Jbptitbpp GDL Mayaanggia 22673 5 2010ta B
Jbptitbpp GDL Mayaanggia 22673 5 2010ta B
Berikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang
sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar 3.18).
RND-2
Porositas densitas
Gambar 3.18 Log porositas dari log densitas dan inti bor.
36
37
Sw n
Keterangan,
Rw
a
m R t
38
Keterangan:
Sw = saturasi air
C = variabel (0.4 untuk batupasir and 0.45 untuk karbonat).
Rw = resistivitas air formasi.
= porositas.
Rt = resistivitas total.
Vsh = volume shale.
Rsh = resistivitas shale
resistivitas shale yang diperoleh dari nilai rata-rata resistivitas pada shale.
39
b.
shale yang tidak konstan terhadap kedalaman. Metode ini didasarkan atas
sensitivitas nilai resistivitas shale terhadap suhu dan tekanan yang berubah sesuai
kedalaman (Gambar 3.20).
100
10
4600
0
1375
1375
0
4600
Fm. Bekasap
4800
4800
REFERENCE.DEPTH (FEET)
Fm. Bangko
5000
5000
Fm. Menggala
5200
5200
5400
5400
Fm. Pematang
5600
5600
100
10
5800
1
5800
WIRE.LLD (OHMM)
Wells: ROND00001 ROND00002 ROND00003
Gambar 3.20 Grafik nilai resistivitas terhadap kedalaman pada tiap formasi.
40
Sw Simandoux
Sw Inti bor
Gambar 3.21 Perbandingan hasil metode saturasi air dari metode Simandoux
dan inti bor.
41
3.4
Pemetaan Reservoir
Pemetaan reservoir pada penelitian ini meliputi peta struktur kedalaman
42
Keterangan:
: Sumur
: Sesar Naik
: Sesar Mendatar mengiri
43
44
merupakan pembagian suatu zona menjadi bagian-bagian kecil sehingga data yang
dimiliki semakin akurat. Dalam penelitian ini zona Batupasir A dibagi sebanyak
17 lapisan (layer). Sedangkan proses scale-up merupakan pengelompokan secara
umum dari dominasi kemunculan suatu subjek seperti porositas, volume shale,
dan lain-lain secara vertikal. Proses ini bertujuan untuk merata-ratakan nilai yang
diperoleh dari data log menjadi suatu nilai tunggal yang akan diubah ke dalam
data grid. Gambar 3.25 memperlihatkan hasil layering dan scale-up yang
dilakukan pada zona penelitian.
Batupasir A
45
U
U
46
47
-5100
Kedalaman (ft)
-5120
0,2
0,4
0,6
0,8
-5140
-5160
-5180
-5200
y = -661,69x - 4730,5
R = 0,758
Coef.correlation = 0,87
-5220
-5240
SW
48
49
3.5
Gambar 3.32 Batas air minyak (OWC) dengan asumsi reservoir homogen (biru) dan
reservoir heterogen (merah).
50
Berdasarkan batas OWC yang dapat dilihat pada gambar 3.31, batas OWC
pada reservoir heterogen terdapat pada kedalaman yang berbeda-beda. Hal ini
membuktikan bahwa reservoir Batupasir A bersifat heterogen. Sedangkan pada
asumsi jika reservoir bersifat homogen batas OWC terletak pada nilai kedalaman
rata-rata dari batas OWC sebenarnya.
Penetuan daerah tutupan (closure) pada reservoir heterogen juga berbeda
dengan reservoir homogen. Pada reservoir homogen penentuan batas daerah
tutupan dikontrol oleh batas OWC saja sedangkan pada reservoir heterogen
dikontrol oleh batas OWC dan nilai ambang batas dari properti porositas efektif
yaitu sebesar 0,1 atau 10%. Dengan demikian luas daerah tutupan akan lebih kecil
dibandingkan pada reservoir homogen yang hanya dibatasi oleh batas OWC
(Gambar 3.33).
(a)
(b)
Gambar 3.32 (a) Daerah tutupan dengan batas OWC (reservoir asumsi homogen).
(b) Daerah tutupan dengan batas OWC dan porositas 10% (reservoir
heterogen).
51
Keterangan:
OOIP : Original oil in place
A
: luas daerah
: porositas
Sw
: Saturasi air
Boi
52
Bulk
OWC
Volume
(feet)
HCPV
Sw
PV
SwT
Swirr
OOIP
(MMSTB)
SwT Swirr
SwT Swirr
55
5204 Model
Model Model
1,1
549
5210 Model
13
Model Model
20
25
1,1
18
23
Catatan
Reservoir
Homogen
Reservoir
Heterogen
Keterangan tabel:
OWC : Oil water contact
: Porositas
PV
: Volume pori
Sw
: Saturasi air
SwT
Swirr
53