Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANTRITIS PIRAI
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
No. Revisi :
Hal. 1
Komplikasi
Tofus
Deformitas sendi
Nefromati gout, gagal ginjal
Prognosis
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
Bonam
Dokter spesialis penyakit dalam dan PPDS penyakit dalam
Departemen penyakit dalam-Subbagian Rematologi
-
ATRITIS REUMATOID
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
No. Revisi :
Hal. 2
Diagnosis
No. Revisi :
Hal.
ARTITIS SEPTIK
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
No. Revisi :
Hal.
infeksi
berbagai
Osteomielitis, sepsis
Prognosis
Dubia
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
OSTEOARTRITIS
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
No. Revisi :
Hal.
Artroskopi
Komplikasi
1. Penyuluhan
2. proteksi sendi terutama pada stadium akut
3. obat antiinflamasi non steroid. Dapat digunakan sepersi
sodium diklofenak 50 mg, t.i.d, piroksikak 20 mg o.d,
meloksikam, 7,5 mg o.d. dan sebagainya
Deformitas sendi
Prognosis
Dubia
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
Terapi
SPONDILITIS ANKILOSA
No.Dokumen :
Pengertian
No. Revisi :
Hal.
Komplikasi
Prognosis
Malam
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
SKLEROSIS SISTEMIK
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
B. Kriteria minor
1.
sklerodaktil
2.
pencekungan jari atau hilangnay
subtansi jari
3.
fibrosis basal di kedua paru
diagnosis dietegakkan bila didapat 1 kriteria mayor dan 2
kriteria minor atau lebih.
Mixed connective tissue dsease
Biopsi kulit.
Penyuluhan dan dukungan psikolosial
Proteksi terhadap suhu dingin untuk mengatasi fenomena
Raynaund
Bila terdapa ulkus atau grangen, harus dirawat dengan
baik, dan diberikan antibiotik yang adekuat.
Dapat dicoba D-penisilamin 3 x 250 mg. Bila gagal dapat
dicoba DMRAD lain seperti metotreksat
Bila didapatkan gangguan gastrointestinal, dapat diberikan
H2 antagonis, omeprazol, dan obat prokinetik.
Pada keadaan krisis renal, dapat diberikan kapotopril, bila
fungsi ginjal memburuk, dapat dilakukan dianalisis.
Pada pneumonitis, dapat diberikan glukokortikoid atau
siklofosfamid.
Hipertensi yang tidak terkontrol, krisis renal, pneumonitis,
refluks esofagitis, divertikulosis/.
Dubia
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
Departemen Penyakit Dalam_Subbagian Rematologi
SIROSIS HATI
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
No. Revisi :
Hal.
HEPATOMA
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
No. Revisi :
Hal.
No. Revisi :
Hal.
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Hepatitis vulminan
Prognosis
Bonam
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
Diagnosis
Diagnosis Banding
Diagnosis
No. Revisi :
Hal.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Perlemakan hati
Laboratorium seperti pada hepatitis Akut
USG hati
Biopsi hati
Terapi
Hepatitis vulminan
Prognosis
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
ABSES HATI
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
No. Revisi :
Hal.
KOLESISTITIS AKUT
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
No. Revisi :
Hal.
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
No. Revisi :
Hal.
Komplikasi
Prognosis
Bonam
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
Terapi
TROPIK INFEKSI
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
No. Revisi :
Hal.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit terkait
DEMAM TIFOID
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
No. Revisi :
Hal.
o
Norfloksasin 2 x 100 mg /hari
Dengan infeksi schistosoma haematobium pada traktus urinarius
eradikasi schistosoma haematobium:
o
Prazikuantel 40 mg/kgBB dosis tunggal, atau
o
Metrofonat 7,5-10 mg/kgBB bila perlu diberikan 3 dosis interval
2 minggu
Setelah eradikasi berhasil, diberikan rejimen terapi untuk tifoid karier
seperti di atas.
