Case AKI ATN
Case AKI ATN
AkuteKidney Injury
Oleh:
Larasayu Citra Mandra (030.10.158)
Pembimbing:
dr. Budowin Sp.PD
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya saya
dapat menyelesaikan makalah presentasi kasus dengan judul Akute Kidney Injury
Makalah presentasi kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Karawang.
Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih banyak kepada berbagai
pihak yang membantu penyelesaian makalah ini, kepada:
1. selaku pembimbing analisa kasus
2. Semua dokter dan staf SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Karawang
3. Rekan-rekan kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Karawang
Terimakasih atas segala bimbingan, bantuan serta dukungan yang diberikan kepada saya dalam
penyelesaian makalah ini.
Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
kekurangan, sehingga segala kritik dan saran akan makalah ini sangat saya harapkan.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat terutama dalam
bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Penyusun
Larasayu citra M
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................3
BAB I LAPORAN KASUS.......................................................................................................4
BAB II ANALISA KASUS.....................................................................................................12
BAB III TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26
BAB I
3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Nn. S
Umur
: 45 tahun
: SMP
Agama
: Islam
Pekerjaan
Anamnesis
Telah dirawat seorang pasien perempuan berumur 45 tahun di RSUD Karawang sejak
tanggal 22 September 2014, Anamnesis dilakukan secara auto-anamnesis
Keluhan Utama:
Os datang dengan keluhan tidak bisa BAK 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan yang dirasa timbul mendadak disertai dengan tidak bisa BAB dan kentut.
Terdapat nyeri perut kiri yang dirasakan 3 bulan yang lalu. Nyeri tiba-tiba dan hilang timbul.
Terdapat mual dan muntah sebanyak 2x berisi makanan dan cairan kuning. Nafsu makan
menurun. Rasa haus berlebihan. Tidak ada demam dan bengkak. Tidak ada nyeri saat buang
air kecil. Terpasang DC terdapat urin 50 cc warna kuning keruh.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Os tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Terdapat riwayat batu
ginjal Tidak ada riwayat hipertensi, DM, alergi, dan ISK
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama Dan tidak ada
riwayat penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus
Riwayat kebiasaan :
Os mengaku jarang minum +/- hanya 1 botol sedang (600ml) tiap hari dan os sering
mengkonsumsi jengkol. Dari pola makan os juga jarang memakan sayur-sayuran, serta jarang
berolahraga.
Pemeriksaan Fisik
21 sept 2014
Tanda Vital
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 90/50 mmHg
Nadi
: 104 x/menit
Nafas
: 28 x/menit
Suhu
: 37.2C
Kesan gizi
Status Generalis :
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
: sekret tidak ada, nyeri tekan dan ketok mastoid tidak ada
Hidung
: Septum deviasi (-), hiperemis concha (-/-), sekret (-/-), massa (-/-),
pernafasan cuping hidung (-)
Tenggorok
: Bibir sianosis (-), bibir kering (+), mukosa mulut&lidah kering (+).
