PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan
kematian dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya terjadi
penderitaan fisik dan penurunan produktifitas kerja. Infeksi dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur serta parasit. Terjadinya infeksi pada seseorang dipengaruhi oleh
banyaknya mikroorganisme penyebab yang masuk, derajat virulensi serta kekebalan
tubuh.
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2007, penyebab utama
kematian antara lain: 28,1 % disebabkan oleh penyakit infeksi dan parasit, 18,9 %
disebabkan oleh penyakit vaskuler, dan 15,7 % disebabkan oleh penyakit pernafasan
(Depkes 1997).
Bakteri flora normal pada organ tubuh tertentu bisa menjadi patogen apabila
terjadi perubahan substrat dan berpindahnya bakteri ke organ lain. Dalam rongga
mulut manusia terdapat bakteri flora normal yaitu Streptococcus mutans /
Streptococcus viridans, Staphylococcus spdanLactobacillussp, bahkan Streptococcus
mutans merupakan flora normal sepanjang hidup. Bakteri-bakteri tersebut dalam
rongga mulut berperan dalam proses pencernakan dan pertahanan.
Infeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus dapat menimbulkan tanda-tanda yang
khas pada setiap jaringan atau alat tubuh yang diinfeksi olehnya, yaitu peradangan,
nekrosis, dan pembentukan abses (Usman Chatib Warsa, 1993). Penyakit infeksi lain
yang sering dijumpai adalah demam tifoid dengan penyebab bakteri Salmonella typhi.
Akibat invasi bakteri tersebut ke dalam aliran darah, dapat timbul demam dengan
komplikasi berupa perdarahan dan perforasi usus yang dapat menyebabkan kematian.
Angka kematiannya sekitar 10-15% (Brooks, Butel, Morse, 2005).
Dan masih banyak lagi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri bakteri dan
tanda tanda yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas
kami tertarik membahas tentang penyakit infeksi bakteri seperti Impetigo, Kusta,
Variola, Varisela.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 IMPETIGO
2.1.1 Definisi
Impetigo adalah penyakit inflamasi kulit pustula yang disebabkan oleh
Staphylococcus dan Streptococcus.
Jenis impetigo :
a. Impetigo kontagiosa (nonbolusa)
Sangat menular, terutama mengenai wajah dan kulit kepala, dan ditandai oleh
vesikel yang menjadi pustule lalu menjadi krusta berwarna kuning madu.
b. Impetigo bullous
Yaitu infeksi kulit superfisial yang disebabkan oleh pembentukan bula dari
vesikula asli. Impetigo ini mengacu kepada infeksi kulit oleh streptokokus
atau stafilakokus yang terlihat pada anak-anak yang normal atau orang dewasa
yang sakit, khususnya dibagian wajah dan tangan.
2.1.2
Etiologi
1. Impetigo bulosa.
Agen penyebab : Stapphylococcus aureus yang menghasilkan eksotoksin
eksfoliatif akstraselular disebut exfoliatins A dan B.
2. Impetigo Nonbulosa
Agen penyebab :Stapphylococcus aureus utnuk 50-60% dari kasus.
umumterjadipadaanak-anak
yang
tinggal
di
lingkungandengankondisikebersihannyakurangbaik.
5. Kesehatan yang buruk, hiegene yang buruk, dan malnutrisi dapat menjadi
predisposisi terjadinya impetigo pada orang dewasa.
Dari semua kasus, lebih dari 70% adalah impetigo nonbulosa.Impetigo
menular dan dapat menyebar ke bagian lain dari kulit pasien atau pada
Manifestasi Klinis
a) Lesi dimulai dari sebagian macula kecil berwarna merah menjadi
vesikula berdinding tipis terpisah yang rupture dan tertutup oleh
keropeng yang berwarna kuning madu.
b) Keropengini, jika dilepaskan menunjukkan permukaan halus, merah,
lembab yang merupakan tempat tumbuhnya keropeng baru.
c) Jika kulit kepala terkena, rambut akan melekat satu sama lain.
