PENDAHULUAN
A. Judul
Line Intercept Transect (LIT)
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengambilan data dari sampling terumbu
karang dengan metode LIT.
2. Mahasiswa mengetahui rata-rata panjang kategori pada tiap kedalaman.
3. Mahasiswa mengetahui presentase cover paling besar pada tiap kedalaman.
Persentase tutupan untuk seluruh kategori lifeform karang hidup dapat dicari
dengan persamaan berikut :
a. Acropora :
1.) Acropora bercabang ( Acropora branching) (ACB) : bentuk bercabang
seperti ranting pohon. Contoh Acropora palmata, Acropora Formosa.
6.) Karang jamur (coral mushroom) (CMR) : soliter, bentuk seperti jamur.
Contoh : Fungia repanda.
4.) Halimeda (HA) : alga dari marga Halimeda sp, mendiami berbagai
habitat laut dari daerah bawah berpasir dengan struktur karang berbatu,
dan dapat hidup hingga kedalaman 150 meter (500 kaki).
5.) Kumpulan alga (alga assemblage) (AA) : terdiri dari satu jenis alga.
e. Fauna lain :
1.) Karang lunak (soft corals) (SC) : karang dengan tubuh lunak, Sinularia
sp
2.) Sepon (sponges) (SP) : Clathria sp
3.) Zoanthids (ZO) : Palythoa sp
4.) Lain-lain (OT) : Anemon, teripang, dll. Menurut Hadi dan Sumadiyo
(1992), pada umumnya anemon banyak dijumpai pada daerah terumbu
karang yang dangkal, di goba atau di lereng terumbu.
III. METODE
A. Alat dan Bahan
Alat :
1. Roll meter
2. Kategori lifeform
3. Lembar data LIT
4. Alat tulis
5. Penggaris
B. Cara Kerja
Roll meter sepanjang 20 meter dibentangkan, lalu kategori lifeform
diletakkan secara acak pada roll meter dengan kedalaman 3 M dan 10 M.
Panjang dari setiap kategori yang diperoleh dicatat di lembar data LIT (Line
Intercept Transect). Kemudian presentasi cover tiap kategori per kedalaman
dihitung. Hasil setiap kedalaman dibandingkan dan data dianalisis.
Rata-rata
3 M (transek 1 dan 2)
310,75 cm
10 M (transek 3 dan 4)
338,55 cm
B. Pembahasan
Metode pengamatan ekosistem terumbu karang yang menggunakan
transek berupa meteran dengan prinsip pencatatan substrat dasar yang
menyinggung transek (Saleh, 2009). Pada titik yang telah ditentukan dengan
metode manta tow dilakukan transek garis menyinggung garis pantai yang
dipasang parallel dengan kontur kedalaman dan sejajar garis pantai (Fachrul,
2007).
Menurut Suryanti dkk (2011), metode sampling komunitas terumbu
karang dengan menggunakan metode line transect digunakan pada kedalaman
3 dan 10 meter. Hal tersebut dilakukan karena pada kedalaman 3 m dianggap
mewakili daerah reef flat, sedangkan 10 m mewakili daerah slope dengan kata
lain tujua dilakukan sampling pada kedalaman 3 dan 10 meter untuk melihat
perbedaa keragaman terumbuh karang di kedalaman yang berbeda. Jenis
karang yang dominan disuatu habitat tergantung lingkungan atau kondisi
dimana karang tersebut hidup.
Pada suatu habitat, jenis karang yang hidup dapat didominasi oleh suatu
jenis karang tertentu. Pada daerah rataan terumbu biasanya didominasi karangkarang kecil yang umumnya berbentuk massive dan submassive. Lereng
terumbu biasanya ditumbuhi oleh karang-karang bercabang, karang massive
lebih banyak tumbuh di terumbu terluar dengan perairan berarus (Suryanti
dkk., 2011).
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata panjang kategori lifeform pada
kedalaman 3 M (transek 1 dan 2) yaitu 310,75 cm dan rata-rata panjang
kategori lifeform pada kedalaman 10 M (transek 3 dan 4) yaitu 338,55 cm.
