Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN
I.1 Embriologi
Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm yang berasal dari sulcus pharyngeus pertama dan
kedua. Tempat pembentukan kelenjar tiroid ini menjadi foramen sekum di pangkal lidah.
Jaringan endodermal ini turun ke leher sampai setinggi cincin trakea kedua dan ketiga yang
kemudian membentuk dua lobi. Penurunan ini terjadi pada garis tengah mudigah. Saluran
pada struktur endodermal ini tetap ada dan menjadi duktus tiroglossus atau mengalami
obliterasi menjadi lobus piramidalis kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid janin secara fungsional
mulai mandiri pada minggu ke-12 masa kehidupan intrauterin.1
I.2 Anatomi
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia prevertebralis. Di
dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar
tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrachealis, dan melingkari trakea dua pertiga bahkan
sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada
permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi.
Arteri karotis komunis, vena jugularis interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu
sarung tertutup di laterodorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk
laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia
media dan prevertebralis.1
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber; arteri karotis superior kanan dan kiri,
cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua arteri tiroidea inferior kanan dan kiri,
cabang arteri brakhialis. Kadang kala dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus
brakiosefalika. Sistem vena terdiri atas vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri,
vena tiroidea media di sebelah lateral, dan vena tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf
yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan cabang dari
nervus laringeus superior.1
I.3 Fisiologi
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang kemudian berubah
menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium nonorganik yang diserap dari
saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 3040 kali sehingga mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4
yang dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian
besar T4 kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar
yang kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein
yaitu globulin pengikat tiroid (thyroid binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat
albumin (thyroxine binding prealbumine, TBPA). Hormon stimulator tiroid (thyroid
stimulating hormone, TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari
kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal
sebagai negative feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke
sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikuler yang menghasilkan
kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar
kalsium serum terhadap tulang.1
II. KARSINOMA TIROID
II.1 Epidemiologi
Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan tersering. Lebih banyak pada
wanita dengan distribusi berkisar antara 2 : 1 sampai 3 : 1. Insidensnya berkisar antara 5,430%. Berdasarkan jenis histopatologi, sebarannya adalah kanker tiroid jenis papilar (71,4%);
kanker tiroid jenis folikular ( 16,7%); kanker tiroid jenis anaplastik (8,4%); dan kanker tiroid

jenis medular (1,4%). Berdasarkan usia kanker tiroid jenis papilar biasanya pada pasien yang
berusia kurang dari 40 tahun, berbeda dengan kanker tiroid folikular yang banyak pada usia
di atas itu. Sedangkan kanker jenis medular sering ditemukan pada usia tua (50-60 tahun).2
Angka insidensi tahunan kanker tiroid bervariasi di seluruh dunia, yaitu dari 0,5-10 per
100.000 populasi. Karsinoma tiroid mempunyai angka prevalensi yang sama dengan multipel
mieloma. Karsinoma tiroid ini merupakan jenis keganasan jaringan endokrin yang terbanyak,
yaitu 90% dari seluruh kanker endokrin.3
American Cancer Society memperkirakan bahwa sekitar 17.000 kasus baru muncul setiap
tahunnya di Amerika Serikat dan sekitar 1.300 diantaranya mengakibatkan kematian. Tetapi
dengan pengobatan yang adekuat, sekitar 190.000 penderita tetap dapat hidup normal dan
beberapa dapat bertahan lebih dari 40 tahun.3
II.2 Etiologi
Etiologi yang pasti belum diketahui. Yang berperan khususnya untuk well differentiated
carcinoma (papilar dan folikular) adalah radiasi dan goiter endemis sedangkan untuk jenis
medular adalah faktor genetik. Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk kanker
anaplastik dan medular. Diperkirakan kanker tiroid anaplastik berasal dari perubahan kanker
tiroid berdiferensiasi baik (papiler dan folikuler) dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali
lebih besar. Sedangkan limfoma pada tiroid diperkirakan karena perubahan-perubahan
degenerasi ganas dari tiroiditis Hashimoto.2
II.3 Faktor Risiko
Faktor risikonya antara lain:4,5
1. Pengaruh usia dan jenis kelamin
Apabila nodul tiroid terdapat pada penderita berusia dibawah 20 tahun dan diatas 50 tahun,
resiko keganasan lebih tinggi. Demikian pula dengan jenis kelamin, penderita laki-laki
memiliki resiko keganasan lebih tinggi daripada penderita perempuan.
2. Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala pada masa lampau
3. Kecepatan tumbuh tumor
4. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher
5. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga
II.4 Diagnosis
Anamnesis pada penderita dilakukan secara mendalam agar dapat menggali faktor risiko
yang berperan, selain itu juga mengidentifikasi jenis nodul berdasarkan gejala klinis yang
muncul, apakah sudah tampak gejala metastasis jauh seperti benjolan pada kalvaria sebagai
tanda metastasis tulang, sesak nafas sebagai tanda gangguan organ paru, rasa penuh di ulu
hati dapat mengarahkan kecurigaan akan gangguan organ hepar, dan lain sebagainya.4,5
Pemeriksaan fisik nodul mencakup 7 kriteria. Nodul diidentifikasi berdasarkan
konsistensinya keras atau lunak, ukurannya, terdapat tidaknya nyeri, permukaan nodul rata
atau berdungkul-dungkul, berjumlah tunggal atau multipel, memiliki batas yang tegas atau
tidak, dan keadaan mobilitas nodul. Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila :4,5
a. Usia penderita dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun
b. Ada riwayat radiasi leher pada masa anak-anak
c. Disfagia, sesak nafas, dan perubahan suara
d. Nodul soliter, pertumbuhan cepat dan konsistensi keras
e. Ada pembesaran kelenjar getah bening leher (jugular, servikal, atau submandibular)
f. Ada tanda-tanda metastasis jauh
Pemeriksaan Penunjang meliputi:4,5
1. Pemeriksaan Laboratorium
Menilai Human Thyroglobulin, suatu penanda tumor untuk karsinoma tiroid; jenis yang
berdifferensiasi baik, terutama untuk follow up.
2. Pemeriksaan Radiologis