Menurut Behrneman (1996), impetigo nonbulosa lesi selalu berawal dari
kulit wajah atau ekstremitas yang telah mengalami trauma. Lesi disertai rasa sakit
ringan
atau
tanpa
rasa
sakit
atau
eritema
bulosaterutamamenginfeksibayidananakkecil.Bulalunak,
disekelilingnya.Impetigo
transparan,
paling
lesipada
impetigo
bulosamerupakanmanifestasisindromkulitbersisikstafilokokussetempatdanberkemban
gpadakulit yang utuh.
2.1.4
Patofisologis
Impetigo merupakan penyakit menular dan dapat menyebar ke bagian kulit pasien
lain atau anggota keluarga yang menyentuh pasien atau memakai handuk atau sisir
yang tercemar oleh eksudat lesi. Meskipun impetigo dijumpai pada segala usia,
namun penyakit ini terutama ditemukan di antara anak-anak yang hidup dalam
kondisi hiegene yang buruk. Daerah-daerah tubuh, wajah, tangan, leher dan
ekstremitas yang terbuka merupakan bagian yang paling sering terkena.
Infeksi ini dimulai sebagai macula eritematosa yang berkembang menjadi
pustula yang kecil dan akhirnya menjadi erosi yang dangkal dengan pembentukan
krusta yang warnanya seperti warna madu.
Impetigo bulosa. Impetigo bulosa lebih jarang terjadi dibandingkan
nonbulosa. Stapphylococcus aureus (penyebab) menghasilkan eksotoksin eksfoliatif
WOC
Lampiran 1.
2.1.6
Komplikasi
Penatalaksanaan Medis
NANDA
NOC
Nyeri Akut
- Kontrol nyeri
DS : Pasien mengeluh
- Tingkatan nyeri
NIC
- Manajemen nyeri
Resiko Infeksi
- Status Neurologis :
- Manajemen Sensasi
DS : Pasien mengeluh
Perifer
Perifer
Kurang Pengetahuan
- Pengetahuan tentang
- Pengetahuan Penyakit
penyakit
sakitnya, dan
mengatakan tidak
mengetahui tentang
penyakitnya.
DO
:pasien
bertanya
tentang penyakitnya
2.2 KUSTA
2.2.1 Definisi
Penyakit kusta merupakan suatu penyakit menular menahun yang menyerang
kulit dan susunan saraf tepi, sering dapat menimbulkan reaksi akut (ekserbasi) dan
dapat menimbulkan cacat bila tidak diobati sewaktu penyakit dalam stadium dini
(FKUI, 1999). Adhi Djuanda (1999) mendefinisikan kusta sebagai penyakit infeksi
kronis yang disebabkan oleh Mycrobacterium leprae yang intra seluler dan obligat
(Adhi Djuanda, 1999).
2.2.2
Etiologi
Manifestasi Klinis
Bercak-bercak pada kulit, tidak nyeri ditekan, tidak bersisik. Tanpa pus, mati
rasa, pucat, sering menimbulkan borok atau nodul di muka dan daun telinga.
Pada mulanya kusta tidak menimbulkan gejala. Tetapi terdapat kelainan berupa
bercak berwarna putih dan kemerahan dan mirip dengan panu.
Tanda-tanda tersangka kusta (suspek) :
1.
2.
2.2.4
Klasifikasi
kelompok
berdasarkan
gambaran
klinis,
bakteriologis,histopatologi,
dan
imunologis.
1.
Tipe
Tuberkuloid
Tuberkuloid
(TT)
Lesi
berupa
bercak
dengan tipe TT, tetapi lesi lebih kecil, tidak disertai adamya kerontokan rambut, dan
perubahan saraf hanya terjadi pembengkakan.
3.
beberapa hasil, dan tes lepromin memberikan hasil negatif. Lesi kulit berbentuk tidak
teratur, terdapat satelit yang mengelilingi lesi, dan distribusi lesi asimetris. Bagian
tepi dari lesi tidak dapat dibedakan dengan jelas terhadap daerah sekitarnya. Gejalagejala ini disertai adanya adenopathi regional.
4.