Perhatian : pada kehamilan fluorokuinolon dan kotrimozaksol tidak
boleh digunakan, Klorameinikol tidak dianjurkan pada trisemester III.
Tiamfenikol tidak dianjurkan pada semester I. Obat yang dianjurkan
golongan besat laktam, ampisilin, amoksilinm dan sefalosporin generasi
III (Seftriakson)
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit terkait
LEPTOSPIROSIS
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang
menangani
Unit terkait
No. Revisi :
Hal.
Diagnosis
No. Revisi :
Hal.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Dubia ad malam
Wewenang
Unit Terkait
No. Revisi :
Hal.
Diagnosis Banding
Perneriksaan
Penunjang
Kornplikasi
Prognosis
Dubia
Wewenang
Terapi'
Unit Terkait
MALARIA
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Banding
Penneriksaan
Penunjang
Terapi
No. Revisi :
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodiurn falsiparum, Plasmodium vivax.
malariae dan ditularkan melatui gigitan nyamuk anopheles
Anainnesis: riwayat demam intermiten atau terus menerus, riwayat dari atau pergi ke da
(keadaan menggigil yang dikuti dengan demarn dan kemudian timbul keringat yang banya
malaria mungkir tidak ada, diare dapat merupakan gejala utama)
PF: konjungtiva pucat, sklera ikterik, splenomegali
Lab: sediaan darah tebal clan tipis ditemukan plasmodium, serologi malaria (+) [sebagai penu
Malaria berat: ditemukannya P. falsiparuni dalam stadium aseksual disertai satu atau leb;h g
1. Malaria serebrai: koma dalam yang tak dapat/sulit
dibangunkan dan bukan disebabkan oleh penyakit lain
2. Anemia
berat
(normositik)
pada
keadaa
>10.0001ul. (Hb <5 g/dI atau hematokrit <1 5%)
3. Gagal ginial akut (urin <400 ml/24 j3m pada orang dewasa, atau <12 m]lkgBB pada
disertai kreatinin >3 mg/dl)
4. Edema parulacute respiratory distress syndrome (ARDS)
5. Hipoglikemia (gula darah < 40 g/dl)
6. Gagal sirkulasi atau syok (tekanan sistolik <70 mmHg, disertai kerimgat. dingin atau p
Kulit-mukosa >1`C)
7. Perdarahan spontan dad hidung, gusi, saluran cerna, dan lateu disertai ganguan koal
8. Kejarg berulang lebih dari 2 kali dalam 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia
9. Asidernia (pH 7,25) atau. asidesis (bikarbonatt plasma <15 mEq/1)
10. Hemogiobinuria makroskopik oleh karena infeksi. malaria akut (bukan karena efek
dengan defisierisi G6PD)
11. Diagnosis pasca-kematian dengan ditemukannya P.
falsiparurn yang padat pada pembuluh darah kapiler jaringan otak.
Beberapa keadaan yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai dengan gambaran kf
1. Gangguan kesadaran
2. Kelemahan otot tanpa kelainan neurologis (tak bIsa duduk/jalan)
3. hiperparasitemia >5% pada daerah hipoendemik atau
daerah tak stabil malaria.
4. Ikterus (bilirubin >3 mg/dl)
o
5. Hiperpireksia (temperatur rektal >40 C)
InfeKsi virus, dern.am tifoid toksk, hepatitis fulminan, leptospirosis, ensefalitis
Darah tebal clan tipis malaria, serologi ma!arti, -DPL, tes sungsi ginjal. tes fungsi hati, gula d
rontgen toraks, EKG
Terapi radikal: primakuin 1 x 15 mg selama 14 hari Bila gagal dengan terapi klorokuin
selama 7 hari,
Infeksi
P.
