Anda di halaman 1dari 77

BAB III

SIFAT FISIK MINERAL


Sifat fisik suatu mineral erat hubungannya dengan
struktur kristal dan komposisi kimianya, sehingga
dengan mempelajari sifat fisiknya, dapat dibuat
beberapa deduksi tentang struktur kristal dan
komposisi kimianya.
Sifat fisik suatu mineral berguna dalam segi
keteknikan. Misalnya : intan dipakai sebagai
pengasah karena kekerasannya yang luar biasa, dll.

Sifat fisik suatu mineral meliputi 8 aspek, yaitu :


1. Sifat optik (optical properties),
2. Kekerasan (hardness),
3. Belahan dan pecahan (cleavage and fracture),
4. Berat Jenis (BJ ; density),
5. Sifat magnet (magnetic properties),
6. Sifat listrik (electrical properties),
7. Sifat permukaan (surface properties), dan
8. Radioaktivitas (radioactivity).

3.1 Sifat Optik


Mineral mempunyai 4 macam sifat optik, yaitu :
1. Pemantulan dan pembiasan (reflection and
refraction),
2. Kilap (luster),
3. Warna dan goresan (color and streak), dan
4. Luminesensi (luminescence).

3.1.1 Pemantulan dan Pembiasan


Jika seberkas sinar diarahkan miring ke atas
permukaan sebuah benda padat non-opak, maka sebagian sinar akan dipantulkan kembali ke udara, dan
sebagian lagi dibiaskan sebagai sinar bias.
Arah sinar pantul mengikuti Hukum Pemantulan, yang menyatakan sudut pantul r sama dengan sudut datang i, serta sinar pantul dan sinar datang terletak pada satu bidang.

Gambar 3.1 Pemantulan


dan pembiasan

Untuk sinar bias,


maka hubungan antara
sinar datang i dan sinar
bias r, berlaku Hukum
Snellius. Hukum ini
menyatakan :
sin i/sin r = n ;
konstanta n disebut indeks bias.

Untuk meneliti mineral yang tembus cahaya,


digunakan sinar bias. Misalnya untuk mempelajari
Mineral Optik, atau Petrografi. Mikroskop yang
dipakai adalah Mikroskop Polarisasi.
Jika yang diteliti mineral opak (tidak tembus
cahaya), maka sinar yang digunakan adalah sinar
pantul. Cara ini dipakai dalam meneliti mineralmineral bijih.

Sifat optik berhubungan erat dengan struktur


kristal mineral. Pada mineral-mineral isometrik dan
non-kristal, kecepatan sinar pada semua arah akan
sama, dengan demikian indeks bias pada semua arah
tsb, akan sama pula. Mineral yang seperti ini disebut
mineral isotrop. Jika sebaliknya, maka disebut
mineral anisotrop (lihat Gambar 3.2 dan 3.3).

Gambar 3.2
Gambaran sifat optik isotrop
pada kristal isometrik dan
anisotropik pada kristal ortorombik

Sifat optik anisotrop pada


kristal ortorombik

Gambar 3.3
Bidang (001) yang isotrop dan (010) yang anisotrop pada kristal
tetragonal

Hubungan antara indeks bias dan kristalografi,


dapat digambarkan melalui sumbu-sumbu kristal dengan perbandingan panjang sumbu adalah indeks
biasnya. Gambaran yang dihasilkan disebut indikatriks, yaitu gambaran 3 dimensi yang dipakai untuk
menjelaskan arah getaran sinar yang berbeda dalam
suatu mineral.

Indikatriks mineral-mineral nonkristal dan iso-metrik, berbentuk


sebuah bola karena indeks bias ke
semua arah sama (Gambar 3.4 a).

Untuk mineral-mineral yang


berkristal tetragonal dan heksagonal,
indikatriksnya berbentuk elipsoida
putar, dengan setiap sayatan yang
tegak lurus sumbu c akan berbentuk
lingkaran. Sumbu putar berimpit
dengan sumbu c kristalografi
(Gambar 3.4 b).