Tipe Borderline Lepromatous (BL) : Lesi pada tipe ini berupa macula
dan nodul papula yang cenderung asimetris. Kelainan syaraf timbul pada stadium
lanjut. Tidak terdapat gambaran seperti yang terjadi pada tipe lepromatous yaitu tidak
disertai madarosis, keratitis, uslserasi maupun facies leonine.
5.
keabu-abuan. Tidak ada perubahan pada produksi kelenjar keringat, hanya sedikit
perubahan sensasi. Pada fase lanjut terjadi madarosis (rontok) dan wajah seperti
singa, muka berbenjol-benjol (facies leonine).
Berikut ini adalah gambar penderita kusta menurut Ridley-Jopling :
10
Gbr 2b. Penderita Kusta Tipe Gbr 2c. Penderita Kusta Tipe L.L dan B.L.
Lepramatos
11
2.2.5
Patofisiologi
Cara masuk M.leprae ke dalam tubuh masih belum diketahui dengan pasti,
namun beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa cara masuk tersering ialah
melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan melalui mukosa
nasal. Bila kuman M.leprae masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan bereaksi
mengeluarkan makrofag (berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear, histiosit)
untuk memfagositnya.
Pada kusta tipe LL terjadi kelumpuhan sistem imunitas selular, dengan
demikian makrofag tidak mampu menghancurkan kuman sehingga kuman dapat
bermultiplikasi dengan bebas, yang kemudian dapat merusak jaringan.Pada kusta tipe
TT kemampuan fungsi sistem imunitas selular tinggi, sehingga makrofag sanggup
menghancurkan kuman.
2.2.6
WOC
Lampiran 2.
12
2.2.7
Komplikasi
Gejala klinik reaksi reversal adalah umumnya sebagian atau seluruh lesi yang
telah ada bertambah aktif dan atau timbul lesi baru dalam waktu yang relatif singkat.
Artinya lesi hipopigmentasi menjadi eritema, lesi eritema menjadi makin lebih
eritematosa, lesi makula menjadi infiltrat, lesi infiltrat makin infiltrat dan lesi lama
menjadi bertambah luas. Tanda-tanda dari kerusakan saraf yaitu gangguan sensorik
dan kelemahan otot, demam dan malaise.Seluruh komplikasi penyakit kusta yang
dimaksud
meliputi:
(a)
Komplikasi
jaringan
akibat
invasi
masif
M.
Penatalaksanaan Medis
A. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Pada umumnya pada pasien dengan kusta mengeluh
adanya bercak-bercak. Disertai hiperanastesi dan terasa kaku diikuti
dengan peningkatan suhu.
b. Riwayat kesehatan saat ini : Riwayat penyakit kusta biasanya adanya
bercak-bercak merah disertai hiperanastesi dan odema pada ektrimitas
13
pada bagian perifer seperti tangan, kaki serta bisa juga terjadi
peningkatan suhu tubuh.
c. Riwayat penyakit dahulu :Ada atau tidaknya penyakit serupa yang
menjangkiti.
d. Riwayat penyakit keluarga :Ada atau tidaknya anggota keluarga
memiliki ciri penyakit yang sama karena lebih rentan tertular.
B. Pola Fungsional Gordon
a.
Adanya
penanganan kesehatan
Keluhan
tentang
penurunan
nafsu
d.
Pola eliminasi
pasien.
e.
kurangnya
pengetahuan
tentang
tidak
baru
b.
Pola aktivitas-latihan
gangguan
dalam
hal
mengalami
persepsi
merah
disertai
bercak-bercak
odema.
Pasien
Pola
nutrisi
biasanya
perifer
kusta
Pola
konseptual-
dan
g.
Pola
toleransi-koping
stress
14
dan
penyakitnya
kepada
Pola
persepsi
diri-
j.
malu
yang
Pasien
Perasaan
penyakit
menjijikan.
konsep diri
terhadap
umumnya
kusta
merupakan
Masih
lancarnya
dalam
melaksanakan
ibadah
dan
masyarakat
ada
(disorentasi).
Pasien
anggapan
ghaib
dengan
penyakitnya.
