Anda di halaman 1dari 8

Hipertensi

Alasannya, dalam hipertensi dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh yaitu diameter
pembuluh darah kelak akan mengecil sehingga darah yang mengalir ke otak pun akan berkurang,
dengan pengurangan aliran darah otak (ADO), maka otak akan kekurangan suplai oksigen dan glukosa
sehingga jaringan otak lama-lama akan mati. Tekanan darah yang tinggi pada hipertensi akan memicu
pecahnya pembuluh darah otak, yang pada akhirnya akan menyebabkan jaringan otak rusak dan timbul
gejala-gejala stroke, yang disebut sebagai stroke hemoragik.
Jenis jenis stroke:

Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi bila pembuluh darah yang memasok darah ke otak tersumbat.
Kondisi yang mendasari stroke iskemik adalah penumpukan lemak yang melapisi dinding
pembuluh darah (disebut aterosklerosis). Kolesterol, homocysteine dan zat lainnya
dapat melekat pada dinding arteri, membentuk plak. Seiring waktu, plak menumpuk.
Hal ini sering membuat darah sulit mengalir dengan baik dan menyebabkan bekuan
darah (trombus). terbentuk didalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian

dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus.

Stroke iskemik

dibedakan berdasarkan penyebab sumbatan arteri:


Stroke trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di
otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh
darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat
aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain
itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginyakadar kolesterol jahat atau Low
Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik
terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait
dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
Stroke embolik.
Sumbatan disebabkan trombus, gelembung udara atau pecahan lemak (emboli)
yang terbentuk di bagian tubuh lain seperti jantung dan pembuluh aorta di dada
dan leher, yang terbawa aliran darah ke otak. Kelainan jantung yang disebut

fibrilasi atrium dapat menciptakan kondisi di mana trombus yang terbentuk di


jantung terpompa dan beredar menuju otak.

Stroke hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor atau pecah di dalam
atau di sekitar otak sehingga menghentikan suplai darah ke jaringan otak yang dituju.
Selain itu, darah membanjiri dan memampatkan jaringan otak sekitarnya sehingga
mengganggu atau mematikan fungsinya. Dua jenis stroke hemoragik:
Perdarahan intraserebral.
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di dalam otak yang disebabkan
oleh trauma (cedera otak) atau kelainan pembuluh darah (aneurisma atau
angioma). Jika tidak disebabkan oleh salah satu kondisi tersebut, paling sering
disebabkan

oleh tekanan

darah

tinggi kronis.

Perdarahan intraserebral

menyumbang sekitar 10% dari semua stroke, tetapi memiliki persentase


tertinggi penyebab kematian akibat stroke. Perdarahan Intraserebral (PIS)
adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim
otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan
oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya adalah aneurisma
kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti hemofilia, leukemia,
trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor otak
yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular. Patogenesis perdarahan

intraserebral adalah akibat rusaknya struktur vaskular yang sudah lemah


akibat aneurisma yang disebabkan oleh kenaikan darah atau pecahnya
pembuluh darah otak akibat tekanan darah, atau pecahnya pembuluh darah
otak akibat tekanan darah yang melebihi toleransi (Yatsu dkk). Menurut
Tole dan Utterback, penyebab perdarahan intraserebral adalah pecahnya
mikroaneurisma Charcot- Bouchard akibat kenaikan tekanan darah.
Perdarahan subarachnoid.
Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan dalam ruang subarachnoid, ruang
di antara lapisan dalam (Pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater) dari

jaringan selaput otak (meninges). Penyebab paling umum adalah pecahnya


tonjolan

(aneurisma)

dalam

arteri.

Perdarahan

subarachnoid

adalah

kedaruratan medis serius yang dapat menyebabkan cacat permanen atau


kematian. Stroke ini juga satu-satunya jenis stroke yang lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pada pria. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah
keadaan terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subarakhnoidal.
Perdarahan ini terjadi karena pecahnya aneurisma (50%), pecahnya malformasi
arteriovena atau MAV (5%), berasal dari PIS (20%) dan 25% kausanya tidak
diketahui. Patogenesis perdarahan subaraknoid yaitu darah keluar dari

dinding pembuluh darah menuju ke permukaan otak dan tersebar dengan


cepat melalui aliran cairan otak ke dalam ruangan di sekitar otak.
Perdarahan sering kali berasal dari rupturnya aneurisma di basal otak atau
pada sirkulasi willisii. Perdarahan subaraknoid timbul spontan pada
umumnya dan sekitar 10 % disebabkan karena tekanan darah yang naik
dan terjadi saat aktivitas.

Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena
jembatan ( bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan
sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya araknoidea.