Bentuk ini adalah hasil perambatan cahaya pada arah tegak


lurus sumbu c yang mempunyai kecepatan yang sama,
dengan getarannya terletak pada bidang sumbu horisontal.
Karena mempunyai satu sumbu optik yang sejajar dengan
sumbu c kristalografi, maka mineral-mineral yang
bersistem kristal tetragonal dan heksa-gonal disebut
uniaksial.

Bagi mineral-mineral yang bersistem


kristal or-torombik, monoklin, dan
triklin, indikatriksnya mem-punyai
simetri yang rendah, sesuai dengan
simetri kristalografinya yang
memang rendah. Indikatriksnya
berbentuk elipsoida triaksial, dengan
2 sumbu optik (Gambar 3.4 c).
Karenanya, mineral-mineral yang
bersistem kristal ortorombik,
monoklin, dan triklin disebut mineral
bersifat optik biaksial.

Gambar 3.4

Indikatriks optik untuk mineral (a)


isotropik, (b) uniaksial, (c) biaksial.
Pada (a) indikatriks berbentuk bola,
yang radiusnya sebanding dengan
n, yaitu indeks bias mineral. Untuk
(b) indikatriksnya berbentuk elipsoida putar, yang sayatan equatorialnya berbentuk lingkaran dengan
radius sebanding terhadap , salah
satu indeks bias utama ; dan sumbu
vertikal yang sebanding dengan ,
indeks bias lainnya ; dapat >
atau < . Pada (c) indikatriksnya
berbentuk elipsoida triaksial, dengan indeks bias terkecil pada
sumbu , indeks bias menengah
pada sumbu dan indeks bias terbesar pada sumbu . (d) adalah
penampang elipsoida pada bidang
; AA dan BB adalah sumbu optik
yang tegak lurus pada 2 penampang lingkaran yang berjari-jari .

3.1.2 Kilap
Kilap adalah sifat optik yang erat hubungannya
dengan pemantulan dan pembiasan. Dikenal 2 kelas
kilap utama, yaitu :
1. Kilap metal atau logam, dan
2. Kilap non-metal atau non-logam.
Batas yang nyata antara kedua kelas kilap, sukar untuk ditentukan ; dan mineral-mineral yang kilapnya terletak di antara kedua kelas kilap itu dikatagorikan berkilap sub-metal.

3.1.2.1 Kilap Metal/logam


* Terdapat pada mineral opak, atau hampir opak.
* Biasanya agak gelap, atau hampir gelap.
* Indeks biasnya 3.
* Terdapat pada kebanyakan mineral-mineral logam
nativ dan sulfida.

Pyrite (FeS)

Chalcopyrite (CuFeS) and Galena (PbS)

Gold
All Images from
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

3.1.2.2 Kilap Sub-metal/sub-logam


* Terdapat pada mineral yang semi opak sampai
opak.
* Indeks bias berkisar antara 2,6 3.
* Contoh : kuprit (n = 2,85) ; sinabar (n = 2,91) ;
hematit (n = 3,0).

Hematite
http://www.irocks.com/render.html?species=Hematite&page=25

Cuprite
http://www.crystalsrocksandgems.com/Healing_Crystals/Cuprite.html

Cinnabar
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Cinnabar_on_Dolomite.jpg

3.1.2.3 Kilap Non-metal/non-logam


Dapat dibagi menjadi beberapa jenis.
1. Kilap kaca (vitreous)
# Kilap gelas, yang karakteristik pada mineral berindeks bias di antara 1,3 1,9.
# Terdapat pada hampir semua mineral silikat, sebagian besar oxysalt (karbonat, fosfat, sulfat, dll),
halida, oksida dan hidroksida elemen-elemen
ringan, seperti Al dan Mg.

