Kel-3
Kel-3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah
hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk
bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku
sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi.
Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individu
di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan
yang tepat bagi organisasinya.
Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung dari
stimulus atau hal-hal yang bisa memotivasi individu tersebut untuk berprilaku dan
juga bagaimana individu tersebut mengelola menindaklanjuti stimulus tersebut.
Perbedaan inilah yang memunculkan adanya perilaku yang bersifat positif dan
negative.
Perilaku individu yang bersifat positif dan negative tersebut tentunya juga
berhubungan dengan gaya kepemimpinan. Hal tersebut dapat dilihat pada teori
perilaku yang dipaparkan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side of
Enterprises (1983) yaitu teori X dan Y. Teori ini menyebutkan bahwa individu terbagi
menjadi dua karakteristik yang berbeda. Teori X mengasumsikan individu bersifat
negative dan teori Y mengasumsikan individu bersifat positif. Salah satu asumsi dari
teori X adalah kebanyakan orang harus dikontrol secara ketat dan seringkali dipaksa
untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan asumsi teori Y adalah kebanyakan
orang bersifat self-directed dalam pekerjaannya jika motivasi diberikan dengan cara
yang tepat.
Gaya atau perilaku kepemimpinan terkait dengan karakteristik tersebut. Gaya
kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988, p.1) adalah pola perilaku pada saat
seseorang mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka menerimanya. Pemimpin
dapat dapat memimpin dengan gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan perilaku
teori X dan Y yang dimiliki oleh pegawai/ karyawannya. Penyesuaian ini dibutuhkan
agar pemimpin dapat memimpin dengan baik dan tepat sehingga tidak salah arahan
ataupun sasaran.
1.2 Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Terbentuknya Perilaku Individu
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon
Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang
diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti
rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku manusia
adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung (wartawarga.gunadarma.ac.id).
maka
mekanisme
terjadi
dan
berlangsungnya
dapat
W>S>O>R>W
ORGANISM
E
RESPONS
Stimulus (rangsangan) berupa lingkungan, manusia, benda dan hal lain yang
bisa memotivasi organisme tersebut. Pada gambar di atas, stimulus yang diberikan
pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima
maka proses berhenti disini. Tetapi bila stimulus tersebut diterima oleh organisme
berarti stimulus tersebut efektif dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu
organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak
demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). Akhirnya dengan adanya dukungan
dan dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari
4
individu berupa respon. Respon inilah yang disebut dengan perilaku individu. Skiner
kemudian membedakan adanya dua jenis respon yaitu:
1. Respondent respon atau reflexsive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan rangsangan (stimulus) tertentu yang dapat menimbulkan respon
respon yang relatif tetap. Misalnya makanan yang lezat menimbulkan
keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, bagitu
juga respon yang mencakup perilaku emosional.
2. Operant respon atau instrumental respon, yaitu respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu yang
dapat memperkuat respon. Misalnya pemberian penghargaan terhadap
pegawai yang berprestasi dapat menjadikan pegawai tersebut terpacu untuk
lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Di atas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus
(rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun
bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Ini dipengaruhi oleh dua variabel
seperti yang dikemukakan oleh Gibson, Ivancevich dan Donnely:
1. Variabel (Karakteristik) Individu, terdiri dari beberapa faktor, yaitu:
Faktor Fisiologis yaitu kemampuan dan keterampilan phisik yang dimiliki
manusia, seperti kemampuan fisik dan kemampuan mental.
Faktor Psikologis yaitu tanggapan psikologis individu yang bersangkutan,
seperti: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, pengalaman, motivasi.
Faktor Demografi, terdiri dari: umur, jenis kelamin, dan etnis.
2. Variabel Lingkungan, terdiri dari beberapa faktor yaitu:
Lingkungan kerja (di dalam organisasi kerja), terdiri dari: kebijakan dan
aturan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, desain pekerjaan, dan
system kompensasi.
Lingkungan non kerja (di luar organisasi kerja), terdiri dari: keluarga,
masyarakat (sosial) dan budaya, dan pendidikan atau sekolah.
Pembentukan perilaku adalah secara sistematis menegaskan setiap urutan langkah
yang menggerakkan seorang individu lebih dekat terhadap respons yang diharapkan.
