Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan
keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan
nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup
sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang
seimbang.
Seiring dengan semangat untuk memperbaiki kehidupan berbangsa dan
bernegara, pendidikan jasmani memiliki peran nyata dalam mendidik kader
kader bangsa yang sehat jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani maupun rohani
merupakan modal awal yang sangat menentukan dalam persaingan global yang
ketat. Kemajuan suatu bangsa diukur dengan seberapa besar angkat harapan
hidup masyarakatnya, angka harapan hidup sangat dipengaruhi kualitas
kesehatan yang dimiliki bangsa tersebut.
Pendidikan yang cenderung mengutamakan prestasi akademis semata tidak
akan memberikan hasil maksimal pada perkembangan suatu bangsa.
Selebihnya antara bidang akademis dan jasmani harus seimbang supaya
memberikan kontribusi yang maksimal bagi bangsa dan negara. Jika dunia
pendidikan masih mengabaikan akan pentingnya pendidikan jasmani tidak
menutup kemungkinan kader kader penerus bangsa akan menjadi generasi
yang sangat rapuh. Generasi unggul adalah generasi yang tahan uji dalam
menghadapi setiap problematika yang dihadapi, baik secara fisik dan mental.
Prestasi di sekolah juga dapat dipacu melalui prestasi dibidang jasmani.
Melalui kegiatan olah raga siswa dapat menyalurkan bakat dan emosinya
secara terarah. Dalam kegiatan ini siswa akan belajar bagaimana bekerjasama
pada sebuah tim, bagaimana harus memenangkan persaingan secara seportif,
bagaimana mengahargai sebuah kemenangan dan kegagalan. Guru dapat
membantu siswa menyalurkan minat dan bakatnya supaya mencapai suatu
prestasi tertentu. Dalam kegiatan olah raga semacam ini akan membantu proses
berpikir siswa secara aktif dan sehat jika dibandingkan dengan kegiatan yang
hanya diam dikelas mendengarkan materi.
Cabang olahraga sangat banyak jumlahnya namun salah satunya yang
paling populer di Indonesia adalah permainan badminton. Permainan ini
tidaklah asing bagi kalangan tua maupun muda di seluruh pelosok Indonesia.
Apalagi di daerah permainan ini tidak sekedar ajang olah raga prestasi namun
juga menjadi suatu hiburan yang bersifat murah meriah dan menyehatkan.
Maka tidak heran apabila olah raga ini sangat dicintai dan mendapat tempat
tersendiri di masyarakat.
Sejak pertama kali dilombakan di ajang Olimpiade 1992 di Bracelona
altlet atlet badminton Indonesia berhasil menyabet mendali emas di semua
nomor yang dilombakan. Hingga saat ini prestasi badminton atlet atlet
Indonesia masih yang terbaik meskipun atlet atlet berbakat dari negara lain
mulai bermunculan. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa ini memiliki potensi di
cabang olah raga ini. Akan sangat sayang sekali apabila prestasi yang telah

dicapai dengan susah payah ini tidak dipertahankan dan di kembangkan lebih
lanjut.
Berdasarkan uraian diatas, perlu sekali adanya kaderisasi dalam cabang
olahraga badminton melalui peningkatan minat siswa dalam olahraga
badminton supaya prestasi olahraga nasional dapat dipertahankan dan
ditingkatkan. Oleh sebab itu penulis ingin memilih judul penelitian, Upaya
Pengembangan Prestasi Olah raga Badminton Melalui Metode Teknik
Ketrampilan Pada Siswa.Tahun Pelajaran
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan suatu maslaah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar pendidikan jasmani bagi siswa
dengan diterapkannya metode teknik ketrampilan ?
2. Bagaimanakah pengaruh metode teknik ketrampilan terhadap motivasi
belajar pendidikan jasmani pada siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar pendidikan jasmani pada siswa
setelah diterapkan metode teknik ketrampilan
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar pendidikan jasmani berenang pada
siswa setelah diterapkan metode teknik ketrampilan
D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan
mata diklat Penjas.
2. Meningkatkan motivasi pada pelajar Penjas
3. Mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan mata diklat
Penjas.
E. Asumsi
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa :
1. Siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh dari awal sampai akhir
pelajaran.
2. Siswa menerima semua penjelasan yang disampaikan guru dengan baik
3. Dalam mengerjakan soal tes tanpa dipengaruhi orang lain

F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang
meliputi
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April semester ganjil tahun ajaran
.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan .

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sejarah Badminton
Badminton sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu di Asia.
Kemudian dikembangkan dan dipopulerkan di Inggris. Pertama kali ada di
Cina pada 5 abad sebelum masehi, dinamakan ti jian zi yang berarti memukul
kumparan. Di Yunani dan India juga mengenal permainan, waktu itu permainan
ini telah dimainkan menggunakan raket. Di eropa permainan ini mulai masuk
pada tahun 1600-an disebut shuttlecock atau jeu de volant.
Tentara inggris memperkenalkan permainan ini ke Inggris pada awal
abad 19.
Pada tahun 1873 bangsawan Inggris (Duke Of Beaufort)
memperkenalkan permainan
ini pada keluarga kerajaan yang ada di wilayahnya di sebuah gedung
yang
bernama Badminton, dan selanjutnya permainan ini dinamakan
badminton hingga
sekarang.
Di Indonesia badminton diperkenalkan oleh para kolonis Eropa ketika
menjajah
negeri ini. Ketika diperkenalkan permainan ini telah sangat populer di
eropa.
Pada tahun 1950an Indonesia mampu merajai kejuaraan badminton di
dunia.
Badminton menjadi olah raga resmi Olimpiade pada tahun 1992, dan
Indonesia
menjadi tim yang menjuarainya.
B. Prestasi Belajar Penjaskes
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik
menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil
pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian
kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana
keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi
belajar Penjaskes adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara

langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif


(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses
belajar mengajar Penjaskes.
C. Teknik Dasar Badminton / Bulutangkis
Untuk dapat bermain bulutangkis secara benar harus menguasai dasar
dasar bulu tangkis dengan baik. Teknik teknik dasar dalam bermain
bulutangkis antara lain, seorang pemain harus bisa memukul kok, baik dari atas
maupun dari bawah. Jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai adalah servis, lob,
dropshot, smes, netting, underhand, dan drive. Kesemua jenis pukulan tersebut
harus dilakukan dengan menggunakan grip dan footwork yang benar.
1. Pegangan Raket (Grip)
Bulutangkis dikenal sebagai olahraga yang banyak menggunakan
pergelangan tangan. Karena itu, benar tidaknya cara memegang raket akan
sangat menentukan kualitas pukulan seseorang.
Salah satu teknik dasar bulutangkis yang sangat penting dikuasai
secara benar oleh setiap calon pebulutangkis adalah pegangan raket.
Menguasai cara dan teknik pegangan raket yang betul, merupakan modal
penting untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik pula. Oleh karena
itu, apabila teknik pegangan raket salah dari sejak awal, sulit sekali
meningkatkan kualitas permainan. Pegangan raket yang benar adalah dasar
untuk mengembangkan dan meningkatkan semua jenis pukulan dalam
permainan bulutangkis.
Cara pegangan raket yang benar adalah raket harus dipegang
dengan menggunakan jari-jari tangan (ruas jari tangan) dengan luwes,
rileks, namun harus tetap bertenaga pada saat memukul kok. Hindari
memegang raket dengan cara menggunakan telapak tangan (seperti
memegang golok).
2. Footwork
Footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan pukulan
berkualitas, yaitu apabila dilakukan dalam posisi baik. Untuk bisa
memukul dengan posisi balk, seorang atlet harus memiliki kecepatan
gerak. Kecepatan gerak kaki tidak bisa dicapai kalau footwork-nya tidak
teratur.
3. Sikap dan Posisi Berdiri di Lapangan
Sikap dan posisi berdiri di lapangan harus sedemikian rupa,
sehingga dengan sikap yang baik dan sempurna itu, dapat secara cepat
bergerak ke segala penjuru lapangan permainan
4. Hitting Position
Posisi memukul bola atau kerap disebut preparation. Waktu sekian
detik yang ada pada masa persiapan ini juga dipakai untuk menentukan
pukulan apa yang akan dilakukan. Karena itu posisi persiapan ini sangat
penting dilakukan dengan balk dalam upaya menghasilkan pukulan
berkualitas.
5. Service (Service)

6.

7.

8.

9.