Aragonite

Barite

Quartz

Calcite
All Images from
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

2. Kilap adamantin
# Kilap yang sangat terang, khas pada intan.
# Ada pada mineral yang berindeks bias terletak di
antara 1,9 2,6, seperti pada zirkon (n = 1,92
1,96) ; kasiterit (n = 1,99 2,09) ; belerang (n = 2,4).
# Bila berkombinasi dengan kuning, atau coklat,
terbentuklah kilap damar atau resin.

Diamond
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

Zirkon
http://www.smartminerals.com/norvegia/Norway_Mineralogicaltrip.htm

3. Kilap lemak (greasy), lilin (waxy), sutera (silky), dan


mutiara (pearly) adalah variasi lain dari kilap nonmetal, yang semuanya disebabkan oleh karakter
permukaan pantul.
Di samping warna dan sifat tembus cahaya, kilap mineral kadang-kadang mempunyai nilai ekonomi, seperti yang diperlihatkan oleh batupermata.

Kilap dan indeks bias sangat menentukan apakah batupermata berkilau atau tidak. Makin tinggi
indeks bias, makin berkilau dan indah batupermata
itu. Misalnya ametis atau kecubung kasian, meskipun
bersifat transparan dan berwarna baik, ternyata masih kurang berkilau daripada intan, atau zirkon. Hal
ini disebabkan kuarsa mempunyai indeks bias <<
daripada indeks bias intan, atau zirkon.

3.1.3 Warna dan Goresan


Warna yang tampak pada mineral dihasilkan
akibat terserapnya beberapa jenis panjang gelombang
dari gelombang cahaya putih.
Mineral yang berwarna gelap ialah mineral
yang secara merata dapat menyerap seluruh panjang
gelombang pembentuk cahaya putih.

Warna mineral bergantung pada :


1. Komposisi kimia. Contoh : warna biru dan hijau
pada mineral tembaga sekunder (mineral azurit
dan malakhit).

Azurite (green) & Malachite (blue)


https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

2. Struktur kristal dan ikatan atom. Contoh : polimorf


dari karbon, yaitu intan (isometrik ; C), tidak berwarna dan transparan ; sedangkan grafit (heksagonal ; C) berwarna hitam dan opak.

http://nextbigfuture.com/2012/06/theoretical-m-carbonmatched-to.html

3. Pengotoran pada mineral.


Contoh : kalsedon yang berwarna.

http://www.bernardine.com/gemstones/chalcedony.htm

Berdasarkan warna, mineral-mineral dapat dibagi menjadi 2 golongan :


1. Mineral-mineral idiokhromatik :
Mineral yang memperlihatkan warna yang tetap
dan karakteristik.

2. Mineral-mineral alokhromatik :
Mineral yang memperlihatkan warna yang dapat
berubah-ubah.
Warna mineral yang berhubungan langsung
dengan komposisi, dikarakteristik oleh unsur-unsur
Ti, V, Cr, Mn, Fe, Ni, Co, dan Cu.

Ion-ion atau kelompok ion yang dapat menimbulkan warna khas pada mineral disebut khromofor.
Contoh : ion-ion Cu2 yang terhidrasi, adalah khromofor dalam mineral tembaga sekunder yang berwarna hijau (malakhit) dan biru (azurit) ; ion-ion Cr3
adalah khromofor dalam garnet hijau uvarovit, muskovit hijau, dan zamrud.

Banyak mineral-mineral tak-berwarna memperlihatkan warna yang kuat karena adanya pengotoran,
baik oleh ion-ion asing, atau butiran mineral halus.
Contoh : warna pada ametis atau kecubung kasian,
dan kuarsa ros, disebabkan oleh sedikit Ti, atau Mn ;
warna merah pada feldspar karena adanya hematit
yang sangat halus di dalamnya.