Caries ada. OH buruk
Leher
Thoraks
Abdomen
: I = datar, distensi tidak ada, smiling umbilicus dan sagging of the flank tidak
ada
Pa = supel, hepar dan lien tidak teraba. Nyeri tekan regio lumbalis kiri (+),
turgor kulit berkurang
Pe = Timpani di ke empat kuadran, shifting dullness (-)
Au = bising usus + normal, arterial bruit (-), venous hum (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pada tanggal 21 Sept 2014(dari IGD)
Darah :
6
Hb
Leukosit
: 26.94 /uL
Trombosit
: 302 /uL
: 96
Ureum
Kreatinin
Diagnosis Kerja :
Anjuran Pemeriksaan :
Urinalisa
BNO
Kadar kimia darah
Terapi :
Pemasangan DC
Infus NaCl loading 2 lt, selanjutnya 30 tpm
Ceftriaxon 1x2gr
Rantin 2x1amp
PF/
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
: 18 x/menit
Frek. Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 36.7 C
Mata
Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tidak hiperemis tidak ada detritus
dan kripta tidak melebar
Gigi dan mulut: mukosa mulut dan lidah basah. Caries gigi. OH buruk
THT
Thoraks
Abdomen
: distensi tidak ada, bising usus (+) normal, shifting dullness (-)
Turgor kulit baik, Ballotement (-), NT suprapubik (+)
Ekstremitas
Assessment
: AKI, hematuria
Planning
:-
- Cek H2TL
Lasik 1 x 1
- Cek Urinalisa
- BNO
Penggantian DC
PF/
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
8
: 24 x/menit
Frek. Nadi
: 72 x/menit
Suhu
: 36.5 C
Mata
THT
Thoraks
Abdomen
: distensi tidak ada, bising usus (+) normal, shifting dullness (-)
Nyeri tekan -. Ballotement (-)
Ekstremitas
PP/
Leukosit
: 11,69 /uL
Trombosit
: 304 /uL
Hematokrit
: 33,5 () 35,0-47,0
Kristal : (-)
Silinder : (-)
Assessment
: AKI
Planning
BNO
Kesan : nefrolithiasis
Follow up (25 September2014) 06.00 WIB
S/
PF/
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
: 20 x/menit
10
Frek. Nadi
: 96 x/menit
Suhu
: 36.5 C
Mata
THT
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
Assessment
: AKI
Planning
:-
BAB II
11
ANALISA KASUS
Keluhan Utama:
Tidak bisa Bak yang mendadak dikarenakan penurunan fungsi ginjal yang menurun
secara cepat.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Tidak bisa BAB dikarenakan intake makanan dan minuman yang kurang. Mual dan
muntah sebanyak 2x bisa menyebabkan tubuh kekurangan cairan ditambah dengan riwayat
kebiasaan hanya minum 1 botol sedang/hari sedangkan kebutuhan cairan tubuh perhari yaitu
30-50 cc/kgbb/hari, dengan berat badan 48 kg seharusnya dibutuhkan intake cairan minimal
1440 cc/hari. 50 cc urin termasuk dalam kategori oligouria (<400cc/hari). Nyeri kolik akut
bisa dikarekan terbentuknya batu saluran kemih atau infeksi dari saluran kemih.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Ada nya riwayat batu ginjal serta kebiasaan makan asam jengkolat yang terus
menerus dilakukan menjadi faktor resiko terulangnya membentuk nefrolithiasis jengkolic
acid.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Dilihat dari tekanan darah 90/50 menandakan tejadinya hipovolemia pada pasien, setelah
diberikan cairan tekanan darah menjadi stabil di 110/70 dan pada hari pulang dengan tekanan
darah 130/70. RR yang meningkat pada pasien ini bisa dikarenakan kadar ureum yang
meningkat. Hipovolemia pada pasien ini menyebabkan hipoperfusi ginjal sehingga terjadi
penurunan dari laju filtrasi glomelurus yang menyebabkan Gagal ginjal Akut.
Status Generalis:
Pada pemeriksaan fisik tidak ada conjunctiva anemis menyingkirkan adanya kerusakan ginjal
dalam waktu lama dikarenakan ginjal masih mampu mennghasilkan eritropoetin untuk
mengaktifkan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Mukosa bibir mulut dan lidah
kering, turgor kulit berkurang menandakan adanya dehidrasi sedang pada os ini. nyeri regio
12
lumbalis sinistra dikarenakan adanya nefrolithiasis dan nyeri pada suprapubik dikarenakan
trauma mekanik oleh catheter.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
hematologi
Pada pemeriksaan darah didapatkan kadar Hb yaitu 13,1 (normal) dalam kasus ini dikatakan
fungsi ginjal dalam memproduksi eritropoetin masih baik. penurunan hb menjadi 12,6
dikarenakan terjadi perdarahan pada saluran kemihnya yang menyebabkan hematuria. Pada
pemeriksaan kimia darah terdapat peningkatan sedikit dari kadar ureum dan kreatinin sebagai
tanda terganggu nya fungsi ginjal dan hal ini mendukung diagnosis kerja Gagal Ginjal Akut.