C. Pemeriksaan fisik
a.
Sistem
penglihatan
:Adanya
gangguan
fungsi
saraf
tepi
sensorik,kornea mata anastesi sehingga reflek kedip berkurang jika terjadi infeksi
mengakibatkan kebutaan, dan saraf tepi motorik terjadi kelemahan mata akan
lagophthalmos jika ada infeksi akan buta. Pada kusta berat, jika terjadi peradangan
pada organ-organ tubuh akan mengakibatkan irigocyclitis. Sedangkan pause basiler
jika ada bercak pada alis mata maka alis mata akan rontok.
b. Sistem pernafasan : Klien dengan kusta hidungnya seperti pelana dan
terdapat gangguan pada tenggorokan.
c. Sistem persarafan : Kerusakan fungsi sensorik. Kelainan fungsi sensorik
ini menyebabkan terjadinya kurang/ mati rasa. Akibat kurang/ mati rasa pada telapak
tangan dan kaki dapat terjadi luka, sedang pada kornea mata mengkibatkan kurang/
hilangnya reflek kedip.
d. Kerusakan fungsi motorik : Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi
lemah/ lumpuh dan lama-lama ototnya mengecil (atropi) karena tidak dipergunakan.
Jari-jari tangan dan kaki menjadi bengkok dan akhirnya dapat terjadi kekakuan pada
15
sendi (kontraktur), bila terjadi pada mata akan mengakibatkan mata tidak dapat
dirapatkan (lagophthalmos).
e. Kerusakan fungsi otonom :Terjadi gangguan pada kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering,
menebal, mengeras dan akhirnya dapat pecah-pecah.
f. Sistem muskuloskeletal : Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik
adanya kelemahan atau kelumpuhan otot tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi
(mengecil).
g. Sistem integumen :Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti
panu), bercak eritem (kemerah-merahan), infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan).
Jika ada kerusakan fungsi otonom terjadi gangguan kelenjar keringat, kelenjar
minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit kering, tebal, mengeras dan
pecah-pecah. Rambut: sering didapati kerontokan jika terdapat bercak.
2) Aplikasi NANDA, NOC, dan NIC pada Peyakit Kusta
No.
1
NANDA
NOC
NIC
Kerusakan Integritas
- Integritas Jaringan :
- Pemeriksaan Kulit
Kulit
- Pengawasan Kulit
DS : Klien mengatakan
Mukosa
- Status Neurologis :
- Manajemen Sensasi
16
Perifer
Perifer
Perifer
DS : Klien mengatakan
bahwa merasa kurang/
mati rasa pada telapak
tangan dan kaki.
DO : Refleks sentuhan
pada ujung ekstremitas
tidak normal, refleks
kedip mata berkurang.
3.
Resiko
harga
diri menjadi
rendah
DS : Klien mengatakan
malu terhadap penyakit
yang
dideritanya
tidak
ingin
dan
bertemu
Klien
sering
menutup
diri,
menundukkan wajah.
2.3 VARIOLA
2.3.1 Definisi
Variola adalah penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh virus
variola major atau variola minor.Penyakit ini dikenal dengan nama Latinnya, variola
atau variola vera, yang berasal dari kata Latin varius, yang berarti berbintik, atau
varus yang artinya jerawat.Variola muncul pada pembuluh darah kecil di kulit serta
di mulut dan kerongkongan. Di kulit, penyakit ini menyebabkan ruam, dan kemudian
luka berisi cairan. Variola major menyebabkan penyakit yang lebih serius dengan
tingkat kematian 3035%. Variola minor menyebabkan penyakit yang lebih ringan
17
(dikenal juga dengan alastrim, cottonpox, milkpox, whitepox, dan Cuban itch) yang
menyebabkan kematian pada 1% penderitanya.Akibat jangka panjang infeksi Variola
major adalah bekas luka, umumnya di wajah, yang terjadi pada 6585% penderita.
Gbr. Variola pada Wajah
2.3.2 Etiologi
Penyebab variola adalah virus variolae ada 2 tipe virus yang identik , tetapi
menimbulkan 2 tipe variola yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim).