Amethyst
All Images from
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

Rose Quartz

Ada juga warna mineral yang bersifat pseudokhromatik, yaitu warna yang bukan warna sebenarnya (warna palsu). Warna yang timbul karena efek
fisik saja. Contoh : warna cemerlang pada opal, ternyata dihasilkan oleh pemantulan dan pembiasan
cahaya dari lapisan-lapisan yang terdapat di dalam
mineral, yang indeks biasnya berbeda. Selain itu
dapat juga karena pemantulan dari inklusi halus
suatu mineral lain (biasanya ilmenit).

Opal
Images from
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

Efek fisik lain adalah berubahnya permukaan mineral


karena oksidasi. Semula permukaannya halus, kemudian
berubah menjadi kasar. Contoh : bornit (Cu5FeS4) yang baru
dipecahkan akan berwarna bronz atau perunggu, tetapi
kemudian berubah menjadi violet-ungu karena oksidasi.

Bornite
http://www.sandiespsychicstones.com/store_stonespage04.html

Goresan (streak) adalah warna yang muncul


pada saat mineral berupa bubuk halus. Warna ini
diperoleh jika mineral digoreskan pada suatu keping
gores porselin (streak plate) berwarna putih yang permukaannya kasar. Warna hanya diperoleh jika kekerasan mineral lebih rendah daripada kekerasan keping gores.

Goresan mineral-mineral transparan dan translusen, berwarna putih ; goresan mineral-mineral


yang berkilap non-metal dan berwarna gelap, pada
umumnya lebih terang daripada warnanya ; dan
goresan mineral-mineral yang berkilap metal, sering
lebih gelap daripada warna mineralnya.

3.1.4 Luminesensi
Luminesensi ialah gejala emisi cahaya yang
dihasilkan oleh semua proses, kecuali pemijaran.
Peristiwa ini umumnya karena penyinaran, biasanya
oleh sinar ultraviolet.
Fluoresensi adalah emisi cahaya pada saat yang
bersamaan dengan penyinaran. Gejala ini diperlihatkan oleh fluorit (CaF2).

Fluorit (CaF2).
All Images from
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

Fosforesensi ialah emisi cahaya yang kontinyu


(terus-menerus), walaupun penyinaran telah dihentikan. Diperlihatkan oleh unsur P.
Sifat luminesensi berguna dalam prospeksi mineral dan mineral dressing, yaitu untuk mengenal mineral bijih berharga yang bersifat fluoresensi, seperti
wilemit (Zn2SiO4), skhelit (CaWO4), dan beberapa
mineral uranium.

Sifat luminesensi dipakai pula dalam teknik


penerangan moderen, yaitu dengan memakai senyawa anorganik yang bersifat fluoresensi, seperti
CaWO4, CaCO3, dan ZnSiO4.
Luminesensi

yang

disebabkan

peremukan,

penggoresan/pencakaran, atau penggosokan disebut


triboluminesensi.

Gejala

ini

diperlihatkan

oleh

beberapa varitas sfalerit [(Zn,Fe)S], fluorit dan


lepidolit [KLi2Al(Si4O10)(OH)2].

Fosforesensi

All images & watches are private collection

2.2 Kekerasan (hardness)


Kekerasan mineral adalah daya tahannya terhadap
goresan.
Untuk menentukan kekerasan digunakan skala
kekerasan relatif yang dibuat oleh Mohs pada tahun
1822. Skala ini kemudian dikenal sebagai Skala Mohs
(Tabel 3.1).
Kekerasan mineral dapat diukur dengan alat-alat
sederhana, seperti : kuku (H = 2,5), pisau lipat (H = 5,5),
kaca jendela (H = 5,0 5,5), dan jarum baja (H = 6,5).