Urinalisa
Pada pemeriksaan urin didapatkan warna kuning keruh yang disebabkan banyak ditemukan
eritrosit dan leukosit seperti dalam UTI atau endapan kristal urat, fosfat atau sistin. Protein
negatif menandakan fungsi filtrasi glomelurus masih baik. glukosa negatif menandakan kadar
glukosa masih mencukupi kemampuan reabsospri ginjal itu sendiri. PH 6 menandakan urine
bersifat asam situasi yang menyebabkan terbentuknya kristal sistin, asam urat, dan asam
jengkolat. Leukosit 3-5/lpb masih dalam batas normal. Eritrosit banyak kemungkinan
disebabkan oleh kristal kristal yang terbentuk membentuk kristal jarum-jarum halus. Kristalkristal ini dapat melukai jaringan dinding ginjal dan saluran urin serta dapat menyebabkan
penyumbatan padavsaluran kencing (tractus urinarius) dan juga dalam ginjal sehingga pada
kasus yang parah dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Kondisi lain yang memungkinkan
terdapat luka pada saat DC tertarik. Tidak adanya bakteri pada urinalisa menandakan tidak
adanya infeksi traktus urinarius baik ginjal, vesika urinaria maupun uretra.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Acute Kidney Injury
13
DEFINISI
Penurunan mendadak faal ginjal dalam 48 jam yaitu berupa kenaikan kadar kreatinin serum
0,3 mg/dl ( 26,4 mol/l) presentasi kenaikan kadar kreatinin serum 50 % (1,5x dari nilai
dasar) , atau pengurangan produksi urin (oligouria yang tercatat 0,5 ml/kg/jam dalam waktu
lebih dari 6 jam).
Kriteria diatas memasukan baik nilai absolute maupun nilai presentasi dari perubahan
kreatinin untuk menampung variasi yang berkaitan dengan umur, gender, indeks masa tubuh
dan mengurangi kebutuhan untuk mengukur nilai basal kreatinin serum dan hanya diperlukan
2 kali pengukuran dalam 48 jam. Produksi air seni harus dimasukan sebagai kriteria karena
mempunyai nilai prediktif dan mudah diikur. Kriteria diatas harus memperhatikan adanya
obstruksi saluran kemih dan sebab-sebab oligouria lain yang reversible. Kriteria diatas
diterapkan berkaitan dengan gejala klinik dan pasien sudah mendapatkan cairan yang cukup.
Perjalanan GGA dapat :
1. Sembuh sepurna
2. Penurunan faal ginjal sesuai dengan tahap-tahap GGK
(CKD tahap 1-4)
3. Eksaserbasi berupa naik turunnya progresivitas GGK/CKD tahap 1-4
4. Kerusakan tetap dari ginjal (GGK, CKD tahap 5)
ETIOLOGI
Etiologi dan Klasifikasi Gagal Ginjal
Penyebab gagal ginjal akut secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu prerenal (gagal ginjal sirkulatorik), renal (gagal ginjal instrinsik), dan post-renal
(uropati obstruksi akut). Penyebab pre-renal adalah hipoperfusi ginjal, ini disebabkan oleh
(1,2)
14
3. Vasodiltasi perifer terjadi pada syok septic, anafilaksis dan cedera, dan pemberian obat
antihipertensi.
4.