Dalam aturan permainan bulutangkis, servis merupakan modal


awal untuk bisa memenangkan pertandingan. Dengan kata lain, seorang
pemain tidak bisa mendapatkan angka apabila tidak bisa melakukan servis
dengan baik.
Namun, banyak pelatih, juga pemain tidak memberikan perhatian
khusus untuk melatih dan menguasai teknik dasar ini. Oleh karena itu,
sikap tersebut merupakan kekeliruan besar. Kita mengetahui bahwa
angka/poin dalam permainan bulutangkis tidak akan tercipta, apabila
pemain tidak mahir melakukan servis dengan benar.
Dalam permainan bulutangkis, ada tiga jenis servis, yaitu servis
pendek, servis tinggi, dan flick atau servis setengah tinggi. Namun,
biasanya servis digabungkan ke dalam jenis atau bentuk yaitu servis
forehand dan backhand. Masing-masing jenis ini bervariasi pelaksanaanya
sesuai dengan situasi permainan di lapangan.
Pengembalian Service
Teknik pengembalian servis, sangat penting dikuasai dengan benar
oleh setiap pemain bulutangkis. Arahkan kok ke daerah sisi kanan dan kiri
lapangan lawan atau ke sudut depan atau belakang lapangan lawan.
Prinsipnya, dengan penempatan kok yang tepat, lawan akan bergerak
untuk memukul kok itu, sehingga is terpaksa meninggalkan posisi
strategisnya di titik tengah lapangannya.
Underhand (Pukulan dari Bawah)
Jenis pukulan ini dominant digunakan dalam permainan
bulutangkis. Seperti halnya teknik dasar "pukulan dari atas kepala", untuk
menguasai teknik dasar ini, pertama-tama, harus trampil berlari sambil
melakukan langkah lebar, dengan kaki kanan berada di depan kaki kiri
untuk menjangkau jatuhnya kok.
Sikap menjangkau ini, hendaknya siku dalam keadaan bengkok
dan pertahankan sikap tubuh tetap tegak, sehingga lutut kanan dalam
keadaan tertekuk.
Pada saat memukul kok, gunakan tenaga kekuatan siku dan
pergelangan tangan, hingga gerakan lanjut dari pukulan ini berakhir di atas
bahu kiri. Perhatikan, agar telapak kaki kanan tetap kontak dengan lantai
sambil menjangkau kok. Jangan sampai gerak langkah terhambat karena
kaki kiri tertahan gerakannya.
Overhead Clear/Lob
Pusatkan perhatian lebih untuk menguasai pukulan overhead lob
ini, karena teknik pukulan lob ini banyak kesamaannya dengan teknik
smes dan dropshort. Pukulan overhead lob adalah bola yang dipukul dari
atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan dan diarahkan
keatas pada bagian belakang lapangan.
Round The Head Clear/Lob/Drop/Smash
Adalah bola overhead (di atas) yang dipukul di bagian belakang
kepala (samping telinga sebelah kih). Dibanding dengan overhead yang
biasa, pukulan di belakang kepala ini relatif lebih sulit. Karena untuk bisa
melakukan pukulan (teknik) ini diperlukan ekstra kekuatan kaki,
6