Perbedaan kedua virus itu adalah bahwa penyebab variola mayor bila dimokulasikan
pada membrane karioalontrik tubuh pada suhu 38o C. Sedangkan yang menyebabkan
variola minor tumbuh dibawah suhu itu.
2.3.3 Manisfestasi Klinis
1. Panas
2. Pusing
3. Tidak ada nafsu makan
4. Nyeri diotot dan tulang
5. Ruam dikulit
6. Berwarna kemerahan
7. Bentol-bentol
8. Terdapat cairan , nanah, dan darah
2.3.4 Patofisiologi
Variola (Smallpox)disebabkan oleh virus yang menyebar dari satu orang ke
orang lainnya melalui udara. Virus ini ditularkan dengan menghirup virus dari orang
18
yang terinfeksi. Selain itu, Smallpox juga bisa menyebar melalui kontak langsung
dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi dan objek yang terkontaminasi seperti
baju.
Penularannya melalui kontak langsung ataupun tak langsung tapi infeksi
primernya selalu melalui hawa nafas. Virusnya yang terdapat di udara, berasal dari
debu pakaian, tempat tidur, dari keropeng yang jatuh ditanah ataupun dari hawa nafas
di penderita, terhirup bersama hawa pernafasan sehingga terjadi penularan. Cacar
adalah penyakit yang sangat menular.
Virus variola diperoleh dari inhalasi (pernafasan ke paru-paru). Partikel virus
cacar dapat tetap pada benda seperti pakaian, tempat tidur, dan permukaan hingga 1
minggu. Virus dimulai di paru-paru, dari sana virus menyerang aliran darah dan
menyebar ke kulit, usus, paru-paru, ginjal, dan otak. Aktivitas virus dalam sel-sel
kulit menciptakan ruam yang disebut makula (karakteristik : datar, lesi merah).
Setelah itu vesikel (lepuh mengangkat) terbentuk. Kemudian, pustula (jerawat berisi
nanah) muncul sekitar 12-17 hari setelah seseorang menjadi terinfeksi. Sembuh dari
cacar sering meninggalkan bekas di kulit oleh karena pustula.
Manusia adalah host natural dari smallpox. Penyakit ini tidak dapat ditularkan
oleh serangga maupun hewan. Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia
akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa
tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan
menyebabkan herpes zoster.
2.3.5 WOC
Lampiran 3.
2.3.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang bisa disebabkan oleh variola ini adalah pneumonia
yang
disebabkan
virus, peradangan
jantung, peradangan
sendi, peradangan
hati, infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa), ensefalitis (infeksi otak).
2.3.7 Penataklasanaan Medis
Pasien harus dikarantina. Pengobatan secara sistemik bisa dilakukan dengan
pemberian obat antiviral seperti isoprinosin dan interferon, bisa juga dengan globulin
19
gama. Kecuali itu, diberikan juga obat yang bersifat simptomatik, misalnya
analgetik/antipiretik. Harus diperhatikan juga kemungkinan munculnya infeksi
sekunder maupun infeksi nosokomial, serta cairan tubuh dan elektrolit. Jika masih
ada lesi di mulut, diberikan amakan lunak. Pengobatan topical bersifat penunjang
misalnya kompres dengan antiseptic atau salap antibiotik.
2.3.8Asuhan Keperawatan Teoritis
1) Pengkajian Keperawatan
A. Keluhan Utama
Pada pasien variola biasanya memiliki keluhan utama : pusing, tidak ada
nafsu makan, nyeri diotot dan tulang, ruam dikulit, berwarna kemerahan, dan bentolbentol.
B. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat perjalanan penyakit :Biasanya pasien yang penderita variola
mengalami gejala perjalanan penyakit pusing, tidak ada nafsu makan,
nyeri diotot dan tulang, ruam dikulit, berwarna kemerahan, dan bentolbentol yang kemerah-merahan dan berisi nanah dan darah.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Biasanya pasien yang penderita variola
biasa tidak memiliki riwayat penyakit yang sama sebelumnya. Tetapi
tidak
tertutup
kemungkinan
untuk
menderita
penyakit
tersebut
sebelumnya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : Apakah ada keluarga yang menderita
penyakit ini sebelumnya. Biasanya keluarga pada pasien penderita variola
tidak mengalami penyakit yang sama.
