Kata Kunci
Sistem pelindung pantai
Scouring
Beachfill
Abstrak
Monitoring paska pembangunan sistem perlindugan Pantai Kuta, Denpasar Bali
menunjukkan adanya sebagian material pengisi pantai (beach fill) mengalami
scouring berlebih. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa sistem pelindung
Pantai Kuta paska paska pembangunan, untuk mengetahui penyebab terjadinya
Penggerusan (scouring) beachfill yang berlebih pada sebagian section dari sistem
pelinding Pantai Kuta tersebut. Analisa menunjukkan bahwa terjadinya
penggerusan secara signifikan disebabkan oleh deformasi gelombang yang
menyebabkan arah transport sedimen sejajar dengan garis pantai, selain itu pula
jarak gelombang pecah yang relatif dekat ke garis pantai dibanding dengan section
yang lainnya yang menyebabkan energi gelombang masih cukup besar untuk
menggerus beachfill
1. Pendahuluan
Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah daratan yang
berbatasan dengan laut, dengan batas di daratan meliputi
daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak
tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut
seperti pasang surut, deformasi gelombang, transport sedimen,
dll. Wilayah pesisir bersifat dinamis dan rentan terhadap
perubahan lingkungan baik karena proses alami maupun
akibat aktivitas manusia. Wilayah pesisir merupakan wilayah
yang sangat padat jumlah penduduknya dan populasi dunia
yang hidup di wilayah pesisir berkisar antara 50-70 % dari
total penduduk dunia. Di Indonesia sendiri 60 % penduduknya
hidup di wilayah pesisir, peningkatan jumlah penduduk yang
hidup di wilayah pesisir memberikan dampak tekanan
terhadap sumberdaya alam pesisir seperti degradasi pesisir,
pembuangan limbah ke laut, erosi pantai (abrasi), akresi pantai
(penambahan pantai) dan sebagainya. Dalam melakukan
berbagai aktivitas untuk meningkatkan taraf hidupnya,
manusia melakukan perubahan-perubahan terhadap ekosistem
dan sumberdaya alam sehingga berpengaruh terhadap
lingkungan di wilayah pesisir khususnya garis pantai.
(Setelah konstruksi)
Gambar 5. Tampak prespektif sebelum dan sesudah konstruksi
(Sumber : Reviewed Technical Study Report for Kuta Beach. Bali Beach
Conservation Project JBIC (LOAN IP 475) (2005))
(Sebelum konstruksi)
. (2)
Angin
Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya
perbedaan tekanan, yaitu dari daerah dengan tekanan udara
tinggi ke daerah dengan tekanan udara rendah. Perbedaan
tekanan ini terjadi akibat adanya perbedaan temperatur.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan anemometer
yang dipasang 10 meter diatas permukaan perairan dan
recodernya di pasang di darat yang kemudian dikonversi
menjadi data angin di laut. Biasanya dinyatakan dalam satuan
knot, satu knot adalah panjang satu menit garis bujur melalui
katulistiwa yang ditempuh dalam satu jam, atau 1 knot = 1,852
km/jam = 0,5 m/detik
Fetch
Dalam tinjauan pembangkitan gelombang dilaut, fetch
dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Didaerah
pembentukan
gelombang,
gelombang
tidak
hanya
dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi
juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin.
Dengan Fetch efektif adalah :
Feff =
(1)
Dengan
Feff : panjang fetch efektif (km)
X : Panjang fetch yang dikukur dari titik obeservasi
gelombang ke ujung akir oetch (km)
: Deviasi pada kedua sisi arah angina dominan dengan
menggunakan pertambahan 5 sampai 20 pada kedua sisi
arah angin
Dimana
U(10) = Kecepatan Angin Ketinggian refernsi (m/s)
U(y) = Kecepatan Angin pada pengukuran y meter diatas tanah
(m/s)
y = ketinggian pengukuran kecepatan angina (m)
Konversi Kecepatan Angin
Dikarenakan pengukuran angina yang dilakukan adalah di
darat padahal rumus-rumus pembangkitan gelombang
menggunakan data angin pengukuran diatas laut.Oleh karena
itu perlu dilakukan transformasi dari data angina pengukuran
di darat menjadi data angina di atas permukaan laut.