Dilakukan pemeriksaan foto paru anteroposterior untuk menilai adanya metastasis.


3. Pemeriksaan Ultrasonografi
Diperlukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang secara klinis
belum dapat dipalpasi.
4. Pemeriksaan Sidik Tiroid
Dasar pemeriksaan ini adalah uptake dan distribusi yodium radioaktif dalam kelenjar tiroid.
Yang dapat dilihat dari pemeriksaan ini adalah besar, bentuk, dan letak kelenjar tiroid serta
distribusi dalam kelenjar. Juga dapat diukur uptake yodiumnya dalam waktu 3, 12, 24 dan 48
jam.
5. Pemeriksaan Sitologi melalui Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Ketepatan pemeriksaan sitologi untuk tipe anaplastik, meduler dan papiler hampir mendekati
100%
6. Pemeriksaan Histopatologi
Merupakan pemeriksaan dianostik utama. Jaringan diperiksa setelah dilakukan tindakan
lobektomi atau isthmolobektomi.
II.5 KLASIFIKASI
Pengelompokan tumor ganas tiroid adalah sebagai berikut:1
Karsinoma berdiferensiasi baik (75%)
Adenokarsinoma papiler
Adenokarsinoma folikuler
Adenokarsinoma sel Hurtle
Karsinoma berdiferensiasi buruk (20%)
Karsinoma anaplastik sel kecil
Karsinoma anaplastik sel besar
Adenokarsinoma meduler (4%)
Tumor ganas lain (jarang sekali)
Sarkoma tiroid
Limfoma maligna
Karsinoma epidermoid
Metastasis dari karsinoma lain
II.6 Diagnosis Banding
Diagnosa untuk penyakit ini adalah:2
1. Struma difusa toksik (Basedow = Graves disease
2. Struma nodosa non toksik
3. Tiroiditis subakut
4. Tiroiditis Riedel
5. Struma Hashimoto
6. Adenoma paratiroid dan karsinoma paratiroid.
7. Metastasis tumor.
8. Teratoma
9. Limfoma maligna
II.7 Prognosis
Prognosis bergantung pada :4
1. Tipe histopatologi
2. Stadium klinik patologi
3. Lamanya penyakit hingga terdiagnosis dan diberikan pengobatan
4. Usia penderita