C. Pola Fungsional Gordon
1. Pola
Perserpsi
dan
Penanganan Penyakit
Pada
pengkajian
pasien
persepsi
tantang
penyakit
biasanya
lebih
20
Pasien
dan
pada
biasanya
memnuhi
nutrisi
dikarenakan
dikarenakan
pasien
nafsu makan.
istirahat.
metabolisme
pasien
variola
tidur
3. Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi pada
pasien
penderita
biasanya
variola
mengalami
penderita
variola
pasien
Gangguan
pola
istirahat
juga
dan
dikarenakan
pada tubuh
bentol-bentol
yang
6. Pola Kognitif/Persepsi
mengalami
Pada
kompensasi,
pasien
yang
mengalami
menyampaikan
dehidrasi.
4. Pola Aktivitas/Olahraga
Pada
pasien
variola
gangguan
penderita
mengalami
pada
pola
tulang
dan
disertai
demam.
variola
akan
keluhan
dalam
indra
Dalam
pengkajian
ini
untuk
pendengaran
penglihatan
hal
dan
tetap
normal
5. Pola Istirahat/Tidur
21
dan
tidak
berpengaruh
terhadap penyakit.
seksualitas
pasien
dikarenakan
mengalami
nyeri
mengalami demam.
10. Pola
Koping/Penanganan
Stres
Pada
lingkungan.
pasien
penderita
dengan
variola
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
hubungan
pola
peran
pola
koping
mengalami
penolakan
terhadap
penyakitnya
sehingga
menolak
berinteraksi
lingkungan,
tetap
dan
untuk
dengan
tetap
masih
berinteraksi
dengan
keluarga.
11. Pola Nilai/Agama
Pada
Seksualitas/Reproduksi
pasien
dengan
pasien
9. Pola
Pada
pengkajian
pada
pola
kebutuhan
dikarenakan
beribadah
terasa
nyeri
klien
dengan
komplikasi demam.
22
No.
1
NANDA
NOC
NIC
Kerusakan Integritas
- Integritas jaringan:
- Perawatan penekanan
Kulit
ulcer
DS : Klien mengatakan
mukosa
- Perawatan luka
- Penanganan luka:
penanganan primer
Nyeri Akut
- Kontrol nyeri
- Manajemen nyeri
DS : Klien mengatakan
- Tingkatan nyeri
- Pemberian analgesik
2.4 VARISELA
2.4.1 Definisi
June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan
oleh virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang
umumnya mengenai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan
erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah
menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng (Thomson,
(1986), p. 1483).Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. (Djuanda, 1993)
2.4.2 Etiologi
23
Varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus
varicella-zoster (virus V-Z), dan juga dapat disebut sebagai Human (alpha) herpes
virus-3 (HHV3). Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan
terjadi varisela; kemudian setelah penderita tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap
ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z
diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster.
2.4.3 Manifestasi Klinis
Terdapat dua stadium :
1) Stadium Prodomal : Gejala prodomal muncul setelah 14-15 hari masa
inkubasi, dengan timbulnya ruam kulit disertai demam yang tidak terlalu
tinggi serta malaise. Pada anak lebih besar dan dewasa ruam didahului
oleh demam selama 2-3 hari sebelunya, menggigil, malaise, nyeri kepala,
anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa kasus nyeri tenggorok dan
batuk.
2) Stadium Erupsi : Ruam kulit muncul di muka dan kulit kepala, dengan
cepat menyebar ke badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian
depan yang tertutup dan jarang ditemukan pada telapak kaki dan tangan.
Penyebaran lesi varisela bersifat sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta
dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran nafas bagian atas.
Gambaran yang menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula
kemerahan ke papula, vesikula, pustula, dan akhirnya menjadi krusta.