Diagnosis
Anamnesis
Proses anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut
mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini
timbul sangat mendadak, dapat sewaktu bangun tidur, sedang bekerja, ataupun sewaktu
istirahat.

Pemeriksaan fisik
Penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital seperti tekanan darah kiri
dan kanan, nadi, pernafasan, tentukan juga tingkat kesadaran penderita. Jika kesadaran
menurun, tentukan skor dengan skala koma glasglow agar pemantauan selanjutnya lebih
mudah, tetapi seandainya penderita sadar tentukan berat kerusakan neurologis yang
terjadi, disertai pemeriksaan saraf saraf otak dan motorik apakah fungsi komunikasi
masih baik atau adakah disfasia. Jika kesadaran menurun dan nilai skala koma glasglow
telah ditentukan, setelah itu lakukan pemeriksaan refleks refleks batang otak yaitu :
1. Reaksi pupil terhadap cahaya.
2. Refleks kornea.
3. Refleks okulosefalik.
4. Keadaan (refleks) respirasi, apakah terdapat pernafasan Cheyne Stoke, hiperventilasi
neurogen, kluster, apneustik dan ataksik. Setelah itu tentukan kelumpuhan yang terjadi
pada saraf saraf otak dan anggota gerak. Kegawatan kehidupan sangat erat
hubungannya dengan kesadaran menurun, karena makin dalam penurunan kesadaran,
makin kurang baik prognosis neurologis maupun kehidupan. Kemungkinan perdarahan
intra serebral dapat luas sekali jika terjadi perdarahan perdarahan retina atau preretina
pada pemeriksaan funduskopi.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan

penunjang

dilakukan

dengan

cek

laboratorium,

pemeriksaan

neurokardiologi, pemeriksaan radiologi, penjelasanya adalah sebagai berikut :


1. Laboratorium.
a. Pemeriksaan darah rutin.
b. Pemeriksaan kimia darah lengkap.
Gula darah sewaktu.
Stroke akut terjadi hiperglikemia reaktif. Gula darah dapat mencapai 250
mg dalam serum dan kemudian berangsur angsur kembali turun.
Kolesterol,

ureum,

kreatinin,

asam

urat,

fungsi

hati,

enzim

SGOT/SGPT/CPK, dan profil lipid (trigliserid, LDH-HDL kolesterol serta


total lipid).
c. Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap).
Waktu protrombin.
Kadar fibrinogen.
Viskositas plasma.
d. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas indikasi Homosistein.

2. Pemeriksaan neurokardiologi
Sebagian kecil penderita stroke terdapat perubahan elektrokardiografi. Perubahan ini
dapat berarti kemungkinan mendapat serangan infark jantung, atau pada stroke dapat
terjadi perubahan perubahan elektrokardiografi sebagai akibat perdarahan otak yang
menyerupai suatu infark miokard. Pemeriksaan khusus atas indikasi misalnya CK-MB
follow up nya akan memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan EKG dan pemeriksaan fisik

mengarah kepada kemungkinan adanya potensial source of cardiac emboli (PSCE) maka
pemeriksaan echocardiografi terutama transesofagial echocardiografi (TEE) dapat
diminta untuk visualisasi emboli cardial.

Pemeriksaan radiologi
a. CT-scan otak
Perdarahan intraserebral dapat terlihat segera dan pemeriksaan ini sangat penting karena
perbedaan manajemen perdarahan otak dan infark otak. Pada infark otak, pemeriksaan
CT-scan otak mungkin tidak memperlihatkan gambaran jelas jika dikerjakan pada hari
hari pertama, biasanya tampak setelah 72 jam serangan. Jika ukuran infark cukup besar
dan hemisferik. Perdarahan/infark di batang otak sangat sulit diidentifikasi, oleh karena
itu perlu dilakukan pemeriksaan MRI untuk memastikan proses patologik di batang otak.

b. Pemeriksaan foto thoraks.


Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke dan
adakah kelainan lain pada jantung.
Dapat mengidentifikasi kelainan paru yang potensial mempengaruhi proses
manajemen dan memperburuk prognosis.