Gangguan
pada
pembuluh
p e m b e d a h a n , penggunaan
obat
darah
anestesi,
ginjal,
obat
terjadi
penghambat
pada
proses
prostaglandin,
Penyebab gagal ginjal pada renal (gagal ginjal intrinsik) dibagi antara lain :1,2,3
1. K e l a i n a n p e m b u l u h d a r a h g i n j a l , t e r j a d i p a d a h i p e r t e n s i m a l i g n a ,
e m b o l i kolesterol, vaskulitis, purpura, trombositopenia trombotik, sindrom
uremia hemolitik, krisis ginjal, scleroderma, dan toksemia kehamilan.
2.Penyakit
pada
glomerolus,
terjadi
pada
pascainfeksi
akut,
Penyakit
interstisial
diuretic,allopurinol,
pada
rifampin,
nefritis
fenitoin,
interstisial
alergi
simetidin,
(antibiotika,
NSAID),
infeksi
(stafilokokus, bakteri gram negatif, leptospirosis, bruselosis, virus, jamur, basil tahan
asam)dan penyakit infiltratif (leukemia, limfoma, sarkoidosis)
15
2. Obstruksi ekstra renal dapat terjadi pada pelvis ureter oleh obstruksi intrinsic
(tumor,batu,nekrosis
papilla)
dan
ekstrinsik
(keganasan
pada
pelvis
dan
16
tersebut
diatas
secara
bersama-sama
menyebabkan
cytoskeleton.
Keadaan
ini
akan
menyebabkan
dari
cairan
intratubuler
masuk
kedalam
sirkulasi
peritubuler.
Keseluruhan proses-proses tersebut diatas secara bersama-sama akan
menyebabkan penurunan LFG, Diduga juga proses iskemia dari
paparan bahan/obat nefrotoksik dapat merusak glomerulus secara
langsung. Pada NTA terdapat kerusakan glomerulus dan juga
tubulus.Tahap-tahap NTA adalah tahap inisiasi, tahap kerusakan yang
berlanjut (maintenance) dan tahap penyembuhan.Dari tahap inisiasi ke
tahap kerusakan yang berlanjut terdapat hipoksiam dan inflamasi yang
sangat nampak pada kortikomedular.Proses inflamasi memegan
peranan penting pada patofisiologi dari GGA yang terjadi karena
iskemia.Sel endotel, lekosit dan sel T berperan penting dari saat awal
sampai saat reperfusi.
18
Post-renal
Gagal ginjal post-renal, GGA post-renal merupakan 10% dari keseluruhan
GGA.GGA
post-renal
disebabkan
oleh
obstruksi
intra-renal
dan
e k s t r a r e n a l . P a d a fase awal dari obstruksi total ureter yang akut terjadi peningkatan
aliran darah ginjal dan peningkatan tekanan pelvis ginjal dimana hal ini
disebabkan oleh prostaglandin-E2. Pada fase ke-2, setelah 1,5-2 jam, terjadi
penurunan aliran darahginjal dibawah normal akibat pengaruh tromboxane-A2danAII . Tek a n a n p e l v i s ginjal tetap meningkat tetapi setelah 5 jam mulai menetap. Fase ke-3
atau fase kronik, ditandai oleh aliran ginjal yang makin menurun dan penurunan tekanan
pelvis ginjal ke normal dalam beberapa minggu.Aliran darah ginjal setelah 24 jam
adalah 50% dari normal dan setelah 2 minggu tinggal 20% dari normal. Pada fase ini mulai
terjadi pengeluaran mediator inflamasi dan faktor-faktor pertumbuhan yang
menyebabkanfibrosis interstisial ginjal.1
Nefrolithiasis
DEFINISI
Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah pembentukan batu di dalam
ginjal.(1)
ETIOLOGI
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah
faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik
yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.(3)
Faktor intrinsik antara lain :
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
19
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang
lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi.
4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktifitas atau sedentary life.