Tabel 3.1 Skala Mohs


----------------------------------------------------------------------------------Skala Kekerasan (H)
Mineral
----------------------------------------------------------------------------------1
Talk
2
Gipsum
3
Kalsit
4
Fluorit
5
Apatit
6
Ortoklas
7
Kuarsa
8
Topas
9
Korundum
10
Intan
-----------------------------------------------------------------------------------

Jika ditinjau hubungannya dengan struktur


kristal, maka kekerasan adalah daya tahan struktur
kristal terhadap deformasi mekanik. Hubungan tsb
dinyatakan sbb, yaitu kekerasan akan bertambah
besar bila :
1. Atom-atom atau ion-ion semakin kecil.
2. Valensi atau muatan makin besar, dan
3. Densitas paking (packing density) makin besar.
Contoh hubungan ini dapat dilihat dalam diktat
pada h. 17.

2.3 Belahan dan pecahan (cleavage and fracture)


Jika mineral ditekan melampaui daya elastik
dan plastiknya, maka mineral akan pecah. Bila bidang
pecahnya teratur dan sejajar dengan bidang kristalnya, maka mineral dikatakan mempunyai belahan
(cleavage). Tetapi jika bidang pecahnya tak-teratur,
maka mineral disebut mempunyai pecahan (fracture).
Sifat belahan dinyatakan dalam istilah : sempurna (perfect), baik (good), jelas (distinct), dan tidakjelas (indistinct).

Belahan sempurna jika bidang belahnya licin


berkilau. Mineral yang berbelahan baik, dapat terbelah dengan mudah melalui bidang belahnya dan
juga memotong bidang belahnya.
Mineral dikatakan berbidang belah jelas, jika
pecah pada sepanjang bidang belah, tetapi dapat
pula dengan mudah pecah pada arah-arah yang lain.

Mineral disebut berbelahan tidak-jelas, karena


mempunyai kemungkinan yang sama untuk pecah
dan membelah, sehingga sukar membedakan antara
bidang pecah dan bidang belah.

3.4 Berat Jenis (density)


Berat jenis (BJ atau G) atau densitas (density)
mineral terutama ditentukan oleh struktur kristal dan
komposisi kimianya. Berat Jenis (G) dapat berubah
jika T dan P berubah, karena kedua faktor itu menyebabkan mineral memuai, atau mengerut. Oleh karena
itu, mineral yang berkomposisi kimia dan struktur
kristal tertentu, akan mempunyai G yang tetap pada
suatu T dan P yang tertentu pula.

Mineral yang komposisi kimianya sama tetapi


berbeda struktur kristalnya, mempunyai G yang
berbeda. Contoh : G kristobalit (SiO2 ; isometrik) =
2,32, sedangkan tridimit (SiO2 ; heksagonal) = 2,26.
G dapat pula berbeda pada mineral yang komposisinya bervariasi, walaupun struktur kristalnya
sama. Contoh :

G olivin [(Mg,Fe)2SiO4, ortorombik] berkisar antara


3,22 (untuk Mg2SiO4) 4,41 (untuk Fe2SiO4). Hal ini
disebabkan adanya penggantian atom-atom Mg yang
ringan oleh atom-atom Fe yang lebih berat.
Contoh lain diperlihatkan oleh sekelompok
mineral isomorf, seperti pada kelompok aragonit.

3.4.1 Penentuan BJ Mineral


BJ mineral dapat ditentukan melalui 4 cara,
yaitu :
1. Dengan sinar x.
2. Berdasarkan Prinsip Archimedes. Rumus yang digunakan adalah :
G = W1.L/(W1 W2)

dengan :
W1 = berat fragmen di udara,
W2 = berat fragmen dalam cairan,
L = BJ cairan (biasanya air),
G = BJ fragmen.
Agar penentuan BJ langsung dan cepat, digunakan alat Timbangan BJ Kraus-Jolly (Gambar 3.5),
atau Timbangan BJ Berman (Gambar 3.6).

3. Dengan Piknometer. Rumus :


G = L.(W2 W1)/[(W4 W1) (W3 W2)],
dengan :
G = BJ fragmen (benda padat),
L = BJ cairan yang dipakai,
W1 = Berat Piknometer kosong,
W2 = Berat Piknometer berisi fragmen,
W3 = Berat Piknometer berisi cairan dan fragmen,
W4 = Berat Piknometer berisi cairan.