kelenturan, footwork yang balk, dan koordinasi. Biasanya pukulan ini


dilakukan secara terpaksa karena untuk melakukannya harus dengan
pukulan backhand.
10. Smash
Yaitu pukulan overhead (atas) yang diarahkan ke bawah dan
dilakukan dengan tenaga penuh. Pukulan ini identik sebagai pukulan
menyerang. Karena itu tujuan utamanya untuk mematikan lawan. Pukulan
smes adalah bentuk pukulan keras yang sering digunakan dalam
permainan bulutangkis. Karakteristik pukulan ini adalah; keras, laju
jalannya kok cepat menuju Iantai Iapangan, sehingga pukulan ini
membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan fleksibilitas
pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis.
11. Dropshot (Pukulan Potong)
Adalah pukulan yang dilakukan seperti smes. Perbedaannya pada
posisi raket saat perkenaan dengan kok. Bola dipukul dengan dorongan
dan sentuhan yang halus. Dropshot (pukulan potong) yang balk adalah
apabila jatuhnya bola dekat dengan net dan tidak melewati garis ganda.
Karakteristik pukulan potong ini adalah, kok sentiasa jatuh dekat
jaring di daerah lapangan lawan. Oleh karena itu harus mampu melakukan
pukulan yang sempurna dengan berbagai sikap dan posisi badan dari
sudut-sudut lapangan permainan. Faktor pegangan raket, gerak kaki yang
cepat, posisi badan dan proses perpindahan berat badan yang harmonis
pada saat memukul merupakan faktor penentu keberhasilan pukulan ini.
Sikap persiapan awal dan gerak memukul tidak berbeda dengan
pukulan smes. Dalam pelaksanaan pukulan potong ini, adalah
menempatkan kok pada sudut-sudut lapangan lawan sedekat mungkin
jaring/net, dengan variasi gerak tipu badan dan raket sebelum perkenaan
raket dan kok, yang menyebabkan lawan terlambat mengatisipasi dan
bereaksi atas datangnya kok secara mendadak.
12. Netting
Adalah pukulan yang dilakukan dekat net, diarahkan sedekat
mungkin ke net, dipukul dengan sentuhan tenaga halus sekali. Pukulan
netting yang baik yaitu apabila bolanya dipukul halus dan melintir tipis
dekat sekali dengan net.
Karakteristik teknik dasar ini adalah kok senantiasa jatuh bergulir
sedekat mungkin dengan jaring/net di daerah lapangan lawan. Koordinasi
gerak kaki, lengan, keseimbangan tubuh, posisi raket dan kok saat
perkenaan, serta daya konsentrasi adalah faktor-faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan pukulan ini.
Pegang raket dengan jari-jari tangan (ruas jari tangan), pergelangan
tangan tetap rileks, posisi kepala (daun) raket sejajar dengan Iantai pada
saat perkenaan raket dan kok yang harus diperhatikan selama proses
pukulan jaring berlangsung. Di samping itu sikap dan posisi kaki tumpu
harus tetap kokoh menapak di Iantai, dengan lutut kanan dibengkokkan,
sehingga tidak terjadi gerakan tambahan yang dapat mempengaruhi
keseimbangan tubuh.

13. Return Smash


Adalah pukulan yang lebih identik dengan pola pertahanan. Namun
demikian pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik.
14. Backhand Overhead
Pukulan ini bisa dlkategorikan paling sulit, terutama bagi pemain
pemula. Karena secara biomekanik teknik pukulan ini selain menuntut
koordinasi anggota badan yang sempurna, juga penguasaan grip dan
timing yang tepat.
15. Drive
Adalah pukulan cepat dan mendatar banyak digunakan dalam
permaianan ganda. Tujuannya untuk menghindari lawan menyerang atau
sebaliknya memaksa lawan mengangkat bola dan berada pada posisi
bertahan. Pukulan ini menuntut ketrampilan grip, reflek yang sepat dan
kekuatan pergelangan tangan. Pukulan ini akan diajarkan lebih jauh pada
tahap selanjutnya.
16. Variasi Stroke/Taktik Permainan
Setelah seorang atlit berhasil menguasai cara memegang raket,
menguasai footwork, dan seluruh tekni dasar (basic stroke) dengan baik,
maka selanjutnya dapat membuat variasi pukulan. Dengan kata lain, pada
satu jenis posisi yang baik dapat melakukan beberapa pilihan pukulan.
Misalnya pukulan overhead, selain lob dengan sedikit mengubah grip dan
arah raket/putaran raket, bisa melakukan pada posisi underhand yang baik,
selain melalukan netting bisa juga melakukan flick.
Penguasaan pukulan dasar dan variasi akan terasa sekali
manfaatnya pada saat mulai bermain dalam game (hitungan). Berpikirlah
menggunakan taktik apa agar bisa mematikan lawan dan memenangkan
pertandingan. Berikit adalah beberapa tips dan taktik permainan.
D. Metode Latihan Ketrampilan (Drill Method)
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa
diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat
sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya
dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernikpernik.
Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan
huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian,
penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan
sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan
pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak
dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang


merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) Karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Penelitian ini juga termasuk penelitian dskriptif, sebab menggambarkan
bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang
diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam titik sugiarti, 1997:8) ada 4 macam
bentuk penelitian tindakan, yaitu (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2)
penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simulatif terinteratif dan
(4) penelitian tindakana social eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk penelitian kolaboratif
dengan guru mata diklat dan di dalam proses belajar mengajar dikelas yang
bertinak sebagai pengajar adalah guru mata diklat sedangkan peneiti bertindak
sebagai pengamat, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah
pengamat (peneliti). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah
meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana peneliti secara penuh terlibat
dala penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan guru mata diklat,
kehadiran peneliti sebagai guru di tengah-tengah proses belajar mengajar sebagai
pengamat diberitahukan kepada siswa. Dengan cara ini diharapkan adanya kerja
sama dari seluruh siswa dan bisa mendapatkan data yang seobjektif mungkin
demi kevalidan data yang diperlukan.
A. Tempat, waktu dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat
di
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September semester genap.
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswa .tahun
pelajaran
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
tim Pelatih Proyek PGSM, PK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan


rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki
kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,
2003:3)
Sedangkan menurut Mukhlis (2003:5) PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki
kondisi pembelajaran yan dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah u8ntuk memperbaiki/
meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan
tujuan penyertaannnya adalah menumbuhkan budaya meneliti dikalangan gurj
(Mukhlis, 2003:5).
PTK terdiri atas empat tahap, yaitu planning (Rencana), action
(tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Siklus spiral dari
tahap-tahap PTK dapat dilihat pada gambar berikut:
1. Rangangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan maslaah, tujuan dan membuat rencana tindkan,
termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran
2. Kegiatan dan pengamatan, melipouti tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil
atau dampak dari ditetapkannya metode demonstrasai.
3. Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat
4. Rancangan/rencana yagn direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rangangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus
berikutnya
Observasi terbagi dalam dua putaran, dimana pada masing-masing
putaran dikenal perilaku yang sama ( alur kegiatan yang sama0 dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diahiri dengan tes praktek di akhir
masing-masing putaran. Dibuat dalam dua putaran dimaksudkan untuk
memperbaiki system pengajaran yang dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat
rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pembelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masingmasig RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajran khusus dan kegiatanb belajar mengajar.
3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengelolahan metode teknik ketrampilan, untuk
mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

10

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru untuk mengamati aktivitas


siswa dan guru selama proses pembelajaran.

11

4. Tes praktek
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman materi yang diajarkan.
Tes praktek ini diberika setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan
adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal
yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes
yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini
digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan
untuk mengambil data.
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan metode teknik ketrampilan , observasi aktivitas siswa
dan guru angket motivasi siswa dan tes praktek.
E. Teknik Analisa Data
Untuk mengetahui efektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakananalisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai sisw juga untuk
memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa
selama proses pembelajran
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa tes praktek pada setiap akhir putaran,
Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
1. Untuk menilai tes praktek
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperlukan rata-rata tes praktek dapat dirumuskan
X

X
N

Dengan

= Nilai rata-rata
X = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994) yaitu siswa telah tuntas belajar bila
telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila
di kelas 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan
rumus sebagai berikut:
P

Siswayangtuntasbelajar x100%
siswa
12

3. Untuk lembar observasi


a. Lembar observasi pengolahan metode teknik ketrampilan dan
eksperimen
untuk menghitung lembar observasi pengolahan metode teknik
ketrampilan dan eksperimen digunakan rumus sebagai berikut:

P1 _ P2
2

Dimana : P1 = pengamatan 1 dan P2 = pengamat 2


b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa
digunakan rumus sebagai berikut:
%=
X

X
x100% dengan
X

jumlahhasilpengama tan P1 P2

jumlahpengamat
2

Dimana:

= persentase angket
=
Rata-rata
X
X
=
Jumlah
Rata-rata

P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2

13

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis data Penelitian Persklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan
pembelajaran metode teknik ketrampilan dan lembar observasi aktivitas
siswa.
b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 5 April 2005 di kelas .dengan jumlah siswa
39 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah peneliti dibantu
oleh seorang guru.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran pada siklus I
No

Aspek yang diamati


Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

II
III

B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama
siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing
siswa
merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
Pengelolaan Waktu
Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
Jumlah

Keterangan : Nilai

: Kriteria

14

Penilaian
P1
P2

Ratarata

2
2

2
3

2
2,5

3
3

3
3

3
3

3
3
2

3
3
2

3
3
2

3
3
33

2
3
33

2,5
3
33

a
b
c
d

: Tidak Baik
: Kurang Baik
: Cukup Baik
: Baik

Berdasarkan tabel diatas aspek-aspek yang mendapatkan criteria


kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan
pembelajaran, pengelolaan waktu dan siswa antusias. Keempat aspek
yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu
kelemahan yang terjadi pada siklus I. dan akan dijadikan bahan kajian
untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti
pada tabel berikut
Tabel 4.2

Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I

No
No

Aktivitas guru yang diamati

Persentase

Menyampaikan tujuan

5,0

Memotivasi siswa/merumuskan masalah

8,3

Mengkaitkan dengna pelajaran berikutnya

8,3

Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi

6,7

Menjelaskan materi yang sulit

13,3

Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan


konsep

21,7

Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil


kegiatan

10,0

Memberikan umpan balik

18,.3

Membimbing siswa merangkum pelajaran

8,3

No

Aktivitas siswa yang diamati

Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

22,5

Membaca buku siswa

11,5

Bekerja dengan sesame anggota kelompok

18,8

Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru

14,4

Menyajikan hasil pembelajaran

2,9

Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide

5,2

Menulis yang relevan dengan KBM

8,9

Merangkum pembelajaran

6,9

Mengerjakan tes evaluasi

8,9

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling


dominan pada siklus I adalah menjelaskan materi yang sulit,
membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu
21,7 %. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi
umpan balik/evaluasi/Tanya jawab, menjelaskan materi yang sulit dan

15

membimbing siswa merangkum pelajaran yitu


masing-masing
sebesar18,3 % dan13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling
dominant adalah mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu
22,5 %. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bekerja
dengan sesama anggota kelompok, diskusi antar siswa dengan guru, dan
membaca bukup yaitu masing-masing 18,8 % dan 11,5 %
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan
metode teknik ketrampilan sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun
peran guru masih cukup dominant untuk memberikan penjelasan dan
arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
Hasil berikutnya adalah tes praktik siswa seperti terlihat pada tabel
berikut
Tabel 4.3 Hasil Tes Praktik Siswa Pada Siklus I
No

Uraian

Hasil Siklus I

1
Nilai rata-rata tes formatif
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
3 Per sentase ketuntasan belajar

72,31
19
48,725

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan


metode Demonstasi diperoleh nilai rata-rata presentasi belajar siswa
adalah 72,31 dan ketuntasan belajar mencapai 48,72 % atau ada 19 siswa
dari 39 siswa sudah tuntas belajar. Hasl tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena
siswa yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar 48,72 % lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa
yang dimaksud dan digunakan guru dengan menerapkan model
pembelajaran metode teknik ketrampilan
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi
dari hasil pengamatan sebagai berikt
1. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran.
2. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3. Siswa kurang bisa antusias selama pembelajaran berlangsung
d. Revisi
d. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya.
1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa an lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak
untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

16

2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan


informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa
sehingga siswa bias lebih antusias.

17

2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap in peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengelolaan pembelajaran metode teknik ketrampilan dan
lembar observasi siswa.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus
II
dilaksanakan pada tanggal 19 April 2005 di kelas . dengan
jumlah siswa 39 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah peneliti dibantu
oleh seorang guru .
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes
praktek II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No

II
III

Aspek yang diamati


Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama
siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing
siswa
merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
Pengelolaan Waktu
Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
Jumlah

Keterangan : Nilai
a

: Kriteria
: Tidak Baik

18

Penilaian
P1
P2

Ratarata

3
3

3
4

3
3,5

3,5

4
4

4
4

4
4

3
4
3

4
4
3

3,5
4
2

4
4
41

3
4
43

3,5
4
42

b
c
d

: Kurang Baik
: Cukup Baik
: Baik

Dari tabel diatas tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan


belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan metode pembelajaran metode teknik ketrampilan
mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari
seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian
tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa
aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan
penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah
memotivasi
siswa,
membimbing
siswa
merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas daam penerapan
metode teknik ketrampilan diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa
yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga
mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa
Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No
No