Perubahan ini hanya terjadi berkisar 8-12 jam. Gambaran vesikel khas,
superfisial, dinding tipis dan terlihat seperti tetesan air. Penampang 2-3
mm berbentuk elips dengan sumbu sejajar garis lipatan kulit. Jika terdapat
infeksi sekunder terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional
24
2.4.4 Patofisiologis
Virus masuk ke dalam tubuh melaui mukosa traktur respiratorius bagian atas
atau orofaring yaitu virus berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan
ludah yang berasal dari batuk/ bersin penderita dan diterbangkan melalui udara dan
kontak langsung melalui kulit yang terinfeksi. Kemudian virus tersebut mengalami
multiplikasi awal setempat dan virus yang menyebar ke pembuluh darah dan saluran
limfe (Viremia Primer).Kemudian akan dimakan oleh sel-sel system retikuloendotial.
Disini terjadi replikasi virus lebih banyak lagi (pada periode inkubasi). Pada masa ini,
infeksi dihambat oleh imunitas non spesifik. Pada kebanyakan individu, replikasi
virus lebih menonjol atau lebih dominan dibandingkan imunitas tubuhnya, sehingga
dalam waktu 2 minggu setelah infeksi, terjadi viremia yang lebih hebat (Viremia
Sekunder). Hal ini menyebabkan panas dan malaise, serta virus menyebar ke seluruh
tubuh lewat aliran darah, terutama di kulit dan membran mukosa.
2.4.5 WOC
Lampiran 4.
2.4.6 Komplikasi
Varisela dapat menimbulkan berbagai komplikasi, tetapi umumnya pada kulit,
pada susunan syaraf pusat, atau sistem pemafasan yang dijumpai. Komplikasi yang
paling sering dijumpai pada kulit adalah sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri
staphylococcus ataupun streptococcus. Bisa juga dijumpai hemorhagic varicella.
Pada susunan syaraf pusat, komplikasi bisa berupa encephalitis,Reyessyndrome
asepticmeningitis dan Guillain-Barre Syndrome. Komplikasi pada saluran pemafasan
termasuk infeksi virus dan bakteri pencumoni, infeksi saluran nafas atas terutama
otitis media.
2.4.7
Penatalaksanaan Medis
Pada anak sehat, varisela umumnya ringan dan dapat sembuh sendiri (self
limited), cukup diberikan pengobatan simtomatik yakni : (a) Mencegah infeksi
25
sekunder untuk menghilangkan rasa gatal (misal kuku digunting pendek agar bersih
dan mengindari parut bekas garukan, mengganti pakaian dan alas tempat tidur
sesering mungkin). Bila terdapat infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotika.
Pada lesi kulit lokal dapat diberikan lotio calamine. Untuk mengurangi rasa gatal
dapat dengan kompres dingin, mandi secara teratur ataupun dengan pemberian
antihistamin. (b) Menurunkan panas. Antipiretik jarang diperlukan. Salisilat tidak
dianjurkan karena berhubungan dengan timbulnya sindrom Reye, sedangkan
asetaminofen cenderung memberikan efek yang berlawanan, tidak meringankan
gejala malah memperpanjang masa sakit.
2.4.8
A. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : ruam pada kulit berisi cairan jernih yang tersebar ke seluruh
tubuh.
b. Keluhan Tambahan : Gatal pada ruam
c. Riwayat Penyakit Sekarang :Terdapat keluhan adanya ruam diseluruh badan.
Diawali dengan demam dan sakit kepala sehingga membuat nafsu makan
berkurang.
d. Riwayat Penyakit Dahulu : Pada kasus anak-anak biasanya belum pernah ada
riwayat, pada kasus dewasa, pernah terjadi saat kanak-kanak dan terulang
kembali.
e. Riwayat Penyakit Keluarga :Adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga lainnya, bisa terjadi karena terinfeksi oleh anggota keluarga lain,
atau dapat dari orang lain.
f. Riwayat Sosial :Pada kasus anak-anak biasanya anak mengakui bahwa teman
sepermainannya mempunyai penyakit yang sama dengan ia.