4. Dengan menggunakan cairan berat atau disebut

juga Metode Suspensi. Dalam metode ini, cairan


berat yang biasa dipakai adalah :
a. Bromoform, CHBr3 ; G = 2,9.
b. Asetilen tetrabromida (tetrabrometan), C2H2Br4 ;
G = 2,96.
c. Metilen iodida, CH2I2 ; G = 3,3.

d. Larutan Klerici, yaitu suatu larutan yang terdiri


dari larutan pekat talous malonat dan talous format dalam jumlah yang sama ; G = 4,2.
Untuk mengencerkan larutan organik tsb digunakan aseton, sedangkan untuk larutan Klerici dipakai air.

3.4.2 Pemisahan Mineral Berdasarkan Perbedaan BJ


Pemakaian lain dari cairan berat adalah pemisahan individu atau kelompok mineral dari suatu
campuran mineral. Hal ini penting dalam petrologi
batuan sedimen, karena mineral-mineral yang BJ-nya
>> daripada BJ kuarsa, feldspar, kalsit, dan dolomit,
dapat memberikan keterangan tentang sumber dan
lingkungan pengendapan suatu batuan sedimen.

Pemisahan mineral berdasarkan perbedaan BJ


dipakai juga dalam ore dressing, yaitu untuk menyiapkan konsentrat mineral berharga.
Bila dalam suatu sampel terdapat campuran 2
macam mineral dengan BJ yang telah diketahui, maka
komposisi mineral yang terdapat di dalamnya dapat
dihitung.

Misalnya :
Dari suatu vein diambil sampel yang terdiri atas x%
berat kuarsa (G = 2,65) dan (100 x)% berat pirit (G =
5,01) ; BJ sampel = 3,8. Persentase kuarsa dan pirit
dapat dihitung sbb :
----------------------------------------------------------------------------------M (% berat)
G
V
----------------------------------------------------------------------------------Pirit
100 x
5,01
(100 x)/5,01
Kuarsa
x
2,65
x/2,65
Sampel vein
100
3,8
100/3,8
----------------------------------------------------------------------------------(100 x)/5,01 + (x/2,65) = 100/3,8
;
x = 35,8%

kuarsa = 35,8% dan pirit = 64,2%.


Dengan diketahuinya komposisi kedua mineral,
maka komposisi kimia campuran dapat dihitung. Pirit
(FeS2) mengandung Fe = 46,6% ; dan S = 53,4% ;
dengan demikian komposisi campuran di atas adalah :
SiO2 = 35,8% ; Fe = 30,0% ; dan S = 34,4%.

3.5 Sifat Magnet (magnetic properties)


Hanya beberapa mineral yang bersifat feromagnetik, yaitu mineral-mineral yang dapat ditarik oleh
magnet sederhana. Seperti : magnetit (Fe3O4) ; pirotit
(pyrrhotite, Fe1-nS) ; dan suatu polimorf Fe2O3, yaitu
magemit (maghemite).
Magnetit dan magemit dapat juga bersifat magnet alam, yang dikenal dengan sebutan lodesrone.

Berdasarkan sifat magnetnya, maka mineralmineral dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Diamagnetit, yaitu mineral-mineral yang ditolak
magnet.
2. Paramagnetit, yaitu mineral-mineral yang dapat
ditarik oleh suatu magnet.
Mineral yang mengandung besi akan bersifat paramagnetit, tetapi ada juga mineral yang tidak
mengandung besi bersifat paramagnetit, yaitu beril
(beryl, Be3Al2Si6O18).

Sifat magnet pada mineral dapat digunakan dalam pemisahan mineral, yaitu memisahkan suatu
konsentrasi murni dari campuran mineral-mineral lainnya. Alat yang digunakan ialah elektromagnet
yang menghasilkan medan magnet berintensitas
tinggi. Selain itu, sifat ini dipakai juga dalam eksplorasi geofisika, yaitu dengan menggunakan magnetometer.