Aktivitas guru yang diamati

Persentase

Menyampaikan tujuan

6,7

Memotivasi siswa/merumuskan masalah

6,7

Mengkaitkan dengna pelajaran berikutnya

6,7

Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi

10,7

Menjelaskan materi yang sulit

11,7

Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan


konsep

25,0

Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil


kegiatan

8,2

Memberikan umpan balik

16,6

Membimbing siswa merangkum pelajaran

6,7

No

Aktivitas siswa yang diamati

Persentase

Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

17,9

Membaca buku siswa

12,1

Bekerja dengan sesame anggota kelompok

21,8

Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru

13,8

Menyajikan hasil pembelajaran

4,6

Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide

5,4

Menulis yang relevan dengan KBM

7,7

Merangkum pembelajaran

6,7

Mengerjakan tes evaluasi

10,8

19

Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa aktivitas guru yuang paling


dominant pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa
melakukan latihan yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I aktivitas
ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan
adalah memberi umpan balik (16,6%), menjelaskan/melatih
menggunakan alat (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan
hasil kegiatan (8,2%) dan membimbing siswa memperbaiki kesalahan
(6,7%)
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling diminan pada siklus
II adalah praktik menggunakan alat yaitu (21%). Jika dibandingkan
dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan . aktivitas siswa
yang
mengalami penurunan adalah mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa / antara siswa dengan guru
(13,8%), mempraktekkan yang relavan dengan KBM (7,7%) dan
merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas siswa yang
mengalami peningkatan aalah memperhatikan peragaan (12,1%)
menyajikan
hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan
pertanyaan/ide (5,4%) dan berlatih bersama siswa lain (10,8%)
Hasil tes praktik siswa terlihat pada tabel berikut
Tabel 4.3 Hasil Tes Praktik Siswa Pada Siklus II
No

Uraian

Hasil Siklus I

1
Nilai rata-rata tes formatif
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
3 Per sentase ketuntasan belajar

79,48
34
87,18

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes praktek


sebesar 79m48 dan dari 39 siswa yang telah tuntas sebanyak 34 siswa
an 5 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar87,18 % (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih
baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini
dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam
menerapkan pembelajaran metode teknik ketrampilan sehingga siswa
menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga
siswa lebih mudah dala memahami materi yang telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dngan
penerapan pembelajaran metode teknik ketrampilan . Dari data-data
yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentasae pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.

20

2. Berdasarkan data hasiul pengamatan diketahui bahwa siswa aktif


selama proses belajar berlangsung
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik
4. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.
d. Refisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran metode teknik
ketrampilan dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil
belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan
baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yuang perlu
diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran
metode teknik ketrampilan dapat meningkatkan proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
pertemuan terbimbing memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan
belajar meningkat dari siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu
48,72 %,87,18 % sedangkan untuk ranah afektif yaitu 69,23% dan 94,87%.
Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar dengan menerapkan metode teknik ketrampilan dalam
setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
ratarata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

21

3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran


Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan model pembelajaran metode teknik ketrampilan
paling dominan adalah belajar dengan sesama anggota kelompok,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antara
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah metode teknik ketrampilan dengan baik.
Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mempraktikkan hasil
pembelajaran , menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan
balik dalam prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
4. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran metode teknik ketrampilan
Berdasarkan analisis angket siswa dapat diketahui bahwa tanggapan
siswa termasuk positif. Ini ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang
menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model pembelajaran
metode teknik ketrampilan . Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan
respopn positif terhadap model pembelajaran metode teknik ketrampilan,
sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa
dengan diterapkannya metode teknik ketrampilan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

22

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus
dan berdasarkan seluruh pembahaan serta analisis yang telah dilakukan dapa
disimpulkan sebagai berikut
1. Pembelajaran dengan metode pembelajaran metode teknik ketrampilan
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus,
yaitu siklus I (48,72%), siklus II (87,18%), sedangkan untuk ranah afektif
yaitu siklus I (69,23%), siklus II (94,87%)
2. Penerapan metode pembelajaran metode teknik ketrampilan mempunyai
pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang
ditunjukkan dengna rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa
tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran metode teknik
ketrampilan sehingga mereka menjati termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan metode teknik ketrampilan memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih
topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode teknik ketrampilan
dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf
yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan
baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3 Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di ...tahun pelajaran..
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan
agar diperoleh hasil yang lebih baik.

23

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi , 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta PT. Rineksa Cipta
Engkos S.R. 1994. Penjaskes. Jakarta; Erlangga
Husni, Agusta, dkk. 1987. Buku pintar Olahraga . Jakarta; CV Mawar Gempita
Muhajir, 1998, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Untuk SMU Kelas 2, Jakarta;
Erlangga
Slamet, S.R. 1994.Penjaskes 3. Jakarta; Tiga Serangkai
Suharno. 1986, Ilmu Kepelatihan Olah Raga Yogyakarta; IKIP Yogyakarta.
Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes 1,2,3, Jakarta; PT. Gramedia Widiasmara
Indonesia

24

UPAYA PENGEMBANGAN PRESTASI OLAH RAGA


BADMINTON MELALUI METODE TEKNIK
KETRAMPILAN PADA SISWA.
TAHUN PELAJARAN

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

.
NIP..