P. Falsiparum dan P. vivax
faisiparum
ringanisedang,
Drip kina H(C.1 500 mg (10 mg/kg1313) dalam 250-500 m D5% diberikan dalam 6
pemantauan EKG dan kadar gula darah tiap 8-12 jam sampai pasten dapat min
parasit malaria sest2ai target (totalp,-,,mberian parenteral clan per ora: selama 7 ha
diberikan 3kali sehari)
-
Infeksi
P.
faisiparum
P. Falsiparum dan P. vivax
ringanisedang,
infeksi
campur
Drip kina H(C.1 500 mg (10 mg/kg1313) dalam 250-500 m D5% diberikan dalam 6-8
jam (maksimum 2000 mg) dengall pemantauan EKG dan kadar gula darah tiap 8-12
jam sampai pasten dapat minum obat per oral atausai-cipai hitung parasit malaria
sest2ai target (totalp,-,,mberian parenteral clan per ora: selama 7 haridengan closis
per ora!glkgBW24 iam diberikan 3kali sehari)
Teraph.
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit Terkait
INTOKSIKASI OPIAT
No.Dokumen :
Pengertian
No. Revisi :
Hal.
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
7. Pasien dipuasakan 6 jam untuk menghindari aspirasi akibat spasme pilork, bila
diperlukan dapat dipasang NGT untuk mencegah aspirasi atau bilas lambung pada
intoksikasi opiat oral
8. Activated charcoal dapat diberikan pada intoksikasi peroral dengan rnemberikan 240 ml
cairan dengan 30 gram charcoal, dapat diberkan sampai 100 gram
9. Bila terjadi keiang dapat diberikan diazepam IV 5-10 mg dan dapat didang bila perlu.
Pasien dirawat da dikonsultasikan ke TIM Narkoba Bagian lPD RSCM untuk penilaian
keadaan klinis dan rencana rehabilitasi.
Komplikasi:
Aspirasi, gagal napas, edema paru akut
Prognosis
Dubia
Wewena.ig
DoMer Spesialis Penyakit Dalam, PPDS Penyakit Dalam
Unit vang ric-nangani
Departemen Penyakit Dalam - Subbagian Tropik infeksi
Unit Terkait
Departemen Anestesi 1 ICU, Tim Narkoba Bagian lPD RSCOM
INTOSIKASI ORGANOFOSFAT
No. dokumen
Pengertian
No. Revisi
Diagnosis
Hal.
dengan
zat
yang
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Kornplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit Terkait
METABOLIK ENDOKRINOLOG1
DIABETES MELLITUS
Suatu kelompok penyakit meiabolik yang ditandail oleh
hiperglikemia akibat defek pada:
1.
kerja Ansulin (resistensi insL
2.
produksi glukosa hepatik) dan perifer ( ntot clan. lernak)
3.
sekresi insulin oleh sel beta pankreas
4.
atau keduanya
Klasifikasi DM:
I. DM tipe 1 ( destruksi sel , umumnya diikuti defisiensi insulin
bsolut):
Immune-mediated,
Idiopatik
Pengertian
II.
Endokrinopatl
Infeksi
Diagnoses
Diagnosis DM
Diagnosis komplikasi GM,
Diagnosis penyakit penyerta
Pernantauan pengendalian DM
Anamnesis:
Keluhan khas 0M
o
poliuria,
o
polidipsia,
o
polifagia,
o
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya.
Keluhan tidak khas DM
lemah,
kesernutan,
gatal,
mata kabur,
Kreatinin
SGPT, Albumin/Globulin
A1c
Albuminun mikro
Pemeriksaan penuffiang lain:
EKG
Foto thuraks
Funduskopi
Diagnosis banding
Pemeriksaan
penunjang
Hiperglikemia reaction
Toleransi glukosa terganggu (TGT=IGT)
Glukosa darah puasa terganggu (GIDPT=IFG)
Pemeriksaan laboratorium:
Hb, leukosit, billing jenis leukosit, LED
Kreatinin
SGPT, Albumin/Globulin
A,Ci
Albuminuri mikro
Pemeriksaan penuniang lain:
Terapi
EKG
Foto thoraks
Funduskopi
Edukasi
Meliputi pernallaman tentang:
Penyakit DM
Penyulit DM
Hipoglikamia
Karhohidrat
60-70%
Protein
10-15%
Lemak
20-25%
Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan
lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jertuh (MUFA = Mono
Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty
Acid) dan asam lemak jenuh. Jurnlah kandungan serat + 25 g/hr,
Diutamakan serat larut.