Nefrolitiasis terjadi apabila konsentrasi garam yang membentuk batu, seperti kalsium
oksalat,kalsium fosfat, atau asam urat tinggi. Apabila konsentrasi cukup tinggi sehingga
terjadi pembentukan kristal, maka urin dikatakan mengalami supersaturasi.Beberapa faktor
menjadi penentu utama supersaturasi urin oleh garam yang berbeda:
Kalsium oksalat: volum urin rendah dan konsentrasi kalsium dan oksalat tinggi
Kalsium fosfat: konsentrasi kalsium urin tinggi dan urin bersifat basa
Asam urat: urin bersifat asam
Cystine: konsentrasi cystine urin tinggi dan urin bersifat asam
Asam jengkolat
: urin asam
Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium
karbonat. Batu tersebutterbentuk di pelvis dan kalik ginjal bila produksi ammonia
bertambah dan pH urin tinggi, sehinggakelarutan fosfat berkurang. Hal ini terjadi
akibat infeksi bakteri pemecah urea (yang terbanyak darispesies Proteus dan
Providencia,
Peudomonas
eratia,
semua
spesies
Klebsiella,
Hemophilus,Staphylococus, dan Coryne bacterium) pada saluran urin. Enzim
urease yang dihasikan bakteri di atasmenguraikan urin menjadi amonia dan
karbonat. Amonia bergabung dengan air membentuk amoniumsehingga pH urine
makin tinggi. Karbon dioksida yang terbentuk dalam suasana pH basa/tinggi
akanmenjadi ion karbonat membentuk kalsium karbonat.
3. Batu urat
Terjadi pada penderita gout (sejenis rematik), pemakaian urikosurik (misal
probenesid atau aspirin), danpenderita diare kronis (karena kehilangan cairan,
dan peningkatan konsentrasi urine), serta asidosis (pHurin menjadi asam,
sehingga terjadi pengendapan asam urat).
4. Batu sistina.
Sitin merupakan asam amino yang kelarutannya paling kecil. Kelarutannya
semakin kecil jika pH urinturun/asam. Bila sistin tak larut akan berpresipitasi
(mengendap) dalam bentuk kristal yang tumbuhdalam sel ginjal/saluran kemih
membentuk batu
.5. Batu kalium fosfat.T
erjadi pada penderita hiperkalsiurik (kadar kalsium dalam urine tinggi) dan atau
berlebih asupankalsium (misal susu dan keju) ke dalam tubuh.
6. Batu kalsium
Sebagian besar penderita batu kalsium mengalami hiperkalsiuria, dimana kadar
kalsium di dalam airkemih sangat tinggi.Obat diuretik thiazid (misalnya
trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang baru.Dianjurkan
untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari). Diet rendah kalsium dan
mengkonsumsinatrium selulosa fosfat.Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat
penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam air kemih,diberikan kalium
sitrat. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya
batukalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat
(misalnya bayam, coklat,kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu
sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi.Kadang batu kalsium terbentuk
akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunanvitamin
D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan
pengobatan terhadappenyakit-penyakit tersebut.
7. Batu asam urat
Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan
tersebut menyebabkanmeningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
21
Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol. Batu asam
urat terbentuk jikakeasaman air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan
suasana air kemih yang alkalis (basa),bisa diberikan kalium sitrat. Dan sangat
dianjurkan untuk banyak minum air putih.Makanan Yang harus dihindariMakanan
yang mengandung kadar kapur (kalsium) tinggi bisa berbahaya menaikkan kadar
kalsiumdalam darah dan air kencing sehingga kadarnya melebihi ambang batas
aman dengan akibat terbentukkristal batu. Bila kristal batu terbentuk dalam
jumlah banyak dan saling menempel akan menjadi batuginjal.Bahan makanan
yang paling berbahaya untuk terbentuknya batu ginjal terutama lemak dan
proteinhewani, mengkonsumsi terlalu banyak protein hewani seperti telur dan
daging ayam, sapi, kambing dllakan menimbulkan kenaikan kadar kalsium
(kapur) dalam darah dan air kencing dengan akibatterbentuk kristal batu dan
batu ginjal.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan jasmani dan penunjang adalah untuk membedakan GGA pra-renal, renal, dan
post-renal. Dalam menegakkan diagnosis gangguan ginjal akut perlu diperiksa1 :
1. Anamnesis yang baik, serta pemeriksaan jasmani yang terliti ditujukan untuk mencari
sebab gangguan ginjal akut seperti misalnya operasi kardiovaskular, angiografi, riwayat
infeksi, riwayat bengkak, riwayat kencing batu.