Diantara tipe karsinoma tiroid, maka tipe karsinoma papiler mempunyai prognosis yang
paling baik. Prognosis pasien dengan kanker tiroid berdiferensiasi baik tergantung pada umur
(semakin buruk dengan bertambahnya umur); adanya ekstensi (menurunkan survival rate 20
tahun dari 91% menjadi 45%); adanya lesi metastasis (menurunkan survival rate 20 tahun
dari 10% menjadi 46%); diameter tumor; dan jenis histopatologi (pada papilar survival rate
20 tahunnya 93% dan folikular survival rate 20 tahunnya 83%).2,5
II.8 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operabel, operasi yang dilakukan adalah
lobektomi sisi yang patologik (Kaplan), atau lobektomi subtotal dengan risiko bila ganas
kemungkinan ada sel-sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa
tiroidektomi total. Enukleasi nodulnya saja adalah berbahaya karena bila ternyata nodul
tersebut ganas, telah terjadi penyebaran (implantasi) sel-sel tumor dan operasi ulang untuk
tiroidektomi secara teknis akan menjadi lebih sukar.2
Bila hasilnya jinak, lobektomi tersebut sudah cukup. Bila ganas, lobus kontra lateral diangkat
seluruhnya (tiroidektomi totalis). Dapat pula dilakukan near total thyroidectomy. Bila dari
hasil pemeriksaan kelenjar getah bening dicurigai adanya metastasis, dilakukan diseksi
radikal kelenjar getah bening pada sisi yang bersangkutan. Komplikasi-komplikasi operasi
antara lain terputusnya nerws laringeus rekurens dan cabang eksterna dari nervus laringeus
superior, hipoparatirodisme, dan ruptur esofagus.2
2. Radiasi
Bila tumor sudah inoperabel atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus kontralateral,
dilakukan:2
a. Radiasi interna dengan I131.
b. Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor-tumor inoperabel atau
anaplastik yang tidak berafinitas terhadap I131.
III. RADIOTERAPI
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu bagian
pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi digunakan
sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga mencakup jaringan
limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama untuk metastase tumor.
Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel kanker atau merusak sel
tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan mengenai
seluruh sel, tetapi umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel
kanker.6,7
III.1 Kegunaan radioterapi
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:7
Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan atau
tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.
Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi berguna
untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil
dan berhenti menyebar
Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi gejala
yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup penderita
lebih nyaman.
Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering disebut
sebagai adjuvant therapy atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan
kemoterapi yang diberikan lebih efektif.

III.2 Jenis radioterapi


1. Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional)
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat kanker dan
jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi kanker.7
Banyaknya dosis radiasi yang digunakan dihitung dengan ukuran grays (Gy). Dosis yang
diberikan tergantung jenis dan luas tumor. Beberapa kasus yang bersifat kuratif, dosis yang
diberikan sebesar 50 sampai 70 Gy, sedangkan limfoma diobati dengan dosis 20 to 40 Gy.
Untuk terapi adjuvan sekitar 50 60Gy.6
2. Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT))
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam pembuluh darah
atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi melalui infus adalah
metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral
contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid.6
IV. PENGGUNAAN RADIOAKTIF PADA KARSINOMA TIROID
Radioaktif iodin adalah salah satu isotop radioaktif. Jenis isotop radioaktif iodin yang
digunakan dalam bidang kedokteran adalah I-123 dan I-131. Radioaktif iodin ini
berkonsentrasi dalam kelenjar tiroid sama seperti iodium pada umumnya sehingga dapat
digunakan untuk diagnosis maupun pengobatan. Untuk diagnosa digunakan I-123 sedangkan
untuk pengobatan yang bertujuan untuk menghancurkan kelenjar tiroid adalah I-131.
Radioaktif iodin yang tidak berada di dalam tiroid akan segera dieliminasi dari tubuh melalui
kelenjar keringat dan urine.8
III.1 Sebagai Alat Diagnosa
I-123 adalah isotop yang digunakan untuk dapat melihat gambaran kelenjar tiroid. Cukup
dengan menelan I-123 dalam dosis kecil, maka dalam jangka waktu 3-6 jam sudah dapat
diambil gambarannya. Kamera yang digunakan serupa dengan X-ray atau CT scan. Isotop ini
tidak mempunyai efek samping dan tidak berbahaya bagi pemakainya. 8
Gambar 5. Foto CT Scan yang memperlihatkan adanya karsinoma tiroid menggunakan
kontras iodin secara intravena
III.2 Sebagai Alat Terapi Hipertiroid Dan Post Operatif
I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over aktif atau kita
sebut hipertiroid. I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang terbuat dari iodin yang selalu
memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini dimasukkan kedalam tubuh dalam dosis yang kecil,
maka I-131 ini akan masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan
akan melewati kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut.
Hal ini akan memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa kasus dapat
merubah kondisi tiroid yang semula overactive menjadi underactive.9
I-131 digunakan untuk terapi graves disease, goiter, tiroid nodul, dan karsinoma tiroid.
Seorang ahli bedah tiroid dapat mengeluarkan seluruh bagian dari tiroid dengan komplikasi
bedah yang paling minimal, sedangkan I-131 digunakan untuk menghancurkan kelenjar yang
masih tersisa. Dalam keadaan ini, tidak diperkenankan menggunakan hormon pengganti
selama beberapa minggu setelah terapi dengan tujuan menurunkan level hormon tiroid hingga
dibawah normal. Dengan demikian, I-131 dapat bekerja secara maksimal untuk
menghancurkan tiroid yang tersisa. Pengobatan dengan cara ini dapat secara signifikan
menurunkan kemungkinan timbulnya kembali kanker tiroid dan meningkatkan kemampuan
dokter untuk mendeteksi dan mengobati kanker yang mungkin berulang.9,10
III.3 Sebagai Terapi Definitif Untuk Karsinoma Tiroid Persisten