Jurnlah kafori basal per hari:
Status gizi:
BD gemuk
BB febih
-20%
-10%
BB kurang
operasi,dll):
Ringan
Sedang
Berat
Hamil:
u trimester 1, 11
ci trimester Ill 1 laktasi
+20%
Umur > 40 tahun
- 5%
Stres metabolik (infeksi,
+ (10 s/d 30 %)
Aktifitas:
+ 10 %
+20%
+30%
+ 300 kal
+ 500 kal
Rumus Broca
Berat bardan idaman (TB -100) 10 %
*Pria < 160CM dan wanita < 150 cm, 6 dak dikurangi 10 % lagi.
BB kurang :
< 90 % BB iciaman
Bbriormal :
90-110% BB idaman
Bblebih
: 110-120% BB idaman
Gemuk
:
> 120 % BB idarnan
Latilhan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit). Prinsip:
CONTINUOUS - RYTHMICAL - INTERVAL PROGRESSIVE - ENDURANCE
Intervensi Farmakologis
Obat Hioglikemia Oral (01-10):
Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue)
Sulfonilurea
Glinid
Penambah sensitivitas terhadap insulin
Metformin,
Tiazolidindon
Insulin
Indikasi:
KGt'oasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik
Hipoglikernia
B. Kronik:
Makroangiopati:
Penibuluh koroner
Vaskular perifer
Vaskular otak
Mikroangiopati:
Kapiler retina
Kapiler renal
Neurcipatti
Gahunqan:
Rentan infeksi
Kalki diabetik
Disfungsi ereksi
Prognosis
Dubia
Wewenang
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPIDS Penyakit Dalam
Unit yang menangani Divisi Metabolik Endokrinologi, Departemen llmu Penyakit
Dalam FKUI 1 R.SUPN C~A
Unit terkait
Keterangan:
TB = tinggi badan
BB = berat badan
IMT = indeks massa tubuh
TD = tekanan darah
TTGO = Tes Toleransi Glukosa Oral
Tabel : Kriteria Pengendalian PM
GID puasa (mgldL)
GID 2 jam pp (mgIdL)
A1C (%)
Kolesterol total mgldL)
Kolesterol LDL mgIcIL)
Kolesterol HDL (mgldL)
Trigliserida
IMT
Tekanan darah
Baik
80-109
80-144
< 6,5
< 0c
< 100
> 45
< 150
18,5-22,9
< 130180
Sedang
110-125
145-179
6,5-8
200-239
100-129
150-199
23-25
130-140
80-90
Buruk
126
>- 180
>8
~t 240
>- 130
>- 200
> 25
> 140 190
TIROTOKSIKOSIS
Pengertian
operasi,
trauma,
hipoglikemia,
parfus,
stres emosi,
terapi 1,3
ketoasidosis diabei,,'kum,
Lomboemboli paru,
CVD/stroke,
Hiperaktivas
Palpitasi
keringat
Mudah lelah
BAII sering
libido turun
Takikardia
Fibrilasi atrial
Tremor halus
Refleks meningkat
Kulit hangat & basah
Rambut rontok
Bruit
Struma Difus
Mrotoksikosis,
045,almopati/Eksotvalmus
Dermopati lokal
Thyroid acropachy
Laboratorium:
TSHs rendah
Diare
Amenorea
Pemeriksaan fisk
yang lain
T4 / FT4 1 T3 tinggi
Hiperglikemia
Azctemia prerenal
EKG : sinus takikardia atau fibrilasi atrial den-nan respons
ventrikuiar cepat.
