4-8
Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin
Vol. 1 No.1
ISSN 1411-2132
ABSTRACT
Lytocarpus philippinus, a hydrozoan species, commonly found in coral reefs is suspected of having
bioactive material which can be used as bactericide. The experiment was aimed at finding out the
hydrozoan bioactive which could inhibit the growth of Pseudomonas sp isolated from diseases tiger
prawn. The analysis was conducted using extraction, fractionation, and purification methods. Hexane,
acid ethyl acetate, neutral ethyl acetate, and water were used as solvents. Chemical compounds of
hydrozoan bioactive were classified by color reaction on thin layer chromatography and identified by
spectroscopic methods. The bioactive extracted from Lytocarpus philippinus is suspected to be nCyclohexil-3-beta-methoxy-4-methyliden 4'5'1 compound.
Keywords: Bioactive, hydrozoan , bactericide
PENDAHULUAN
Penyakit pada budidaya perikanan merupakan
kendala pemeliharaan, baik di panti benih maupun pada
budidaya tambak. Telah dilaporkan jenis-jenis penyakit
yang sering menyerang udang windu seperti parasit
protozoa (Zoothamnium, Epystilis, Vorticella), jamur
(Lagenidium, Fusarium), bakteri (Vibrio harveyi, vibrio
alginoliticus), dan virus (Monodon Baculo Virus), di
Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa (Partasasmita et al
1988 dan Lightner et al 1989).
Penyakit
udang
yang ditemukan di Sumatera Utara antara lain MBV
(Monodon Baculo Virus), HPV (Hepatopangcreatic
Parvolic Virus), SHN (Septic Hepatopangcreatic
Necrosis), HE (Haemolite Enterestis), LOP (Lymphoid
Organ Phatology), TCBV (Type C Baculo Virus) dan
metazoa parasitic infection (Larkins et al, 1993).
Penanggulangan penyakit pada budidaya
perikanan masih terbatas pada pemakaian bahan-bahan
kimia seperti formalin, malachite green serta beberapa
jenis antibiotik seperti chloramphenicol, oxytetracyclin,
prefuran (Brown 1989). Di samping itu digunakan pula
pestisida alam yang masih terbatas jumlahnya seperti
rotenon, saponin, tolod, dan parakang (Suryati et al
1992).
Beberapa biota laut seperti bunga karang,
karang lunak, tunicata, dan beberapa jenis hydrozoan
dilaporkan mengandung zat bioaktif yang mungkin
dapat dimanfaatkan sebagai bakterisida khususnya pada
komoditas perikanan. Bunga karang yang dilaporkan
memiliki zat bioaktif antara lain sesterterpen dari
Hyatella intestinalis (Karuso et al 1989), metil steroid
dari Agelas flabelliformis (Gunasekara et al 1989),
Tabel 1.
Hasil fraksionasi Lytocarpus philippinus, dan uji hayati
menggunakan bakteri bioindikator Pseudomonas sp
Fraksi aktif
1. Ekstak kasar
2. Fraksi heksan
3. Fraksi etil asetat asam
4. Fraksi etil asetat netral
4. Fraksi etil asetat basa
5. Fraksi air
Dari
hasil
fraksioansi,
masing-masing
diperoleh empat fraksi, yaitu fraksi heksan yang dapat
melarutkan senyawa-senyawa yang sangat tidak polar,
fraksi etil asetat asam melarutkan senyawa-senyawa
organik yang bersifat asam seperti asam fenolat,
karboksilat, alkohol dan asam-asam organik lainnya.
Fraksi etil asetat netral melarutkan senyawa-senyawa
5
netral seperti alkaloid, steroid, terpen dan senyawasenyawa yang bersifat netral lainnya. Dan terakhir,
fraksi air yang dapat melarutkan senyawa-senyawa yang
sangat polar seperti peptida, glikosida, amina, dan
karbohidrat makromolekul lainnya. Hasil fraksionasi
dan uji hayati dari Lytocarpus philippinus terhadap
bakteri Pseudomonas sp menunjukkan fraksi yang aktif
pada fraksi etil asetat basa. Hasil fraksionasi dan uji
hayati dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil uji hayati pada tahap fraksionasi
Lytocarpus philippinus terhadap bakteri Pseudomonas
sp menunjukkan fraksi yang aktif pada fraksi etil asetat
basa dengan diameter hambatan pada bakteri
Pseudomonas sp, berturut-turut 32,9 0,05 mm dan
36,8 0,05 mm pada volume 20 L dan 40
L,sedangkan fraksi lain tidak memberikan hambatan
terhadap pertumbuhan bakteri. Senyawa yang larut
pada etil asetat basa pada umumnya senyawa yang
bersifat netral dan bersifat basa seperti senyawa
alkaloid, terpen, poliketida , steroid, ketosteroid, dan
turunan dari skualen. Senyawa-senyawa yang larut
pada etil asetat asam pada umumnya senyawa-senyawa
yang bersifat asam pula seperti asam karboksilat, asam
fenolat, flavonoid, fenil propanoid, antosianin dan
turunannya.
Tabel 4.
Hasil uji hayati fraksi etil asetat basa dengan kromatografi
kolom terbuka menggunakan eluen campuran
butanol, etil esetat, dan air
Fraksi hasil
pemurnian,
(nomor fraksi)
etil asetat basa
1. A (1)
2. B (2-8)
3. C (9-12)
4. D (13-18)
5. E (19-26)
6. F (27-30)
7. G (31-33)
8. H (34-37)
9. I (38-49)
10. J (50-54)
11. K (55-57)
12. L (58-70)
Gambar 1.
Kromatogram isolat murni Lytocarpus philipinus
Keterangan : (-)
Tidak memberikan hambatan terhadap
pertumbuhan bakteri
Gambar 2.
Spektrum UV-Vis Lytocarpus phillipinus
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian isolasi zat bioaktif
hydrozoan Lytocarpus philippinus terhadap bakteri
penyebab penyakit pada udang diperoleh empat fraksi
hasil, yaitu: fraksi air, heksan, etil asetat asam, netral,
dan fraksi etil asetat basa. Fraksi etil asetat basa aktif
menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas sp.
Hasil pe4murnian fraksi etil asetat basa memberikan
hambatan dan isolat murni pada fraksi ke-3. Hasil
identifikasi berdasarkan reaksi penampak noda pada
KLT dan data spektroskopi menunjukkan bahwa isolat
murni Lytocarpus philippinus adalah n-sikloheksil-3betametksi-4-metiliden 4'5'1
Gambar 3.
Spektrum IR isolat bioaktif Lytocarpus phillipinus
PUSTAKA
Brown, J.H. 1989. Antibiotics their use and abuse in aquaculture. Aquaculture 20(24) : 34-43.
Brusca, R.C and G.J. Brusca.1990. Invertebrates.Sinauer Associated,Inc.,Mass.USA 922 p.
Cimminiello. P., Ernesto. F, Silvana M., and Alvinso M. 1989. A Novel conyugatedketosteroid from the marine
sponge Dyctionella incisa. J. of Natural Product.52 (6) : 1331-1333.
Cowan, S.T. 1985. Manual for the Identification of Medical Bacteria.
Cambridge.
Crispino, A., Deguillo, S De Rosa and G. Strazullo. 1989. A New Bioactive Derivation of Avarol from the marine
sponge Dysidea avara. J. of Natural Product. 52 (6) : 646-648.
Gunasekara, S.P., S. Cramck and R. Longlei. 1989. Immunosuppre sive compounds from a deep water marine
sponge, Agelas flabelliformis. J. of Natural Product 52 (4) : 757-761.
Karuso. P., R.C. Cambic and B.F. Bowden. 1989. Chemisty of sponges VI Scalarane sestesterpenes from Hyatella
intestinalis. J. of Natural Product 52 (2) : 289-293.
Larkins, P.E. 1993. Shrimp diseases in North Sumatera Province. Symposium Perikanan Indonesia I. Jakarta.
Madaio, A., V. Picciali and D. Sica. 1989. New Polyhydroxysterols from the Dictyoceratid sponges Hippospongia
communis, Spongianella gracillis. J. Natural Product 52 (5) : 952-961.
Madeali, M.I. 1995. Toleransi bakteri terhadap antibiotik. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Perikanan
Pantai Maros.
Partasasmita, S., M.I. Madeali, dan A. Tompo. 1988. Inventarisasi parasit dan penyakit udang windu (Penaeus
monodon) di panti benih dan tambak di Jawa dan Bali.J.Penel.Budidaya Pantai 4 (1) : 65-75.
Salle, A.J. 1961. Fundamental Principle of Bacteriologi. Mc Graw Hill Book. Company Inc., London. 479.
Suryati, E., Muliani, dan T. Ahmad. 1997. Penapisan Bioaktif Spons untuk Bakterisida dalam Bidang Perikanan.
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Terumbu Karang, Panitia Program MAB Indonesia, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Suryati, E dan Y. Hala. 2002. Bioactive Substances of Mangrove Exoecaria agallocha as Schrimp Diseases
Inhibitor. Mar.Chim.Acta. 2,3,4(1) : 9-14.