Semua penderita kanker harus mendapatkan follow-up yang reguler oleh ahli endokrinologi.
Jika dari hasil follow up diketahui bahwa masih ada kanker tiroid yang tersisa dan bersifat
persisten atau rekuren, maka ahli endokrinologi diperbolehkan untuk memberikan dosis
tambahan I-131. Pasien dengan kanker tiroid residual atau telah menyebar ke regio belakang
leher, dapat melakukan scanning menggunakan radioaktif. 10
III.4 Dosis Yang Digunakan
Dosis yan digunakan adalah sebagai berikut:8
Dosis kecil, yaitu sebesar 5-30 millicuries (mCi) pada penderita hipertiroid
Dosis sedang yaitu 25-75 mCi digunakan untuk mengecilkan ukuran tiroid yang membesar
tetapi mempunyai fungsi yang normal.
Dosis besar yaitu 30-200mCi digunakan untuk menghancurkan sel kanker tiroid.
Bila ahli radiologi akan memberikan dosis yang lebih tinggi, maka penderita akan diminta
untuk tinggal di dalam ruang yang terisolasi selama 24 jam untuk menghindari paparan
dengan orang lain.8
III.5 Prosedur Pelaksanaan
I-131 ditelan dalam bentuk dosis tunggal dengan bentuk kapsul atau cair dan dengan cepat
masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis, masuk ke dalam kelenjar tiroid
dan mulai menghancurkan kelenjar tiroidnya. Efeknya baru akan terlihat dalam jangka waktu
satu sampai tiga bulan dengan efek maksimal tiga sampai enam bulan setelah pengobatan.9
III.6 Efek Samping
Efek samping dari terapi ini pada umumnya adalah timbulnya rasa nyeri setelah pengobatan
dan pembengkakan kelenjar ludah. Untuk hal ini, maka penderita boleh diberikan obat
simptomatik seperti aspirin, ibuprofen atau asetaminofen.8
III.7 Pengawasan
Seseorang yang sedang dalam terapi I-131 ini sebenarnya diperbolehkan pulang ke rumah,
dengan catatan tidak boleh melakukan kontak yang terlalu dekat dan lama dengan orang lain
untuk beberapa hari terutama wanita hamil dan anak-anak. I-131 akan keluar dari tubuh
selama dua hari pertama pengobatan, terutama melalui urin. Selain itu juga ada yang
diekskresikan dalam kelenjar liur, kelenjar keringat, kelenjar air mata, sekresi cairan vagina
dan feses. Akan lebih baik lagi, bila seseorang yang sedang menjalani terapi ini beristirahat
selama beberapa hari, terutama yang pekerjaan sehari-harinya kontak dngan anak-anak dan
wanita hamil.9
Nuclear Regulatory Commission merekomendasikan sebagai berikut:9
Gunakan fasilitas toilet pribadi, jika ada, dan cucilah dua kali lebih banyak setelah
menggunakannya
Mandi setiap hari dan cucilah tangan sesering mungkin
Minum cairan dalam jumlah yang normal
Gunakanlah alat makan yang disposabel atau pisahkan dengan alat makan yang lain saat
mencucinya
Cuci pakaian dan semua yang kontak dengan tubuh tiap hari dan harus dipisah dari pakaian
anggota keluarga yang lain. Tidak diperlukan teknik pencucian yang khusus
Jangan menyiapkan makanan kepada orang lain jika mengharuskan penderita kontak tangan
lama dengan makanan tersebut
Ingat, bahwa I-131 yang diberikan selama periode kehamilan akan berakibat rusaknya
kelenjar tiroid pada bayi. I-131 dapat masuk ke dalam tubuh bayi melalui air susu penderita.
Karena itulah kebanyakan para ahli menunda terapi pada wanita yang sedang dalam masa
menyusui. Selain itu, kehamilan sebisa mungkin ditunda paling tidak enam sampai 12 bulan