Diagnosis Banding Hipertiroidisme
Penyakit Graves
Struma Multinodosa toksik
Adenoma toksik
Metastasis karsinoma tiroid fungsional
Struma ovarii
Mutasi reseptor TSH
Obat kelebihan iodium (fenomena Jod Basedow)
Tiroiditis subakut
Tiroiditis silent
Tirotoksikosis gestasional
Pemeriksaan
penunjang
Terapi
Laboratorium:
TSHs
T4 atau FT4
T3 alkau FT,3
TSH RAb
Tindakan bedah
Indikasi:
Pasien usia muda dengan struma besar dan tidak respons dengan
antitiroid
Wanita hamil trimester kedua yang memerlukan obat dosis tinggi
Alergi terhadap obat antitiroid, dan tidak dapat menerima yodium
radioaktif
Adenoma toksik struma multinodosa toksik
Graves yang berhubungan dengan satu atu lebih nodul
RADIOABLAS1
Indikasi:
Pasien berusia >35 tahun
Hipe-itiroidisme yang kambuh setelah dioperasi
Gagal mencapai remisi setelah pemberian obat antitiroid
Tidak mampu atau tidak mau terapi obat antitiroid
Adenoma toksik struma multinodosa toksik
Tatalaksana Krisis tiroid: (terapi segera mulai bila dicurigai
krisis tiroid)
1.
Perawatan suportif
Kornpres dingin, antipiretik (asetarritiofeii)
Memperbaiki gangguan kaseimbangan cairan dan elektrolit:
infus Dextrose 5 % dan NaCI 0,9 %,
Mengatasi gagal jantung: 02, diuretik, digitalis
2.
Antagonis aktivitas hormon tiroid:
Blokade produksi hormon firoid:
Propiltiourasil (PTU) dosis 300 mg tiap 4-6 ;am PO. Alternatif:
Metimazol 20-30 mg tiap 4 jam PO. Pada keadaar, sangat
berat: dapat per NGT, PTU 600 - 1.000 mg atau metimazol
60-100 mg.
Blokade ekskresi hormon tiroid:
Solutic Lugol (saturated solution of porassium iodida) 8 teies tiap
6 jam
+ - blocker:
Propanolol 60 mg tiap 6 jam PO, dosis disesuaikan respons
(target: frekuensi jantung < 90 x/m).
Glukokortikoid:
Hidrokoi'Lison 100-5-00 mg IV tiap 12 jam.
Bila refrakter terhadap terapi diatas: plasmaferesis, dialisis
peritoneal.
3. Pengobatan terhadap faktor presipitasi: antibiotik, dll.
Komplikasi
Prognosis
Unit terkait
Referensi:
1. Sumual A, Pandelaki K. Hipertiroidisme. Dalam Waspadji S, et al. (eds). Buku Ajar 11mu Penyakit
Dalam. Edisi 3. Jakarta, Balai Penerbit 17KUL 166-72.
2. Jameson jL, Weetman AP. Disorders & the Thmid Gland. In Braunwald E, Fatici AS, Hauser SL,
th
Lon.go DL, Jarnesor. JIL. Harrisons Principlos fof Internal Medicine.15 ed. New York: McgrawHill,2001-2060.
3. Suyono S, Subekti 1. Krisis Tiroid. Dalam Prosiding Simposium Penatalaksanaan Kedaruratan di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta, 15-16 April 2000:78-82.
4. Suyono S, Subekti 1. Patogenesis dan Gambaran Klinis Penyakit Graves. Makalah Jakarta
Endocrinology Meeting 2003. Jakarta, 18 Oktober 2003. Waspadji S. Pengelolaan medis Penyakit
Graves. Makalah Jakarta Endocrinology Meeting 2003. Jakarta, 18 Oktober 2003.