Rata-rata panjang kategori lifeform pada kedalaman 10 M lebih besar
dibandingkan dengan kedalaman 3 M.
Pada transek 1 dengan kedalaman 3 M diperoleh kategori jenis ZO
dengan persen cover sebesar 12,53%, CME dengan persen cover sebesar
4,53%, CMR dengan persen cover sebesar 7,55%, ACD dengan persen cover
sebesar 21,14%, OT dengan persen cover sebesar 6,34%, CM dengan persen
cover sebesar 3,17%, SP dengan persen cover sebesar 10,12%, ACB dengan
persen cover sebesar 4,98%, ACS dengan persen cover sebesar 18,58%, CB
dengan persen cover sebesar 4,22%, CF dengan persen cover sebesar 6,79%.
Jenis kategori yang paling dominan yaitu ACD dengan persen cover sebesar
21,14%, dikarenakan ACD termasuk dalam acrospora menurut Syarifuddin
(2011) karang Acropora biasanya ditemukan di tempat dangkal di seluruh
perairan Indonesia serta dapat pula dikarenakan kondisi pada transek 1
merupakan kondisi yang paling baik bagi pertumbuhan ACD.
Pada transek 2 dengan kedalaman 3 M diperoleh kategori jenis SC
dengan persen cover sebesar 7,57% , ACE dengan persen cover sebesar 9,29%,
CME dengan persen cover sebesar 6,37%, TA dengan persen cover sebesar
17,56%, OT dengan persen cover sebesar 22,03%, CE dengan persen cover
sebesar 7,57%, CS dengan persen cover sebesar 14,8%, CHL dengan persen
cover sebesar 3,79%, ACS dengan persen cover sebesar 6,71%, dan CMR
dengan persen cover sebesar 4,3%. Jenis kategori yang paling dominan yaitu
OT dengan persen cover sebesar 22,03%, menurut Hadi dan Sumadiyo (1992),
pada umumnya anemon (salah satu jenis OT) banyak dijumpai pada daerah
terumbu karang yang dangkal, di goba atau di lereng terumbu serta dapat pula
dikarenakan kondisi pada transek 2 merupakan kondisi yang paling baik bagi
pertumbuhan OT.
Pada transek 3 dengan kedalaman 10 M diperoleh kategori jenis OT
dengan persen cover sebesar 9,77%, ACB dengan persen cover sebesar 9,52%,
CMR dengan persen cover sebesar 9,55%, ACE dengan persen cover sebesar
8,24%, HA dengan persen cover sebesar 1,06%, ZO dengan persen cover
sebesar 11,61%, CHL dengan persen cover sebesar 9,72%, ACS dengan persen
cover sebesar 13,28%, CD dengan persen cover sebesar 4,90%, CME dengan
persen cover sebesar 3,65%, SP dengan persen cover sebesar 2,65%, dan CM
dengan persen cover sebesar 4,32%. Jenis kategori yang paling dominan yaitu
ACS dengan persen cover sebesar 13,28% salah satu contoh ACS yaitu
Acropora palifera karang ini banyak dijumpai hidup kedalaman 9-15 meter
(English dkk., 1994) serta dapat pula dikarenakan kondisi pada transek 3
merupakan kondisi yang paling baik bagi pertumbuhan ACS.
Pada transek 4 dengan kedalaman 10 M diperoleh kategori jenis CS
dengan persen cover sebesar 6,60%, SP dengan persen cover sebesar 7,70%, C
dengan persen cover sebesar 4,09%, CB dengan persen cover sebesar 6,45%,
CME dengan persen cover sebesar 5,19%, ACS dengan persen cover sebesar
11,32%, ACT dengan persen cover sebesar 7,70%, CF dengan persen cover
sebesar 3,77%, ZO dengan persen cover sebesar 3,46%, ZM dengan persen
cover sebesar 5,35%, OT dengan persen cover sebesar 6,45%, HA dengan
persen cover sebesar 12,42%, ACE dengan persen cover sebesar 6,45%, SC
dengan persen cover sebesar 7,70%, ACB dengan persen cover sebesar 3,77%.