Terdapat empat cara pembentukan perilaku:
1. Penguatan positif:
Motif untuk berhubungan dengan orang lain (Affiliation Motive), yaitu motif
yang mengarahkan tingkah laku seseorang untuk berhubungan dengan orang
lain. Yang menjadi tujuan adalah suasana akrab dan harmonis. Ciri-ciri orang
dengan motif afiliasi tinggi adalah : senang berada di dalam suasana akrab,
risau bila harus berpisah dengan sahabat, berusaha diterima kelompok, dalam
bekerja atau belajar melihat dengan siapa ia bekerja atau belajar.
yang berasal dari standar prestasinya sendiri di waktu lalu atau prestasi orang
lain. Yang terpenting adalah bagaimana caranya ia dapat mencapai suatu
prestasi tertentu.
Motivasi individu dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang
individu yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri
(motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan
terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja
maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki
daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
(1) durasi kegiatan;
(2) frekuensi kegiatan;
(3) persistensi pada kegiatan;
(4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan
kesulitan;
(5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
(6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
(7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan
yang dilakukan; dan
(8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
2.3 Bentuk Perilaku Individu
Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang
dimilikinya. Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari
tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama
untuk menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang kompleks.
1. Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek
kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan
ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatankekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif
mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau
terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.
Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung dari aspek
mana dilihatnya, seperti perilaku termotivasi, perilaku tidak termotivasi, perilaku
reflek, perilaku otomatis, perilaku yang dipelajari, perilaku instingtif, dan sebagainya.
Secara psikologi, bentuk-bentuk perilaku individu yaitu berupa:
Perilaku sadar (yaitu perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan
syaraf). Perilaku sadar ini hanya sekitar 40% yang dialami oleh manusia.
Perilaku tidak sadar (perilaku yang sopan atau instingtif). Perilaku ini terjadi
di ambang sadar atau alam tidak sadar. Perilaku tidak sadar ini biasanya untuk
Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas
yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan
perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi
(www.organisasi.com). Oleh karena itu, teori X memberikan petuah manajer harus
memberikan pengawasan yang ketat, tugas-tugas yang jelas, dan menetapkan imbalan
atau hukuman.
Proposisi utama teori X, yaitu:
1. Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha
produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-dalam kepentingan ekonomi
berakhir;
2. Menghormati orang lain, ini adalah proses mengarahkan usaha mereka,
memotivasi mereka, mengendalikan tindakan mereka, dan memodifikasi
perilaku mereka agar sesuai dengan kebutuhan organisasi; dan
3. Tanpa intervensi aktif oleh manajemen, orang akan pasif-bahkan resistenuntuk kebutuhan organisasi. Oleh karena itu mereka harus dibujuk, dihargai,
dihukum, dan dikendalikan. Kegiatan mereka harus diarahkan.
Lebih lanjut menurut asumsi teori Y, orang-orang ini pada hakikatnya
menganggap bahwa:
1. Tidak menyukai bekerja;
2. Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih
menyukai diarahkan atau diperintah;
3. Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalahmasalah organisasi;
4. Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja; dan
5. Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan
organisasi.
10
Menyadari kelemahan dari asum teori X itu maka McGregor memberikan alternatif
teori lain yang dinamakan teori Y.
Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya
kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara
ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai
tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian
serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja
juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja
(www.organisasi.com).
1.
2.
ekonomi berakhir.
Orang tidak dengan sifat pasif atau resisten terhadap kebutuhan organisasi.
3.
Mereka telah menjadi begitu sebagai hasil dari pengalaman dalam organisasi.
Motivasi, pengembangan potensi, kapasitas untuk mengasumsikan tanggung
jawab, dan kesiapan untuk mengarahkan perilaku ke arah tujuan organisasi
semuanya hadir dalam orang-manajemen tidak menempatkan mereka di sana.
Ini adalah tanggung jawab manajemen untuk memungkinkan orang untuk
mengenali dan mengembangkan karakteristik manusia ini untuk diri mereka
4.
sendiri.
Tugas pokok manajemen adalah untuk mengatur kondisi organisasi dan
metode operasi agar orang dapat mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri
dengan mengarahkan usaha mereka ke arah tujuan-tujuan organisasi.
Lebih lanjut menurut asumsi teori Y, orang-orang ini pada hakikatnya
menganggap bahwa:
1. Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan
kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik
dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jika keadaan
sama-sama menyenangkan.
2. Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
4. Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan
organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
11
Theory X
managem
ent
Theory X - authoritarian,
repressive style. Tight
control, no development.