Hubungan antara angin diatas laut dan darat diberikan oleh RL
= UW/UL. Seperti pada gambar 3.2 dibawah ini
Dimana
P (Hs< Hsm) : Probabilitas tinggi gelombang representative ke
m yang tidak dilampaui
Hsm : Tinggi gelombang urutan ke m
m : nomor urut tinggi gelombang signifikan (1,2,3 . m)
NT : Jumlah kejadian gelombang selama pencatatan
A : Parameter skala
B : Parameter lokasi
: Paramater bentuk
Hnr : tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang Tr
Tr : Periode ulang (tahun)
K : Panjang data
L : Rerata jumlah kejadian pertahun
nr : standar deviasi yang dinormalkan dari tinggi gelombang
signifikan dengan periode ulang Tr
N : jumlah data tinggi gelombang signifikan
r : kesalahan standar dari tinggi gelombang signifikan dengan
periode ulang Tr
Hs : Deviasi standar dari data tinggi gelombang signifikan
Deformasi Gelombang
Apabila suatu deretan gelombang bergerak dari laut dalam
menuju pantai akan mengalami deformasi gelombang
diantaranya adalah refraksi, shoaling, difraksi, breaking wave
dan lain sebagainya
Refraksi
Tenaga gelombang
Dimana
Breaking Wave
Munk (1949) mendapatkan beberapa hubungan dari
modifikasi teori gelombang solitary yang menyangkut
ketinggian gelombang pecah (Hb), kedalaman gelombang
pecah (db), Ketinggian gelombang laut dalam yang tidak pecah
(H0) dan panjang gelombang laut dalam (L0) sebagai berikut:
Dengan:
y
: jarak antara garis pantai dan garis referensi
Q
: transport sedimen sepanjang pantai
t
: waktu
x
; axis searah panjang pantai
d
: kedalaman air yang tergantung pada pforil pantai.
3. Metodologi
Secara garis besar lingkup penelitian ini, dapat perlihatkan
seperti pada flowchart di bawah ini :
4.
Analisa
Mulai
Angin
Observasilokasistudi
Kriteriateknisperancangan,konseptata
letakdandetailstruktur
Analisapermasalahan
Pengumpulandatateknis:
Dataangin,datagelombang,datapasang
surut,tophografidanbathymetri,layout
danmaterialexistingstructure
Kondisi
perairan?
Terbuka
Terutup
AnalisaTeknis
Angin,fetch,
peramalan
gelombangdalam,
statistikdan
periodeulang
gelombang,
deformasi
gelombang
(shoaling,refraksi,
breakingwave),
karakteristik
gelombangpantai,
transportsedimen
danperibahan
garispantai
AnalisaTeknis
Pasangsurut,
transportsedimen
danperubahan
garispantai
Kriteriakondisilingkungan
Penyebabpermasalahan
Sarsandanrekomendasi
Selesai
Garmab 14. Diagram alir garis besar penelitian
Fetch
Peta yang digunakan untuk menentukan fetch (area
pembentukan gelombang) untuk analisa gelombang pada
perhitungan selanjutnya adalah menggunakan peta dari
Google Earth, dengan dilakukan penyesuaian skala dibantu
AutoCAD. Dimana lokasi titik tangkap Fetch adalah pada :
Lintang : 8445 Selatan
Bujur : 115945 Timur
Longtermstatistic
ShortTermstatistic
Extremestorm
Kondisi
lingkung
FishertipperIdanII
Tropicalstorm
Weibull
Estimasiparameterinisialfungsidistribusi
Penyesuainparameterstandardarimanual
Kalkulasiperiodeulanggelombang