26
yang
dengan
keluarga.
orang
menuturkan
lain,
klien
keluhan
sering
tentang
kesembuhan.
dengan
kesukaran
dalam
Hubungan
sulit
d. Pola eliminasi
anggota
melakukan
aktivitas
akibat
perubahan
eliminasi
Tidak
seksual
akibat nyeri
dengan
Adanya
anggota
b. Pola aktivitas-latihan
Adanya
dihadapi
yang dirasakan
dan
terpenuhinya
pola
Masih
vesikel.
f. Pola konseptual-persepsi
Adanya
ruam
yang
dapat
melaksanakan
terpenuhi.
berisi
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : kurang dari 110/70 mmHg
27
d. Suhu
: diatas 36,50C
NANDA
NOC
NIC
Resiko Infeksi
Infeksi
Mukosa
- Proteksi Infeksi
- Penyembuhan
Luka : Penyembuhan
terasa.
Primer
Nyeri Akut
- Kontrol Nyeri
- Manajemen
- Tingkat
Nyeri
Kenyamanan
Hipertermi
- Termoregulasi.
Pengobatan
- Status Tanda-
Demam.
Tanda Vital.
- Pemantauan
Tanda-Tanda
Vital.
demam/hipertermi
4.
- Bantuan
28
- Pengontrolan berat
penambahan berat
badan.
nafsu makan.
- Manajemen
DO
BB
badan
klien
nutrisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Impetigo adalah penyakit inflamasi kulit pustula yang disebabkan oleh
Staphylococcus dan Streptococcus. Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus
varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. (Djuanda, 1993).
Penyakit kusta merupakan suatu penyakit menular menahun yang menyerang kulit
dan susunan saraf tepi, sering dapat menimbulkan reaksi akut (ekserbasi) dan dapat
menimbulkan cacat bila tidak diobati sewaktu penyakit dalam stadium dini (FKUI,
1999). Variola adalah penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh virus
variola major atau variola minor. Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus
varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. (Djuanda, 1993).
Etiologi dari penyakit penyakit itu adalah bakteri. Penyakit penyakit tersebut
adalah penyakit infeksi bakteri. Seperti impetigo etiologi penyakit ini adalah bakteri
Staphylococcus dengan manisfestasi klinisnya adalah lesi, Keropengini, rambut akan
melekat satu sama lain. Kusta etiologinya adalah Mycrobacterium leprae dengan
29
manisfestasi klinisnya adalah bercak-bercak, kulit yang mengkilat dan bercak yang
tidak gatal. Etiologi dari variola adalah virus variola major atau variola minor dengan
manisfestasi klinisnya panas, pusing, tidak ada nafsu makan, nyeri diotot dan tulang,
ruam dikulit. Sedangkan varisela disebabkan oleh virus varisela-zoster dengan
manisfestasi klinisnya adalah ruam kulit, menggigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia,
nyeri punggung.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan agar pembaca dapat
memahami tentang penyakit penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri sehinga
kita lebih hati hati dalam kehidupan. Dengan makalah ini kita bisa mengetahui apaapa saja gejala, penyebab dan cara mengatasi penyakit penyakit tersebut. Penulis juga
menyarankan agar kita sebagai seorang perawat lebih memahami askep untuk
penyakit penyakit infeksi bakteri ini.
30
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Djuanda. (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua.Jakarta : FK
Universitas Indonesia.
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, ED
: 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Behrman,
Kliegman&
Arvin.
(1996).IlmuKesehatanAnak
Nelson,
Ed.
15,
Vol.3.Jakarta : EGC.
Brooker Chris.(2005). Ensiklopedia Keperawatan. Singapore : Elsevier.
Handoko RP. (2001). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin : Penyakit Virus.5th ed.
Jakarta : Balai penerbit FKUI,.p.110-9
June M. Thomson, et. al. (1986). Clinical Nursing Practice. The C.V. Mosby
Company, Toronto.
Mansjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.
Mitchell N. Richard, et al. (2006). DasarPatologisPenyakit Robbins &Cotran, Ed.7.
Singapore : Elsevier.
Muttaqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen.Jakarta : Salemba Medika.
31