Jenis kategori yang paling dominan yaitu HA dengan persen cover sebesar
12,42%, Halimeda sp (HA) mendiami berbagai habitat laut dari daerah bawah
berpasir dengan struktur karang berbatu, dan dapat hidup hingga kedalaman
150 meter (500 kaki) (English dkk., 1994) serta dapat pula dikarenakan kondisi
pada transek 4 merupakan kondisi yang paling baik bagi pertumbuhan HA.
Menurut Greenpeace Southeast Asia (Indonesia) (2013), data terbaru
(2012) Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mengungkap hanya 5,3% terumbu
karang Indonesia yang tergolong sangat baik. Sementara 27,18% digolongkan
dalam kondisi baik, 37,25% dalam kondisi cukup, dan 30,45% berada dalam
kondisi buruk. Hal ini berarti terumbu karang di Indonesia sudah termasuk ke
dalam kategori kondisi buruk. Terumbu karang (coral reef) Indonesia
merupakan yang terkaya di dunia. Luas terumbu karang di Indonesia ini
mencapai 2,5 juta hektar. Selain luas, terumbu karang Indonesia pun
memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, sedikitnya 750 jenis karang
yang termasuk ke dalam 75 marga terdapat di Indonesia.
Kerusakan terumbu karang disebabkan dua faktor utama, yaitu kerusakan
oleh alam atau bencana alam dan kerusakan akibat aktivitas manusia.
Kerusakan oleh faktor alam seperti akibat terjadinya badai, tsunami, dan gempa
bumi di laut. Sedangkan kerusakan oleh manusia seperti diakibatkan oleh cara
penangkapan ikan di sekitar terumbu karang yang sifatnya merusak
(menggunakan bahan peledak, racun sianida, muro-ami dan perangkap
ikan), pencemaran laut, pemanasan global, penambangan batu karang dan
sedimentasi. Kerusakan akibat manusia ini jauh lebih beresiko (Greenpeace
Southeast Asia (Indonesia), 2013).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai Line Intercept
Transect (LIT), maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Prinsip metode LIT adalah menggunakan transek berupa meteran dengan
prinsip pencatatan substrat dasar yang menyinggung transek.
2. Panjang rata-rata kategori lifeform pada kedalaman 3 M (transek 1 dan 2) yaitu
sebesar 310,75 cm dan pada kedalaman 10 M sebesar 338,55 cm.
3. Pada transek 1 jenis kategori yang paling dominan yaitu ACD dengan persen
cover sebesar 21,14%. Pada transek 2 jenis kategori yang paling dominan yaitu
OT dengan persen cover sebesar 22,03%. Pada transek 3 jenis kategori yang
paling dominan yaitu ACS dengan persen cover sebesar 13,28%. Pada transek
4 jenis kategori yang paling dominan yaitu HA dengan persen cover sebesar
12,42%.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. 2009. Terumbu Karang: Aset Yang Terancam (Akar Masalah dan
Alternatif Solusi Penyelamatan). Jurnal Region. 1(2):2-3.
English, S. C., Wilkinson dan Baker, V. 1994. Survey Manual For Tropical
Marine Resources. Australian Institute of Marine Science, Queensland. Hal
380-386.
Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT Bumi Aksara, Jakarta. Hal
124-126.
Greenpeace Southeast Asia (Indonesia). 2013. Laut Indonesia Dalam Krisis.
www.greenpeace.or.id. 26 Oktober 2014.
Hadi, N. dan Sumadiyo. 1992. Anemon Laut (Coelenterata, Actiniaria), Manfaat
dan Bahayanya. Jurnal Oseana. 27(4):170.
Haruddin, A., Purwanto, E. dan Budiastuti, S. Dampak Kerusakan Ekosistem
Terumbu Karang Terhadap Hasil Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Secara
Tradisional Di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara.
Jurnal EKOSAINS. 3(3):31-32.
Razak, T. B. dan Simatupang, K. L. M. 2005. Buku Panduan Pelestarian
Terumbu Karang: Selamatkan Terumbu Karang Indonesia. Yayasan
Terang, Jakarta. Hal 113-115.