3.6 Sifat Listrik (electrical properties)


Berdasarkan sifat listrik, mineral-mineral dapat
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Mineral-mineral konduktor, dan
2. Mineral-mineral non-konduktor.
Mineral-mineral konduktor adalah mineral
yang berikatan logam, terdiri dari mineral-mineral
nativ dan beberapa sulfida.

Pada beberapa mineral non-konduktor, sifat listriknya dapat dibangkitkan dengan jalan mengubah
temperatur, dan mineral yang seperti ini disebut
mineral piroelektrik (pyroelectric) ; atau dengan
mengubah tekanan, dan mineral yang bersifat seperti
ini disebut mineral piezoelektrik (piezoelectric). Contoh mineral piroelektrik : turmalin [tourmaline,
Na(Mg,Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4],
piezoelektrik adalah kuarsa (SiO2).

dan

mineral

3.7 Sifat Permukaan (surface properties)


Sifat permukaan mineral yang penting dalam
keteknikan ialah wetabilitas (wettability), yaitu sifat
kebasahan relatif permukaan suatu mineral terhadap
air.
Berdasarkan sifat di atas, mineral-mineral dapat dikelompokkan menjadi :
1. Mineral-mineral liofil (lyophile), yaitu mineralmineral yang mudah dibasahi air.

2. Mineral-mineral liofob (lyophobe), yaitu mineralmineral yang sukar dibasahi air.


Pada umumnya mineral berikatan ion bersifat liofil,
sedangkan yang berikatan metal, atau kovalen bersifat liofob.

Sifat permukaan di atas dipakai dalam teknik


pemisahan mineral bijih, yang dikenal sebagai teknik
flotasi (flotation). Teknik ini digunakan untuk memisahkan mineral-mineral sulfida dari mineral-mineral
geng (gangue), seperti kuarsa, kalsit, dll. Dalam hal
ini,

mineral

sulfida

umumnya

bersifat

sedangkan mineral geng bersifat liofil.

liofob,

3.8 Radioakitivitas (radioactivity)


Radioaktivitas mineral berhubungan dengan
adanya unsur uranium (U) dan torium (Th, thorium)
dalam mineral tsb. Unsur lain yang dapat memperlihatkan radioaktivitas suatu mineral adalah
kalium (K) dan rubidium (Rb), namun sangat lemah,
sehingga harus diukur dengan alat yang peka.

Atom uranium dan torium pada mineral akan


terurai (disintegrasi) secara spontan dengan kecepatan yang tetap, tanpa dipengaruhi temperatur,
tekanan, atau sifat persenyawaan atom-atom itu.
Pada saat disintegrasi, disertai oleh 3 tipe radiasi,
yaitu :
1. Radiasi alfa,
2. Radiasi beta, dan
3. Radiasi sinar gamma.

Radioaktivitas dapat diketahui dari hasil radiasinya


terhadap film fotografi, dengan alat Geiger Counter,
atau Scin-tillometer.
Hasil akhir disintegrasi uranium dan torium
adalah timah hitam (timbal, Pb). Persamaan reaksinya :
U238 Pb206 + 8He4
U235 Pb207 + 7He4
Th232 Pb208 + 6He4

Beberapa mineral radioaktif :


Autunit,

Ca(UO2)2(PO4)2.10-12H2O,

Monasit,

(Ce,La,Y,Th)PO4 ,

Torit,

ThSiO4 , dan

Uraninit,

UO2.

https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

Giant selenite crystals in Mexico

Giant Quartz

All Images from


https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

Pyritized Ammonite
All Images from
https://www.facebook.com/AmazingGeologist?ref=stream&hc_location=stream

Gastropoda shell
Formed by mineral replacement

Anda mungkin juga menyukai