setelah terapi karena adanya paparan radiasi pada ovarium.9


Terapi ini memerlukan suatu keahlian khusus, karena itulah mereka yang terlibat langsung
dalam bagian pengobatan ini adalah para ahli radiologi yang telah mendapat pelatihan khusus
di bidang kedokteran nuklir, termasuk juga para ahli endokrinologi, onkologi, ahli bedah dan
petugas lapangan.9
III.8 Proteksi
Selain menggunakan alat pelindung diri dan mencegah untuk banyak melakukan kontak
dengan penderita yang sedang menjalani terapi, para ahli dapat menggunakan kalium iodida.
Kalium Iodida (KI) mempunyai bentuk yang sama dengan iodium yang terdapat dalam
garam. KI membanjiri tiroid dengan iodium yang mencegah absorbsi dari radioaktif iodin
dari sumber manapun, termasuk air, makanan, minuman dan udara. KI termasuk obat yang
bebas dijual dipasaran dalam bentuk tablet pil dan cairan. 11
Para ahli terapi dapat menggunakan KI ini untuk mengurangi paparan terhadap radioiodin. KI
sebaiknya dikonsumsi 6-12 jam sebelum terjadi paparan terhadap radioaktif iodin. KI tetap
efektif walau digunakan beberapa jam segera setelah terjadi paparan. Dikonsumsi dengan
dosis satu kali sehari, sehari ketika sedang terpapar dan satu hari lagi sesudahnya. Tetapi
penggunaan KI juga dapat mengakibatkan efek samping seperti terjadinya alergi adn
timbulnya hipotiroidisme.11
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Sistem Endokrin, In: Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd edition.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. p: 683-695
2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Karsinoma Tiroid, In: Kapita
Selekta Kedokteran. Volume 2. 3rd edition. Media Aesculapius. Jakarta. 2000. p: 287-292
3. Cobin RH, Gharib H, et all. Endocrine Practice, In: AACE/AAES Medical/ Surgical
Guidelins For Clinical Practice: Management of Thyroid Carcinoma. Volume 7. Number 3.
American College Of Endocrinology. United States. 2001. Available at:
http://www.aace.com/pub/pdf/guidelines/thyroid_carcinoma.pdf. Access on: February 19,
2007
4. Lukitto P, et all. Protokol Penatalaksanaan Kanker Tiroid, In: Protokol PERABOI 2003.
Bandung. 2004. p: 18-32
5. Tjindarbumi. Karsinoma Tiroid, In: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara.
Jakarta. 1995. p: 366-376
6. Anonymus. Radiation therapy. GNU Free Documentation License. Wikimedia Foundation,
Inc. United States. 2007. Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/Radiation_therapy.
Access on: February 25, 2007
7. Overs M. Understanding Radiotherapy. A guide for people with cancer, their families and
friends. The Cancer Council New South Wales. South Wales. 2005. Available at:
www.cancercouncil.com.au. Access on: February 25, 2007
8. American Thyroid Association. Radioactive Iodine Use for Thyroid Diseases. American
Thyroid Association. United States. 2005. Available at: www.thyroid.org. Access on:
February 19, 2007
9. Anonymus. Radioactive Iodine (I-131) Therapy. RadiologiInfo. Radiological Society of
North America, Inc, North America. 2006. Available
at:http://www.radiologyinfo.org/en/pdf/pdf-menu1.cfm?PG=radioiodine. Access on:
February 19, 2007
10. American Association of Clinical Endocrinologists. Radioiodine Therapy. AACE. United
States. 2006. Available at: www.thyroidawareness.com. Access on: February 19, 2007