Saleh. 2009. Teknik Pengukuran dan Analisis Kondisi Ekosistem Terumbu
Karang. www.coremap.or.id. 26 Oktober 2014.
Suryanti., Supriharyono dan Roslinawati, Y. 2011. Pengaruh Kedalaman
Terhadap Morfologi Karang Di Pulau Cemara Kecil, Taman Nasional
Karimun Jawa. Jurnal Saintek Perikanan. 7(1):68.
Syarifuddin, A. A. 2011. Studi Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang
Acropora Formosa Menggunakan Teknologi Biorock Di Pulau Barrang
Lompo Kota Makassar. Naskah Skripsi S-1. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
LAMPIRAN
A. Perhitungan
= 41,5/331 x 100
= 12,53%
% Cover (CME)
= 15/331 x 100
= 4,53%
% Cover (CMR)
= 25/331 x 100
= 7,55%
% Cover (ACD)
= 70/331 x 100
= 21,14%
% Cover (OT)
= 21/331 x 100
= 6,34%
% Cover (CM)
= 10,5/331 x 100
= 3,17%
% Cover (SP)
= 33,5/331 x 100
= 10,12%
% Cover (ACB)
= 16,5/331 x 100
= 4,98%
% Cover (ACS)
= 61,5/331 x 100
= 18,58%
% Cover (CB)
= 14/331 x 100
= 4,22%
% Cover (CF)
= 22,5/331 x 100
= 6,79%
= 22/290,5 x 100
= 7,57%
% Cover (ACE)
= 27/290,5 x 100
= 9,29%
% Cover (CME)
= 18,5/290,5 x 100
= 6,37%
% Cover (TA)
= 51/290,5 x 100
= 17,56%
% Cover (OT)
= 64/290,5 x100
= 22,03%
% Cover (CE)
= 22/290,5 x 100
= 7,57%
% Cover (CS)
= 43/290,5 x 100
= 14,8%
% Cover (CP)
= 11/290,5 x 100
= 3,79%
% Cover (ACS)
= 19,5/290,5 x 100
= 6,71%
% Cover (CMR)
= 12,5/290,5 x 100
= 4,3%
= 35,1/359,1 x 100
= 9,77%
%Cover (ACB)
= 34,2/359,1 x 100
= 9,52%
%Cover (CMR)
= 34,3/359,1 x 100
= 9,55%
%Cover (ACE)
= 29,6/359,1 x 100
= 8,24%
%Cover (HA)
= 3,8/359,1 x 100
= 1,06%
%Cover (ZO)
= 41,7/359,1 x 100
= 11,61%
%Cover (CHL)
= 34,9/359,1 x 100
= 9,72%
%Cover (ACS)
= 47,7/359,1 x 100
= 13,28%
%Cover (CD)
= 17,6/359,1 x 100
= 4,90%
%Cover (CME)
= 13,1/359,1 x 100
= 3,65%
%Cover (SP)
= 9,5/359,1 x 100
= 2,56%
%Cover (CM)
= 15,5/359,1 x 100
= 4,32%
= 21/318 x 100
= 6,60%
% Cover (SP)
= 24,5/318 x 100
= 7,70%
% Cover (C)
= 13/318 x 100
= 4,09%
% Cover (CB)
= 20,5/318 x 100
= 6,45%
% Cover (CME)
= 16,5/318 x 100
= 5,19%
% Cover (ACS)
= 36/318 x 100
= 11,32%
% Cover (ACT)
= 24,5/318 x 100
= 7,70%
% Cover (CF)
= 12/318 x 100
= 3,77%
% Cover (ZO)
= 11/318 x 100
= 3,46%
% Cover (ZM)
= 17/318 x 100
= 5,35%
% Cover (OT)
= 20,5/318 x 100
= 6,45%
% Cover (HA)
= 39,5/318 x 100
= 12,42%
% Cover (ACE)
= 20,5/318 x 100
= 6,45%
% Cover (SC)
% Cover (ACB)
= 24,5/318 x 100
= 7,70%
= 12/318 x 100
= 3,77%
b. Kedalaman 10 M