Produces limited, depressed
culture.
Theory Y
staf
Sumber: Alan
Chapman,
staf
staf
2001 (www.businessballs.com)
management
staf
12
13
perintah dari atasan. Oleh karena itu, dibutuhkanlah pemimpin dengan gaya otoriter
seperti ciri-ciri di atas, cenderung mengambil keputusan sendiri dan cenderung senang
memerintah bawahannya. Hal ini juga berlaku untuk pemimpin dengan gaya
kepemimpinan sentralistik. Pemimpin dengan gaya seperti ini mengambil keputusan
secara terpusat atau keputusan berada di tangannya sendiri. Pemimpin ini tidak
menghendaki adanya campur tangan dari bawahannya.
Pegawai/ karyawan dengan asumsi berperilaku teori Y, maka akan sesuai
dengan pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan demokratis atau partisipatif.
Pegawai ini cenderung berinisiatif tinggi dalam mengerjakan pekerjaannya dan tidak
perlu menunggu disuruh untuk bekerja. Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang
demokratis, yaitu pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para
bawahan. Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis
mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam
pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan
dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan
memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan. Setiap
kali ada permasalahan, pemimpin dengan tipe ini selalu mengikutsertakan bawahan
sebagai suatu tim yang utuh. Selain itu, pemimpin juga memberikan banyak informasi
tentang tugas serta tanggung jawab bawahannya. Berikut ciri-ciri gaya kepemimpinan
demokratis:
1. Pendapatnya terfokus pada hasil musyawarah;
2. Tenggang rasa;
3. Memberi kesempatan pengembangan karier bawahan;
4. Selalu menerima kritik bawahan;
5. Menciptakan suasana kekeluargaan;
6. Mengetahui kekurangan dan kelebihan bawahan;
7. Komunikatif dengan bawahan;
8. Partisipasif dengan bawahan;
9. Tanggap terhadap situasi;
10. Kurang mementingkan diri sendiri;
11. Mawas diri;
12. Tidak bersikap menggurui;
13. Senang bawahan kreatif;
14. Menerima usulan atau pendapat bawahan;
15. Lapang dada;
16. Terbuka;
17. Mendorong bawahan untuk mencapai hasil yang baik;
18. Tidak sombong;
19. Menghargai pendapat bawahan;
20. Mau membirnbing bawahan;
21. Mau bekerja sama dengan bawahan;
14
15
Antara teori X dan teori Y ini sebenarnya bukan berarti yang satu lebih baik
dariapada yang lainnya. Namun teori ini lebih untuk mengarahkan kepada bagaimana
tindakan seseorang pemimpin untuk memimpin atau menghadapi pegawai/
karyawannya yang memiliki berbagai perbedaan karakter/ perilaku. Bagi pegawai
yang diasumsikan berperilaku teori X, maka gaya kepemimpinan yang tepat yaitu
dengan gaya otoriter dan sentralistik. Sedangkan bagi pegawai yang berperilaku teori
Y, maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah gaya demokratis dan partisipatif.
Dengan teori ini para pemimpin dapat memberikan sikap yang tepat sehingga
pegawai/ karyawannya dapat melaksanakan tugas dengan baik untuk mencapai tujuan
organisasi. Selain itu, berdasarkan penjelasan teori X dan Y ini dapat diketahui bahwa
seorang pemimpin terkadang harus egois dan terkadang pula harus demokratis,
tergantung perilaku pegawai/ karyawan yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Freud, Sigmund and Strachey, James. 1991. Introductory Lectures on Psychoanalysis.
Penguin Books.
Gibson, James L., Ivancevivh, John M., and Donnelly, James H. 1973. Organizations:
Structure, process, and Behaviour. Business Publications.
Rivai, Vethzal. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi 2. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Robbins, Stephen P. and Coulter, Mary K. 2002. Management Ed. 7th. Prantice Hall.
Singgih-Salim, E.E. dan Sukadji, S (Eds.) Sukses Belajar di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Panduan.
Yusuf, Syamsu. 2002. Pengantar Psikologi. Bandung: Publikasi Jurusan PPB FIP
UPI.
Sumber internet:
en.wikipedia.org
id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran+pembentukan+perilaku+individu
16
www.bus.ucf.edu
www.evitadewiblogqu.blogspot.com
www.wartawarga.gunadarma.ac.id
www.organisasi.org
17