi, apakah ada leletan tali pusat. Jika ada lilitan longgar lepaskan melewati kepala bayi.
6. Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu
hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah rotasi
eksternal, letakan satu tangan pada setiap sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk
meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan tarikan perlahan kearah bawah dan luar secara
lembut (Kearah tulang punggung ibu hingga bahu bawah tampak dibawah arkus pubis.
Angkat kepala bayi kearah atas dan luar (mengarah ke langit-langit) untuk melahirkan bahu
posterior bayi.
7. Melahirkan Sisa Tubuh Bayi
Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior
dengan ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan
dada/punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior
saat badan dan lengan lahir
Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai
bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua
lutut janin)
Setelah seluruh badan bayi lahir Usap muka dan tubuh bayi dengan kain atau kasa bersih
untuk membersihkan mulut dan hidung bayi dari lendir dan darah. Lakukan penghisapan
pada mulut dan hidung bayi, selalu menghisap mulut dahulu sebelum menghisap hidungnya.
Kemudian pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi
menghadap kearah penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan
posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakan bayi di tempat
yang memungkinkan).
8.
Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. Menjepit
tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan pengurutan
pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang
tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari tangan kiri,
memotong tali pusat diantara kedua klem. Dengan menggunakan klem DTT, klem tali pusat
3 cm dari pusat bayi.