KETO-ASIDOSIS DIABETIKUM
(KAD )
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Ketosis diabetik :
Hiperglikemia, hiperosmolar non ketotik /hyperglycemia
Hyperosmolar state
Ensefalopati uremikum, asidosis urernikum
Minum alkohol, Ketosis alkoholik
Ketosis hipoglikemia
Ketosis starvasi
Asidosis !aktat
Asidosis hiperkioremik
Kelebihan salisilat
Drug-induced sacidosis
Ensefalopati karena Infeksi
Trauma kapitis
Pemriksaan cito:
Gula darah
Elektrolit
Ureum, kreatinin
Aseston darah
Urine rutin
Analisa gas darah
EKG
Pemantauan :
Cairan:
NaCI 0,9 % diberikan 1-2- L pada 1 jam pertama, lalu 1
L pada jam kedua, lalu 0,5 L pada jam ketiga dan keempat,
dan 0,25 L pada jpm L-,e;ima dan keenam, se!anjutnya
sesuai kebutuhan.
2.
Na+ > 155 mEq/L ganti cairan dengan NaCI 0,45 Jika GD <
200 mg/dL ganti cairan dengan Dextrose 5 %
Insulin (regular insulin = RI):
Diberikan setelah 2 jam rehidrasi cairan
RI bobs 180 mU/kgBB IV, dilanjutkan:
RI drip 90 mU/kgBB/jam,da!am, NaCI 0,9
Jika GD < 200 mg/dL kecepatan dikurangi
RI drip 45 mU/kgBB/jam dalam NaCI 0,9 %
Jika GD stabil 200 - 300 mg/IdL selama 12 jam RI drip 1 -2
Uljam IV, disertai sliding scale setiap 6 jam:
GD
RI
(mqldL)
(Unit, subkutan)
< 200
0
200 -250
5
250 -30C
10
300 -350
15
> 350
20
Ill. Kalium
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang Menangani
Unit terkait
Referensi:
1 PERKENI. Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2. 2002.
2.
Waspadji Kegawatan pada Diabetes Melitus. Dalam Prosiding Simposium Penatalaksanaan
Kedaruratan di Sidang limu Penyakit Dalam. Jakarta, 15-16 April 2000:833.
3, Soawondo P. Ketoasidosis Diabetik. Dalarn Prosiding Simposium Penatalaksana3c(
Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit D31am. Jakarta, 15-16 April 2000:89-96.
4. Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, Barrett EJ, Kreisberg RA, Malonc J1, et al.
Management of Hyperglycemic Crises in P3tients With Diab6'Les. Diabetes Care, Jan
2001;24(l):131-51.
HIPOGLIKEMIA
Pengertian
Diagnosis
Penggunaan
obat
sisternik
lainnya:
penahambat
adrenergik
, dll
Pemeriksaan :
Pucat, diaphores;s.
Tekanan darah
Penurunan kesadaran
Diagnosis banding
Obat:
Hiperinsulinismo endogen:
Insulinoma
Defibiensi endokrin:
Kortisol, growth hoiinoi-ie
Glukagon, epinefrin
Tumor non-sel :
Sarkorna
Tumor adrenokortikal, hepatoma
Leukemia, firnforna, melanoma
Pasca-prandial:
Reaktif (setelah gaster)
Diinduksi alkohol
Kadar glukosa darah (GD)
Tes fungsi ginjal
Tes fungs hati
Pemeriksaan
penunjang
Terapi
Cari penyebab
Stadium lanjut (koma hipoglikemi atau tidak sadar + curiga
hipoglikemia) :
1.
Diberikan larutan dekstrosa 40 % sebanyak 2 flakon (=50
mL) bolus intra vena
2.
Diberikan cairan destrosa 10 % per infus, 6 jam per kolf
3.