11. American Thyroid Association. Nuclear Radiation and the Thyroid. American Thyroid
Association. United States. 2005. Available at: www.thyroid.org. Access on: February 19,
2007
12. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology. Thyroid Carcinoma. Version 2.
National Comprehensive Cancer Network, Inc. 2006. Available at: www.nccn.org. Access
on: February 19, 2007

RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID


Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan.
Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit
kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.
2.1 Defenisi
Radioterapi merupakan suatu terapi yang digunakan untuk mengobati penyakit kanker dengan
menggunakan sinar pengion yang merupakan gelombang elektromagnetik (sinar X dan sinar
Gamma) atau energi partikel yang akan menghancurkan atau merusak sel kanker sehingga
reproduksi selnya terhambat. Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya
sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel kanker. Radioterapi ini sudah
umum digunakan untuk pasien kanker kepala dan leher, seperti pada kasus karsinoma tiroid.1
Karsinoma tiroid adalah suatu kanker pada kelenjar tiroid, gejala awalnya ditandai dengan adanya
pembengkakan kelenjar tiroid yang berbentuk nodul yang padat. Mc.Kenzie mengelompokkan
karsinoma tiroid atas 4 tipe berdasarkan histopatologi mayor yaitu : papiler, folikuler, meduler,
dan anaplastik.10 Bentuk yang paling umum (papiler dan folikuler) tumbuh secara perlahan dan
bisa berulang, namun jenis ini jarang berakibat fatal pada penderita dibawah 45 tahun. Bentuk
meduler juga memiliki prognosis yang baik jika hanya mengenai kelenjar tiroid saja
Universitas Sumatera Utara

dan prognosisnya menjadi buruk jika sudah menjadi karsinoma tiroid anaplastik yang tumbuh
dengan cepat dan responnya buruk terhadap radioterapi.1,10
Gambar 1: Anatomi kelenjar Tiroid 9
Gambar 2 : Gambaran CT Scan Kelenjar Tiroid Normal11

2.2 Tujuan Perawatan Radioterapi


Tujuan pemberian terapi radiasi pada penderita kanker ada 2, yaitu : 1
1. Pemberian terapi radiasi dengan tujuan kuratif, yaitu terapi radiasi yang dilakukan dengan
maksud untuk menghancurkan dan menghilangkan sel sel kanker dengan menghindarkan
kerusakan jaringan sehat disekitarnya seminimal mungkin. Biasanya terapi radiasi ini dilakukan
pada kanker stadium dini yang perluasannya masih minimal dan bersifat radiosensitif. Namun,
terapi radiasi kuratif ini jarang
Universitas Sumatera Utara

dilakukan karena penderita kanker yang datang pada umumnya sudah dalam stadium lanjut.
2. Pemberian terapi radiasi dengan tujuan paliatif, yaitu terapi radiasi yang dilakukan dengan
maksud mengurangi penderitaan penderita akibat penyakit kanker dan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidup penderita. Disini penderita yang datang sudah dalam kondisi buruk
dengan tumor yang telah bermetastase ke tempat lainnya. Jadi, terapi radiasi ini hanya bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya.
2.3 Penatalaksanaan Radioterapi Karsinoma Tiroid
Penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran gigi sebagai satu bagian pengobatan kanker dengan
mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi disini bisa digunakan sebagai terapi kuratif
maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh
darah yang menjadi resiko utama untuk metastase tumor. Radioterapi yang biasa digunakan untuk
karsinoma tiroid ini radioterapi eksternal (radioterapi konvensional) dan radioterapi internal
(radioisotope therapy/ RIT).1,10,12,13
2.3.1 Radioterapi Eksternal ( Konvensional )
Pada terapi eksternal, alat sinarnya akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat kanker dan
jaringan sekitarnya. Alat yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi kanker. Dosis
yang digunakan juga tergantung pada jenis dan luas tumor. Untuk kasus yang bersifat kuratif,
dosis yang diberikan sebesar 50 sampai 70 Gy, sedangkan untuk terapi adjuvan sekitar 50 sampai
60 Gy.1
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3 : A dan B Pemberian dosis 44 Gy dengan 22 fraksi pada karsinoma