Hubungan hipertensi dengan kejadian stroke


Pola sirkadian tekanan darah merupakan tekanan darah meningkat pada pagi hari (peningkatan
tertinggi terjadi pada pertengahan pagi hari sampai tengah hari). Orang normal mempunyai suatu
sistem autoregulasi arteri serebral. Bila tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral
menjadi vasospasme (vasokonstriksi). Sebaliknya, bila tekanan darah sistemik menurun,
pembuluh serebral akan menjadi vasodilatasi sehingga aliran darah ke otak tetap konstan
walaupun terjadi penurunan tekanan darah sistemik sampai 50 mmHg, autoregulasi arteri
serebral masih mampu memelihara aliran darah ke otak tetap normal. Batas atas tekanan darah
sistemik yang masih dapat ditanggulangi oleh autoregulasi ialah 200 mmHg untuk tekanan
sistolik dan 110 120 mmHg untuk tekanan diastolik.14 Tekanan darah sistemik meningkat
membuat pembuluh serebral akan berkonstriksi. Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan

tekanan darah. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan bulan atau bertahun
tahun, akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh serebral yang mengakibatkan
diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya karena pembuluh
serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari
tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke
jaringan otak tidak adekuat sehingga akan mengakibatkan iskemik. serebral. Sebaliknya, bila
terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi
tinggi yang mengakibatkan terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak.14
Hipertensi kronis dapat terjadi mikroaneurisma dengan diameter 1 mm. Mikroaneurisma ini
dikenal dengan aneurisma dari Charcot- Bouchard dan terutama terjadi pada arteria
lentikulostriata. Pada lonjakan tekanan darah sistemik, sewaktu orang marah atau mengejan,
aneurisma bisa pecah. Hipertensi yang kronis merupakan salah satu penyebab terjadinya
disfungsi endotelial dari pembuluh darah.14 Endotel menunjukkan fungsi dualistikdalam keadaan
normal. Sifat ini secara simultan mengekspresikan dan melepaskan zat-zat vasokonstriktor
(angiotensin II, endotelin-I, tromboksan A-2, dan radikal superoksida) serta vasodilator
(prostaglandin dan nitrit oksida). Faktorfaktor ini menyebabkan dan mencegah proliferasi sel-sel
otot polos pembuluh darah secara seimbang. Keseimbangan antara system antagonis ini dapat
mengontrol secara optimal fungsi dinding pembuluh darah. Akibat disfungsi endotel, terjadi
vasokonstriksi, proliferasi sel-sel otot polos pembuluh darah, agregasi trombosit, adhesi lekosit,
dan peningkatan permeabilitas untuk makromolekul, seperti lipoprotein, fibrinogen, dan
imunoglobulin. Kondisi ini akan mempercepat terjadinya aterosklerosis yang memegang peranan
yang penting untuk terjadinya stroke infark.14 Peningkatan tekanan darah menyebabkan
peningkatan intraplaque hemorrhage, sehingga akan memperberat stenosis pembuluh darah yang
mengalamiaterosklerosis. Peningkatan agregasi platelet terjadi pada pagi hari. Viskositas darah
mencapai puncaknya pada pagi hari. Aktivitas endogenous tissue plasminogen activator sangat
rendah pada pagi hari. Hal ini akan mengubah keseimbangan antara thrombosis dan fibrinolisis
sehingga thrombosis menjadi lebih dominan.14

Diabetes
Diabetes Mellitus atau kencing manis memiliki risiko mengalami stroke. Hal ini terkait dengan
pembuluh darah penderita diabetes yang umumnya lebih kaku (tidak lentur). Adanya peningkatan
ataupun penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kematian otak.

Hubungan diabetes melitus dengan kejadian stroke


Penelitian mengenai penyakit ini sudah cukup banyak yang membuktikan bahwa kasus diabetes
melitus yang tidak terdiagnosis, memiliki risiko lebih tinggi akan mengalami stroke, penyakit
jantung koroner, dan penyempitan pembuluh darah perifer dibandingkan dengan orang non
diabetes. Ada 2 macam komplikasi pada diabetes melitus, yaitu komplikasi akut dan kronik.
Komplikasi kronik terbagi menjadi 2, yaitu komplikasi vaskuler dan non vaskuler. Komplikasi
vaskuler dibagi menjadi 2, yaitu komplikasi mikrovaskuler (retinopati diabetika, nefropati &
neuropati) dan komplikasi makrovaskuler didasari aterosklerosis (PJK, penyakit arteri koroner,
penyakit arteri perifer & penyakit serebrovaskuler).10 Diabetes tipe 2 sangat terkait dengan
penyakit makrovaskular. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa
aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat
menjadi penyebab jenis penyakit vaskular ini. Gangguan gangguan ini berupa penimbunan
sarbitol dalam intima vaskular, hiperlipoproteinemia, dan kelainan pembekuan darah. Pada
akhirnya, makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vascular. Jika
mengenai arteri arteri perifer, maka dapat mengakibatkan insufisiensi vaskular perifer yang
disertai klaudikasio. intermiten dan gangren pada ekstrimitas serta insufisiensi serebral dan
stroke. Jika terkena adalah arteria koronaria dan aorta, maka dapat mengakibatkan angina dan
infark miokardium. 11

Anda mungkin juga menyukai