Periksa GD sewaktu (GDs), kalau memungkinkan dengan
glukometer
4.
Pemeriksa GDs setiap 1 jam setelah pemberian dekstrosa
40 % :
GID
RI
(mg/ldL)
(Unit, subkutan)
< 200
0
200 - '250
5
250-300
10
300-350
15
> 350
20
Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan
pemberian antagonis insulin, seperti: adrenalin, kortison dosis
tinggi, atau glukagon 0,5-1 mg / IM (bila penyebabnya insulin)
Bila pasien belum sadar, GDs sekitar 200 mg/dL
hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12 jam atau
deksametason 10 mg IV bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan
Matinol 1,5 g/kgBB IV setip 6-8 jam. Dicari penyebab lain
kesadaran menurun.
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Mortalitas
Dubia
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
Unit Terkait
Referensi:
1. PERKENI. Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2002. Waspadji S. Kegawatan pada Diabetes
MelitOs. Dalam Prosiding -Simposium Penatalaksanaan
2. KedarurAtan di Bidang limu Penyakit Dalam. Jakarta, 15-16 April 2000:83-8.
3. Cryer PE. Hypoglycemia. In Braunwald E, Fauci AS, Kasper DIL, Hauser SL, Longo DL,Jameson JIL.
th
Harrison's Principles of Ionternal Medicine. 15 ed. New York : McGraw-Hill, 2001:2138-43.
DISLIPIDEMA
Pengertian
Hiperkolesterolemia
Hipertrigliseridemia
Diagnosis
Klasifikasi kadar kolesterol:
Kolesterol LDL
< 100 mgldL
100 - 129 rrg/dL
130 - 159 mg/dL
160 - 189 mg/dL
>190 mg/dL
Kolesterol total:
< 200 mgldL
200 - 239 mgldL
> 240 mgldL
Kolesterol HDIL
< 40 mg/dL
>60 mg/dL
Klasifikasi:
Optimal
Hampir optimal
Borderline, tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Idaman
Borderline tinggi
tinggi
Rendah
Tinggi
Inaktivitas fisik
Merokok
Diagnosis Banding
Periksaan Penunjang
Terapi
Kategori
Resiko
PJK atau
Ekivalen PJK
(FRS > 20 %)
Faktor resiko
100
130
> 130
(100-129: opsional)
130
> 130
Faktor resiko
i60
> 160
Korriplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit terkait
Referensi:
1.PERKENI. Konsensus Pengelolaan Dislipidemia pada Diabetes Melitus di Indonesia. 1995.
2.Expert Panel on Detection. Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults.
Executive Summary of the Third Report of the National Choiesterol Education Program (NCEP)
Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult
Treatment Panel 111). JAMA, May 16, 2001;285(19):2486-97.
3.Serniardji G. National Cholesterol Education Program - Adult Treatment Panel Ill (NCEP-ATP Ill):
Adakah Inal yang baru? Makalah Siang Klinik Bagian Metabolik Endokrinologi-Bagian limu Penyakit
Dalam, 2002.
4.Gin-berg HN, Goldberg 1J. Disorders of Lipoprotein Metabolism. In Br-unweld E, Fauci AS, Kaspor
OL, H3user SIL, Longo DIL, Jameson JIL. Harrison's Principles of Internal Medicine. 1 &h ed. New
York: McGraw-Hill, 2001:2245-57.
5.Suyono S. Tempi Dislipidemia, Bagaimana Memililinya dan Sampai Kapan? Prosiding Simposium
Current Treatment in Internal Medicine 2000. Jakarta, 1-12 Nobvember 2000:185-99.
Keterangan
Kcles!erol HDL -- koiesferol high density lipoprotein
Kolesterol LDL = kolesterol low density lipopi-otein
PGH - perubahan gaya hidup
M U FA = mono unsaturated fatty acid
PUFA = poly unsaturated fatty acid