DINAS PENDIDIKAN KOTA

25

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian ini telah disetujui dan disyahkan untuk melengkapi
perpustakaan sekolah dan dapat diajukan sebagai salah satu Karya
Ilmiah untuk Penetapan Angka Kredit Jabatas Guru pada Golongan ...

Kepala Sekolah

Penulis

NIP: ..

.
NIP: ..

Mengetahui

Mengetahui

Pustakawan .
Pendidikan

Kepala Cab. Din.

Kecamatan

Kecamatan

..
NIP: .

Mengetahui

Mengetahui

Kepala Dinas Pendidikan

Ketua PD II PGRI

Kota .

Kota

Pembina Utama Muda


..

NPA:

NIP: ..

26

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Ahlahmudlillah kehadiran Allah SWT hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian
karya ilmiah dengan judul Upaya Pengembangan Prestasi Olah raga Badminton
Melalui Metode Teknik Ketrampilan Pada Siswa.Tahun Pelajaran
Penulisan karya ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di
perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan
karya ilmiah bagi teman sejawat juga bagi anak didik pada latihan diskusi ilmiah
dalam rangka pembinaan karya ilmiah.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak . Untuk itu terima kasih kami ucapkan dengan tulus dan sedalam
dalamnya kepada :
1. Yth Kepala Dinas Pendidikan Kota .
2. Yth Ketua PGRI Kota
3. Yth Rekan-rekan Guru
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat mambangun dari semua pihak
selalu penulis harapkan.
Penulis

27

ABSTRAKSI
.200X. Upaya Pengembangan Prestasi Olah raga Badminton Melalui
Metode Teknik Ketrampilan Pada Siswa.Tahun Pelajaran
Kata kunci: pendidikan jasmani, badminton, metode teknik ketrampilan
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan
dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif,
dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
Permasalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah (a) Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar pendidikan jasmani bagi siswa dengan diterapkannya
metode teknik ketrampilan? (b) bagaimanakah pengaruh metode teknik
ketrampilan terhadap motivasi belajar siswa?
Tujuan dari penelitian ini adalah (a) bagaimanakah peningkatan prestasi
belajar pendidikan jasmani pada siswa setelah diterapkannya metode teknik
ketrampilan, (b) Mengetahui motivasi belajar pendidikan jasmani setelah
diterapkannya metode teknik ketrampilan.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak
dua putaran. Setiap putaran terdiri dari dua tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan
pengamatan. Refleksi dan refisi Sasaran penelitian ini adalah Siswa Kelas
..dari data diperoleh berupa hasil tes
praktik , lembar
observasi.
Dari hasil analisa didapat bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatakan dari siklus I sampai II yaitu, siklus I (48,72%), siklus II (87,18%)
untuk ranah psikomotro, siklus I (69,23%). Siklus II (94,87%) untuk ranah afktif
Simpulan dari penelitian ini adalah metode teknik ketrampilan dapat
berpengaruh
positif
terhadap
motivasi
belajar
siswa.. serta model pembejalaran dapat
digunakan sebagai salah satu alternative penjas

28

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman pengesahan
Kata Pengantar
Abstraksi
Daftar Isi

......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
D. Manfaat penelitian ......................................................................
F. Asumsi
......................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Sejarah Badminton ......................................................................
B Prestasi Belajar Penjaskes..............................................................
C. Teknik Dasar Badminton / Bulutangkis.........................................
D. Metode Latihan Ketrampilan (Drill Method)................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, waktu dan subjek penelitian.............................................
B. Rancangan Penelitian.....................................................................
C. Instrumen Penelitian......................................................................
D. Metode Pengumpulan Data ..........................................................
E. Teknik Analisis Data......................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Penelitian Persiklus.................................................
B. Pembahasan
......................................................................
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
......................................................................
B. Saran
......................................................................
DAFTAR PUSTAKA

......................................................................

29

Anda mungkin juga menyukai