Pemilihanperiodeulanggelombangsesuai
kriteriadesain
Mulai
Selesai
Dataanginobservasi10tahun
Arahdominaangin
Koreksielevasikecepatanangin
Konversikecepatanangin
Fetch
Limitedfetch
Fullydeveloped
Peramalangelombanglautdalam
(a)
DataPencatatan1
tahun
Metode
statistik
DataPencatatan10
tahun
(b)
Gambar 18. Penentuan parameter inisial distribusi (a) fungsi densitas
probabilitas pdf (b) fungsi komulatif - cdf
1.34
c
0.5
0.54
Muka Surutan
Zo
= 130 cm
= 1.30 m
Tinggi Muka Air Laut Rata-rata (MSL)
MSL
= 130 cm
= 1.30 m
Datum Level
DL
= MSL Zo
= 0.00 m
LAT (Rendah Pasang Surut)
LAT
= MSL - K1 - O1 - S2 - M2
= -140 cm
= -1.40 m
HAT (Tinggi Pasang Surut)
HAT
= LAT + 2(K1+O1+S2+M2)
= 281 cm
= 2.81 m
MHHWS
MHHWN
Pasang surut
MLLWN
= LAT + 2S2 + K1 + O1
= 1.02 m
MLLWS
= LAT + K1 + O1
= 0.36 m
Data teknis
Stasiun Pengukuran
Benoa (Bali)
Lintang (Lat) 08.7 S (S)
Posisi
S2
N2
K2
K1
O1
P1
M4
MS4
Z0
33
10
25
12
130
360 - g
59
84
59
73
GMT + 08.00
=
= 0.36
K
0 < K < 0.25
0.25 < K < 1.5
1.5 < K < 3.0
K > 3.0
Tidal Type
Semidiurnal
Mixed, Mainly Semidiurnal
Mixed, Mainly Diyrnal
Diurnal
10
Mulai
Existingdata
Bathymetri,Tinggigelombanglautdalam
(H1),Periodegelombang(T1),sudutdating
gelombanglautdatakm(1)
Relativedepth
<1/20
D/L0?
>1/2
1/20<d/L0<1/2
Shallowwater
Deepwater
Transitionalwater
Wavedeformedby
depth
Wavenot
deformedbydepth
Sudutdankecepatan
gelombangdatang(0,C0)
Stop
Konturbathymetrikedalamanshallowwater
BWN1
BWN2
Refraksigelombang
ShoalingGelombang
BWN3
Breaking Wave
Output:
Deformsigelombang:refraksidanshoaling
Selesai
Gambar 20. Diagram alir prosedur analisa deformasi gelombang :
refraksi dan shoaling
Diketahui data kedalaman perairan ; garis pantai (0m), 5m, -10m, -15m, -20m, -25m. Dikarenakan deformasi
gelombang (refraksi dan shoaling) adalah sebuah proses pantai
yang dipengaruhi oleh kedalaman perairan sehingga pada
analisa refraksi dan shoaling kedalaman yang dianalisa adalah
kedalaman pada perairan yang memiliki kategori kedalaman
relative Shallow Water (d/L < 0,05).
Datagelombanglautdalam
Tinggigelombangsignifikan(H0)dan
periodegelombang(T0)
Kemiringandasarlaut(tan)
11
Ketinggiangelombangpecah
0?
Analisarefraksidanbreakingwave
Kedalamangelombangpecah
Sudutdatinggelombangmenujugaris
pantai(),kedalaman(db)danketinggian
gelombagpecah(Hb)
Tipegelombangpecah
Surging/collapsing
Plunging
Spilling
0 > 3.3
0.5 < 0 < 3.3
0 < 0.5
Output:
Tipe,kedalamandanketinggian
gelombangpecah
Bathymetridanlayoutbreakwater
Sudutdatingterhadapgarispantai(),
difraksiakibatbreakwater
Potentiallongshoresedimentransport
Volumetransportrate
Selesai
Modelperubahangarispantai
Selesai
Gambar 24. Diagram alir prosedur analisa transport sedimen dan
perubahan garis pantai.
BWN2
BWN3
Gambar 23. Kontur gelombang pecah
Gambar 25. Grafik perbandingan garis pantai tahun 2006 dan 2010.
12
BWN2
BWN3
Gambar 26. Lokalisir daerah antara BWN 2 dan BWN 3 dimana terjadi
scouring berlebih.
Kesimpulan