2. Membedakan gangguan ginjal akut dengan gangguan ginjal kronik.
3. Untuk mendiagnosis GGA diperlukan pemeriksaan berulang fungsi ginjal yaitu kadar
ureum, kreatinin, atau laju filtrasi glomerulus.
4. Penilaian pasien GGA : Kadar kreatinin serum, Kadar cystatin C serum, Volume urin,
Kelainan analisis urin, Pertanda biologis.
Klasifikasi RIFLE
Kriteria RIFLE
Risk
kreatinin
Kriteria UO
Kenaikan
kreatinin
kreatinin
2,0x
Failure
Kenaikan
3,0x
Anuria 12 jam
12 jam
dasar)
Kenaikan kreatinin serum >300%
Kriteria AKIN (Acute Kidney Injury Network) dibuat untuk mempertajam kriteria RIFLE
sehingga pasien GGA dapat dikenali lebih awal. Klasifikasi ini lebih sederhana dan memakai
batasan waktu 48 jam.
Perhitungan LFG
tes klirens kreatinin menurut formula Cockroft-Gault:
LFG = (140-Usia)x(BB)x(0,85 jika perempuan)x1,73 (ml/menit/1,73m2)
(sCr x 72)
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan
23
pencegahan),
mengatasi
penyebab
GGA,
mempertahankan
hemostasis,
Pencegahan
GGA dapat dicegah pada beberapa keadaan pada beberapa keadaan misalnya pada zat kontras
yang dapat menyebabkan nefropati kronik.Pencegahan nefropati akibat zat kontras adalah
menjaga hidrasi yang baik, pemakaian N-asetyl cystein serta pemakaian furosemid pada
penyakit tropic perlu diwaspadai kemungkinan GGA pada gastroenteritis akut, malaria dan
demam berdarah.
Pemberian kemoterapi dapat menyebabkan ekskresi asam urat yang tinggi sehingga
menyebabkan GGA.
Terapi khusus GGA
Bila GGA sudah terjadi maka diperlukan pengobatan khusus, umumnya dalam ruang lingkup
perawatan intensif sebab beberapa penyakit primernya yang berat seperti sepsis, gagal
jantung dan usia lanjut, dianjurkan untuk inisiasi dialisis dini. Dialisis bermanfaat untuk
koreksi akibat metabolik dari GGA.Dengan dialisis dapat diberikan cairan/nutrisi dan obatobatan lain yang diperlukan seperti antibiotic. Indikasi inisiasi dialisis (segera) :
-
Oligouria
: Produksi urin < 200 mL in 12 h
Anuria
: Produksi urin<50 mL in 12 h
Hiperkalemia
: Kadar potassium > 6.5 mmol/L
Asidemia
: Keracunan asam yang berat : pH<7.0
Azotemia
: Kadar urea > 30 mmol/L
Ensepalopati uremikum
Neuropati diabetikum
Perikarditis uremikum
Natrium abnormalitas plasma : konsentrasi > 155 mmol/L atau <120 mmol/L
Hipertermia
Keracunan obat
24
GGA-post renal memerlukan tindakan cepat bersama ahli urologi misalnya pembuatan
nefrostomi, mengatasi infeksi saluran kemih dan menghilangkan sumbatan yang dapat
disebabkan oleh batu, striktur uretra atau pembesaran prostat.