tiroid,C dan D perawatan dengan pemberian dosis total 60 Gy. 14

2.3.2 Radioterapi Internal ( Radioisotope Terapi )


Pada radioterapi internal jenis isotop radioaktif iodin yang digunakan adalah I123 dan I131.
Radioaktif iodin ini berkonsentrasi dalam kelenjar tiroid sama seperti iodium pada umumnya,
sehingga dapat digunakan untuk diagnosis maupun pengobatan. Untuk diagnosa digunakan I123
sedangkan untuk pengobatan yang bertujuan untuk menghancurkan kelenjar tiroid digunakan I131.
Radioaktif iodin yang tidak berada di dalam tiroid akan segera dieliminasi dari tubuh melalui
kelenjar keringat dan urine.1 I123 yang digunakan untuk melihat gambaran kelenjar tiroid dapat
dilakukan dengan injeksi intravena I123 dalam dosis kecil, maka dalam jangka waktu 3-6 jam
sudah dapat diambil gambarannya. Kamera yang digunakan serupa dengan X ray atau CT
scan.1
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4 : a.Gambaran CT Scan kelenjar tiroid sebelum diberikan gadolinium dan


b.Gambaran CT Scan kelenjar tiroid dengan menggunakan gadolinium11

Sementara itu I131 yang digunakan untuk pengobatan dilakukan dengan memasukkan I131 ini
kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, sehingga I131 ini akan masuk ke dalam pembuluh darah
traktus gastrointestinalis. I131 akan melewati kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan
sel sel glandula tersebut. Hal ini akan memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid yang semula
overaktif menjadi underaktif. Seorang ahli bedah tiroid dapat mengeluarkan seluruh bagian dari
tiroid dengan komplikasi bedah yang paling minimal, sedangkan I131 digunakan untuk
menghancurkan kelenjar yang masih tersisa.1
Dalam kondisi ini, tidak diperkenankan menggunakan hormon pengganti selama beberapa
minggu setelah terapi yang bertujuan menurunkan level hormon tiroid hingga dibawah normal.
Dengan demikian, I131 dapat bekerja secara maksimal untuk menghancurkan tiroid yang tersisa.
Pengobatan dengan cara ini dapat secara signifikan menurunkan kemungkinan timbulnya kembali
kanker tiroid dan meningkatkan kemampuan dokter untuk mendeteksi dan mengobati kanker
yang mungkin berulang. Selanjutnya penderita menjalani follow up. Jika dari hasil follow
Universitas Sumatera Utara

up diketahui masih ada kanker tiroid yang tersisa dan bersifat persisten atau rekuren, maka
diperbolehkan memberikan dosis tambahan I131. Pasien dengan kanker tiroid residual atau telah
menyebar ke regio belakang leher, dapat melakukan scanning menggunakan radioaktif. 1
Adapun dosis yang digunakan adalah:1
1. Dosis kecil, yaitu sebesar 5-30 millicuries (mCi) pada penderita hipertiroid.
2. Dosis sedang, yaitu 25-75 mCi digunakan untuk mengecilkan ukuran tiroid yang membesar
tetapi mempunyai fungsi yang normal.
3. Dosis besar, yaitu 30-200 mCi digunakan untuk menghancurkan sel kanker tiroid.
Bila ahli radiologi akan memberikan dosis yang lebih tinggi, maka penderita akan diminta untuk
tinggal diruang yang terisolasi selama 24 jam untuk menghindari paparan dengan orang lain.
Radiasi I131 ini tidak diperbolehkan dilakukan pada wanita hamil karena mengakibatkan rusaknya
kelenjar tiroid pada bayi. Untuk itu, radioterapi ini memerlukan suatu keahlian yang khusus,
proteksi serta pengawasan terhadap penderitanya.1
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai