Publik
1. PENDAHULUAN
Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan terus
menerus untuk mencapai suatu tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera. Sejalan dengan
semakin pesatnya pembangunan dan dimulainya era perbaikan di segala bidang, baik industri,
perdagangan maupun pariwisata tentunya akan disertai dengan pembangunan infrastruktur
seperti jalan, jembatan, perkantoran dan sebagainya.
Untuk menunjang pembangunan tersebut, diperlukan berbagai data dan informasi, salah
satunya adalah data geologi teknik. Data geologi teknik, memberikan informasi mengenai
kekuatan serta karakteristik lapisan tanah/batuan yang berguna di dalam perencanaan dan
penataan ruang. Selain itu akan sangat membantu pemerintah daerah dalam mengontrol
pembangunan fisik di daerahnya.
Data dan informasi geologi teknik tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan
pemetaan maupun penyelidikan geologi teknik.
Dengan tersedianya data geologi teknik pada suatu daerah yang akan dikembangkan,
diharapkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengembangan wilayah maupun perencanaan
konstruksi bangunan teknik dapat dihindarkan atau diperkecil.
3. METODOLOGI
Metoda yang digunakan dalam melakukan pemetaan dan penyelidikan geologi teknik
adalah metoda kualitatif dan kuantitatif. Metoda kualitatif yaitu melaksanakan pengamatan
lapangan, pengukuran struktur, diskripsi sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan, kondisi
keairan, dan menginventarisasi kebencanaan geologi yang ada. Metoda kuantitatif yaitu
melakukan perhitungan dan analisis seperti daya dukung, kemantapan lereng, kompresibilitas
dan perosokan tanah.
Perencanaan
Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan Laboratorium
Analisis dan evaluasi data
Penyusunan laporan
4.1 Perencanaan
Kelancaran suatu kegiatan, sebagian besar ditentukan selama tahap perencanaan. Tahap
perncanaan ini perencanaan sebelum ke lapangan dan perencanan selama di lapangan.
a. Perencanaan sebelum ke lapangan
Perncanaan ini meliputi hal-hal yang sangat mendasar sebelum tim berangkat ke lapangan, yang
menyangkut:
Penyiapan peta dasar baik peta topografi maupun foto udara dengan skala yang
disesuaikan dengan maksud dan tujuan pemetaan/penyelidikan.
Meliputi pemerian jurus dan kemiringan lapisan batuan, kekar, rekahan, sesar, lipatan dan
ketidak selarasan. Data ini sangat penting dalam pekerjaan pembangunan infrastruktur guna
menghindari atau memecahkan permasalahan yang dapat terjadi.
Intensitas kekar atau retakan, tingkat kehqncuran batuan yang diakibatkan oleh adanya sesar
terutama bila dijumpai sesar aktif maupun perselingan lapisan batuan yang miring adalah
merupakan zona lemah yang dapat menimbulkan permasalahan, misalnya longsoran.
d. Keairan
Pengamatan yang perlu dilakukan meliputi kedalaman muka air tanah bebas, sifat
korosifitas air tanah dan munculnya mata air atau rembesan yang dapat mempengaruhi
perencanaan konstruksi pondasi bangunan. Apabila dianggap perlu diambil contoh air tanahnya
untuk diuji di laboratorium, guna mengetahui tingkat korosivitasnya.
e. Bahaya Geologi
Meliputi pengamatan dan penilaian tentang ada tidaknya bahaya yang mungkin dapat
terjadi sebagai akibat dari faktor geologi. Identifikasi bahaya geologi sangat erat kaitannya
dengan pembangunan infrastruktur, karena dikhawatirkan akan menjadi kendala atau hambatan
selama pembangunan maupun pasca pembangunan, antara laian struktur sesar aktif, gerakan
tanah/batuan, banjir bandang, ambblesan tanah/batuan, bahaya kegunung apian, erosi dan abrasi,
kegempaan, Tsunami, dan lempung mengembang.
4.2.2 Penyelidikan Geofisika
Metoda geofisika dimaksudkan untuk mengetahui secara garis besar gambaran keadaan
geologi bawah permukaan, yaitu : satuan-satuan tanah/batuan; batas-batas satuan tanah/batuan
baik secara horizontal maupun vertical, dan gejala-gejala geologi seperti patahan, daerah
rekahan, kandungan air tanah dan lain-lain.
Penggunaan penyelidikan geofisika ini banyak mengandung keuntungan-keuntungan,
antara lain:
Mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan di daerah yang luas dalam waktu
yang pendek.
Memudahkan membuat intrepetasi penampang geologi
Memperkecil jumlah titik-titik pengeboran, karena akan mempermudah korelasi antara
titik-titik pengeboran.
Membuat lebih effisien dan memperkecil biaya penyelidikan
Metoda geofisika yang telah dikembangkan untuk maksud keteknikan, antara lain: Metoda
seismik, geolistrik dan metoda electromagnetic subsurfaca profiling/Radar (Radio Detecting and
Ranging) Sounding.
Metoda Seismik
Metoda ini umumnya dilakukan mulai dari studi pendahuluan hingga studi kelayakan. Pada studi
pendahuluan metoda ini dilakukan untuk mengetahui kondisi perlapisan tanah dan batuan serta
struktur geologi yang akan dibangun secara makro, sehingga dalam studi kelakyakan akan dapat
dilakukan dengan baik orientasi pekerjaan yang akan dilakukan, seperti:
Metoda Geolistrik
Dalam metoda ini arus listrik dialirkan di tanah melalui elektroda-elektroda dan perbedaan
potensial diukur diantara dua buah elektroda. Perbedaan dalam tahanan jenis kemudian dapat
diukur baik vertikal maupun lateral dengan menukar susunan elektroda.
Metoda ini memberikan data stratigrafi, cadangan kuari, kedalaman muka airtanah maupun
kedudukan lapisan pembawa air tanah, pola retakan dan indikasi bidang longsor.
o
Metoda ini merupakan cara yang paling cepat untuk membuat penempang bawah permukaan.
Metoda ini akan mendeteksi kondisi bawah permukaan dengan cara memancarkan
spectrum/gelombang electromagnetis ke formasi tanah/batuan yang kemudian akan diterima oleh
alat receiver yang diseret dibelakang alat pemancarnya (transmitter). Dari hasil pengujian
diperoleh profil intasan dan dapat langsung diinterpretasikan di lapngan.
Kenampakan yang dapat dengan mudah dideteksi, antara lain: Jenis dan perlapisan tanah/batuan,
adanya ruang kosong (lubang) di bawah tanah, sisa-sisa pondasi, ketebalan lapisan aspal.
kolom diskripsi tanah dan batuan pada setiap penampang pengeboran inti (teknik) dan
pengeboran tangan.
4.2.4 Pengambilan contoh tanah dan batuan
Pengambilan contoh tanah dan batuan dilakukan untuk pengujian laboratorium mekanika
tanah dan batuan (Lab. Mektanbat), yaitu berupa Contoh tanah tak terganggu (undisturbed
samples) dan contoh tanah terganggu (disturbed samples).
a. Contoh tanah tak terganggu (undisturbed samples)
Contoh tanah tidak terganggu adalah suatu contoh yang masih menunjukan sifat-sifat aslinya,
artinya contoh-contoh ini tidak mengalami perubahan dalam struktur, kadar air (water content),
atau susunan kimia. Namun demikian contoh yang benar-benar asli tidaklah mungkin untuk
diperoleh, akan tetapi dengan teknik pelaksanaan sebagaimana mestinya dan cara pengamatan
yang tepat, maka kerusakan-kerusakan terhadap contoh bisa dibatasi sekecil mungkin. Contoh
tanah tidak terganggu dapat diambil memakai tabung contoh (tube sample), core barrels, atau
mengambilnya secara langsung dengan tangan, sebagai contoh dalam bentuk bomgkah-bongkah
(block samples).
b. contoh tanah terganggu (disturbed samples).
Contoh tanah terganggu diambil tanpa adanya usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur
asli dari tanah tersebut. Contoh tanah terganggu ini dapat dipakai untuk segala penyelidikan yang
tidak memerlukan contoh asli (undisturbe samples), seperti ukuran butir, batas-batas atterberg,
pemadatan, berat jenis dan sebagainya.
Untuk contoh batuan dapat berupa pengambilan batu setempat (hand spacement) pada
batuan utuh (intact rock) dan pengambilan batu yang terdapat bidang ketidak sinambungan
(discontinuity) pada massa batuan (rock mass) apabila banyak dijumpai retakan, rekahan (heavy
broken rocks).
4.2.5 Pemetaan sebaran bahan bangunan
Untuk identifikasi lokasi-lokasi yang berpotensi sebagai sumber bahan bangunan. Secara
kasar (megaskopis) harus dilakukan diskripsi terhadap sifat fisik dan keteknikan bahan bangunan
guna mengetahui perkiraan kualitas bahan bangunan serta taksiran besarnya cadangan. Apabila
memungkinkan dilakukan pengukuran dan pembuatan beberapa penampang guna
memperkirakan volume (kuantitas) cadangan.
4.2.6 Pengeboran tangan
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah, urutan jenis
lapisan tanah bawah permukaan dan konsistensi serta kepadatan relatif tanah. Kedalaman
maksimum 10 m atau dihentikan setelah mencapai lapisan bawah permukaan yang keras.
Pekerjaan pengeboran tangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan hasilnya disajikan pada
penampang bor/log pemboran tangan.
4.2.7 Pengeboran teknik / inti
Dalam pekerjaan pemetaan untuk keperluan suatu proyek vital / strategis diharuskan
melakukan pekerjaan pengeboran teknik / inti. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
ketebalan lapisan tanah dan batuan, urutan jenis lapisan batuan bawah permukaan dan
konsistensi serta kepadatan relatif tanah, kekerasan dan kepadatan batuan. Kedalaman
maksimum 60 m, pengujian N-SPT dan pengambilan contoh tidak terganggu (undisturbed
samples) setiap interval 1,5 hingga 2 meter.
Pengeboran teknik / inti akan dilakukan sesuai kebutuhan dan hasilnya disajikan pada
penampang bor atau log pengeboran teknik dan diusahakan dibuat korelasi penampang bor untuk
mengetahui kondisi bawah permukaan dapat diwujudkan dalam diagram pagar.
4.2.8 Pengujian SPT (Standar Penetration Test)
Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan atau perlawanan tanah/batuan
terhadap penetrasi tabung SPT atau tabung baja sehingga akan diperoleh jumlah pukulan untuk
memasukan tabung SPT tersebut sedalam 30 cm ke dalam tanah yang masih belum terganggu
atau diperoleh nilai SPT (N).
Dengan melihat pada nilai SPT akan dapat diperkirakan kondisi batas tanah dan lapisan
keras serta dapat dikorelasikan dengan sifat-sifat maupun variasi tanah yang diuji. Hasil
pengujian akan berguna dalam perencanaan letak dan jenis pondasi.
4.2.9 Pekerjaan sondir
Pekerjaan ini dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras, menentukan
lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan daya lekat tanah berbutir halus, tidak
boleh digunakan pada daerah aluvium yang mengandung kmponen berangkal dan kerakal,
karena hasilnya akan memberikan indikasi lapisan tanah keras yang salah.
Alat sondir yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah alat sondir
hidrolik atau mekanik (manual) dengan kapasitas maksimum 2,5 ton 5 ton maupun 10 ton yang
dilengkapi dengan ujung penetrometer / sondir bikonus (friction sleeve).
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir
dihentikan apabila pembacaan pada manometer berturut-turut menunjukkan harga > 150 kg/cm2.
Alat sondir terangkat apabila pembacaan manometer belum menunjukkan angka maksimum,
maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakan pada baja kanal jangkar.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi konus dan jumlah
hambatan pelekat (JHP). Grafikmyang dibuat adalah perlawanan penetrasi konus (qc) pada tiap
kedalaman dan jumlah hambatan pelekatsecara komulatif.
Namun demikian ada beberapa kelemahan atau kekurangan dalam uji sondir, yaitu:
Untuk mengetahui ketebalan lapisan dangkal dari tanah lunak atau kedalaman sampai
batuan.
Untuk pengukuran (dengan cepat) sifat-sifat struktur jalan yang sudah ada (existing)
dengan konstruksi lapisan perkerasan jalan raya yang materialnya lepas (tak terikat)
Untuk menentukan daya dukung tanah dangkal secara cepat, pada perencanaan jalan,
baik jalan raya maupun jalan inspeksi (pada tanggul saluran irigasi).
Alat ini dapat mengukur sedalam 80 cm secara menerus atau maksimum 120 cm, dimana batasbatas lapisan perkerasan yang mempunyai kekuatan berbeda sudah diidentifikasi dan ketebalan
lapisan telah diketahui.
ASTM. D.2217-71
ASTM.D.854-72
ASTM.D.4718
ASTM. D.4318
ASTM.D 422-72
ASTM.D 2850
b. Konsolidasi
ASTM D
a.
b.
c.
d.
Supersoni waves
Triaxial Compressive Strenght ASTM. D.2664-67
Density, Poisons Ratio, Modulus of elasticity ASTM 19 D.2845 69
Unconfined compressive strenght
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
i.
Hasil dari pengamatan lpangan baik berupa pengamatan tanah batuan, penyondiran,
pengeboran tangan, masalah geodinamika (bahaya beraspek geologi) ditambah dengan
data sekunder yang didapat perlu dituangkan dalam peta geologi teknik.
Penggambaran peta dan penampang geologi teknik.
4. Penyusunan Laporan
Penulisan laporan yang baik dan lengkap merupakan bagian yang paling penting dalam
suatu pemetaan/penyelidikan geologi teknik. Pada dasarnya kegunaan suatu laporan meliputi
penguraian secara tepat apa-apa yang telah dipetakan/diselidiki dan memadukan serta
menerangkan hubungan geologi teknik dengan permasalahan yang ada.
Keterangan dan
kesimpulan laporan harus didasarkan atas kenyataan yang ada di lapangan.
Laporan pemetaan/penyelikan geologi teknik memuat berbagai informasi dan permasalahan yang
melatar belakangi dilakukan pemetaan serta uraian hasil analisis dan evaluasi geologi teknik,
dengan sistematika sebagai berikut:
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
Bab 1. PENDAHULUAN
berisi uraian mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi daerah
pemetaan, pelaksanaan pemetaan, metoda pemetaan dan lingkup pekerjaan.
Bab 2. GEOLOGI UMUM DAN KONDISI LINGKUNGAN
berisi uraian mengenai geomorfologi, pola aliran sungai, kemiringan lereng,
geologi umum, kegempaan, sumber daya bahan bangunan, kondisi keairan, iklim dan
curah hujan serta penggunaan lahan.
Bab 3. GEOLOGI TEKNIK
berisi uraian mengenai sebaran satuan geologi teknik, analisis data
laboratorium, masalah geologi teknik dan analisis geologi teknik.
Bab 4. EVALUASI GEOLOGI
TEKNIK, berisi uraian mengenai sifat fisik
dan keteknikan tanah dan
batuan (geologi teknik) dikaitkan dengan tujuan pemetaan/penyelidikan
5. PENUTUP
o
o
Data dan informasi geologi teknik sangat diperlukan dalam rencana penataan ruang dan
pengembangan wilayah suatu daerah.
Data dan informasi geologi dapat diperoleh dengan melakukan pemetaan/penyelidikan
geologi teknik. Untuk itu diperlukan tatacara pemetaan geologi teknik.
DAFTAR PUSTAKA
1. ANONIM, 1980., Pedoman Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanikan tanah,
Departemen Pekerjaan Umum
2. KARL TERZAGHI DAN RALPH B.PECK, 1987, Mekanika Tanah Dalam Praktek
Rekayasa, Alih Bahas Ir. Bagus Wicaksono dan Ir. Benny Krisna, Penerbit Erlangga
3. NOOR ENDAH DAN INDRASURYA B. MOCHTAR, 1993, Mekanika Tanah (Prinsipprinsip Rekayasa Geoteknik), Penerbit Erlangga, Jakarta.
4. PAULUS, P.R., 1997, Uji Sondir, Interpretasi dan Aplikasinya untuk
Perancangan Pondasi, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
5. WESLEY, L.D., 1976, Mekanika Tanah dan Batuan, Penerbit Pekerjaan Umum, Cetakan
ke VI