Belum ada bukti yang nyata keunggulan antara terapi pengganti intensif dan terapi pengganti
Nutrisi
Kebutuhan nutrisi pada GGA amat bervariasi sesuai dengan penyakit dasarnya atau kondisi
komorbidnya, dari kebutuhan yang biasa, sampai dengan kebutuhan yang tinggi seperti pada
pasien sepsis. Rekomendasi nutrisi GGA amat berbeda dengan GGK, dimana pada GGA
kebutuhan nutrisi disesuaikan dengan proses kataboliknya. Pada GGK justru dilakukan
pembatasan-pembatasan.
GGA menyebabkan abnormalitas metabolisme yang amat kompleks, tidak hanya pengaturan
air,asam basa, elektrolit, tetapi juga asam amino/protein, karbohidrat dan lemak.
Heterogenitas GGA yang amat tergantung dari penyakit dasarnya membuat keadaan ini lebih
kompleks. Oleh karena itu nutrisi pada GGA disesuaikan dengan proses katabolis yang
terjadi, sehingga pada suatu saat menjadi normal kembali.
Klasifikasi dan kebutuhan nutrisi pada pasien GGA
Tahap Katabolisme
Ringan
Sedang
Berat
Keadaan klinis
Mortalitas
Dialisis/hemofiltrasi
Pemberian makanan
Rekomendasi energi
Pembedahan+infeksi
60%
Apabila perlu
Enteral/parentral
25-30
Injuri berat/sepsis
>80%
Sering
Enteral/parentral
25-35
(kkal/kgBB/h)
Substrat energi
Glukosa g/kg
Lemak g/kg
Asam amino
Nutrisi oral/enteral
Glukosa
3-5
0,5-1
0,6-0,8 EAA
Makanan
Glukosa + lemak
3-5
0,8-1,5
0,8-1,2 EAA
Formula
Glukosa + lemak
3-5 (maks 7)
Glukosa 50-70%
Glukosa 50%-70%
Parentral
Fase perbaikan
25
1,0-1,5 EAA
Formula
Pada tahap ini terjadi poliuria yang sangat banyak sehingga perlu dijaga keseimbangan
cairan.Asupan cairan pengganti diusulkan sekitar 65-75% dari jumlah cairan yang
keluar.Pada tahap ini pengamatan faal ginjal harus tetap dilakukan karena pasien pada
dasarnya belum sembuh sempurna (bisa sampai 3 minggu atau lebih).
PROGNOSIS
Mortalitas akibat GGA bergantung keadaan klinik dan derajat gagal ginjal.Perlu
diperhatikan faktor usia, makin tua makin jelek prognosanya, adanya infeksi yang
menyertai, perdarahan gastrointestinal, penyebab yang berat akan memperburuk prognosa.
Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%), perdarahan terutama saluran cerna
(10-20%), jantung (10-20%), gagal nafas (15%), dan gagal multi organ dengan kombinasi
hipotensi, septikemia, dan sebagainya. Pasien dengan GGA yang m e n j a l a n i
dialysis
angka
kematiannya
sebesar
50-60%,
26
karena
itu
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum HMS. Gagal ginjal akut. Dalam : Buku ajar ilmu penyakit dalam. Editor
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi, I, Simadibrata M, Setiati S. Edisi ke 5. Jakarta :
InternaPublishing.p.1041-9.
2. Altntepe, Gezgin, Tonbul.Etiology and prognosis in 36 acute renal
failurecases related to pregnancy in central anatolia. Eur J Gen Med 2005; 2(3): 110113.
3. Bonventre JV. Mechanisms of Acute Kidney Injuryand Repair. A. Jrres et al. (eds.),
Management of Acute Kidney Problems. DOI: 10.1007/978-3-540-69441-0_2.1,
Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2010.
4. Goligorsky MS, Lieberthal W. Pathophysiologyof Ischemic AcuteRenal
Failure.Chapter 14. p. 14.2-14.5.
5. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta:ECG, 2009. P. 726-9.
27